Browsed by
Month: March 2019

Perempuan Zaman Sekarang Harus Sadar Pentingnya Ekonomi Digital

Perempuan Zaman Sekarang Harus Sadar Pentingnya Ekonomi Digital

“Jadi Perempuan itu harus bisa mandiri secara finansial. Karena kita enggak tau apa yang akan terjadi dimasa depan nanti. Paling tidak kita punya usaha untuk bisa bertahan hidup tanpa suami..”

Pernah mendengar kata-kata seperti itu? Pastinya pernah ya. Tidak mungkin hanya sekali atau dua kali mendengarnya. Kata-kata seperti itu pastinya sudah sangat sering didengar oleh kita sebagai perempuan. Ya, dunia ekonomi dan perempuan sangat dalam kaitannya. Karena perempuan adalah sang manajer keuangan dalam rumah tangga. Pengelola pemasukan dan pengeluaran agar tetap berjalan seimbang, tidak besar pasak daripada tiang.

Perkembangan dunia perempuan di era generasi milenial mulai mengalami pergeseran. Perempuan bukan lagi tentang sumur, kasur dan dapur. Melainkan dapat bekerja layaknya kaum laki-laki. Tugas domestik di rumah pun dapat dikerjakan dengan adanya kerja sama antara suami istri.

Namun, ada pula perempuan yang memutuskan menjadi ‘kebablasan’ dengan karirnya. Lupa dengan kodrat utamanya sebagai Ibu dan Istri.
Fenomena seperti ini sudah banyak terjadi. Akibatnya, rumah tangga menjadi retak karena peran yang mulai tidak sesuai pada jalurnya. Akhirnya, terdapat pemahaman bahwa menjadi wanita karir pun bukanlah hal yang ideal bagi kehidupan perempuan.

Lalu, bagaimanakah idealnya kehidupan perempuan itu

Bagaimana agar perempuan tidak terperosok ke dalam kebodohan?

Bagaimana agar wawasan perempuan tetap luas meski hanya di rumah saja?

Dan terakhir, bagaimana agar seorang perempuan yang berstatus sebagai Ibu dan Istri dapat mengelola perekonomian rumah tangga dengan lebih baik bahkan menghasilkan kegiatan produktif hanya dengan di rumah saja?

Saat ini 63 persen dari 5 juta pelaku ekonomi di Indonesia didominasi perempuan. Ini adalah fakta bahwa perempuan di indonesia sudah menjadi pelaku ekonomi yang produktif. Bukan hanya perempuan yang belum menikah, namun Ibu rumah tangga zaman sekarang pun sudah mulai berinovasi dalam melakukan kegiatan ekonomi.

Apa saja inovasi yang telah dilakukan oleh Ibu Rumah Tangga? Banyak tentu, contohnya mereka yang hobi berjualan kini mulai membuka toko online di market place. Mereka yang hobi memasak kini mulai memasarkan produknya melalui sosial media dengan foto-foto yang menarik. Bahkan mereka yang hobi menulis dan memphoto pun memiliki banyak pekerjaan dalam dunia online. Tanpa disadari, Ibu Rumah Tangga zaman sekarang sudah terlibat dalam perkembangan Ekonomi Digital.

Apa itu Ekonomi Digital?

Ekonomi Digital merupakan aktivitas ekonomi seperti proses produksi, distribusi, marketing dengan mengoptimalkan teknologi komunikasi terutama internet dan perangkat dalam platform tersebut seperti sosial media, market place, aplikasi messaging dan lain sebagainya. Para penggiat ekonomi digital bukan hanya kaum pria yang konon dikenal dengan kecintaannya pada teknologi. Ya, kini para kaum perempuan pun mulai giat dalam mengembangkan ekonomi digital. Teknologi digital memungkinkan keterlibatan setiap elemen masyarakat tanpa memandang bias gender, multi profesi dan keterbatasan bahasa.

Semua tentu diawali oleh kesadaran pentingnya teknologi. Para perempuan zaman sekarang tidak lagi menggunakan sosial media sebagai bahan curhat saja. Melainkan untuk branding dan menjual kreatifitasnya. Banyak para perempuan yang kini dapat mencukupi kebutuhan keluarganya dengan melakukan hal ini. Namun hal yang sangat disayangkan adalah mereka kurang optimal dalam memanfaatkan ekonomi digital.

Lalu, bagaimana cara mengoptimalkan potensi ekonomi digital pada perempuan?

Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk itu antara lain:

Menyebarkan Pentingnya Melek Digital Pada Perempuan

Sangat disayangkan pada zaman sekarang ini masih banyak sekali orang yang berpandangan negatif terhadap gadget. Bahkan, banyak ilmu parenting yang mengatakan bahwa seorang Ibu tidak boleh menggunakan gadget karena akan ditiru oleh anaknya. Bisa dibayangkan betapa terputusnya dunia ibu tersebut jika pekerjaannya hanyalah Ibu Rumah Tangga? Apalagi jika ia merupakan lulusan dari pendidikan yang tinggi, bagaimana kita bisa menjamin kesejahteraan biologis dan psikologisnya dengan terputusnya ia dengan kehidupan dunia digital?

Kita perlu menyadarkan kepada setiap perempuan, terutama perempuan zaman dahulu bahwa melek teknologi itu penting sekali. Teknologi Digital tidak selalu berefek negatif pada penggunanya. Pada penggunaan sosial media misalnya, tidak semua orang akan terjerumus pada sifat pamer di sosial media dan kecanduan berlebihan hingga melupakan dunia nyatanya. Kenyataannya, sudah berapa banyak kita mengetahui bahwa sosial media merupakan penolong kehidupan ekonomi bagi para Ibu Rumah Tangga?

Mendukung Pentingnya Tersebarnya Internet hingga Ke Pelosok Desa

Berapa banyak daerah di indonesia yang tidak memiliki akses internet yang memadai? Saya rasa cukup banyak, termasuk di desa tempat tinggal saya dulu. Hingga kini, desa tempat saya tinggal tidak memiliki akses internet layaknya di kota besar. Bisa dibayangkan bagaimana pola pikir masyarakat disana? Ya, sempit sekali. Perekonomian yang dibangun pun masih sangat amat tradisional. Pola pikir para perempuan di sana pun masih sama, tentang ruang lingkup yang hanya bertumpu pada dapur, sumur dan kasur.

Kenapa hal ini bisa terjadi? Karena kurangnya akses informasi dari dunia. Kurangnya pengetahuan yang cukup untuk meng-upgrade ilmu. Padahal jika akses internet memadai maka kreativitas dari penduduk daerah terpencil ini sangat bisa disebarluaskan pada dunia. Oleh karena itu, dukungan pertumbuhan ekonomi digital perlu didukung dengan memperluas persebaran akses internet hingga ke daerah terpencil.

Memberdayakan Perempuan dalam Ekonomi Digital

Saat ini, masih banyak sekali para perempuan yang berusaha produktif namun masih kurang kreatif dalam pemasarannya. Mereka hanya mengandalkan warung, toko, ataupun pasar tradisional untuk memasarkan produk yang mereka jual. Bahkan, banyak perempuan yang terhambat potensinya hanya karena ia tidak bisa berjualan, tidak bisa memasak, dan keterampilan umum lainnya.

Padahal, setiap potensi itu selalu memiliki ruang untuk dipasarkan. Bagaimana? Dengan memahami ekonomi digital tentunya. Perempuan tidak melulu harus bisa memasak untuk dapat berjualan di luar dan membantu ekonomi keluarga. Perempuan tidak melulu harus dapat pekerjaan bergengsi di luar sana untuk mendapatkan gaji dan komunitas sosial yang bergengsi. Sejatinya, Perempuan dapat berkarya walau hanya di rumah. Bagaimana? Dengan memanfaatkan perkembangan ekonomi digital.

Dengan ekonomi digital semua karya memiliki pasarnya. Ibu yang hobi memasak dapat berjualan di sosial media dan membuat branding disana. Ibu yang hobi menulis dapat menjadi seorang freelance writer maupun blogger. Ibu yang hobi dalam dunia fotografi dapat memanfaatkan potensinya di instagram untuk menjadi selebgram maupun buzzer. Ibu yang hobi ber make up pun bisa saja menjadi youtuber dengan membuat video tutorial. Bukan hanya itu, Ibu yang hobi memasak pun dapat mendokumentasikan resep masakan dan tutorial video di youtube. Apakah ini akan menghasilkan uang? Bisa, zaman sekarang penghasilan youtuber yang sudah terkenal bisa mengalahkan penghasilan warung nasi padang dan salon kecantikan.

Untuk memberdayakan perempuan dalam ekonomi digital juga diperlukan peran pemerintah dalam membentuk Program Usaha Kreatif yang mana didalamnya terdapat para perempuan penggiat ekonomi digital yang sudah sukses pada karirnya untuk memotivasi para perempuan lainnya.

Karena Perempuan Zaman Milenial harus bisa berkarya dan memanfaatkan ekonomi digital untuk kesejahteraan keluarga. #Ecodigi

*Tulisan ini diikutsertakan dalam BI Competition dan memasuki 50 besar.

Liburan keluarga dengan Sewa Kost Bulanan di Jakarta, Kenapa Enggak?

Liburan keluarga dengan Sewa Kost Bulanan di Jakarta, Kenapa Enggak?

Belakangan ini saya sering melamun. Apa pasal? Bukan, bukan karena saya terkena baby blues lagi habis melahirkan. Suami saya sih sudah amat sangat baik. Memperbolehkan saya memakai jasa ART, selalu menawarkan cemilan sama saya, plus juga membantu mengasuh bayi. Jadi, baby blues itu enggak banget lah mampir lagi di moment pasca melahirkan anak kedua ini.

Punya anak kedua ini bawaannya happy. Walau waktu hamil mood swing saya lebih parah dari pada anak pertama di TM ke-3. Jadi, penyebab lamunan belakangan ini adalah karena saya selalu gagal dalam urusan piknik gratis. Hahaha.

Ya, sebenarnya ya bicara soal traveling sih saya sungguh sangat suka. Tapi sejak menjadi Ibu urusan traveling ini jadi sulit sekali. Belum lagi urusan budget yang harus dihemat, jadi kalau ada tawaran piknik gratis itu saya senang sekali. Sayangnya, saya selalu gagal untuk urusan ini.

Kegagalan pertama adalah saat saya ingin mengikuti program Mombassador SGM di Yogya. Sebenarnya, saya termasuk emak yang terpilih dalam mombassador batch 5. Sayangnya, saat pihak SGM menghubungi saya tak kunjung mengangkat telponnya. Hingga 7x panggilan tak terjawab. Gagal lah saya piknik ke yogya bareng emak-emak hits tahun lalu.

Kegagalan kedua adalah saat saya mendapat undangan dari BI ke Jakarta bulan Maret ini. Ternyata tulisan saya di lomba menulis ekonomi digital di BI masuk dalam kategori 50 besar. Sehingga saya diundang untuk datang awal maret ke jakarta untuk menghadiri BI Netifest bersama blogger lain yang masuk 50 besar juga. Pihak BI menyediakan Tiket pulang pergi untuk kami beserta hotelnya. Sayangnya, karena saya baru melahirkan maka saya tidak dapat ikut menghadiri acara keren ini. Hiks..

Padahal, jujur saja ya.. Seumur hidup saya belum pernah ke Jakarta.. Silahkan Bully, saya se-ngenes itu memang.. 😂

Sampai suatu hari saya akhirnya curhat dengan suami, “Kayaknya di sini cuma emak yang enggak pernah ke jakarta ya..”

Seakan bisa membaca jalan curhat saya sang suami langsung menenangkan saya dan berkata, “Nanti suatu hari ada aja rejekinya ke Jakarta..”

Saya langsung senyum dong. Langsung berkata, “Papa mau kuliah lagi di Jakarta ya?”

Dan dia berkata, “Enggak, kan maunya kuliah di luar negeri dong S3 nya.. Yakan kali aja nanti pas ada rejeki liburan gitu. Main kesana boleh lah..”

“Liburan jangan sebentar. Lama-lama.. Jangan kayak kemarin 3 hari langsung pulang..”

Dan suami pun ber ‘hehe’ lalu cuek meninggalkan saya yang langsung mengkhayal liburan di Jakarta. Iya, saya selebay itu memang.

Nyoba Ngekost di Jakarta, Enak kali ya..

Tak tanggung-tanggung khayalan saya kali ini. Iya, saya mengkhayal bisa ngekost di Jakarta selama sebulan bersama suami dan anak. Selebay itu memang. Dan langsung dong saya mencari-cari referensi ngekost di Jakarta. Bayangan saya awalnya nih kost-kost-an itu ala-ala mahasiswa dulu lah ya. Dengan kamar apa adanya dan fasilitas lain yang dinikmati bersama penghuni kost. Iseng-iseng nih saya browsing dan ketemulah saya dengan yukstay.

Apaan sih yukstay? YukStay (www.yukstay.com) adalah platform sewa apartemen co-living pertama di Indonesia.

Apartemen? Jadi, mau tinggal di apartemen?

Wah, kalian baru tau yukstay ya? Saya juga loh sebenarnya.. Haha.. Jadi sekarang ini tinggal di Jakarta bukan hal yang tidak mungkin karena kita tuh bisa tinggal di apartemen co-living.

Apartemen co-living apaan?

Apartemen co-living itu konsep tinggal di apartemen dengan sharing dengan tenant yang lain.

Maksudnya? Gabung sama penyewa yang lain?

Oooh.. Bukan begituu..

Sharing yang dimaksud disini yaitu penyewa bisa tinggal di kamar private lengkap dengan segala perabotan di dalamnya, namun untuk living room, kitchen, bathroom (tergantung jenis unit, ada yang private bathroom dan shared bathroom) dan balkon bisa dinikmati seluruh penyewa yang ada dalam satu unit.

Kenapa pilih co-living? Karena untuk sistem pembayaran, penyewa cukup membayar harga satu kamar. Jadi, ini seperti kos-kosan ala mahasiswa gitu.

Ini inovasi baru memang. Pertama di Indonesia dengan alternatif harga sewa yang terjangkau, hampir sebesar harga sewa kos bulanan namun bisa menikmati fasilitas apartemen. Wah, Kapan lagi emak-emak bisa sok tinggal di apartemen dengan harga kos-kosan? Hmm.. bahagia banget ini kalau mimpi liburannya tercapai. Haha..

Memangnya mau kemana aja win di Jakarta?

Jadi, rencananya aku mau liburan di Jakarta barat dan stay di Apartemen Co-living karena lumayan banget bisa menikmati tinggal di apartemen dengan bayaran setara dengan sewa kost jakarta barat. Banyak tempat liburan yang ingin aku telusuri disana diantaranya adalah Museum bank Indonesia (mau balas dendam gak bisa ikutan kemarin..), China Town, Museum Fatahillah, Toko Merah, Tribeca Park, Sky Ring, Taman Cattleya dan berbagai tempat wisata lainnya. Pokoknya sebulan itu mau puas-puaskan jalan-jalan. Mengkhayal dulu lah ya, siapa tau di-approve suami. Haha.

Jadi, setelah panjang lebar aku bercerita tentang Yukstay ini sama suami dia malah kepo dong. Dia langsung tertarik menyuruh salah seorang keponakannya untuk kuliah di Jakarta saja karena biaya sewa untuk ngekost bulanannya terjangkau dan fasilitasnya ala apartemen.

Bagaimana cara menyewa Apartemen di YukStay?

Untuk menyewa apartemen di YukStay, caranya sangat mudah loh. Kita bisa mencari apartemen di website atau mengunduh aplikasi YukStay yang bisa diakses di Google Playstore dan App Store. Setelah itu, kita tinggal pilih apartemen yang sesuai dengan kebutuhan kita berdasarkan kategori wilayah, harga, dan tipe kamar. Kita cukup mengaktifkan filter yang tersedia. Nah, Selain itu juga tim YukStay bisa membantu mencarikan apartemen yang tepat melalui Whatsapp.

Waw, benar-benar inovasi yang keren ya dari yukstay. Ini sih berasa #HomeAwayFromHome ya.. Jadi gak sabar pengen dikabulkan rencana liburan emak kali ini. Hihi

Suka Duka Perjalanan Emak Mencari ART

Suka Duka Perjalanan Emak Mencari ART

“Udah dapet ART buat di rumah win?” Tanya Mamaku 3 hari sebelum jadwal operasi Cesar.

Dan aku hanya menjawab santai, “Sudah ma, nanti kalau winda pulang dari RS baru dia mulai kerja di rumah..”

“Serius kan kali ini beneran bisa kerja orangnya?”

“Iya ma.. Kemaren sudah winda jadiin supaya fix kerja. Trus sudah winda suruh juga supaya bilang2 kalau gak jadi karena halangan bla bla..”

Tiga hari kemudian, ketika aku sudah melahirkan.. Mama bilang lagi..

“Telpon sekarang deh ART-nya, bilang sudah melahirkan dan yakinin lagi. Entar gak jadi lagi deh..”

“Oke ma..”

Daaaaan… Setelah berpuluh kali menelpon dan tak kunjung diangkat.. Akhirnya, aku mendapat WA dari tetangga ART tersebut..

“Wah.. Mama Yati-nya (nama samaran) udah kerja di lain Win.. Aku juga baru tau kemarin diceritakan anaknya..”

“Loh, kok gak bilang-bilang saya ya mba? Bukannya kemarin sudah ada kesepakatannya?”

Dan setelah panjang lebar berbicara lewat telepon.. Akhirnya aku cuma bisa bilang, “Ya sudah lah..”

Ya sudah lah emak gak jadi punya ART pasca melahirkan.

Ya sudah lah emak kerjain segala kerjaan rumah sendirian.

Ya sudah lah suami gak bisa ambil cuti.

Ya sudah lah.. Ya sudah lah..

Why Emak Harus Punya ART?

“Kamu mau kerja ya? Kok nyari ART?”
“Ya.. kan aku bentar lagi melahirkan..”
“Mau cesar lagi? Gak mau nyoba normal?”
“Ya.. Kan jaga2 kali aja cesar lagi. Kalo cesar jelas gak bisa kerja berat2 di rumah sendirian..”

Dan si Dia pun ber ‘Ooooo…’ dan berhenti bertanya.

Ya kan, walau aku sudah berusaha untuk VBAC (Vaginal Birth After Cesar) tapi kenyataannya aku harus Cesar lagi karena posisi bayi yang mendadak melintang. Lagi pula, aku cesar gratis kok. Weee.. 😛

Baca juga: Cesar Gratis dengan BPJS? Bisa dong..

Jelas ya, untuk kesehatan jasmani dan rohani memiliki ART untuk membantuku di rumah pasca melahirkan cesar adalah list wajib buat aku. Apalagi, aku punya riwayat baby blues hingga PPD. Itulah kenapa sembilan bulan belakangan aku sangat menghemat budget untuk moment melahirkan ini. Aku bahkan tidak memakai tabungan dari penghasilan ngeblog dan ngebuzz. Demi apa? Demi punya ART dong..

Baca juga: Curhat emak mantan penderita PPD, “Begini caranya supaya istri tidak stress pasca melahirkan”

Jadi, bodo amat ah yang bilang, “IRT aja pake ART.. Aku dulu melahirkan ini itu sendirian aja.. Kasian abis duit lakinya.. N bla bla..”

Apa lo?
Gue ngelahirin Cesar gratis. Dan gajih ART itu pake tabungan Gue. *mohon maap.. Anaknya lagi emosi.. Wkwkwk..😂

Tentang Perjalanan Ketika Mencari ART

Well, sebenarnya sejak usia kandungan 6 bulan aku sudah kesana kemari mencari ART. Dari mencari kepelosok pinggiran sungai alalak Banjarmasin hingga meminta tolong kepada mertua maupun minta rekomendasi tetangga. Dan akhirnya, aku mendapatkan calon ART dari rekomendasi mertuaku.

Calon ART itu tiba-tiba datang kerumah dengan mertua. Kalian tau kan kalau mertua kerumah, menantu itu suka pencitraan. Something like.. Sok kalem.. Sok enggeh.. Haha. Jadi, ketika ART itu kerumah aku sok-sok iyes aja. Tiba-tiba aku tau kalau calon ART ini adalah keluarga jauh dari mertua dan lebih shock lagi ketika dia minta gajih yang tidak seperti rata-rata ART yang bekerja setengah hari. Ya.. Aku cuma bilang bahwa aku cuma butuh ART untuk menolongku membersihkan rumah dan mencuci baju. Gajih yang diminta benar-benar tidak sesuai dengan itu. Tapi, ya sudah lah.. Namanya sudah dicarikan, apalagi oleh mertua. Aku oke, demi menjalin hubungan baik.

Tapi, aku masih tidak bisa melepas sindrom perfeksionis yang aku miliki. Jadi suatu hari Calon ART tersebut aku suruh untuk kerumahku agar bisa latihan kerja, karena mungkin aku tidak bisa melatihnya ketika sudah melahirkan nanti. Tapi, dua minggu bulan januari berlalu dan calon ART tersebut tak kunjung datang kerumah. Akhirnya, aku jadi bertanya-tanya juga.. “Ini serius mau kerja atau enggak ya?”

Iya, aku orangnya begitu memang. Kalau Plan A tidak jelas maka harus lari ke Plan B. Diam-diam aku mencari ART via online. Dari curhat bombay di Instagram Stories hingga meminta tolong di akun lowongan perkerjaan kalselteng. Tak lupa memberitahu teman-teman di Komunitas FBB juga.

Lalu, salah seorang anggota FBB menghubungiku. Dia bilang, dia punya kontak beberapa calon ART. Dan waw, aku dapat banyak banget. Langsung say “Alhamdulillah dan berterima kasih sekali.”

Dan satu persatu kontak pun aku hubungi.

Ada pula yang menghubungiku karena melihat pengumuman di Instagram lowongan pekerjaan. Dan dari semua yang kuhubungi dan menghubungiku.. Aku tertarik dengan 2 orang. Yang pertama adalah Mahasiswi Unlam semester akhir, sedangkan yang kedua adalah seorang Ibu Rumah Tangga.

Aku pun menyuruh sang Mahasiswi untuk berkenalan sekaligus training kerja di rumah. So far, aku suka dengan attitude mahasiswi ini. Dia jilbaban, terus ketika disuruh begini begitu dia bilang “Enggeh” (bahasa sopan ‘Iya’ ala orang banjar). Walau masih mahasiswi dan kemampuan pekerjaan rumah tangganya masih biasa saja aku tak masalah. Malah salut loh, karena masih mahasiswi saja sudah mau bekerja tak pilih-pilih. Ehm, aku dulu waktu masih mahasiswi apa kabar?

Tanpa berpanjang lebar akupun langsung meminta KTP dan KTM mahasiswi tersebut lalu memotonya kemudian bilang bahwa ia mulai kerja mungkin sekitar 2 minggu lagi, karena tidak mungkin dong aku menyuruh untuk kerja dari sekarang. Sementara aku masih sibuk keluar rumah mengurus ini dan itu. The fact is.. Aku gak bisa ninggalin rumah dengan ‘orang asing’ di dalamnya.

Cukupkah pencarian ART sampai disana?

Oh tidak.. Plan A, Plan B, dan Plan C.

Plan C harus ada. Aku menghubungi Calon ART dengan latar belakang Ibu Rumah Tangga untuk training di rumahku. Aku suka dengan gaya bahasanya menghubungiku dan foto profil di WAnya juga bercadar. Kupikir dia pastilah seorang Ibu Rumah Tangga yang baik. Lalu, pada hari H aku menyuruhnya datang kerumah.

Tapi, tiba-tiba dia bilang tidak bisa datang kerumah. Dan dia bilang lagi bahwa sudah diterima bekerja di salah satu rumah makan di Banjarmasin. Aku pun ber, ‘Ooo’ sambil mengetik Alhamdulillah dan kata baik lainnya. Tapi.. Eh, kok foto profilnya tiba-tiba berubah?

Foto profilnya berubah menjadi seorang ibu dengan baju seksi dan dandanan yang lengkap sambil berselfie. Rupanya, itulah dirinya yang asli. Dan, iseng aku melihat statusnya di WA story.. Lalu, aku mengernyitkan dahi dan bilang.. “Oh, ternyata calon ART yang ini Janda”

Fix, plan C dibuang. Aku sedikit trauma dengan ART janda. Dulu, waktu masih tinggal dengan orang tua.. Sejak SD sampai SMA aku punya ART di rumah. ART mama berganti-ganti. Pengalaman demi pengalaman memilih ART sudah kenyang aku rasakan. Tapi pengalaman terburuk adalah saat memiliki ART janda. Dua kali mama mendapat ART janda untuk kerja di rumah, dan dua kali pula ART itu tidak baik. Did you know what I mean?

Yah.. Untungnya, Ayahku termasuk yang punya iman kuat dan tidak gampang tergoda.

Dan akupun bergantung pada plan A dan plan B. Sampai suatu ketika, calon ART dari mertua aku suruh datang lagi kerumah di pagi hari. Dan dia datang memang, tapi datang di sore hari. Belum lagi dia bilang bahwa bisa kerja dimulai jam9 pagi dan libur di hari minggu. Entahlah, untukku dengan bayaran yang segitu tinggi rasanya tidak sepadan. Dan disuruh training kerumah saja tidak kunjung datang atau tidak tepat waktu. So, Plan A aku buang. Setelah berdebat sepanjang hari dengan suami.. Hahahaha..

Lantas, apa ART plan B berjalan lancar? Sayangnya, tidak semudah itu ferguso.. 12 hari sebelum HPL sang mahasiswi tersebut menghubungiku dan memberitahuku bahwa tidak dapat bekerja di rumahku karena keluarganya baru saja melahirkan dan ia disuruh untuk membantu. Rasanya, kepalaku langsung pusing mendadak. Hahaha

Akhirnya, aku menghubungi kembali nomor-nomor WA calon ART yang pernah menghubungiku. Tapi, rata-rata dari mereka sudah bekerja. Dan akupun menghubungi member FBB yang memberiku nomor calon-calon ART lagi. Akhirnya, bertemulah aku dengan calon ART baru. Seorang Mahasiswi (lagi).

Aku pun juga meminta tolong di instagram lowongan pekerjaan lagi. Dan menghubungi teman diinstagram yang direct message denganku setelah membaca instagram storiesku. Ya, karena aku terlalu percaya pada plan B awalnya maka sarannya aku tolak. Lalu, aku hubungi lagi dong. Haha..

Akhirnya, setelah calon ART mahasiswi 2 datang dan training di rumah. Ada dering telpon berbunyi dan terdengarlah suara Ibu-ibu yang bertanya tentang pencarian ARTku. Bertanya dengan detail seperti domisiliku dan gajih serta detail pekerjaan yang dilakukan. Lantas, Apa kataku? Aku bilang, “Nanti saya hubungi lagi ya bu kalau jadi..”

Calon ART mahasiswi ini terlihat sangat kalem. Berjilbab dan berbaju sopan rapi. Sudah dua kali aku menyuruhnya training di rumah dan baju yang ia pakai teramat rapi. Sungguh tidak cocok untuk dibawa bekerja di rumah. Haha.. Tapi tak apa pikirku.. Namanya juga mahasiswi. Dan ketika aku meyakinkannya untuk bekerja di rumah dia terlihat sangat meyakinkan dan sayYES BANGET’. Akhirnya, aku hanya berharap padanya dan tak lagi menghubungi Ibu yang menelponku tadi.

5 hari sebelum HPL aku mendapat kabar mengejutkan. Calon ART mahasiswi 2 tersebut tidak dapat bekerja di rumahku. Lantaran ada mata kuliah siang wajib dadakan untuk mahasiswi semester akhir. Ah, entahlah ini hanya sandiwaranya atau apa.. Yang jelas, aku sangat kecewa sekali dengan mahasiswi ini. Seharusnya, ia cepat memberitahuku. Bukan mendadak begini. Sebentar lagi aku kan melahirkan. Dan aku sudah tau kalau positif Cesar karena bayi yang melintang.

Akhirnya, aku menghubungi Ibu yang menelponku beberapa hari lalu itu. Diapun membalas WA-ku dan berkata bahwa tidak dapat membantu di rumahku karena ia akhirnya berinisiatif untuk berjualan makanan dengan pemasaran online. Aku tentu say Alhamdulillah.. Tapi juga sangat putus asa. Tiba-tiba Ibu tersebut bilang bahwa tetangganya membutuhkan pekerjaan. Dan tetangganya tersebut sudah pengalaman menjadi ART. Dan esoknya ia membawa tetangganya tersebut untuk berkenalan sekaligus training di rumahku.

Namanya Yati (nama samaran) seorang Ibu berumur 50an dengan 4 orang anak. Dua diantara anaknya masih sekolah dan dia baru saja berhenti dari tempat bekerjanya yang dulu karena gajih yang dirasa kurang. Jadi, setelah melakukan perkenalan, training hingga basa basi.. Ibu ini berkata bahwa bisa menjadi ART di rumahku. Walau kendalanya adalah jarak rumah kami yang cukup jauh dan Ibu ini tidak bisa memakai kendaraan. Tapi, dia terlihat meyakinkan.

Hingga hari operasiku pun datang. Dan akhirnya, ART terakhir ini berakhir seperti pembuka tulisan ini. Yes, batal.

Segala Relasi itu baik, namun relasi terbaik adalah orang terdekat dengan kita..

Aku menghela nafas. Duh, terbayang repotnya punya newborn pasca operasi cesar dan tak ada yang membantu. Terlebih suami tidak bisa cuti. Mama yang saat itu datang menjenguk di rumah sakit pun segera menelpon beberapa temannya untuk mencarikan ART. Namun, hasilnya nihil.

Dan suamiku pun menggerutu tentu. Berkata berkali-kali kenapa aku menolak ART yang dicarikan oleh mertua. Yah, jelas saja menolak kalau sulit sekali dihubungi. ART tersebut tidak punya HP. Tetangga dekatnya pun tidak ada yang bisa dihubungi. Belum lagi permintaannya, jam kerja yang sedikit serta gajihnya. Duh, tidak bisa. Berat beb, tabungan ngeblog emak beberapa bulan habis buat sebulan ceritanya. Hahaha..

Aku pun akhirnya menghubungi tetanggaku lagi. Tetanggaku itu punya kenalan ART yang banyak di sepanjang sungai alalak. Karena beliau memakai jasa ART setiap hari. Sayangnya, setiap kali aku bertanya dan mencari dengan beliau sebulan yang lalu.. ART yang beliau sarankan tersebut selalu berhalangan dan tidak bisa. Akhirnya, aku menyerah dan memutuskan mencari ART online yang berujung nihil. Saat menghubungi lagi pun aku hanya bisa berdoa..

Daan.. Beliau menjawab, “Nanti Ibu coba carikan keluarganya Acil Ina lah Mama Icha.. Mudahan bisa..”

Hari ke-4 di rumah sakit, akhirnya akupun diperbolehkan untuk pulang. Esok harinya, Ibu tetanggaku membawakanku ART dari kampung Alalak dekat rumahku.. Keluarga dari ART yang bekerja di rumahnya. Mataku langsung berbinar dan say.. Alhamdulillah..

Lihatlah, berputar putar aku mencari ART untuk membantuku. Dari mencari dengan Ibu tetangga di sepanjang sungai alalak hingga pencarian online. Ternyata, pertolongan Allah sungguh luar biasa. Aku dijodohkan bertemu dengan ART yang rumahnya tergolong dekat, gajih yang friendly, sangat cekatan, jujur dan bisa diajak curhat (hehe).

Sungguh, aku sangat amat beruntung mendapatkan ART yang satu ini. Sebut saja namanya Ila. Yang paling aku salut dari ART ini adalah dia sangat jujur. Keluarganya memang rata-rata bekerja sebagai ART dan Masya Allah.. Memang terkenal kejujurannya. Aku bahkan tidak takut meninggalkannya berdua saja dengan bayi di rumah. Orangnya sangat ramah dan jujur. Bahkan berkali-kali suami lupa menaruh dompetnya ditempat yang seharusnya. Tapi, tidak masalah.

ART yang berumur 30an itu juga sangat cekatan. Bekerja dengan inisiatif tanpa disuruh-suruh. Bahkan, dia sangat sulit disuruh istirahat. Memakan kue pun hanya berani 1 saja, yah.. 2 sih kalau dipaksa olehku. Pokoknya dari jam 8-jam 12 siang dia hanya bekerjaa saja. Tak jarang aku menemani dan mengobrol dengannya kalau bayiku sudah tidur. Masya Allah, orangnya sangat friendly.

Dan nilai plusnya lagi. Dia bisa menghidupkan api memakai kayu bakar. Bisa disuruh memanggang ikan dong, menu kesukaan suamiku. Hahahaha..

Dari pencarian ART ini, aku belajar beberapa hal dalam mencari dan menyeleksi ART, diantaranya adalah

1. Sebelum mencari ART secara otodidak, akan lebih baik jika meminta rekomendasi dengan yang berpengalaman memiliki ART. ART yang berpengalaman tentu lebih recomended dibanding ART orang asing.
2. Lakukan Training terlebih dahulu sebelum ‘say yes’ pada ART. Kalau bisa training yang dilakukan bukan hanya masalah skill, tapi juga kejujuran. Tidak ada salahnya mencoba meletakkan uang seratus ribu disembarang tempat untuk mengetahui tingkat kejujurannya.
3. Jangan pernah lupa untuk meminta identitas asli ART. Seperti KTP atau KTM jika masih mahasiswi. Ini sangat penting kalau-kalau terjadi hal yang tidak diinginkan
4. Gajih ART sesuai dengan tingkat perekonomiannya. Hal ini untuk mengurangi kesenjangan sosial. Jangan jadi majikan yang pelit. Memasaklah dengan porsi yang berlebih untuk bisa ia bawa pulang. Well, mungkin jika kalian sudah tau sifat perekonomian di dunia shezahome maka pasti sudah tau kalau aku dan suami termasuk dalam kategori ngirit tingkat tinggi. Tapi, ingat kata-kata ini ya duhai pasutri yang suka ngirit. “Pelit buat diri sendiri itu boleh, tapi enggak boleh pelit buat orang lain..”
5. Jadilah majikan yang friendly. Bicaralah dengan ART bukan dengan gaya yang bossy. Aku sendiri sudah menganggap ART ini seperti teman. Teman bicara di rumah dan teman memasak.
6. Jika sudah tidak memerlukan ART atau ingin memberhentikannya maka usahakan untuk mencarikannya pekerjaan yang baru.

Well, untuk point 6 ini sedang berusaha aku lakukan. Akhir maret ini mungkin aku sudah tidak membutuhkan ART karena kondisi fisikku sudah sangat baik. Sebenarnya kasihan, mengingat ART ku ini perekonomiannya menyedihkan. Suaminya tidak bekerja dan ia memiliki 2 anak. Tapi bagaimana ya? Budget emak juga menipis dan job blogger sedang tidak banyak. *curhat hahaha..

Dan alangkah senangnya aku ketika Iparku juga sedang mencari ART. Karena ia sebentar lagi bekerja dan waktu cuti melahirkannya hampir selesai. Rencananya, ART ku mau bekerja disana awal april nanti.

Yes, the power of working mom. Segalanya jadi balance. Memang kehidupan emak-emak itu perlu keseimbangan. Antara IRT, working mom, Homemade mom, Instan Mom dll itu segalanya saling membutuhkan.

Semoga Kehidupan ART emak selalu baik-baik saja selepas bekerja di rumahku.

Punya pengalaman suka duka mencari ART juga? Atau pengalaman pas punya ART? Sharing yuk!

IBX598B146B8E64A