Hal-hal yang menyebabkan Istri menjadi Matre

Hal-hal yang menyebabkan Istri menjadi Matre

“Aku baru sadar sekarang kalau istriku itu matre” keluh seorang suami.

“.. Padahal waktu sebelum menikah Aku udah yakin kalau dia ga matre, ternyata dia matre” 

Dan bagaimana tanggapan istri ketika sadar suaminya mengeluh demikian?

“Matre??? aku baru sadar telah menikahi suami yang PELIT” 😛

***

Ya.. Ya.. Keadaan diatas pasti sudah familiar banget ya. Materialisme kini menjadi sebuah paham yang kemudian di ‘kambing hitamkan’ atas permasalahan rumah tangga.

Kenapa bertengkar?

“Istriku.. Dikit-dikit duit”

Kenapa tak kunjung damai dengan suami?

“Suamiku pelit!”

😅

Kenapa sih istri menjadi matre? Sebenarnya dia memang benar-benar matre atau terpaksa matre? Kenapa baru ketahuan ketika sudah menikah?

Nah, berikut adalah beberapa faktor yang mendorong timbulnya paham materialisme pada Istri:

1. Inner Child yang mendukung materialisme

Inner Child adalah faktor yang sangat berpengaruh pada pola pikir seseorang saat dewasa. Pada masa golden age, tantrum yang tidak ditanggulangi dengan benar akan menimbulkan pemahaman materialisme yang akan meracuni pemenuhan kebutuhan seseorang dengan pemberian materi.

Baca juga: Cara sederhana menjauhkan paham materialisme pada anak

Dari artikel sebelumnya, pencegahan materialisme sebenarnya dapat dimulai sejak kecil. Jika berhasil maka besar kemungkinan pola pikir seseorang tidak akan teracuni dengan paham materialisme begitu saja ketika besar.


2. Gaya hidup masa remaja

Semua pasti setuju bahwa gaya hidup masa remaja yang dimanjakan dan salah pergaulan cenderung mengalami kesulitan saat berumah tangga nantinya.

Bagaimana tidak?

Terbiasa shopping di mall, nongkrong di ‘kafe gaul’ hingga tergila-gila pada barang branded. Selalu update dengan segala hal yang ‘kekinian’ sampai lupa dengan apa yang seharusnya di-upgrade. 

Pola konsumtif dalam gaya hidup ‘kekinian’ yang tidak diimbangi dengan produktivitas maka akan menimbulkan paham materialisme yang buruk.

3. Persaingan Dunia Sosialita 

Nah, faktor berikutnya ini merupakan faktor after-married. 

Apa bedanya dengan faktor kedua? Ya, ini adalah dampak negatif berkelanjutan dari faktor kedua yang tidak ditanggulangi.

Persaingan.

Jika pada masa remaja ‘calon istri’ sudah terbiasa memenuhi segala nafsunya dengan materi dan update segala yang ‘kekinian’ maka besar kemungkinan saat berumah tangga ia akan terlibat persaingan dunia sosialita.

Ia terbiasa berteman dengan yang ‘satu level’ dengannya. Kemudian merasa tersaingi jika yang lain memiliki barang prestise yang baru. Pola pikir demikian akan membuka pola hidup konsumtif yang tidak berkehabisan.

4. Mungkin sebenarnya istri anda tidak matre, tapi.. 

Nah, ini mungkin yang ditunggu-tunggu..

Kenapa istri tiba-tiba menjadi matre ketika berumah tangga? Padahal sewaktu zaman ‘pe-de-ka-te’ sang istri terlihat ‘woles’ dan se-der-ha-na. 😅

Bisa jadi faktor 1, 2 dan 3 diatas tidak ada sama sekali dalam diri istri. Istri punya inner child yang baik, gaya hidup remaja yang sederhana, bahkan tidak punya komunitas sosialita yang terbilang ‘wah’.

Tapi kenapa ketika berumah tangga jadi matre sekali? Dikit-dikit DUIT!

Ini dia Faktornya:

a. Suami yang banyak tuntutan

“Hari ini makan apa Ma?”

“Terong sama ceker ayam aja ya Kak, ini kan bulan tua”

“Gimana kalau bikin Steak?”

😌 (cek dompet)

“Ma, kenapa sih ga pernah luluran kayak zaman dulu..dulu kulit mama halus deh..

😌 (cek anggaran belanja bulanan)

..Komedo kamu juga udah keliatan banyak tuh..

😌 (peeling habis, catet anggaran bulan depan)

..Nanti coba beli ini deh.. Ga enak keliatannya bibir kamu biru kalau ga pakai lipstik

😌 (catet: lipscrub, lip mask n lip balm)

..Mama ‘anu’ itu udah punya anak 2 tapi badannya tetap langsing ya..

😌 (baik, coba diet keto!)

.. Biasanya mama kalau sore bikin cemilan, kok sekarang mulai jarang bikin cemilan”

😌 (katanya tadi mau istri langsing?)

Intinya, Bagaimana istri tidak matre jika ia merasa ‘banyak tuntutan’ yang wajib ditunaikan? Sementara stok pemasukan terbatas. Ingin punya istri yang tidak matre? Jangan banyak menuntut ‘Kang Mas’..

b. Tidak terbukanya keuangan Rumah Tangga

Pernahkah anda merasa bingung ketika melihat seseorang yang hanya berprofesi sebagai tukang becak namun memiliki istri yang hidup bahagia? Tapi seseorang yang menjadi manager di perusahaan terkenal bisa saja memiliki istri yang tidak bahagia?

Apa sebabnya?

Ya, keuangan rumah tangga tidak terbuka.

Dalam rumah tangga ‘yang baik’ akan memiliki prinsip dasar dalam mengelola keuangan. Prinsip ini akan mempengaruhi pengelolaan keuangan kedepan nantinya. Prinsip yang didasari oleh rasa percaya dari suami-istri. Prinsip itu adalah ‘Uangku adalah Uangmu’

Tidak sedikit para Kepala Rumah Tangga yang menyembunyikan penghasilannya sebenarnya. Takut karena mungkin jika dia ‘jujur’ maka istri akan mengambil semuanya dan tak menyisakan satu peser pun untuknya.

Karena prinsip keuangan yang tidak transparan serta tuntutan ekonomi dan keluarga yang banyak maka banyak para istri yang memilih menjadi ‘Wonder Woman’, bekerja diluar dan didalam rumah. Ia merasa takut tidak memiliki penghasilan sendiri karena tidak terbukanya keuangan rumah tangganya.

Apakah istri yang terpaksa ‘matre’ itu bisa disebut dengan ‘istri matre’?

THINK!

Apakah Istri akan bahagia dengan materi? Materi hanyalah kebahagiaan sesaat yang tak bisa membeli kebahagiaan yang sebenarnya. Materi hanyalah sebuah ‘pelarian’. Pelarian dari kurangnya cinta yang dibutuhkan.

 

Komentar disini yuk
7 Shares

Komentari dong sista

Your email address will not be published.

IBX598B146B8E64A