Browsed by
Month: May 2017

JUST DONT JUDGE OUR PASSION 

JUST DONT JUDGE OUR PASSION 

Halo Ibu-Ibu, ketemu lagi dengan curcolan saya tentang dunia sosial. Kali ini mau cerita tentang pertanyaan-pertanyaan dan sindirian mengganggu dalam kehidupan kita para wanita. Pertanyaan ini saya yakin sekali deh, pasti banyak yang sangat familiar. Bertanya dengan muka lugu sih boleh saja ya dengan catatan mukanya selugu anak saya. Haha. Ga, saya ga akan ambil hati pasti kalo begitu ceritanya. Tapi kalo yang nanya udah sekelas teman sosialita hingga keluarga sendiri itu pasti mak-jleb dah, apalagi jika musim PMS melanda. Wah, harus bawa boneka besar ya bun kayak Mama Nene di Sinchan itu. Ada yang tau? Baiklah saya laporkan aja gambarnya. 😂

Apa sih pertanyaan yang bikin kita segalau mama nene itu? Banyak ya.. Mungkin sih no problem bagi ibu-ibu yang dari sononya udah punya hati yang teguh dan kuat. Tapi gimana kalo Ibu-ibu yang dikit-dikit bawaannya baper. Yang paling parah itu jika pertanyaan itu sudah menjurus ke penyindiran passion sang Ibu. Wah, ini harus diluruskan. Memang semua Ibu punya sifat kayak dia apa ya? Punya Passion kayak dia? Nah, ini nih beberapa contoh pertanyaan dan sindiran yang paling Familiar didalam dunia sosialita Emak-emak


“Beli makanan terus, masak sendiri kan lebih murah. Akuu nih sebulan cuma habis segini.. (bla bla) “

Padahal kita tidak tau, Ibu tersebut memang tidak hoby memasak dan tidak punya waktu untuk memasak. Memasak menghabiskan banyak waktu. Kita tidak tau suaminya pun no problem dengan Passion sang Istri yang kebanyakan dihabiskan untuk membangun pendidikan. Kita tidak tau.

“Masak mulu, ga pernah aku liat dia keluar rumah. Dirumah mulu, apa ga stress ya? Lebih baik jualan kan dari pada kerjaan dirumah ga jelas gitu.. Kalo aku sih (bla bla)”

Padahal kita tidak tau. Passion sang Ibu memang memasak dan menyenangkan keluarga. Ibu Introvert tak butuh ruang sosial terlalu lama diluar. Cukup memasak, menulis, memoto makanan dengan hasil memuaskan, mendapatkan banyak like dimedia sosial sebagai bentuk penerimaan sudah merupakan kebanggaan tersendiri. Kita tidak tau.

“Moto Makanan Mulu, ssst.. Biasanya orang suka foto-foto itu tanda ia pengen dibilang ‘orang berada’. Lagian harusnya kalo moto itu paling tidak kan dia berbagi sama kita, bukan pamer ga jelas (bla bla)”

Padahal kita tidak tau kondisi keuangannya. Sanggupkah dia berbagi? Berbagi resep saja rasanya sudah senang baginya. Kita tidak tau.

“Lihat, buat anggaran make up sama perawatan aja dia habis segini. Kalo aku sih cuma segini sebulan..  (bla bla) “

Padahal kita tidak tau kondisi wajahnya yang diciptakan lebih dilematis dibanding dengan kita. Bisa jadi, ia mempercantik diri untuk bisa menyenangkan suaminya dengan maksimal. Bisa jadi, semua hal yang ia lakukan jauh bermanfaat dibanding kita karena ia berbagi pengalaman wajah dilematisnya kepada yang senasib dengannya. Kita tidak tau.

“Lihat, IRT aja padahal kerjaannya. Tapi punya pembantu. Kalo aku sih mending uangnya buat (bla bla) “

Padahal kita tidak tau kondisi keluarganya jauh lebih terkontrol dengan adanya Pembantu. Passion sang Ibu dan Ayah akan lebih tersalur kepada ‘hal yang seharusnya dikerjakan’ dibanding melakukan pekerjaan rumah. Kondisi keuangan pun jauh lebih stabil dengan adanya pembantu. Ya, kita tidak tau. Tapi suka sekali sok tau.

“Anaknya keduanya diminumin sufor loh, udah gitu operasi pula keduanya.. Kesibukan kerja sih ya..anak ga keurus. Masih mending aku yang (bla bla)”

Padahal kita tidak tau toh anaknya baik-baik saja. Memang ada beberapa kasus Ibu yang minim ASI. Kelancaran ASI bukan hanya didorong oleh faktor biologis namun juga psikologis. Ibu yang tidak bahagia dan mendapat tekanan stress bisa saja ASInya mandeg. Aku pernah mengalaminya. Beruntung lingkungan mendukungku. Tapi apa semua Ibu seberuntung aku? Kurasa tidak. Ketika Sufor adalah pilihan terdesak maka kita sebagai orang terdekat seharusnya tak menyalahkan langkahnya. Namun membimbing dengan bijak. Itulah fungsi dari Forum ASI sebenarnya.

Pertanyaan-pertanyaan diatas ini sifat dan tujuannya cuma dua. Pertama, ingin membanggakan diri sendiri. Kedua, ingin menyindir. Tanpa sadar sebenarnya pertanyaan itu tidak hanya berbahaya untuk passion sang Ibu namun juga Ibu yang mengalami Baby Blues dan Post Partum Depression. Kamu bisa melihat tulisanku tentang baby blues disini

Kondisi setiap orang itu sungguh unik. Ibarat angka 9 dan 6. Ibarat huruf b, d, p dan q yang kecil. Kau tau? Setiap sudut pandang berbeda akan menghasilkan pengertian yang berbeda pula. Kita tidak bisa memaksakan orang tersebut berada diposisi kita untuk mengerti huruf b, d, p dan q yang sama dengan kita. Kecuali kita menyeretnya dengan paksa.

Mari kita lihat bagaimana sebenarnya tangan Tuhan bekerja.

Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. Ia membutuhkan interaksi sedari kecil. Sejak kecil, anak berteman baik dengan Ibunya. Menjadikan Ibunya sebagai Rule Mode. Seiring berjalan waktu Rule Mode akan terpengaruh oleh lingkungan. Sebuah penerimaan dilingkungan akan mempengaruhi terbentuknya karakter anak.

Hal yang dibutuhkan seseorang untuk dapat diterima dilingkungan pertama kali adalah Bergabung pada Populasi. Populasi yang sama dengannya. Populasi didapat dari kumpulan orang yang mempunyai hoby, sifat, hingga pekerjaan yang sama. Apakah populasi cukup untuk memenuhi kepuasan ruang sosial manusia? Tidak. Itu tidak cukup.

Kita manusia. Kita berbeda. Akan beda ceritanya jika kita ini Sapi, Angsa, Ayam, dan lain-lain. Cukup dengan memakan rumput, beras dan bama yang sama hingga menikah dengan orang yang sama kita sudah merasa bahagia. Itulah jika kita sudah merasa puas dengan Populasi. Nyatanya? Batin kita selalu meminta lebih dari itu.

Namun anehnya terkadang sebagian manusia tidak dapat berhubungan dengan hal yang lebih jauh dibanding populasi. Terbiasa berkumpul dengan orang yang senasib membuat pikiran manusia terkadang terlalu dangkal. Mengira semua orang sama seperti kita. Mulai mengeluarkan nyinyiran yang saling menyinggung satu sama lain. Manusia tipe seperti ini lebih baik belajar dulu sebelum bergabung dengan komunitas ekosistem.

Atau lebih baik diam sebelum berbicara.

Dan Aku adalah salah satu orang yang lebih seharusnya diam.

Aku adalah salah satu Ibu yang bersifat melankolis. Mengejar kesempurnaan adalah kekuranganku, lebih tepatnya kekurangan terbesarku. Bisa dibayangkan jika Aku berada dilingkungan orang yang suka nyinyir? Aku akan berusaha menjadi seperti yang orang mau. Bahkan untuk benda seperti Buku-pun akan aku turuti kemauannya. Salahkah sifat sepertiku? Salah besar.

Bahkan karena mengejar kesempurnaan aku terkadang tanpa sengaja juga membanggakan diriku. Tanpa sadar mungkin saja orang lain tersindir oleh kalimat sempurnaku. Tulisan ini adalah sebagai pengingat untuk diriku sendiri. Bahwa ketika kita nyinyir dengan orang lain, tanpa sadar kita telah menjelek-jelekkan passion orang tersebut. Yang mana Passion tersebut adalah jalan hidupnya.

Tidak semua orang_tidak semua Ibu memiliki sifat Divergent sepertiku. Suka bereksplorasi sendiri, asik sendiri, ingin bisa semuanya dengan belajar sendiri, ingin bisa semua passion dan memilih mengorbankan hidup untuk mengembangkan passion suami di masyarakat. Cukup bersyukur mengabadikan semua passionku dengan menulis. Tapi tidak semua sepertiku. Beberapa memilih untuk mengembangkan satu Passion dalam dirinya agar dapat berinteraksi dengan komunitas yang lebih luas dan agar dapat mandiri dengan caranya sendiri.

Jika semua makhluk hidup diciptakan dengan passion serupa dengan kita maka Tuhan dengan senang hati hanya menurunkan keturunan dari rahim kita saja. Tapi tidak, Tuhan tidak sekejam itu. Ia tau bahwa semua makhluk yang ia ciptakan akan bekerja sama ketika sudah besar. Ia menitipkan anak pada jenis Ibu yang berbeda. Berbeda lingkungan, berbeda sifat hingga berbeda passion. Outputnya? Akan menghasilkan anak dengan sifat unik yang tidak jauh dari sifat kedua orang tuanya.

Maka jangan hambat passionnya dengan membandingkan kondisimu dan kondisinya. Manusia sudah diciptakan dalam kondisi berbeda_dengan orang tua yang berbeda. Itu adalah cara Tuhan mengatur keseimbangan hidup sosial manusia.

Kita tidak hidup dalam jenis makhluk yang sama. Kita manusia. Kita makhluk sosial. Maka jagalah mulutmu agar hidup ini menemukan keseimbangan sejati.

Tulisan ini aku dedikasikan untuk diriku sendiri dan setiap kamu yang merasa suka mengomentari hidup orang. Ini bukan hanya tentang sesuatu yang sudah terucap saja tapi sindiran dalam hatipun harus segera diobati. Sifat nyinyir itu luas cakupannya. Bukan tentang mulut namun juga hati. Bahkan merasa diri paling baik pun termasuk didalamnya.

Kaca tak dapat menggambarkan keseluruhan diri kita..

Sebagian besar Bakteri hanya dapat dilihat dengan Mikroskop.. 

Cahaya bukanlah petunjuk kebenaran.. 

Sebagian yang benar ditemukan setelah kegelapan.. 

Kita boleh saja berdoa untuk ditemukan pada jalan yang lurus.. 

Namun jika jalan lurus tak mengubah kita, Tuhan dengan senang hati akan membuat kita berbelok, berputar hingga terperosok kedalam sebuah lubang. 

Boleh jadi, Lubang itu gelap. 

Boleh jadi, Lubang itu pengap dan bau. 

Namun dari Sakitnya Kita akan Belajar. Merenungi diri kita. 

Kesendirian adalah perantara terbaik untuk berhubungan dengan Tuhan. 

Hubungan terbaik dengan Tuhan memberikan Hubungan terbaik dengan sesama manusia. 

Ditulis Oleh seorang Ibu yang tak sempurna dan hanya ingin belajar dari Kehidupannya.

Resep Mie Bancir Khas Banjarmasin

Resep Mie Bancir Khas Banjarmasin

Dari kemarin banyak yang nanya kiri kanan. Eh, resep mie bancir mana sih? Ko belum dishare aja? Hihi. Banyak alasannya pemirsa..*nyurcol dulu yak.. 😅

Pertama, aku lagi males bikin mie, aku pemamah biak nasi (udah jenis makanan wajib). Mie itu ibarat cemilan aja buat aku, perut aku yang dari sononya hoby masuk angin ga sanggup kalo ga makan nasi sebagai makanan pokok. Kedua, pas ada moment bikin ini kenapa juga jadi tengah malem. Skill fotografi aku yang dari sononya udah jelek malah makin jelek kalo malam. Ketiga, ternyata biar udah bela-belain bikin ini disiang hari bagaimana juga tetep aja jelek fotonya. Haha.. 😂

Tapi biarlah, kalo ini resep di pending mulu blog ini serasa hambar. Isinya jadi selfish banget. Padahal niat dari bikin blog ini kan buat berbagi cerita. Bukan sekedar nyurcol ga jelas. 😅

Nah, Siapa yang pernah berpetualang kuliner di banjarmasin pasti tidak asing dengan Mie Bancir ini. Ini adalah Mie Khas Kalimantan Selatan yang memiliki cita rasa khas soto banjar. Ya, mie ini kaya akan rempah-rempah dan bawang seperti halnya makanan banjar lainnya. 

Jika anda terbiasa membelinya diluar anda pasti mengeluarkan uang yang cukup ‘lumayan’ untuk menikmatinya. Lalu, kenapa ga buat sendiri aja? Aku bikin ini modalnya cuma 20ribu buat empat porsi. Hemat kan? Yup, IRT tulen sepertiku udah wajib punya skill lebih buat menghemat pengeluaran. 😅

Cara membuat mie ini termasuk mudah. Hanya saja terlebih dulu anda harus mau ‘sabar’ dalam membuat bumbu sopnya. Cara membuat bumbu sop bisa anda kunjungi disini 

MIE BANCIR 

(untuk 4 porsi) 

Bahan:

1 Bungkus Mie Telor Kuning

2 sdm Bumbu Sop

1 biji telur ayam

1 ikat sawi

2 sdm minyak goreng

Garam dan Penyedap secukupnya 

Kol putih secukupnya 

Bahan Pelengkap:

2 biji telur Itik Rebus

4 potong ayam goreng

Bawang goreng secukupnya

Cara Membuat :

Rebus Mie Telor Kuning lalu tiriskan. Jika anda orang Banjarmasin pasti tidak asing dengan mie kuning yang dijual dipasar tradisional ini. Mie ini adalah mie yang biasa dimasak di seputaran kuliner Banjarmasin, harga perbungkusnya 5 ribu rupiah. 

Potong Sawi dan Kol
Tumis bumbu sop sebentar, masukkan Sawi dan Kol hingga layu. 

Masukkan Mie Kuning yang ditiriskan.  

Aduk-aduk Mie lalu masukkan air.
Tambahkan Garam dan Penyedap. Aduk sebentar. 

Masukkan Kocokan Telur Ayam agar tekstur kuah menjadi kental dan gurih. 

Sajikan dengan suwiran ayam goreng, irisan Telur Itik dan Bawang Goreng.. 

Hmmm.. Ini lezat loh pemirsaa.. 

Happy Cooking yaa.. 😊

Resep Pizza Teplon Sederhana

Resep Pizza Teplon Sederhana

Hai hai.. Setelah kemarin aku lagi muter-muter passion ga jelas mulai dari cerita pengalaman anak tantrum, baby blues, hingga nyurcol lipstik akhirnya tertulis juga resep pizza ini. Haha.. Dasar mama yang ga jelas bakatnya. 😅

Seminggu yang lalu aku kan udah nulis resep donat yak. Minggu ini aku lagi mood nulis resep pizza, karena makanan satu ini lumayan digemari dikeluargaku. Baking is wajib lah ya ujung-ujungnya. Walau aku udah resign jualan dan meraba-raba kegiatan lain aku masih belum benar-benar meninggalkan dunia baking. Dan aku tak mau meninggalkannya.😊

Hambatan dalam hoby bakingku salah satunya adalah naiknya tarif listrik. Ini benar-benar problem serius buat aku yang udah kecanduan make oven listrik. Biasanya aku bayar listrik itu sekitar 100ribu perbulan. Sejak rajin baking naiknya jadi 200-250ribu sebulan. Haduh, inikan bikin saya galau yak. Segalau-galaunya.

Makanya jangan heran resep pakai oven di blog ini cuma pie susu dan bolu singkong. Karena memang itu kue yang terakhir aku buat memakai oven (yang aku dokumentasikan😅). Membuat Donat adalah salah satu pelarian bakingku. Donat kan digoreng. Jadi aku no problem yak.

Pizza kali ini aku buat memakai teplon. Jadi, ga ada alasan ya buat kamu-kamu yang ngakunya ‘ga punya peralatan’ buat baking. Baking itu sebenarnya fleksibel mom. Pakai aja peralatan yang ada. Resep ini juga buat mommy yang mau ngirit.. Hihi.. Lumayan kan mom dari pada pake oven listrik jadi boros lagi 😅.

Percayalah mom ini cukup empuk hasilnya. Memang tak seperfect memakai oven. Kekurangan dalam memakai teplon adalah tidak ada Api Atas. Sehingga proses pematangan hanya dari api bawah. Hal ini membuat Pizza kurang brown dibagian atas. Tapi, jika kau mengikuti step by step resep pizza ku ini maka dijamin pizza yang kau buat matang, empuk, dan lezat.

Pizza Teplon

Bahan Dough:

100 gr terigu Protein Tinggi

150 gr terigu Protein Sedang

1 kuning telur

1,5 sdm Susu Bubuk

1 sdm Fermipan

1/2 sdt Garam

2,5 sdm Gula Pasir

3 sdm minyak zaitun *aku pakai minyak goreng

Air Secukupnya

Bahan Saos Pizza

150 gr Ayam Cincang

2 siung Bawang Putih

1 buah Bawang Bombay

1 buah Wortel

1/2 buah Jagung

1 sdt bubuk oregano

3 sdm saos tomat

3 sdm saus cabai

1 sdt merica

1 sdt gula

Garam dan Penyedap secukupnya

Bahan Topping:

Irisan Bawang Bombay

3 buah sosis

Keju Spreadable

Cara Membuat:

Campur 1 sdm Feemipan dengan 1 sdm Gula Pasir dan 50 ml air hangat. Diamkan 15 menit hingga berbuih seperti gambar 1. Jika tidak berbuih jangan dipakai. Sudah pasti pizza anda akan bantat karena raginya tidak bekerja.

Campur Telur dan Gula pasir aduk hingga gula larut. Masukkan Tepung terigu, larutan ragi, susu bubuk dan air secukupnya uleni hingga kalis. Pastikan dalam menambahkan air tidak over dan tidak terlalu sedikit. Terlalu banyak menyebabkan adonan lembek dan susah meragi. Terlalu sedikit menyebabkan adonan tidak terhidrasi dengan baik sehingga roti menjadi kurang empuk.

Terakhir, Masukkan minyak dan garam. Uleni lagi hingga adonan kalis.

Tutup adonan dengan kain setengah basah. Diamkan 20menit.

Setelah 20 menit uleni kembali roti. Kemudian tutup kembali memakai kain. Diamkan lagi 20 menit. Adonan Roti akan mengembang 2x lipat seperti gambar 4.

Selama membiarkan ragi roti bekerja kita bisa membuat saos pizza untuk mempersingkat waktu.

Tumis bawang putih dan separuh bawang bombay hingga layu kemudian masukkan wortel. Masak hingga wortel setangah matang, kemudian masukkan ayam cincang dan pipilan jagung. Masukkan saos tomat, saos cabai, garam, gula, merica dan sedikit air. Masak hingga bumbu reduce. Terakhir, masukkan oregano. Aduk dan cicipi rasa.

Pipihkan Pizza pada teplon. Untuk resep ini, anda bisa membuat 3 buah pizza ukuran sedang.

Tuang saos pizza diatasnya, kemudian taburi dengan irisan bawang bombay, potongan keju dan sosis (anda bisa menambahkan bahan lain seperti Mozzarella dan paprika, kebetulan saya ga punya, hiks).

Saran saya, jangan sesekali membuat cheesy bites pada pizza teplon. Karena bagian atas biasanya tidak matang. Jika ingin memakai cheesy bites maka anda harus menggunakan oven yang berapi Atas. Itulah kenapa pizza ini sederhana sekali bentuknya.. Hihi

Panggang diteplon dengan api super kecil hingga matang. Jangan lupa ditutup yaa..

Dan taraaa.. Sudah jadi..

Selamat mencoba.. Happy Baking.. 😊

Review Pixy Lipcream 01 & 03 (Curcolan Lipstik Part II) 

Review Pixy Lipcream 01 & 03 (Curcolan Lipstik Part II) 

Halo.. Holaaa… Kali ini aku mau ngasih Review dunia perlipstikan lagi. Sebenarnya sudah lama sih mau review ini, tapi berhubung baru ‘nemu’ lipstick kekinian ini akhirnya reviewnya aku tahaaan mulu. 

Sempet kesal sama para sales pixy ini. Sudah 3 minggu dari aku pesan mereka bilang nomor 01 (Chic Rose) selalu habis. Akhirnya aku beli nomor 03 (Classic Red), hitung-hitung supaya penasaranku tentang lipstik kekinian ini terjawab. Sebenarnya aku masih super penasaran sama yang nomor 01 karena so far nomor 03 ga cucok di aku. Mba sales bilang seminggu sekali barang restok lagi di hari sabtu.

Aku dengan polosnya setiap sabtu selalu kesitu dan berakhir ‘habis’. Akhirnya diminggu ketiga aku bilang “Saya udah mesan loh mba, minggu kemaren, minggu kemarennya, kemarennya minggu barusan.. Ko habis terus, kemarin udah ninggal nomor hape disini biar bisa update kalo baru datang, tapi ga dihubungin juga” 

Mba salesnya bilang “Namanya siapa mba?” (sambil ngecek buku catatan) 

“Winda mba” jawabku. 

“Oh iya, ada nih.. Bentar yah saya ambilin..”

Well, ternyata ada stok buat para pemesan terdahulu. Weleh-weleh gitu to.. Harus bilang gitu dulu.. Wkwk.. Aku sebenarnya ninggalin nomor hape sekitar 3 minggu yang lalu, mungkin juga nama winda yang terdaftar disitu adalah ‘winda yang baru’ untunglah namaku cukup pasaran pikirku. Bayangin aja kalo aku nyebut ‘Aswinda’ mungkin dia skip aku lagi buat nunggu diminggu berikutnya. Haha..

Finally aku punya dua varian warna pixy lipcream, Chic Rose(01) dan Classic Red(03). YES.. 

Lipcream Pixy ini terbilang cukup murah dibanding varian Lipcream lainnya. Only 39000 loh. Emejing kan? Aku pertama kali beli lipcream itu keluaran wardah. Harganya 50000, dan waktu itu kayaknya ga ada yang nyaingin murahnya zaman-zaman lagi rame lipcream ini. Aku cukup puas sama wardah. Matte finishnya memuaskan dan warnanya cantik-cantik. U can see it here

Sebenarnya aku mau beli warna orange kayak wardah 05. Kebetulan punyaku udah abis. Tapi si pixy ini ga punya varian warna peach. Akhirnya aku memberanikan diri pertama kalinya beli lipstik merah gonjreng karena warna nude tidak tersedia waktu pertama kali ketoko. Yup, itu yang no. 03 (Classic Red). Kenapa aku jadi berani beli ini? Entahlah, mungkin aku udah keselek racun dari para beauty blogger. Haha. 

Jujur aku kurang pede make yang no. 03, karena itu aku juga beli yang no. 01. Berikut perbandingan warnanya ditangan aku. 

Dari situ udah keliatan banget ya warnanya beda jauh. Berikut penampakan ngasal jepret ketika pertama make ini:

Kekurangan dari memakai lipstik merah dengan volume bibir medium hingga tebal adalah harus bisa mempertahankan senyum bibir agar terkesan elegan, bukan menor. Jelas, aku bukan salah satu yang elegan. Aku tidak bisa mempertahankan senyum yang stabil agar bibirku terlihat kecil dan tipis. Lipstik merah menurutku hanya cocok dipakai oleh wanita yang mempunyai volume bibir super tipis. Sementara untuk tipikal sepertiku yang bervolume bibir medium lebih cocok memakai warna nude. Saking pedenya aku sampai berani monyong. Wkwkwk.. 😂

Kekurangan dari warna Chic Rose (01) adalah warnanya hampir mirip sama warna bibir. Mirip banget malah ya kalo ama warna asli bibir aku. Haduh, jadi ini kembaran ceritanya sama wardah no. 10 (Pretty Berry). Liat aja, digambar ini bibir atas ga kukasih lipstik. Bibir bawah aku pakein. Mirip banget kan? *ngakunya😂

Untuk warna kulit yang ‘nanggung putihnya’ kayak aku warna ini terlalu kalem dan kurang membuat wajahku bercahaya (hoek, silahkan kalo mau muntah 😂) sementara warna merah membuat muka over cerah dan over menor. So far, Aku sudah jatuh cinta sama warna peach karena bikin muka terlihat fresh walau aslinya biasa aja, plus juga terlihat biasa dan tidak menor. 

Oya, aku suka sama baunya. Baunya kayak vanila gitu. Berasa makan kue deh. Terus pas diaplikasikan dibibir ringan banget kesannya. Menurutku lipcream ini lipcream teringan yang pernah aku pake. 

Oke, mari kita lihat perbandingan keduanya dengan wajah senyum yang ‘dimaksimalkan’ 😅

Digambar atas ini polesannya cuma pake BB cream dan bedak tabur. Entah kenapa warna kulitnya beda😅, padahal polesannya sama. Foto lipstik no. 03 emang lebih jauh hari diambil. Ditempat berbeda dengan cahaya berbeda, mungkin itulah alasan perbedaaannya. Maklumi skill fotografiku jauh dan jauh sekali, masih amatiran.. 😢
Berhubung budget kecantikanku lumayan terbatas setiap bulannya, mungkin 3 bulan lagi aku baru berani review lipstik baru. Aku baru nyadar pensil alis udah abis setelah 3 tahun lamanya. Haha. Punya alis tebal emang rada cuek sama penampilan alis tapi kadang pensil alis itu perlu juga sih buat penyeimbang alisku yang agak berbeda diujungnya (nyurcol ga nyambung). 

Well, aku cukup puas sama Lipstik Pixy ini. Ibu tetangga bilang no. 01 cocok di aku (tapi beliau emang bilang cocok semua sih dari dulu, hihi). Dan untuk no. 03 setelah berbagai eksperimen campur mencampur warna akhirnya aku memutuskan untuk tetap memakainya. Aku punya 2 varian warna baru yang kuciptakan sendiri berkat lipstik merah gonjreng ini, mungkin lain kali aku mau review tentang campur mencampur warna lipstik versi aku. 

Tahan lama? Mm.. Kalo bagi aku masih kurang tahan lamanya. Aku pake makan siang si lipstik udah agak rontok, kata para beauty blogger kebanyakan harus dioles sampe 3x sampai mencapai matte finish. Kalau aku makenya cuma sekali apply sih soalnya warnanya ga jauh beda sama warna asli bibir aku. Oya, lipstik ini juga agak transfer juga digelas. Dan tau yang bikin aku makin bete? Warnanya teroksidasi berubah jadi ‘menggelap’ setelah beberapa waktu sehabis dipakai. Hiks.. 😢 *sepertinya aku make ini buat daily dirumah aja deh biar ga kusam. Oya, kalo yang nomor 03 oksidasinya kurang sih dibanding yang nomor 01. 

Btw, Silahkan yang mau nengok lagi kenarsiskan emak sebelum warna teroksidasi. 😅

(+) 

  • Harga Murah
  • Bau wangi, seperti vanila
  • Ringan di Bibir

(-) 

  • Varian warna kurang banyak 
  • Kurang tahan lama dibanding lipcream lain
  • Agak transfer jika tersentuh
  • Warna menggelap setelah beberapa waktu. Sepertinya perlu minimum 2x apply. 

Beli lagi? Mau sih, kalo ada warna peach dan tak teroksidasi..😅

IBX598B146B8E64A