Browsed by
Month: June 2017

Resep Wadai Hula-Hula Khas Banjarmasin 

Resep Wadai Hula-Hula Khas Banjarmasin 

Hai hai.. Udah berapa lama nih aku ga update resep? 😅

Haha, iya.. Padahal rencananya bulan puasa ini aku mau update resep kue-kue khas Banjarmasin setiap hari atau 2 hari sekali. Apalah daya 3 hari ini aku terserang flu. Mata sama hidung aku bawaan melerrr. Megang HP dikit mata berair dan hidung bersin tanpa kompromi. 

Padahal 2 hari yang lalu aku udah bela-belain minjem cetakan bingka punya mertua. Rencana mau bikin bingka klasik yang diolah pake bara api itu. Apalah daya pas nanya resep sama mertua jawabannya takarannya ga baku amat. 😅

“Kalau Telurnya banyaknya 2 jari, gulanya sama to seitu jua, santannya sama, pakai kentangkah tapai kah, samanya setakaran itu jua, terigunya 3 sendok ja, buati lala’an atasnya lah”

Yup yup.. Aku udah sering liat Mertua bikin bingka dulu. Tapi sebenarnya beda takarannya dengan yang beliau jelaskan. Seingatku lebih dari dua jari. Akhirnya kue bingkaku gagal karena teksturnya terlalu lemah n ga bisa diambil. 😂

Aku tiap kali liat mertua masak dan bertanya takaran itu jawaban takarannya ga baku. Yah, mungkin itu alasan kenapa orang zaman dulu itu bilang bikin kue itu tangan-tangan tertentu aja yang bisa. Kayak mertuaku ini, kadang beliau cuma melihat dari buih kue doang mastiin nih kue udah pas ato belum. Cara beliau ini menurutku ga aplikable buat diturunkan ilmunya kepada yang lain. Terbukti masakan n kue beliau ga ada yang bisa bikin kecuali beliau sendiri. 😂

Beda ya sama nanya ke Mama aku. Walau beliau ga punya timbangan kue kekinian dahulu tapi beliau menakar segala sesuatunya pake gelas belimbing. Tau kan? Nah, gelas ini mewakili setiap takaran yang diresepkan mama ke aku. N tiap Recook Resep ala Mama 95% kueku pasti berhasil. 😁

Seperti Kue Sasirangan yang aku bikin dahulu. Sukses dan berhasil karena bersumber dari resep mama. Merasa berhasil dengan setiap resep Mama aku akhirnya nanya resep Wadai Hula-Hula lagi sama mama. 

Iya, bulan puasa ini aku bawaan kangen sama kue-kue yang dibikin mama. Belum bisa pulang kampung aja ya karena suami juga sibuk disini, kasian kalo ga ditemenin. Padahal dirumah mama sekarang ini pertama kalinya mama ramadhan tanpa si kembar, aku dan ka Wanda. Mama cuma berdua sama Abah dirumah. Kebayang ga betapa sunyinya rumah mama tanpa celotehan anak-anaknya? Huhuhu.. 

Bicara kue khas Banjarmasin nih. Kue Banjarmasin tuh sebenarnya yang bikin khas adalah hampir segala kue basahnya memakai santan dan gula yang banyak. Kue Bingka terutama ya, harus make santan kental yang sudah dipanaskan dan kuning telur itik. Nah, berhubung telur itik mahal, kue hula-hula ini aku bikin pake telur ayam aja. 

Cara bikin hula-hula ini aku buat sepraktis mungkin. Aku mencoba keluar dari pola pikir Mamaku yang terkesan ribet dalam cara pengolahan, yaitu dengan mangaduk kue secara manual. Menurut mama itu akan mempengaruhi keberhasilan pembuatan kue. Tapi menurutku? Kue ini bisa dibikin cuma dengan blender. Yup, blender membuat adonan mentah kue ini tercampur rata hanya dalam waktu 3-5 menit. Hehe..nakal yak aku.. Suka ga nurut kalo dibilang mama.. 

Ga kok maa.. Anakmu cuma hoby bereksperimen.. 😆

Wadai Hula-Hula 

Bahan:

5 biji Telur

125 gr Gula Pasir

2,5 gelas belimbing Santan (dari 1/2 butir kelapa) 

125 gr Tepung Terigu 

1 sdm coklat bubuk

1/4 kaleng SKM

1/2 sdt garam

1/2 sdt vanili bubuk

Cara Membuat:

Panaskan santan dan garam. Aduk hingga mendidih. Dinginkan. 

Masukkan Telur, Gula, vanili, segelas santan, terigu, SKM, satu gelas setengah santan lagi kedalam blender. *pola memasukkan bergantian ini agar terigu tidak lengket diblender. 

Blender selama 3-5 menit. 

Tuang separoh adonan. 

Masukkan 1 sdm coklat bubuk diseparoh adonan diblender. Blender hingga rata. 

Panaskan Kukusan. Olesi loyang diameter 20 cm dengan minyak dan kertas roti. 

Masukkan adonan putih dan coklat secara bergantian. Masing-masing adonan dimatangkab dulu ya 5 menit.  *seperti membuat sasirangan. 

Setelah selesai. Tahap akhir pelapisan kukus kue selama 15 menit. 

Dinginkan Kue. Potong setelah dingin. 

8 Hal yang membuat Stay at Home Mom Gagal Move On

8 Hal yang membuat Stay at Home Mom Gagal Move On

Setiap wanita didunia diciptakan dengan rahim yang berbeda serta lingkungan yang berbeda pula. Hal itulah yang membuatnya unik antara satu dengan yang lain. Keunikan dari setiap karakter dan passion wanita terkadang membuatnya memilih jalan yang berbeda pula ketika dewasa. Ada yang memilih untuk mengutamakan perkembangan diri dengan menunda-nunda pernikahan. Ada yang merasa menikah akan meningkatkan kualitas hidupnya dibanding menyandang status single sehingga memutuskan menikah dini. Ada pula yang beruntung, bisa menikah serta sekaligus dapat mengembangkan diri dalam rutinitas rumah tangga_mengurus anak dan suami.

Tentu setiap pilihan dari wanita setelah menikah adalah pilihan yang berharga. Stay at Home dan Working Mom itu adalah Super Mom. Tidak ada yang melebihi status spesial dari pada yang lain. Status Ibu_apapun plihannya adalah status mulia.

Ya, status mulia dengan tanggung jawab besar. Hanya saja dalam mengelola tanggung jawabnya sang Ibu diharuskan selalu bahagia. Ibu yang tidak bahagia akan menghasilkan output yang tidak sempurna_tidak bahagia pula.

Siapa yang tidak bahagia? Working Mom? Stay at Home Mom?

Yeah.. Kata siapa Ibu yang fokus mengurus rumah tangganya dirumah saja akan selalu bahagia? Ya, Belakangan ini aku sering melihat beberapa keluhan, terutama dari Full time Mother. Keluhan itu awalnya adalah keluhan kecil_kemudian membesar dan merembet pada hal-hal yang besar. Ledakan dari keluhan Full time Mother tidak jarang menjadi sorotan disosial media. Apa yang salah dengan selalu berada dirumah sehingga membuat Ibu tidak bahagia?

Apa sebenarnya yang membuat para Ibu (Pepes) ini begitu depresi dirumah?

Ya.. Ya.. Aku tau.. Mereka mempunyai seribu alasan dibalik itu. Aku juga pernah merasakannya selama 2 tahun. Padahal, pilihan menjadi Full Time Mother adalah pilihanku sendiri. Lantas, bagaimana bisa aku tidak bersemangat menjalaninya?

Yup, itulah yang dinamakan IRT gagal Move On. Jadi, ngapain jadi IRT tulen kalo ujung-ujungnya dia kerjaannya depresi dikamar dan mengurus suami dan anak dengan tidak ikhlas? There’s something Wrong Mom. U know it.

Apa saja sih yang membuat IRT ini gagal Move On? Yuk, kita bahas satu per satu.

1. Memesan Menu yang ‘SALAH’ 

Menu? Salah? Eh, kau pikir ini makanan?

Iya, rumah tangga itu adalah sebuah pilihan mom. Pilihan menu, begitu sederhananya.

Bayangkan aja, anda berada disebuah restoran. Anda ‘buta’ dengan nama menu yang ada direstoran tersebut. Kemudian memesan makanan secara asal. Ketika makanan datang, anda malah mau mun*ah dengan rasa makanannya.

Anda punya dua opsi saat itu. Yang pertama adalah memaksa tetap makan dan munt*h setelahnya. Yang kedua adalah mengganti menu yang lain.

Kebanyakan Rumah Tangga berjalan dan baru sadar 2-3 bulan hingga beberapa tahun bahwa dia menjalani pilihan hidup yang salah. Pilihan yang salah ini seharusnya dapat didiskusikan dan direnungkan bersama dengan suami. Katakan apa yang sebenarnya anda inginkan. Pilihlah menu yang benar yang sesuai dengan Passion anda.

2. Tidak memiliki Tujuan Hidup yang jelas

Kebanyakan Full Time Mother melupakan inti tujuan hidupnya. Selama berjam-jam lamanya setiap hari mereka lebih memilih menghabiskan waktu hidupnya sebagai Inem Tulen dirumah.

Lah? Emang salah? Nyapu, masak, nyuci itu pahala. Kamu kan ga tau bla bla bla..

Iya, iya Momm.. Saya tau. Tau banget malah.. 😅

Masalahnya disini adalah terkadang Ibu dirumah itu terkena sejenis ‘Genjutsu’ (kumat bahasa naruto saya) ketika berada dirumah. Terlena dengan kegiatan dirumah sehingga lupa dengan list list wajib yang seharusnya lebih dia utamakan. List Visible Job yang membuatnya seharusnya bahagia.

Setiap Ibu dengan Passion berbeda tentu memiliki tujuan berbeda pula. Maka, disini saya tidak akan menggurui kira-kira apa patutnya tujuan yang membuat hidup Ibu lebih bersemangat. Kan aneh ya kalo saya bilang

“Gimana kalo nyusun kegiatan belajar anak seminggu?”

“Gimana kalo nyusun daftar kue n masakan yang belum pernah dicoba? ”

“Gimana kalo minggu depan diadakan pertemuan antar Ibu-Ibu… Dan ini kegiatan yang akan dilaksanakan”

“Gimana kalo Besok Beli Ini, dibikin ini trus digini.. Digini”

Ya.. Itu contoh ya Ibu-ibu.. Jangan dibawa baper.. Sebagai saran akhir saya cuma bisa bilang pilih tujuan hidup yang bermakna Investasi masa depan dan minimal sesuatu yang Visible. Jangan ngerjain sesuatu yang invisible aja (nginem). Itu pahala emang bu.. Pahala.. Tapi kita butuh sesuatu yang visible supaya hidup kita makin semangaat.

Mulailah membuat list tujuan hidup baru. Tuliskan pada secarik kertas dan ditempel pada dinding kamar. Trus? Gimana kalo semuanya tidak kesampaian? Jangan mikir kesitu dulu buu.. Yang penting anda sudah menulis sebuah tujuan. Itu adalah sebuah niat yang mulia apapun hasilnya nanti.

3. Berada didunia yang salah

Ada beberapa Stay At Home Mom yang menikmati pekerjaannya dirumah. Cukup puas dengan melatih skill memasak, mendokumentasikan kegiatan dengan anak, berjualan online, ataupun menulis. Ialah Ibu yang Introvert. Ibu yang cukup senang berada didunia kotak.

Tapi ada beberapa Ibu yang bagaimanapun usaha dan kegiatannya dirumah maka perasaannya tetap saja bosan. Ibu jenis ini adalah Ibu yang ekstrovert. Ibu yang butuh piknik, kuliner, kerja diluar dan Silaturahmi. Ibu yang butuh dunia bulat, bukan kotak.

Apa jadinya jika si Ibu Ekstrovert berada didunia kotak? Dan apa jadinya Ibu Introvert yang berada didunia Bulat?

Ya, mereka tidak bisa berkembang. Karena setiap Ibu punya dunia masing-masing yang membuatnya merasa hidup.

4. Tidak memiliki Komunitas yang Mendukung

Aku sering mendengar Working Mom nyinyir  “Ibu anu tu kerjaan tiap sore pasti deh ngerumpi di rumah ibu anu, ngumpul sampe jam 5 sore. Ngapain aja sih ga ada kerjaan aja”

Hihi, iya.. Syukur aja ya ngomong sama aku yang cenderung suka dirumah dan punya komunitas onlineku sendiri. Tapi gimana dengan Ibu yang disebutnya tadi?

Ya, Ibu tersebut adalah jenis Ibu yang haus akan Silaturahmi. Jika menulis adalah wujud dari cara mengatasi kewarasanku maka bicara adalah alat pemuas kebutuhan bagi Ibu tersebut. Lagi pula, tau apa Ibu bekerja tentang pentingnya ngerumpi? Toh mereka juga punya teman dan komunitas sendiri dikantor.

Komunitas adalah kumpulan dari beberapa orang dimana didalamnya terdapat berbagai jenis orang yang memiliki tujuan yang sama. Komunitas ini penting bagi Ibu Introvert maupun Ekstrovert. Karena walau bagaimanapun juga tidak ada Ibu yang hobi ngomong sendirian kecuali dia gila. Bagi Ibu Ekstrovert ngerumpi dengan tetangga adalah jenis terapi melalui komunitas. Bagi Ibu Introvert, wujud komunitas dengan menulis dimedia Online seperti WA, Bbm, Fb, Twitter dan Instagram adalah jenis terapinya.

5. Tergila-gila dengan Kesempurnaan

Ada yang begini? Suka menyempurnakan segala sesuatu hal terkait suami anak dan rumah? Ya, itu aku.

Dulu sejak memutuskan menjadi Full Time Mother aku sering membaca artikel berkaitan dengan Parenting hingga tentang Masakan dan Baking. Aku ingin seperti Mama-mama kece yang sebegitu gampangnya menulis hal-hal ini.

Anak tak boleh lama-lama didepan TV, tidak boleh mainan gadget. Anak it seharusnya bla bla bla.. 

Istri yang disayang suami adalah istri yang jago ini.. Ini.. Ini.. 

…dan bagaimana pun beratnya tugasmu Rumah harus RAPI DAN BERSIH. 

Aku melakukan semuanya selama setahun dan menyadari bahwa diriku hanya terkikis habis untuk mengejar sebuah kesempurnaan tanpa mengasihani diriku sendiri. Ya, aku perlu aktualisasi diri dan mengurangi kadar sempurna.

Bagaimanapun juga hidup wanita harus seimbang. Ia tidak bisa menjadi sempurna dimata anak dan suami saja. Ia butuh menjadi pribadi yang sehat pula.

Mengejar kesempurnaan juga patut berlaku pada Working Mom. Ya, jika Full time Mother mengejar kesempurnaan untuk suami dan anaknya maka biasanya tidak jarang ada pula working mom yang mengejar kesempurnaan untuk aktualisasi dirinya saja sehingga melupakan kewajibannya dirumah.

6. Memiliki Suami yang Mendominasi

Memiliki tipe suami yang otoriter adalah salah satu hal yang membuat Full Time Mother tidak bisa Move On. Suami yang egois, merasa statusnya sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah menjadikannya alasan untuk mendominasi segala peraturan dirumah.

Type suami seperti ini akan sulit sekali membuat sang Ibu Move On. Karena gerakan sang Ibu seperti terbatasi oleh tali tak terlihat yang dlilitkan ditubuhnya.

Jika memiliki type suami seperti ini maka ada baiknya anda mengajaknya berbicara. Kemukakan segala keinginan anda. Karena biarpun anda adalah Guru dirumah anda_bagaimanapun juga suami adalah kepala sekolahnya.

Dan buat para suami, jadilah suami yang demokratis. Suami yang bisa melihat, mendengar dan menyejukkan jiwa istri dirumah. Bukan hanya menuntutnya menjadi serba sempurna dalam segala kegiatannya.

7. Kurangnya dorongan Semangat dari Suami

Dibalik suami yang luar biasa selalu ada istri luar biasa dibelakangnya.

Dibalik istri luar biasa selalu ada suami luar biasa yang mendukungnya.

Ya.. Ya.. Istri perlu dukungan dan semangat darimu wahai suami…!!!

Aku pernah bertemu dan melihat berbagai tipe lelaki. Ada yang ekspresif, jutek namun perhatian, hingga lebay tingkat tinggi. Tapi dari semuanya yang paling menyebalkan adalah tipe lelaki flat face dan robot feeling.

Apa itu Flat Face and Robot Feeling? Yup suami yang jarang tersenyum. Suami yang tidak ekspresif hanya menjawab segala pertanyaan sang istri hanya dengan “Iya” atau “terserah” dengan muka flat seakan akan tidak perduli. Keadaan ini diperparah dengan sibuknya jam kerja dari suami diluar. Aku berani bertaruh, Full Time Mother yang memiliki suami tipe begini lama kelamaan akan stress tingkat tinggi.

Jangankan memberi semangat untuk maju kepada sang istri. Menjadi pendengar yang baikpun suami tipe begini tidak bisa. Jika kebetulan suami anda seperti ini ada baiknya anda menulis surat padanya. Kemukakan segala perasaan anda. Biasanya suami tipe seperti ini lebih ekspresif pada media tulisan. Ya, bisa jadi dia introvert robot yang benar-benar tulen. Tidak ada salahnya dicoba bukan? 🙂


8. Menyalah-artikan kata ‘Syukur’ 

Menyalah-artikan makna syukur adalah hal yang paling sering aku jumpai pada Full Time Mother.

Apa itu syukur? Syukur adalah sebuah rasa berterima kasih yang tinggi atas segala karunia yang diterima dalam kehidupan yang diperoleh dari usaha. 

Ya, usaha Ibu-ibu.. Bukan hanya bersyukur karena Gajih Suami cukup kemudian kita bisa memasak enak lalu segala urusan rumah tangga selesai.

Memasak usaha juga kok.. 

Iya, memasak juga usaha. Namun, pastikan anda senang mengerjakannya. Menganggapnya adalah bukan hanya sebagai media untuk menyenangkan suami tapi juga merupakan passion anda. Karena percuma jika kita mengerjakan sesuatu yang tidak kita sukai. Perasaan itu akan menimbulkan rasa tidak ikhlas kemudian mencemari rasa syukur itu sendiri.

Aku percaya kadar tingkatan usaha dalam rasa syukur setiap Ibu berbeda-beda. Ya, setiap ibu punya ladang pahalanya sendiri. Tapi pastikan anda melakukannya sesuai dengan passion yang sesuai dan dilandasi rasa ikhlas.

Review Food Kole Dendeng Jamur Shitakee Pedas

Review Food Kole Dendeng Jamur Shitakee Pedas

Beberapa hari yang lalu aku dapet rezeki untuk mereview produk Kole Dendeng Jamur Shitakee Pedas dari Yukcoba.in. 

Kesan pertama saat aku liat produk ini adalah “Wow, sederhana” 

Kemasan produknya hanya kertas karton tebal berwarna coklat, desainnya lumayan simple dan elegan. Sayangnya, pas sampe diaku kemasan bawah produk agak terbuka, mungkin karena karton itu kali yak. Tapi gapapa juga sih karena didalemnya produknya dilapis aluminiom foil. Dan dari kemasan bisa terlihat bahwa produk ini mengklaim:

  • 100% Healthy
  • 100% Natural
  • No Preservative
  • No Food Colouring

Karena ini bulan puasa aku pun memakan produk ini saat sahur. Aku agak surprised sih saat nyicipin rasanya mirip-mirip bumbu mie instan tapi berserat jamur shitakee kering dengan berbagai bumbu dendeng. Yah, jika kamu pernah memakan jenis dendeng pasti foto ini cukup familiar kan? Mirip dendeng sapi? Hihi.. Iya.. Tapi rasa jamur shitakee. 

Bahan bahan dari Produk ini adalah: 

Handpicked Mushroom, Dairy, Spices, dan Sprinkle of vegetable oil. 

Nah, yang bikin aku bingung sama tulisan ini..

I’m Dried not Fried” 

Maksudnya?? Iya aku ngerti ini produk dikeringkan bukan digoreng. Masalahnya dikemasan tak tertera tulisan bahwa ini siap makan. *aku ga nemu sih pas aku puter2. Hihi.. 

Maklum ya, aku terbiasa makan makanan itu pasti sukanya dimasak dulu. Kecuali jenis snack. Hihi.. Tapi kalo ini aku goreng bumbunya jadi ilang dong terbawa minyak. Jadi aku menangkap pesan sendiri bahwa produk ini siap makan. 

Aku sendiri lebih suka memakan ini tanpa nasi. Menurut lidahku ini makanan cocok dimakan gitu aja. Tapi menurut suamiku ini cocok pake nasi. Jadi secara keseluruhan rasanya enak, gurih dan cocok dimakan sebagai pengganti lauk. 

Aku lumayan suka dengan tanpa penyedap produk ini tasty. Walau tangan aku agak gatel masukin ini ke resep omelet kesukaan ku. Haha. Makanya aku sisain dikit buat sahur berikutnya untuk tambahan bahan omelet. 

Over all kesan aku terhadap produk ini

(+)

Rasa Tasty walau tanpa penyedap

Tidak diolah dengan digoreng tapi dikeringkan sehingga sehat tentunya

Tidak mengandung pewarna

Tidak mengandung unsur hewani, cocok untuk vegetarian 

Natural, dari jamur petikan

(-) 

Kemasan luar agak terbuka ketika sampe

Beli lagi? Mau lagi? 

Iyaa.. Tapi mau coba varian rasa yang lain lagi.. 😊

Resep Wadai Sasirangan atau Sari India Pandan Ala Mama

Resep Wadai Sasirangan atau Sari India Pandan Ala Mama

Siapa yang tak kenal dengan kue satu ini? Berlapis-lapis dengan tekstur lembut dan manis sekali. Kue ini biasa hadir mewarnai pasar wadai daerah Kalimantan Selatan. Mereka menyebutnya dengan berbagai macam nama, Sari India, Lapis India, hingga terakhir Sasirangan. 

Aku sendiri mengenal kue satu ini dengan sebutan sasirangan. Sekitar tahun 2011 aku sudah sering mencicipi kue ini di rumah saat SMA, apalagi saat bulan Ramadhan. Mamaku adalah koki pertama yang membuat kue ini untukku. Aku sangat menyukainya. Kue ini laris manis dirumah kami. 

Sejak sering membuat kue ini para tetangga mulai mempertanyakan resep dengan Mama. Banyak tetangga kampungku yang merecook namun tak sesempurna olahan dari tangan Mama. Mereka hanya berkata pesimis setelahnya, “Memang kalo masalah kue itu tangan-tangannya aja yang bisa” sambil mengagumi olahan tangan Mamaku. 

Apa aku percaya mitos tangan itu? Tidak, aku tidak percaya dengan mitos tangannya. Yang kupercaya adalah membuat kue itu cuma butuh tekad, keinginan kuat. Kalau dari awal membuat kue sudah pesimis duluan “Yah, tanganku sih bisa apaa…” Ya, tentu jadinya bakal jelek. Allah sesuai prasangka hambanya. 

Meskipun aku tak memungkiri memang, olahan tangan Mama memang berbeda. Dimana? Pada suasana kuenya, penyajiannya, dan rasa cinta didalamnya. Tapi itu tetap berbeda dengan rasa pesimis dari sebagian orang yang kuceritakan tadi. Aku tetap percaya diri bahwa kue yang kubuat sekarang masuk dalam kategori BERHASIL. 

Yah, berhasil. Aku baru pertama kali membuatnya, namun sudah sangat sering melihat Mama membuat kuenya didapur. Sebenarnya sejak dulu aku suka gatal sih melihat mama bikin kue didapur. Tapi aku dan mama bukan tipe yang sama. Mama itu kalo bekerja terlalu banyak aturan. Ibarat masalah sendok n cetakan aja jadi masalah. Kalo aku? Aku enjoy.. Easy.. Suka ngerjain sesuatu tanpa ribet, suka kebersihan tapi ga ribet. Tapi Mama? Entahlah kami selalu beda pendapat masalah bersih, rapi dan benar dalam perspektif masing-masing. 

Mama selalu bilang aku agak sembrono seperti Abah. Aku? Sama sekali tak merasa begitu. Menurutku aku lumayan pembersih dan rapi_dibanding Abah. Tapi aku tak suka imajinasiku dihancur..Haha..dari dulu aku adalah anak yang penuh dengan khayalan dikepala. Aku punya pendapat rapi dalam versiku sendiri dan itu berbeda dengan versi Mama. Mama so realistis, dan Aku suka berandai-andai. 

Perbedaan cara pandang adalah alasan Mama membuatku jadi penonton yang baik didapur. Barulah ketika menikah aku melakukan evolusi pada hidupku. Aku membuktikan pada Mama bahwa dengan tangan begini-begini saja dan teknik kebersihan dan kerapian yang tak sama dengannya aku bisa kok bikin kue serupa. Sejak itu Mama mulai berbagi resep denganku. Bahkan tidak jarang Mama tertegun memakan kue buatanku yang tak pernah mama makan sebelumnya. Kemudian Mama bertanya resepnya padaku. Yeah, bagiku itu evolusi juga. 

Kue ini? Adalah bentuk rasa kangenku dengan Mama. Mama selalu membuat ini ketika bulan puasa. Dan, sudah berapa kali puasa aku tak kesana? Semoga saja bulan ini aku bisa merasakan seminggu puasa disana. Kangen sekali rasanya buka puasa dengan masakan Mama. 

Kebetulan pula hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami. Sepertinya sudah jenis kebiasaan aku selalu membuat kue yang ‘berlapis’ saat moment anniversary. Bagiku tiap lapisan itu mewakili perjalanan hidup rumah tangga kami. Saat Ulang tahun pernikahan ke-4 aku membuat Rainbow Cake. Kue yang merupakan pengingatku bahwa hidup yang kujalani sekarang adalah hidup penuh warna-warni_mencoba menyenangi segala jenis passion dirumah. 

Dan Kue Sasirangan ini? Adalah kue yang dibuat dengan penuh ketekunan dan konsisten. Membuat kue ini perlu kesabaran, ketekunan, dan tanggung jawab. Salah sedikit saja pada bagian pelapisannya maka akan berakibat tak membentuk lapisan lagi. 

Maknanya dalam hidupku dan ulang tahun pernikahan? Ya, Aku ingin mulai sekarang aku konsisten dan sabar dengan segala upaya yang aku lakukan. Tak boleh menyerah hingga tiap lapisan selesai. Harus sabar menunggu proses tiap lapis kue itu sendiri. Jangan langsung terburu-buru memotongnya. Segalanya butuh pendinginan. Membuat Kue_bagiku adalah sebuah pembelajaran. 

Oke… Aku cerewet yak nyurcol mulu.. Hahaha.. Maklum, Ibu harus mengeluarkan minimal 20000 kata perhari. Berhubung saya bukan Ibu Sosialita, bukan Ibu hoby ngerumpi dan bukan penyiar berita tentunya. Maka menulis panjang sudah menjadi terapi kewarasan buat aku. *Harap dimaklumi.. 😂

Sasirangan Pandan

Bahan:

5 butir Telur

2 gelas belimbing santan (dari 1/2 buah kelapa) 

1 gelas belimbing gula pasir

1 bungkus tepung hunkwe

3 lembar daun pandan

1/2 kaleng SKM

1 sdt Pasta Pandan

1 kotak vanili

1/2 sdt garam

Cara Membuat:

Rebus santan dan garam hingga mendidih sambil diaduk. Dinginkan

Potong dan blender daun pandan. Jika kesulitan anda bisa menambahkan santan tadi saat diblender. Kemudian saring. 

Kocok telur, vanili dan gula secara manual (dengan whisk) hingga gula larut masukkan tepung hunkwe aduk perlahan. Masukkan santan sedikit demi sedikit aduk hingga tepung tak menggumpal. Masukkan SKM dan pasta pandan, jika kurang hijau anda bisa menambahkan pewarna hijau. Kebetulan kueku agak pucat, jadi bisa ditambahkan pewarna ya supaya kelihatan hijau fresh. 

Panaskan panci kukusan. Olesi loyang dengan minyak lalu dilapis dengan kertas roti. Untuk kue ini aku memakai loyang bulat dengan diameter 25 cm. 

Kukus adonan kue sebanyak 1 sendok sayur selama 3 menit. Kemudian aduk adonan supaya tepung hunkwe tidak mengendap dibawah, tuang lagi satu sendok sayur hingga matang selama 3 menit. Lakukan hal ini berulang-ulang. Membuat kue ini butuh kesabaran ekstra. Tahap dilapisan terakhir biarkan kue dikukus selama 15-20 menit untuk memantapkan proses pematangan. 

Setelah selesai diamkan hingga sedikit dingin. Lalu masukkan kedalam kulkas. Kue ini memiliki tekstur sangat lemah sehingga membutuhkan proses pendinginan untuk dapat dipotong. 

Dan tadaaa… Kue sudah dapat dipotong. U can see ya garis-garis tipis super lembutnya. Ini bikinnya luar biasa ekstra sabar loh.. 😅

Okee…. Selamat mencoba yaa.. Kasih tau jika anda berhasil Recook resep ini.. 😊

IBX598B146B8E64A