Browsed by
Month: March 2020

Ketika Pandemi Corona Mengaburkan Mimpi Kami

Ketika Pandemi Corona Mengaburkan Mimpi Kami

Yes, absolutely.. Can we uninstall it and install again?

Virus Corona Ini Bukan Mimpi

Kadang aku terbangun di pagi hari. Berharap kepanikan kemarin hanyalah sebuah mimpi. Karena mimpiku memang biasanya se-ngaco itu.

Tentang alien yang menjajah bumi..
Tentang astronot yang nyasar ke rumah mencari kentang..
Tentang kucing yang bisa berbicara..
Tentang orang-orang yang mendadak berwarna ungu semua..
Tentang virus? Ayolah.. Ini bukan hal yang baru. Mimpiku memang selalu sengaco dan terlihat senyata itu.

Tapi ketika aku terbangun. Semua itu nyata adanya.

Korban positif yang mencapai angka ribuan itu nyata..
Farisha yang diliburkan sekolah entah sampai kapan itu nyata..
Bahkan sekarung beras ini juga nyata. Aku membelinya kemarin karena didesak oleh panic buying karena melihat india yang sudah lockdown..
Kami yang terkurung di rumah saja ini nyata.

Desinfektan itu nyata. Kegiatanku yang selalu menyemprotkan barang dari luar rumah dengan desinfektan itu nyata.
Bayclin yang habis dimana-mana itu nyata adanya.

Ya Tuhan, kenapa ini nyata? Bagaimana nasib kami selanjutnya? Bagaimana dunia ini menghadapinya? Bagaimana indonesia menghadapinya?

Menghadapi Kenyataan dengan Corona

“2 pasien positif corona ada di Jakarta”

Wacana itu membuat hatiku langsung sedih sekaligus seram. Virus itu sudah ada di negeriku. Di Ibu Kota. Daerah mana saja yang sudah dilalui penderitanya? Akankan ia menyebar hingga kesini? Ke banjarmasin?

Aku berusaha tenang sejak pengumuman itu diberitakan. Setiap hari aku mendengar pasien positif selalu bertambah. Tapi aku berusaha tidak panik. Status PDP dan ODP di banjarmasin belum menunjukkan status positif.

Hingga suatu hari…

“Satu pasien di banjarmasin dinyatakan positif corona..”

Disitulah pikiranku mendadak terasa panik. Terlebih ketika mengetahui bahwa daerah penderita sekitar 5 km dari tempat tinggalku. Pikiranku langsung berjalan mengira-ngira daerah mana saja yang mungkin sudah dilakui oleh pasien positif itu.

Untung saja pemerintah sudah meliburkan sekolah sejak seminggu yang lalu sebelum ada kabar pasien positif tersebut. Langkah yang terbilang cukup cepat sebelum virus ini meluas. Paling tidak, kami bisa merasa aman dan nyaman #dirumahsaja untuk sementara ini. Belajar dari Jakarta, kami berusaha untuk selalu di rumah saja, kecuali ada keperluan yang benar-benar penting.

Alhamdulillah, suamiku yang berprofesi sebagai dosen juga diliburkan. Ia malah merasa nyaman sekali karena bisa bebas mengerjakan deadline journal theme dan aplikasi. Suamiku berprofesi luaran sebagai programmer. Sehingga Work From Home adalah hal yang diimpikannya.

Inilah keluarga kecil kami. Kami semua dirumah saja. Tidak ada yang merasa bosan atau tidak nyaman. Suamiku, Farisha dan Humaira selalu tertawa setiap hari.

Tinggallah aku dipojokan. Menonton berita, menyimak sosial media, memantau kondisi covid 19 di daerahku.. Dan perlahan-lahan rasa panik mulai menjalar ke otakku.

YES, IM PANIC.

Hal-hal gila otak melankolisku mulai melakukan segala yang berlebihan di mata keluargaku. Bagi mereka aku seperti OCD. Tapi bagiku sendiri ini adalah WASPADA.

Aku menyemprot semua rumah dengan desinfektan. Seluruh lantainya juga. Kalau dalam sehari aku ketinggalan melakukan semuanya maka aku tidak bisa tidur. Apalagi, sehari-hari masih saja pegawai suami bekerja. Belum lagi beberapa keluarganya yang suka datang.

Dimata suami, mereka yang datang adalah rekan bisnis.

Dimataku, mereka yang datang harus diwaspadai. Kadang otakku berpikir ingin menyemprot mereka memakai desinfektan. Tapi kenyataannya hanya senyum manis yang pura-pura aku lukiskan.hahaha..

Perlu komunikasi.. komunikasi lagi dan lagi dalam memutuskan adab keluar masuk rumah ini. Suamiku yang cenderung bersikap santai selalu menganggapku berlebihan dalam memandang virus. Sampai suatu hari aku memperlihatkan keadaan negara Italia. Barulah ia paham dan mengerti dengan hantu yang selama ini mengisi ketakutanku. And Finally.. Kita setuju untuk aturan keluar masuk rumah ini.

“Yaa.. Kalau sayang enggak mau aku tiap hari nyemprot desinfektan ke seluruh rumah.. Maka yang masuk rumah saja yang harus di bersihkan. Supaya aku enggak cemas..”

Begitulah akhirnya kami memulai kesepakatan untuk mengurangi kadar panik yang ada dalam diriku.

Ya.. Kita harus menghadapi virus dengan ikhtiar yang realistis bukan? Bukankan begitu yang dinamakan insan yang beriman?

Mimpi yang Kabur di 2020 Akibat Virus Corona

“Sudah satu bulan ini enggak ada yang pesan thema.. Duh, padahal gajih karyawan jalan terus”

“Kenapa kira-kira ya pah?”

“Ya karena pandemi corona ini.. Klienku yang dari italia juga curhat masalah ini kemarin..”

Mendengar keluhan suami, aku jadi merasa kasihan. Aku tahu betul bagaimana kerasnya dia membangun usahanya hingga demikian besar.

Well.. Sepertinya aku tidak pernah bercerita ya? Tentang usaha suamiku yang baru?

Kami memiliki CV. Namanya CV share system. Buah dari hobi suamiku yang senang membuat program dengan aplikasi dan web. Yah begitu begitu deh. Akupun juga tidak begitu mengerti dengan yang ia kerjakan. Karena terus terang saja aku sangat gaptek. hahaha.. Blog ini juga buatan dari suamiku btw.

Nah, CV kami memiliki usaha baru yang setahun belakangan ini berkembang pesat. Suamiku mengelola Open Journal Theme (OJT) yang awalnya usaha ini hanya iseng saja. Ternyata akhirnya memiliki banyak pasar. Hingga, tahun 2014 ini suami memutuskan ingin serius menjalani bisnisnya dengan membangun kantor di samping rumah hingga mempekerjakan pegawai. Dia benar-benar serius dengan bisnis ini. Dan akupun sangat mendukungnya.

Kami sudah memiliki 2 karyawan tetap yang berprofesi sebagai programmer. Yang artinya, untung tidak untung.. Akan selalu ada biaya yang keluar setiap bulan. Belum lagi biaya operasional yang bertambah. Sebutlah itu biaya listrik, bpjs, administrasi dsb. Sungguh awal yang tidak mudah untuk pebisnis pemula seperti kami.

Tahun 2020 adalah tahun awal bisnis kami dimulai. Kami memiliki banyak mimpi untuk ini. Banyak.

Dan ketika pandemi corona tiba, satu-persatu masalah datang. Dari project besar yang mungkin cancel hingga pesanan tema yang menurun drastis dibanding tahun kemarin. Ditengah krisis ini, ditengah Work From Home, kami dilanda ketakutan dan kepanikan. Itu nyata adanya.

Kami harus mengakui bahwa mimpi-mimpi di tahun 2020 ini menjadi kabur. Corona telah membuat segala aspek kehidupan berubah. Baik secara ekonomi maupun psikologi.

Itu kenyataannya.

Mengais Mimpi yang Kabur, Kita Harus Bertahan Bersama ditengah Pandemi Corona

Menerima kenyataan. Itulah yang harus kami lakukan sekarang.

Menunda sebagian mimpi itu. Lantas bergerak pada hal yang jauh lebih penting.

Apa itu?

SURVIVE!

Tahun 2020 ternyata bukanlah tahun untuk meluaskan mimpi usaha kami, melainkan tahun untuk evaluasi diri dan bertahan bersama.

Kami termasuk keluarga yang beruntung. Disaat yang lain kesulitan dalam hal keuangan untuk Work From Home, kami masih memiliki tabungan untuk diri sendiri dan berbagi. Dan mungkin tahun ini adalah tahun dimana daya empati kami diuji.

Ada salah seorang janda yang rumahnya digadaikan ke bank, janda tersebut dekat dengan keluarga kami. Suami meminta izin padaku untuk menggunakan sebagian tabungan kami untuk membantunya. Bagaimana perasaanku? Aku speechless. Serius.

Ada perasaan bersalah yang tiba-tiba mampir begitu saja. Sebulan yang lalu aku sempat bertengkar hebat dengan suami perkara keuangan. Aku berpikir, suamiku sedikit zholim padaku. Suamiku tidak mau mengerti dengan pengeluaran darurat. Tetapi lihatlah sisi ini. Betapa empatinya tergerak untuk membantu yang lebih berhak. Seketika, aku merasa malu dan tersentuh. Ada air hangat yang turun begitu saja diujung mataku. Aku bangga sekali memiliki suami yang peduli pada sekitar.

Suamiku juga berkata padaku bahwa.. Mungkin, tabungan kami akan habis di tahun ini. Orang tuanya butuh bantuan, saudaranya juga, pegawainya, si ini, si itu. But, i’m fine. Selama ia selalu jujur dan segala keperluan itu untuk hal yang baik maka aku selalu mendukung. Kadang saat begini aku merasa sangat malu dulu sempat marah-marah padanya.

“Kita tidak boleh hanya survive sendirian. Kita harus membuat orang disekeliling kita juga survive.. Mungkin inti dari 2020 adalah tentang menguji daya empati kita..”

Seketika, kami merasa syukur itu tumbuh begitu saja. Ada rasa kepercayaan diri yang kuat bahwa kami pasti bisa melewati pandemi ini dengan baik. Kecemasan itu luntur seketika. Panik itu kehilangan tujuannya.

Berita bertambahnya pasien positif corona setiap harinya membuat kami merasakan ketakutan pada hal yang seharusnya. Bahwa hidup ini sungguh hanya sementara. Hal yang bisa kita lakukan hanyalah berikhtiar kuat dan terus membantu sesama.

Dan kadang rasa syukur itu tumbuh pada ketakutan semacam ini. Lihatlah kami yang selalu bersama setiap hari di rumah. Tanpa disadari, Tuhan telah menciptakan rasa cinta yang besar ditengah ketakutan ini. Kami semakin menghargai satu sama lain. Kami akhirnya paham akan arti kebersamaan dan cinta.

Stay at home memberikan banyak pembelajaran. Tahun 2020 bukanlah akhir dari cerita kami. Ini adalah awal dimana kami mulai membangkitkan rasa empati. Tuhan, izinkan kami hidup lebih lama lagi. Kami masih ingin memeluk orang tua kami tanpa takut tertular maupun menularkan.

I Hope Corona Virus will be end before Ramadhan comes. Amen

30 Maret 2020

Seorang Ibu yang merindukan orang tuanya, tetapi tau diri untuk tidak pulang kampung

Pengalamanku Menghadapi Kulit Si Kecil yang Ruam dan Mengelupas

Pengalamanku Menghadapi Kulit Si Kecil yang Ruam dan Mengelupas

“Loh kenapa Farisha tangannya penuh bintik merah begini?”

“Pasti mamanya makannya sembarangan nih?”

Begitu kalimat yang sering muncul setiap kali aku membawa Farisha kecil ke tempat umum. Duh, mendengar judgemental demi judgemental para ibu di sekitarku itu, kadang aku merasa bersalah dan telah gagal melindungi kulit si kecil.

Farisha, anak pertamaku yang sekarang berumur 7 tahun itu dulu punya banyak sekali masalah kulit. Dari ruam popok, biang keringat, pengelupasan kulit, hingga yang terakhir dan paling membuatku stress adalah ia tidak bisa tidur kalau ruam itu tidak sambil digaruk.

Apakah aku tidak mengobatinya? Well, As a Mom.. I do my best. 

Selama memiliki Farisha dulu, aku tidak pernah memakan udang. Aku juga selalu mengoleskan pantatnya dengan baby cream. Sela-sela lipatan kulitnya selalu aku oleskan baby oil. Aku tidak tau juga kenapa semuanya susah sekali sembuh. Sampai stress aku dibuatnya.

Jika mengingat itu, rasanya mendadak tanganku ingin menggaruk-garuk. Aku berharap, anak keduaku nanti tidak memiliki kulit sensitif seperti kakaknya.

Ternyata Anak Keduaku Memiliki Masalah Kulit yang Sama, namanya Dermatitis Atopik

Jujur, awalnya aku senang sekali melihat anak keduaku hampir tidak pernah mengalami masalah kulit. Dari lahir, Humaira tidak pernah bermasalah dengan ruam popok. Pantatnya cenderung masih halus dan lembut walaupun sering memakai diapers. Aku sangat bersyukur karena tidak perlu repot memakaikan clodi seperti pada kakaknya dulu. Yaa.. Farisha dulu tidak pernah pakai diapers karena setiap kali memakai diapers ruam popoknya selalu semakin parah.

Ternyata, kesenanganku tersebut hanya sementara saja. Tepat ketika Humaira berumur satu tahun, tiba-tiba saja aku melihat bintik-bintik merah di bagian lipatan lengannya. Bukan hanya itu, bagian lutut Humaira juga mengelupas. Dan, ternyata itu gatal. Terbukti aku sering mendapati Humaira menggaruk lipatan lengannya sendiri. Kalau tidak digaruk, dia tidak bisa tidur.

Suamiku berkata, “Ini mungkin hanya biang keringat biasa. Nanti juga hilang.”

Ya ya ya.. Suamiku memang sesantai itu orangnya. Dia paling hanya berkata, “Kasih bedak bayi.. Bla bla..”

Dari salah seorang temanku, aku akhirnya tau kalau bintik merah pada kulit Humaira termasuk dalam kategori Dermatitis Atopik. Dermatitis Atopik adalah penyakit kulit yang biasanya muncul pertama kali saat bayi berusia di bawah satu tahun hingga satu tahun. Dermatitis atopik bisa terus kambuh hingga dewasa, meski bagi sebagian anak gejalanya dapat membaik atau bahkan hilang. 

Sebenarnya, bintik-bintik merah ini tidak terlalu mengganggu. Aku toh bisa saja membiarkan pemandangan biasa ini. Toh, anak pertamaku bintiknya jauh lebih parah dibandingkan ini. Tapi, proses menggaruk ini benar-benar menyebalkan. Masa setiap kali aku berhenti menggaruk, Humaira pasti nangis kejer. Please.. Kerjaan mamak juga banyak. Tanganku bukan hanya bertugas untuk menggaruk gatal saja bukan?

Atopiclair Cream, Jinakkan Monster Gatal

Belajar dari pengalaman anak pertama, maka aku sudah melakukan banyak eliminasi terhadap berbagai obat-obat salep. Karena melihat kemungkinan obat-obat tersebut tidak berpengaruh pada Humaira. Meski anak pertama dan kedua memiliki warna kulit yang berbeda, akan tetapi sepertinya basic kulitnya mirip-mirip saja.

Aku tidak mau memperberat efek samping dari obat obatan salep. Dulu, aku pernah melakukan kesalahan kepada kulit Farisha dengan mengoleskan salep sembarangan. Alhasil, kulitnya malah mengelupas. Padahal, saat itu dia masih bayi banget. Hiks. 

Sampai akhirnya aku bertemu dengan Atopiclair Cream.

Atopiclair Cream adalah krim hydrolipidic untuk memperbaiki barrier kulit yang bekerja dengan cara melapisi jaringan yang terluka, melembabkan dan mengurangi sensitifitas jaringan yang meradang serta membantu mengurangi rasa terbakar, gatal, dan nyeri dengan cara melindungi kulit dari iritasi berlanjut.

Well, paling tidak aku harus mengurangi aktifitas menggaruk yang tidak produktif bukan? 

Akupun langsung mengoleskan cream ini pada bintik merah di lipatan lengan Humaira. Aku juga mengoleskannya pada lutut Humaira yang mengelupas dan kering. Tipis-tipis saja dan dipijat dengan lembut selama 3x sehari.

Dan, setelah 3 hari aku memakaikan cream ini pada Humaira.. Aku merasakan kemajuan besar, diantaranya adalah

1. Tidak ada drama garuk-garuk lagi

Biasanya, sekitar jam 2 siang drama menggaruk ini dimulai. Akan tetapi, setelah memakaikan cream ini drama menggaruk ini frekuensinya mulai berkurang. Sampai di hari kedua aku tidak perlu menggaruk lagi. Cream ini sangat efektif untuk meredakan rasa gatal. Dan ini benar-benar Alhamdulillah.

2. Bintik merah pada lengan perlahan menghilang

Dihari ketiga aku mengoleskan cream ini, akhirnya aku speechless. Bintiknya mulai berkurang. Tinggal sedikit sekali sisa bintik merahnya. Dan kalau sudah begini, aku percaya diri sekali membawa Humaira kemana saja tanpa takut ditegur orang-orang. 

3. Kulit yang kering dan mengelupas menjadi lembut

Aku tidak begitu mengerti penyebab mengelupasnya kulit lutut kaki si kecil. Mungkin juga karena ia terlalu sering merangkak sehingga permukaan kulit lutut yang awalnya lembut menjadi sangat kasar, menghitam dan mengelupas. Memang bagian ini tidak gatal, hanya saja melihat kulit mengelupas itu sangat mengganggu pemandangan. Akhirnya, aku juga iseng mengoleskan atopiclair di lutut si kecil.

Dan setelah 3 hari, permukaan lututnya tidak begitu kasar lagi. Bagian yang mengelupaspun seakan terganti dengan skin barrier yang baru. Duh, aku senang sekali. 

Kemudian, pikiran isengku muncul. Akankah cream ini juga bisa menghaluskan lututku yang juga super kering ini? Hahaha..

Mengapa Memilih Atopiclair untuk Si Kecil? Apakah aman?

Well, ketika melihat kemajuan pada gatal-gatal Humaira.. Suamiku berkata, “Apakah cream ini punya efek samping? Jangan-jangan kulitnya bisa mengelupas kayak Farisha dulu?”

Iseng, akupun memeriksa komposisi pada atopiclair cream ini. 

Komposisi:

Aqua, Ethylhexyl palmitate, Butyrospermum parkii butter, Pentylene glycol, Arachidyl Alcohol, Behenyl Alcohol, Arachidyl Glucoside, Butylene glycol, Glyseryl stearate, Glycyrrhetinic acid, Capryloyl glycine, Bisabotol Tocopheryl acetate, PEG-100 stearate, Carbomer, Ethylhexylglycerin, Picoctone olamine, Sodium hydroxide, Allantoin, DMDM hydantoin, Sodium hyaluronate, Vitid vinifera seed extract, Disodium EDTA, Ascorbyl tetraisopalmitate, Propyl gallate, Telmesteine.

Ternyata atopiclair terbuat dari bahan alami seperti ekstrak biji anggur dan aman digunakan dalam jangka panjang. Bahannya memang berbeda jauh dengan cream yang biasa aku oleskan pada Farisha. Creamnya juga tanpa bahan pewangi.

Produk yang diformulasikan khusus untuk penderita dermatitis atopik ini sejak lama telah direkomendasikan oleh para ahli kesehatan di Dunia untuk mencegah kambuhnya dermatitis atopik. Dan aku sendiri merasakan sekali khasiatnya. Skin barrier kulit terpelihara bahkan juga memiliki efek hidrasi pada kulit. Seperti yang aku terangkan pada poin sebelumnya, cream ini melembutkan permukaan lutut Humaira yang kering dan mengelupas. Yaa..  Kualitas memang enggak pernah bohong ya.

Namun, untuk penderita yang memiliki alergi terhadap shea butter (B. parkii) dan memiliki riwayat hipersensitifitas terhadap komposisi diatas aku sarankan untuk berkonsultasi ke dokter dulu sebelum menggunakan produk ini.

Jenis atopiclair ini juga ada yang berupa lotion loh. Untuk kalian yang memiliki kondisi kulit serupa mungkin bisa membeli varian lengkap cream dan lotionnya. Lotionnya sendiri memiliki fungsi yang tidak kalah bagus. 

Bagaimana? Punya pengalaman dengan dermatitis atopik juga mom? Cerita yuk tentang cara kalian menghadapinya…

Oya, Atopiclair cream dan lotion ini bisa  didapatkan di berbagai apotek dan toko obat di indonesia ya. Bisa juga dengan beli di berbagai market place seperti shoope, tokopedia, lazada dan bukalapak.


Apresiasi Mamak Rempong dengan Mandi Parfum Vitalis Body Wash

Apresiasi Mamak Rempong dengan Mandi Parfum Vitalis Body Wash

Sungguh ku lelah..

Baju bersih itu kotor lagi..

Piring bersih itu kotor lagi..

Dan kenapa pula botol kecap ini kehilangan tutupnya?

Siapa pelakunya?

Lihatlah ia yang sedang asyik merangkak dengan riang..

Mengejar seekor kucing, lantas kemudian menarik buntutnya.

Ingin ku marah melihatnya. Tapi dia malah tertawa melihatku. 

Seakan dia berkata.. “Ah, bukankah ini bukan waktunya marah mama?”

Jadi Ibu Rumah Tangga Minim Apresiasi? Benarkah?

Kupandangi wajah Humaira yang ‘cemong’ karena menumpah kecap. Sementara ada 2 helai bulu kucing menempel di pipinya. 

Sungguh, jika anak ini tidak tertawa dan wajahnya tidak lucu.. Ingin sekali aku memarahinya. Tapi senyuman itu sungguh lucu. Humaira memang dalam tahap usia yang lagi lincah-lincahnya. Sehingga, dia memang sering berobservasi sendiri di rumah. 

Bukan hanya di rumah sebenarnya. Dia mulai suka menjelajah luar rumah hingga keluar pagar. Kalau tidak dituruti, dia bisa menangis. Dan kalau dia menangis, yaah.. ‘Its makes me crazy’

Bagiku sendiri, keluar dari rumah bukanlah hal yang menyenangkan. Aku bukan tipe ibu yang pede keluar rumah dalam kondisi ‘menggenaskan’.

Apa definisi menggenaskan itu? 

Bau bawang, bau ASI, belum mandi, tidak memakai lipstik.. Itulah definisi menggenaskan bagiku. Yah, kalau tidak ada yang melihat sih tidak apa-apa. Kalau ada yang melihat? Terlebih tamu penting hingga mama mertua yang tiba-tiba datang? Oh Tidaaak!

Saat-saat seperti itulah kadang ada perasaan insecure dalam diriku. Merasa tidak becus dalam mengurus anak, kemudian mendapat petuah-petuah yang tidak bisa aku terapkan. 

I mean.. Come on..

Aku sudah berusaha keras menjadi Ibu yang ‘Perfect’. Kenapa tidak ada pujian yang menyertainya? Kenapa tidak ada apresiasi? 

Mengurus 2 anak, membersihkan rumah, memasak setiap hari sebanyak 3x sehari dalam menu berbeda, antar jemput anak sekolah.. Antar jemput anak mengaji. Aku rasa waktuku sudah habis disana. Kenapa pula tidak ada apresiasi dari orang sekelilingku.

Padahal, citra itu sudah sedemikian perfect aku buat. Huh

Apresiasi Orang Lain itu Tidak Penting

Sering aku curhat pada suamiku. Mengapa orang lain suka sekali melihat kekurangan? Mengapa sesempurna apapun hal yang aku lakukan.. Selalu ada celah untuk dicela?

“I just try my best.. And I’m so tired..” 

Kalau sudah begini.. Suami biasanya hanya terdiam sambil mengusap rambutku. 

“But, for me.. You are the best..”

“Gombal..”

“Bagiku, mama sudah melakukan yang terbaik. Tidak masalah sama sekali tentang anak yang kurus.. Rumah yang kadang berantakan. Sisi positifnya, Makanan di rumah selalu bergizi dan Mama selalu sempat memakai skincare setiap hari. Tidak banyak perempuan yang bisa begitu..”

“Tapi mereka bilang…”

“Tidak usah pedulikan kata-kata dari orang lain. Berhentilah membangun citra untuk menyenangkan orang lain. Tidak ada gunanya. Orang selalu punya celah untuk mencela. Apresiasi dari orang lain itu tidak penting..”

“Tapi..”

“Yang paling penting adalah.. Orang-orang di rumah ini menyayangi mama.. Semua bilang mama yang terbaik.”

Dan, tidak perlu ditanya lanjutannya. Aku speechless.

Apresiasi Diri Sendiri, Kunci dari Sumber Kebahagiaan

Cerita diatas menyadarkanku akan satu hal. Bahwa, aku harus fokus dengan apresiasi dari keluargaku.. Bukan dari orang lain. Sederhana rumusnya namun itu adalah salah satu hal yang bisa membuatku tetap move on walau kadang mendapatkan cela dari orang sekitar.

Suamiku berkata, bahwa inti dari kekuatan yang ada dalam manusia dimulai dari percaya pada dirinya sendiri. Karena itu, selain apresiasi dari orang yang disayangi.. diri sendiri perlu dibahagiakan dan diapresiasi. Kebahagiaan yang ada pada diri sendiri ini akan menular ke orang di sekitarnya. 

Kenapa sangat penting membahagiakan diri sendiri dulu? Karena, jika diri sendiri saja merasa sedih maka apa jadinya orang yang berada disekitarnya? Terlebih jika sudah berstatus sebagai ibu. Apa jadinya jika Ibu tidak bahagia? Tidak punya me time? Tidak diapresiasi? Ya tentu sekelilingnya juga tidak merasa nyaman dan bahagia.

Setiap orang memiliki cara berbeda untuk mengapresiasi dirinya sendiri. Suamiku misalnya, dia sangat suka mengoleksi hal-hal yang berbau IT. Dia juga sangat senang menonton film action tanpa diganggu. Dan, kesenangannya yang terakhir adalah makan masakan aku juga ibunya. Sesederhana itu.

Aku sendiri memiliki cara berbeda untuk mengapresiasi diri. Kadang, aku membuka berbagai market place untuk memeriksa diskon. Jika dapat barang diskon pada flash sale.. Aku sangaaat bahagia. Hahahaha..

Selain itu, aku juga senang sekali mengoleksi berbagai lipstik dan skincare. Bagiku, merawat diri itu sangat diperlukan. Karena percaya diriku sumbernya dari merasa cantik dan segar. 

Belakangan, aku juga mulai suka mengoleksi parfum dan handbody. Awalnya, aku melakukan ini untuk menyenangkan suami saja. Lama kelamaan, aku jadi ketagihan mengoleksi parfum dan handbody. Bau-bau khas dari parfum dan handbody ini menjadi semacam mood booster dalam keseharianku. 

Vitalis Body Wash, Mood Booster Keseharian Emak-emak untuk Mengapresiasi Diri Sendiri dengan Mandi Parfum

Belakangan, aku tau dengan Vitalis Perfumed Moisturizing Body Wash dari temanku. Katanya, wanginya oke banget kalau dibawa bath tub. Berasa mandi berendam pakai parfum kesayangan katanya. 

“Lebay banget..” Kataku tertawa

“Halah serius.. Pecinta parfum harus nyoba deh ini..enak banget berasa rileks..”

Iseng, akupun mencoba 3 varian dari Vitalis Body Wash ini. Dan satu persatu aku coba saat mandi.

Anyway, setelah mencoba ketiganya dalam jangka waktu 5 hari, akhirnya aku benar-benar merasakan kesegaran dalam level harum yang berbeda. Dan manfaat yang diberikan tiap varian pun berbeda pula.

Menurutku, Vitalis Body Wash ini memiliki 7 Keunggulan. Diantaranya adalah:

1. Kemasan yang Aman dan Praktis

Kemasan Vitalis tidak mudah tumpah. Selain itu membukanya juga sangat praktis. Packaging yang demikian membuatnya cukup travel friendly.

Ya ya, aku punya pengalaman membawa body wash botolan ketika bepergian. Kalian tau? Ternyata sepanjang perjalanan sabun itu bocor ditutupnya sehingga segala bawaanku jadi terkena sabun tersebut. Kalau kemasan vitalis ini Insya Allah tidak begitu.h

2. Menutrisi dan Melembabkan

Nah, ketiga varian vitalis body wash ini memiliki kelebihan masing-masing. Terutama soal menutrisinya. Karena masing-masing memiliki kandungan yang berbeda.

White glow mengandung susu dan ekstrak licorice untuk menekan peradangan sehingga membantu memperbaiki kondisi hiperpigmentasi kulit.

Soft Beauty mengandung vitamin E dan ekstrak avocado yang  bermanfaat untuk menjaga kesehatan dan kelembaban alami kulit.

Fresh Dazzle mengandung ekstrak green tea dan Yuzu Orange. Kedua zat ini merupakan antioksidan alami  untuk mengurangi resiko penuaan dini akibat radikal bebas dan paparan sinar matahari.

Untuk manfaat ini, aku lebih cocok dan sering menggunakan varian white glow. Karena aku sangat butuh skincare yang dapat memperbaiki hiperpigmentasi dibeberapa bagian kulitku.

3. Aroma Parfum yang Mewah dan Elegan

Nah, ini dia fungsi Vitalis Body Wash yang super berbeda dibanding dengan sabun lainnya. 

Wanginya itu bikin hidup jadi banyakkk semangatnya. Jadi berasa tiap hari merasakan jenis apresiasi yang berbeda. Yaa.. Wangi-wangi itu memang bisa membangkitkan mood booster harianku.

Fresh Dazzle dengan aroma Bergamot plus Floral Bouquet yang feminine elegan dan Musk Amber yang menawan.

Soft Beauty dengan aroma Fruity Aldehydic, dikombinasikan dengan wangi Rose & Violet dan manisnya aroma Tonka Bean & Sandalwood.

White Glow diperkaya aroma fruity dari perpaduan segarnya Cherry & Raspberry, disusul dengan wangi Marshmallow & Gardenia yang lembut dan elegan juga dperkaya dengan kombinasi Woody & Suede.

Untuk soal wangi, aku suka banget dengan varian soft beauty. Wanginya lembut banget. Dan wanginya juga super lengket. Coba deh mandi sebelum tidur dan dekai suami. Pastinya dia akan mengira kita habis pakai parfum. 

“Mama beli Parfum baru lagi?”

“Enggak kok pah.. Cuma pakai sabun baru..”

Eaaa..

4. Tersedia dalam Kemasan Refill

PT. Unza Vitalis selaku produsen Body wash Vitalis peduli pada pengurangan sampah plastik. Botol-botol kemasan sabun cairnya bisa dimanfaatkan untuk isi ulang. Jadi tak perlu dibuang. Tinggal membeli kemasan isi ulang untuk dituang. 

Aku sendiri lebih suka beli isi ulang sebenarnya. Nanti, kalau ketiga botol ini sudah habis. Aku akan beli isi ulangnya saja. Selain lebih hemat juga ini lebih mengurangi sampah.

5. Busa Melimpah dan Membuat Badan Kesat

Hal lain yang paling aku suka dari vitalis body wash ini adalah busanya yang super berlimpah. Biasanya, kalau sabun dengan busa berlimoah itu akan menyisakan rasa lengket di kulit. Tapi bagaimana dengan Vitalis? Oooh.. Ternyata tidak lengket dikulit. Dan itu benar-benar kabar yang menyenangkan.

6. Halal MUI

Penting gak sih sabun harus halal?

Menurutku penting ya. Karena sabun termasuk perlengkapan dalam bersuci. Jadi, penting sekali memastikan sabun sudah halal. Begitupun dengan skincare dan hal lainnya.

Nah, untungnya vitalis body wash ini sudah halal MUI. 

7. Harga Terjangkau

Untuk emak yang masuk dalam kategori ‘irit’ sepertiku. Sangat penting mengetahui harga sebelum memutuskan membeli produk.

Untungnya, harga dari Vitalis Body Wash ini terjangkau. Untuk kemasan botol 200 ml rata-rata harganya sekitar 14-18ribu rupiah. Ini tergantung lokasi kota dan toko. Kadang, sabun ini sering dijual dengan harga promo juga.  Untuk kemasan refill 450 ml rata-rata dijual dari 18-21 ribu.

Waktu yang tepat untuk Mandi Parfum dengan berbagai varian dari Vitalis Body Wash

Diantara 3 varian, mana yang paling aku suka?

Hmm…Di atas aku sudah menyebutkan bahwa untuk efek nutrisinya aku lebih suka white glow, sementara untuk aromanya aku lebih suka dengan soft beauty.

Tapi untuk urusan busa.. Ketiganya memiliki busa yang melimpah dan tidak lengket dibadan. 

Akhirnya, Aku memakai ketiganya berdasarkan kondisi saja sih. Contoh kondisi itu aku pisahkan seperti ini.

Soft Beauty dipakai ketika

-Merayu suami (halah)

-Untuk relaksasi pikiran ketika habis di judge mak-emak lain 

-Dipakai sebelum memakai baju berwarna ungu dan magenta

White Glow dipakai ketika:

-Usai kelelahan jalan-jalan

-Sangat efektif sensasinya jika sambil bernyanyi lagu kesukaan dikamar mandi (haha)

-Dipakai sebelum memakai baju berwarna merah muda dan putih

Fresh Dazzle dipakai ketika

-Usai super capek nginem di rumah

-Habis marah-marah juga efektif dipakai supaya tidak cepat tua 

-Dipakai sebelum memakai baju berwarna hijau, biru dan kuning

Kok ngaco banget sih kondisi memakainya?

Yaa.. namanya juga mandi untuk ‘mood booster emak-emak’. Jadi, setiap varian itu memiliki fungsi yang spesial pula.. Bukankah begitu?

Kalian punya ide lain untuk apresiasi diri sendiri di rumah? Sharing yuk!

IBX598B146B8E64A