Hoby meniru hingga paham Plagiarisme? Bolehkah? 

Hoby meniru hingga paham Plagiarisme? Bolehkah? 

Kamu kenapa win jadi nulis ginian? Kamu pasti lagi kena demam AFI iya kan? 

Eh, btw apaan tuh AFI? Akademi Fantasi Indosiar? Kamu ngefans ya?

*ada AQUA 😂

Iya nih, belakangan ini teman-teman dumay saya rata-rata jadi suka nulis cerita AFI ini hampir tiap hari, dan tulisannya simpang siur di beranda kehidupan saya, baik itu di sosial media hingga diberbagai content. 

Kamu mau kekinian juga nulis ginian win? *semacem gatel ngeluarin pendapat, daripada saya tumpuk-tumpuk ga jelas entar jadi jerawat batu.. Tanggung jawab kamu fi.. Hahaha

Jujur nih, saya ga terlalu tau tentang si Afi ini sebelum isu plagiarisme itu rame dibicarain orang. Iseng kekepoan saya mulai muncul. Saya stalking tentang si Afi melalui facebook, terus manggut-manggut sama semua statusnya hingga kemudian menelaah status yang plagiarisme itu. 

Oke, oke.. Itukan cuma satu, batin saya. Mungkin dia khilaf. Mungkin dia sedang butuh sejenis penerimaan dikekosongan relung hatinya yang paling dalam. *biasa mah jomblo sejati gitu.. Kayak saya dulu.. Ehm.. 😂

Eh, bukan yak.. Saya perhatiin fansnya banyak buu.. Statusnya yang bagus2 banyak bu. Lah, tulisan saya yang ga jelas niche nya kemana ini mah kalah jauh ya.. Hiks_ *ambil tisue..

Lalu ada juga nih yang bilang plagiarisme itu sah sah saja kalau dalam bentuk status abege begitu. Yang salah itu kalo udah masuk ranah karya tulis ilmiah. Nah, pas membaca itu sontak hampir seluruh penulis setanah air pada berontak dengan berbagai alasan mendasarinya. 

Entahlah apa sebab si Afi ini melakukan itu. Awalnya saya mengira statusnya ini paling-paling cuma 1 biji yang plagiarisme. Ternyata? Beberapa status lain pun mengandung plagiarisme juga. Jadi? Niat dia plagiarisme itu apaan? 

Nah, Terus? Niat kamu nulis ini apa? Kamu mau ngebela yang mana win? Si Afi ato para nyinyiers? 

Yah, jujur ya.. Aku waktu liat si Afi ini di bully dimedsos kasian Bu (walau afinya mungkin ga peduli yak).. Bagiku dia sih masih kecil, walau statusnya hasil plagiarisme its okay karena statusnya menghasilkan penyebaran nilai kebaikan. Bagi saya itu lebih baik dibanding para penyebar hoax yang bahkan tidak membaca sumber penulisnya, asal share content saja dan menebarkan rasa benci.

Jika berkaca, saya umur segitu boro-boro nulis bagus, ya.. Zaman masih baru keluar facebook kerjaan saya cuma nulis syair lagu melankolis aja di beranda facebook, kalo enggak main game online.. *kalo mau stalking silahkan, saya yakin ga ada, saya ga terkenal maaah.. 😂

Saya nulis nama penyanyinya??? Enggak.. Haha.. Ibaratnya saya menulis syairnya cuma buat mewakili perasaan saya nih. Nah, kalo ada yang nyeletuk dikoment trus bilang “cie.. Lagu Ada Band yak”. Aku bilang apa? Ya ucapan “Selamat, tebakan anda benar..” 😂

*beruntung si vokalis ga ngeroyokin aku karena ngambil liriknya sembarangan buat dijadiin status..  😅

*eh, tapi dibawah status lagu itu ga ada pengakuan juga sih #aswindautari seolah-olah yang nulis itu saya tulen. Itu plagiat ga yak.. 😂

Jadi yang namanya plagiarisme itu sudah ada dihidup aku yang cenderung berkepribadian melankolis-plegmatis ini. Kamu tau kan sang plegmatis itu suka seenaknya jadiin orang deket sebagai Rule Mode dia? (padahal yang dijadiin rule mode suka loh, seolah-olah dia anak teladan.. Hihi..) Bukan cuma orang woy! Buku juga suka dia jadiin bahan meniru.

Afi ini jika aku perhatikan adalah anak yang rajin membaca buku serta content dan suka menjiplak isinya. Apalagi jika buku itu tidak terlalu populer dikalangan masyarakat indonesia. Dia Sang Pencari kebaikan bu. Namun, lebih suka jika hasil sebaran itu atas namanya sendiri. Dia haus popularitas. Hal yang biasa remaja lakukan. 

Jika Sanguinis bilang “My life, My adventure”

Melankolis bilang, “Merenung adalah cara mendapatkan ide”

Koleris bilang “Memimpin membuatnya semakin merasa diperhatikan” 

Maka plegmatis boleh dong berkata “Meniru adalah sebuah Inovasi” 😂

Iya, Inovasi Buu.. 

Saya masih ingat nih tulisan pertama saya waktu kecil. Ketika saya terobsesi mendapat pujian dari teman saya. Saya pikir tidak keren kalau saya nulis cerita cuma sebanyak 3 paragraf kemudian tamat_seperti cerita singkat yang biasa saya lakukan. Lalu, saya menulis cerita Putri Duyung dengan meniru Buku Dongeng Putri Salju. Kenapa jadi Putri Duyung? Karena waktu zaman saya SD itu kartun jarang bisa ditonton buu.. Jadi teman-teman desa saya haus akan sebuah cerita. Dan saya saat itu terkenal sebagai penulis dongeng ‘cepat’. *3 paragraf selesai. 

Saya yang saat itu masih kelas 2 SD mencoba menulis cerita Putri Duyung dengan menjiplak Dongeng Putri Salju hanya dengan mengganti tulisan Objek ‘Putri Salju’ menjadi ‘Putri Duyung’. Ya.. Ya.. Saya tau kalo dilakuin dikomputer pasti cepat selesai kan ya. Tapi ini cape buu, saya nulis satu buku. Haha.. Dan saya puasss.. Saya dapat banyak pujian oleh teman saya. Kebetulan semua teman saya tidak ada yang tau dengan dongeng putri salju. Jadi mereka menganggap semua asli karangan saya. Haha.. Bangga banget lah saya waktu itu.. 😂

Bangga akan berbagai pujian akhirnya saya ingin meningkatkan plagiarisme saya dalam menulis lagi. Saya lalu ingin menjiplak dongeng di majalah bobo untuk bahan ‘tulisan pamer’ saya berikutnya. Sampai kemudian dibelakang saya ada yang memergoki saya. Duaaarrrr.. Ya.. Dialah Kakak saya. 

Dia langsung ngerebut buku saya. Lari-lari sambil cekikikan membacanya.. 

“Putri Duyung lari kehutan kemudian bersembunyi dirumah kecil… hahaha.. masa dilaut ada hutaaann??? Ini Putri Duyung ato Putri Salju? ”

😂

Ya, wajahku langsung memerah mendengar sindiran dari kakakku. Aku malu. Malu semalu malunya. Sejak itu aku Resign menulis. Sampai kemudian aku menonton Jurasic Park lalu memberanikan diri menulis lagi dengan judul “T-REX, Dinosaurus yang bisa makan manusia”, karanganku hanya sebanyak 3 paragraf dan tamat. 😂😂

Tapi, dari situ aku merasa diriku berkembang. Dari penjiplak tulen menjadi penjiplak fenomena. Ya, menonton kemudian menulis ulang juga merupakan kegiatan menulis yang positif kan? Walau ujung-ujungnya pasti ya mereka yang tau filmnya bilang “halaaah.. Ini mah Jurassic Park” 

Belajar dari kasus AFI dan plagiarisme yang dilakukannya aku seakan berkaca pada diriku sendiri dahulu. Mungkin, jika sejak kecil aku memiliki sosial media seperti facebook aku tak sungkan menulis dongeng distatus dan tak tahu malu pula menyelipkan namaku dibawahnya. Hal ini didasari oleh rasa haus popularitas dan ingin diakui. Kalian ga pernah ngerasain itu? Aku ngaku aja pernah ya! 

Tapi seiring waktu aku belajar. Dari sindiran kakakku aku belajar walau tak luput sepenuhnya dari aktifitas meniru. Kalian tau apa yang paling tidak suka dengan menjadi peniru? Yaaa.. Aku tidak punya karakter tersendiri.. Aku tersesat dalam dunia orang lain. Sangat familiar jika aku melihat tulisan Afi, tulisan yang terlalu bagus untuk anak seumur dia. Bagus mungkin biasa namun yang janggal adalah setiap karakter tulisannya berbeda membuktikan bahwa dia bukan penulis yang berkarakter_karena dia peniru. 

Yeah, kau tau Afi? Duniaku sudah terlalu banyak kuhabiskan dalam aktivitas meniru. Aku bersyukur karena proses meniru adalah caraku berkembang menjadi diriku yang sebenarnya. Bagiku sampai sekarang, meniru tetap sebuah inovasi! 

Menjiplak gambar, menjiplak tulisan, menulis film yang ditonton, menulis ringkasan cerita, menulis cerita sehari-hari dengan gaya harry potter, menjiplak syair lagu  diselipkan dengan puisi.. Adalah proses meniru yang diselingi dengan perubahan. Jadi, apa meniru salah? 

Meniru tidak salah, yang SALAH adalah menjadi PLAGIAT, menjiplak tulisan seseorang tanpa menuliskan sumber penulisnya. 

Ya.. Ya.. Belakangan sejak jadi penulis ‘ngawur’, ‘gado-gado’ dan hanya mengabdikan ekspresi diri melalui tulisan agar dapat dihargai didunia ini.. (ahh.. gaya ngenes deh win)_Aku jadi mengerti tentang berharganya sebuah tulisan dan proses dalam pembentukan tulisan tersebut. Nulis itu kalo kelamaan bisa bikin saya magh buu.. Apalagi kalo ga tamat-tamat n nyadar bakat nyurcol saya lebih dominan, sambil liat tulisan saya membatin, ini curhat ato nulis😂

Yah, tapi inilah diri saya. Saya masih ga bisa nulis bagus dengan gaya ‘Keafiafian’. Saya mah gini, nulis seekspresif n sekeluarnya aja. Apalagi kalo si krucil sering mengganggu dunia hening dan imajinasi saya.. Buyaaaarrr semua.. Hahaha.. 

Belakangan saya malah kangen sekali dengan karangan tiga paragraf, tulisan saya sejak kelas 3 SD itu. Saya merasa karangan tiga paragraf itu polos sekali berasal dari otak saya yang pas pasan. Tapi saya bangga, karena walau jelek itu hasil dari otak saya sendiri. 

Apa saya protes jika ada yang menjiplak tulisan saya yang hanya tiga paragraf itu dan mengakui sebagai karyanya dengan menyelipkan namanya dibawah tulisan tersebut? Iyaaa.. Protes, ngiri kalo yang bilang tulisan saya bagus cuma 3 biji sementara kalo ditulis sama Afi di facebooknya bisa dapet ribuan like dan pujian.. Ngiri laah.. Sementara kita nulis capek sampe magh kambuh.. Tapi nulis nama kita aja kok ga mau.. Hahaha.. *emak mau eksis

Terakhir pesan saya sama Afi, jangan berhenti membaca dan menulis. Namun pekalah terhadap kritik disekitarmu. Belajarlah menjadi dirimu sendiri_dan belajar menghargai karya orang lain. 

Tidak adil jika Tuhan menciptakan komposisi otak yang begitu sempurna hanya pada satu orang. Aku yakin Tuhan membagi sebuah kesempurnaan kemudian berkata “Kumpulkan dan Hargai SUMBERnya” 

*kalimat terakhir murni dari pikiran saya sendiri. Aswinda Utari. 

Sumber gambar

<img src=”//i.sociabuzz.com/tck_pix/bl_act?_ref=93a3ae3f20ab80673b177758422454207097a1a9&_host=www.shezahome.com”>

              

Komentar disini yuk
6 Shares

Komentari dong sista

Your email address will not be published.

IBX598B146B8E64A