Browsed by
Month: May 2021

Borong Prestasi, 3 Tim Peneliti Mahasiswa Gunadarma Lolos Program Pendanaan PKM 2021

Borong Prestasi, 3 Tim Peneliti Mahasiswa Gunadarma Lolos Program Pendanaan PKM 2021

           Pada tau gak sama PKM? Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) merupakan sebuah program yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan dari Kemenristekdikti untuk mewadahi dan mengasah kreativitas dan inovasi para mahasiswa se-Indonesia. Sebagaimana ilmu dan penerapakan teori yang sudah dipelajari di kampus, agar kemudian bisa dikaji, dikembangkan serta diterapkan menjadi sebuah program kegiatan yang berdampak positif bagi masyarakat umum.

            Adapun Program PKM sendiri meliputi 5 bidang, yaitu bidang penelitian, bidang kewirausahaan, bidang pengabdian masyarakat, bidang teknologi serta bidang karsa cipta. Nah, Kelima bidang PKM tersebut bisa dipilih satu kelompok mahasiswa untuk diikuti dalam bentuk perancangan sebuah proposal rancangan program.

            Setiap tahun awal tahun ajaran, ada banyak sekali mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia yang mengajukan proposal PKM. Sebagian diantaranya tersebut, ada beberapa kelompok mahasiswa yang berhasil lolos pendanaan program PKM setiap tahunnya.

            Begitupun dengan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2021, Universtas Gunadarma menjadi kampus yang terbilang memboyong banyak predikat kelolosan pada program PKM 2021. Prestasi mahasiwa gunadarma di Program Kreativitas Mahasiswa 2021 terbukti melalui lolosnya 3 tim PKM di tahun 2021.

            Dikutip dari kemahasiswaan.gunadarma.ac.id, berdasarkan surat edaran resmi dari Direktorat Jenderal Kemenristekdikti yang rilis pada 5 mei 2021. Terdapat sekitar 67.743 proposal yang diajukan dan tervalidasi, namun hanya terpilih sekitar 4.522 proposal pendanaan PKM 2021, termasuk 3 diantaranya berasal dari Mahasiswa Universitas Gunadarma.

            Keberhasilan lolosnya tiga proposal PKM 2021 ke tahap pendanaan tersebut merupakan sebuah keberhasilan sekaligus prestasi mahasiswa gunadarma. Mengingat begitu banyaknya proposal yang terkirim dari berbagai seluruh kampus di seluruh Indonesia dan melalui prosese seleksi dan persaingan yang luar biasa ketatnya.

Profil 3 Tim Peneliti Mahasiswa Gunadarma

            Berikut ini ulasan dan profil ketiga tim mahasiswa Gunadarma yang lolos ke fase pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa di tahun 2021 :

            Kelolosan yang pertama, yakni di Program Kreativitas Mahasiswa bidang kewirausahaan yang diasuh oleh Moh. Ega Elman Miska, S.P., M.Si. selaku dosen pembimbing. Sementara itu tim ini diketuai oleh Desti Srinadila, serta Dyon Rahman Isnainy, Istianah, Dina Amaliatul Arifah dan Restu Firman Hadi sebagai anggota tim. Kelima mahasiswa tersebut bersal dari program studi yang sama yakni Agroteknologi.

            Tim PKM Kewirausahan ini berhak lolos ke tahapan pendanaan melalui proposalnya yang berjudul Essential Oil Asiatis dan Limbah Kulit Buah Tropis Sebagai Parfum Plus Aromaterapi Pencegah Rhinovirus.

Mengubah Essential Oil dan kulit buah tropis menjadi sebuah parfum tentu merupakan terobosan baru dalam dunia kewirausahaan, sedangkan mengubahnya menjadi aromaterapi tentu menjadi sebuah inovasi besar dalam bidang kesehatan. Tak heran, bila kemudian proposal yang diajukan oleh Desti Srinadila tersebut terpilih dan lolos ke fase pendanaan berkat rancanan proposalnya yang sangat inovatif dan kreatif.

Sementara itu, proposal kedua dari mahasiswa Universitas Gunadarma yang lolos ke fase pendanaan PKM 2021 berasal dari bidang cipta karsa.  Melaui perencanaan sebuah proposal yang bertujuan untuk menciptakan sebuah aplikasi yang dapat membantu seseorang untuk bisa lebih mengaktualisasikan dirinya di dunia nyata.

Sebuah gagasan produk cipta karsa yang luar biasa tersebut berhasil berkat tangan dingin seorang Guntur Eka Saputra, S.T., M.M.S.I. selaku pembibing. Sementara itu, anggota tim PKM kewirausahaan ini diketaui oleh Tangguh Destio Pramono dari program studi Sistem Informasi. Sementara itu keempat anggota lainnya yakni Haikal Ardikatama, Sinatrio Bimo dan Adam rozq berasal dari program studi Teknik Informatika, sementara 1 anggota lainnya yakni Josephine Haneta berasal dari program studi Psikologi. Kelompok tersebut berpeluang besar untuk merealisasikan produk aplikasinya setelah lolos di fase pendanaan PKM Kewirausahaan 2021.

Sementara itu, kelompok ketiga dari mahasiswa Universitas Gunadarma yang lolos ke fase pendanaan PKM 2021 yakni hadir dari bidang Riset Eksakta. Kelompok yang dipimpin oleh Silvina Malasari (Agroteknologi) ini mengajukan sebuah proposal berjudul Peningkatan Produksi Bioaktif Simplisia Daun Kumis Kucing sebagai Anti-Hiperglikemik dengan Formlasi Pemupukan Serta Rotasi Panen. Kelolosan proposal tersebut juga menjadi bukti keberhasilan Moh. Ega Hilman, S.P., M.Si. selaku dosen pembimbing tim serta seluruh anggota dalam kelompok PKM Riset Eksakta.

            Anggota dalam kelompok PKM ini mayoritas berasal dari jurusan Agroteknologi, seperti Qonitah Fauziyah serta Neni Selita. Sedangkan satu anggota lainnya yakni Widya Tri Septiana berasal dari jurusan Farmasi. Kekompakan dan kreatifitas kelompok ini pada akhirnya berhasil meloloskan proposalnya ke tahapan fase pendanaan untuk merealisasikan gagasan perencanaan proposalnya.

            Keberhasilan meloloskan 3 proposal di Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2021 diharapkan menjadi awalan dari rentetan prestasi yang akan diraih oleh mahasiswa Universitas Gunadarma. Kedepannya, prestasi mahasiswa gunadarma diharapkan akan terus semakin banyak bermunculan, tak hanya di bidang PKM tapi juga di bidang dan event lainnya.

Dilema Penulis Buku VS Pembajak Buku

Dilema Penulis Buku VS Pembajak Buku

“Bukannya apa sih, sebagai seorang penulis yang sudah punya banyak fans. Harusnya bahasanya lebih ‘sopan’.. “ -Netizen

Ramai para netizen membully ‘omelan’ Tere Liye pada tulisannya di page facebook akhir-akhir ini. Kubaca satu per satu komentarnya. Lalu melamun sesaat.

Komentar itu.. Ada yang berempati, ada yang menyemangati, ada pula yang menertawakan. Sebagai silent reader di fanspage Tere Liye, aku hanya bisa diam. Nyaliku tak begitu bagus untuk ikut nimbrung sekedar berbagi komentar. Tapi, aku mencoba memberanikan diri menulis opiniku pada tulisan blog kali ini. Toh, blog ini adalah milikku. Suka-suka aku bukan beropini disini? 

Ketika Pembajakan Sudah Menjadi Hal Biasa Dalam Kehidupan

“Wind, kamu ngebela Tere Liye. Bukannya kamu juga langganan beli CD bajakan ketika SMA dulu?”

Eh iya, siapa bilang aku orang yang suci? Gak pernah ngomong begitu bukan? Bahkan, dosaku dibidang membeli barang bajakan mungkin jauh lebih juara dibanding kalian semua. 

Aku pernah beli CD murah, beli baju murah, tas murah, sepatu murah. Bahkan aku juga tukang ‘influence’ temen-temen aku ketika kuliah dimana membeli barang-barang murah nan bagus. Bangga sekali rasanya kalau diingat masa-masa itu. 

“Winda, cewek yang tau list harga barang-barang murah dan bagus..”

Aku tidak peduli kalau ada salah seorang menegurku seperti ini, “Eh, ini tas Channel ya? Berapa harganya? Kok murah? Oh, barang kw..”

Hatiku pasti mendengus kesal, “Kan gak semua orang financialnya kayak elo.. “

“Bergayalah sesuai isi dompetmu.. “

Itu adalah prinsip kesekian dalam hidupku. Dan aku sangat bangga dengan prinsip itu. Karena prinsip itu ditularkan oleh mamaku. Bahkan, jujur saja.. Sebelum aku lahirpun mungkin saja aku sudah mengonsumsi barang-barang bajakan. Jauh lebih banyak dibanding kalian. Tapi kenapa aku begitu? 

Ketika aku kecil, aku tidak mengerti apa itu barang bajakan. 

Ketika aku sudah besar, aku mengerti barang bajakan. Tapi aku sudah memaklumi industrinya. Dan mendukung perkembangannya karena lebih ramah pada golongan ekonomi kebawah. 

Lalu, atas alasan ‘murah, murah, murah’ aku membenarkan pembelian barang bajakan dalam hidupku. Biarkan saja barang ORI punya kelas dan pasarnya. Barang bajakan juga sebuah industri yang punya pasar dan kelas sendiri. 

Itulah pembenaranku. Dan ya, aku mengakui bahwa diriku adalah sarjana akuntansi dan tentu sudah memahami ekonomi. Tapi aku menyangkal kesalahanku dan membenarkannya. Karena aku memang punya sifat keras kepala sejak dahulu. 

Pembajakan adalah hal biasa dalam kehidupanku. Ngapain repot-repot diurusin? 

Dan kalian tau? Aku pernah membeli buku Tere Liye 1 bundling. Dan itu barang bajakan. Judge me. Itulah aku dahulu. Winda dengan mental sok miskin dan iya.. Goblok. 

Apakah Tere Liye Itu Memang Penulis yang Tidak Sopan dalam Berbahasa? 

Aku mengenal Tere Liye sejak kuliah. Buku pertama karyanya yang aku baca adalah Negeri Para Bedebah. Ops sorry, buku itu ORI karena itu bukan milikku melainkan punya adikku. Bermodal ‘pinjem’ dari adik, aku mulai menyukai buku-buku Tere Liye. Jangan salah, buku-buku Tere Liye saat itu dibeli di gramedia dengan harga yang menurutku mahal.

Saat aku menikah, ekonomi keluargaku dalam kondisi down. Selain itu, aku sempat mengalami PPD. Untuk mewaraskan diri, aku mulai menekuni dunia blogging dan membaca buku. Kulirik lagi karya-karya terbaru dari Tere Liye. Tak lantas menabung demi membeli bukunya. Tapi aku hanya membaca-baca review buku tere liye yang berseliweran di internet. Lumayan mengenyangkan. 

Hari berganti tahun demi tahun. Marketplace mulai ramai. Saat itu, aku tidak menginstall aplikasi online store apapun di HP. Aku hanya kepo dengan berbagai marketplace itu melalui HP suami. Lalu, saat iseng membuka buka*apak di HP suami. Aku melihat buku Tere Liye. Harganya, omo.. Murah sekali. Itu adalah kali pertama aku tau ada yang namanya buku murah di marketplace. Dulu, kukira buku itu ORI. Lalu, saat bukunya datang aku terkejut dengan kualitas kertasnya. Kan, memang aslinya goblok. 😆

Saking gobloknya, aku membeli lagi buku itu 3 bulan kemudian di toko yang sama. Saat itu, aku sudah melakukan tombol ‘like’ di fanspage Tere Liye. Kuperhatikan kuote dan tulisannya. Bagus. Dan toh Tere Liye tak pernah menyinggung tentang buku bajakan dsb. Itulah letak kegoblokan hakiki milikku. Kenapa aku beli lagi ya? Apakah karena kupikir tidak apa-apa? Toh, penulisnya saja santuy dan tidak marah. 

Bulan berganti tahun. Keadaan ekonomi keluargaku membaik. Aku sudah mulai bisa menabung dan memiliki penghasilan sendiri dari blog. Aku mulai mengubah polaku dalam membeli buku. Mulai berani menginstall sh*pee dan tokop*dia di HP lalu mencari buku ORI yang sedang diskon. Separuh buku Tere Liye milikku adalah buku ORI. Senang rasanya, kualitas kertasnya saja sudah beda sekali dengan yang bajakan. 

Tahun 2018, Tere Liye datang ke Gramedia Banjarmasin. Dia berbagi ilmu disana. Aku memperhatikan dan sempat mengangkat tangan untuk bertanya. Ia menjawab dengan lugas dan nyaman. Aku juga ikut mengantri tanda tangan di buku ORI yang aku miliki. Dari awal pertemuan hingga akhir, tak sekalipun ia pernah protes tentang buku bajakan. Tak pernah ia nyinyir dan sebagainya. Padahal saat itu, buku bajakannya ramai sekali dijual dimana-mana. Karena sifatnya yang terkesan legowo demikianlah aku memutuskan untuk tidak lagi membeli buku bajakannya. 

Setahun terakhir ramai tulisan Tere Liye di fanspagenya membahas tentang buku bajakan. Dimulai dari tulisan yang ‘biasa saja’ untuk sekedar menghimbau pembacanya hingga semakin hari semakin naik levelnya. Dari biasa saja, medium hingga seperti tulisan diatas. Apakah itu wajar? 

Hei, Apakah marah itu wajar? 

Tentu saja wajar.. Kok bisa-bisanya kalian yang mungkin tidak mengenalnya bahkan mungkin tidak pernah membaca karyanya menertawakannya dan ikut menggunjingnya. Ironisnya, sebagian dari mereka juga para penulis. Disitulah hatiku nyeri. 

Kenapa dunia selucu ini? 

Gaes.. Aku pernah diposisi sama dengan Tere Liye sewaktu sekolah. Tugas dan PR milikku dicontek oleh teman-teman sekelasku. Aku yang capek, teman-temanku yang tertawa. Saat aku iseng ‘menyalahkan’ jawabanku supaya nilai kami tak seragam, teman-temanku mencela tindakanku. Berkata ingin menang sendiri. Saat aku tidak mau menyerahkan tugas dan PR milikku mereka ramai menggunjingku ‘pelit’. Sudah jutek, pelit pula. 

Begitulah kiranya konflik penulis dengan pembajak.. 

Penulis capek sekali untuk menemukan ide, melakukan riset, edit sana sini, bolak balik, kerja dan kerja. Pembajak punya jalan yang lebih instan. Cukup copy paste. Saat penulis mogok dan merajuk, orang-orang disekelilingnya ramai mengatakannya penulis pamrih, matre dsb. Sementara pembajak ramai dipuji murah hati karena ia memang lebih ‘murahan’. Disitulah letak menyebalkannya. Kenapa dunia ini selucu itu? 

Perlu kalian ingat bahwa.. 

“Marah dan tidak sopan itu wajar terjadi. Saat bahasa komunikasi lembut dan sopan tak kunjung diapresiasi..”

Karena apa? Karena komunikasi hanyalah alat untuk penyampaian. Hal yang lebih penting adalah Apakah sudah dirasakan? Bagaimana caranya agar lebih berasa? Kapan jurus marah dan tidak sopan akan efektif? 

Ingin Belajar Berempati dengan Kehidupan Penulis? Bacalah Novel Selamat Tinggal

Setiap Tere Liye mengulas tentang betapa b*engseknya industri buku bajakan ia selalu menuliskan kalimat akhir dalam tulisannya. 

“Tere Liye, Penulis Novel Selamat Tinggal”

Itulah ciri khas miliknya. Setiap menulis status, ia mencantumkan judul novel yang mewakili statusnya. 

Dan novel yang mewakili konflik Penulis vs Pembajak adalah novel berjudul Selamat Tinggal. 

Aku sudah pernah mereview novel selamat tinggal. Dan novel itu luar biasa. Ia mengubah diriku yang selalu membenarkan pembajakan. Ia juga membuka pola pikirku untuk memahami makna keberkahan dalam hidup. 

Berhentilah menilai seseorang hanya dari status-statusnya di facebook. Tidak lantas 1-2 kalimat terlihat rese lalu kalian berhak mengklaim kalau orang ini jelek. Pertanyaanku, pernahkah kalian membaca buku Tere Liye sehingga berhak sekali menghakimi status-statusnya? Sudah berapa lama sih kalian kenal dengan Tere Liye? 

Eh, memangnya kamu kenal banget win?

Enggak, ada ⅕ bukunya yang belum aku baca.

Aku tidak pernah mengobrol dengan Tere Liye, atau bahkan tinggal 1 kelas dengannya. Lantas kenapa? Itulah alasan kenapa aku tidak menghakiminya. Toh, aku belum kenal 100% dengan Tere Liye bukan? Justru karena belum kenal aku tidak berani menghakimi orang yang sudah membuka pola pikirku dengan buku-bukunya yang mengandung banyak hikmah kehidupan. 

Novel selamat tinggal ini luar biasa loh. Kalau kalian membaca dengan seksama. Penulis menempatkan dirinya pada posisi penjual buku bajakan. Mencoba berempati dari posisi mereka. Mengubah karakternya perlahan-lahan melalui berbagai peristiwa. Dan memaklumi bahwa di dunia ini selalu ada makhluk yang bebal dan tidak sadar akan kesalahannya. Begitulah dunia. Untuk seorang penulis yang karyanya sudah sedemikian dicuri oleh pembajak. Novel Selamat Tinggal ini cenderung sopan dalam menegur. 

Tapi, untuk apa penulis terus menulis? Bukan untuk pembajak. Bukan pula untuk menghancurkan industrinya. 

Tujuannya adalah mengubah pola pikir generasi selanjutnya menjadi lebih baik. Lantas, bagaimana generasi menjadi lebih baik jika ‘kalian’ terus meneriaki dan mentertawakan omelannya? Menyindirnya di status hingga ramai menertawakan beberapa hal tidak baik miliknya. 

Sedihnya, mengapa hal ini juga turut dijadikan ajang aji mumpung bagi penulis lain? Berlagak cara mereka lebih sopan dan baik. Kenapa demikian? 

“Aku heran kenapa manusia suka bergosip? Bukankah kita semua memiliki cela pada diri masing-masing?” -Fey: Nebula-Tere Liye. 

Pertanyaannya, apakah industri buku bajakan akan mati? Jawabannya tentu tidak. 

Tapi, Mungkinkah generasi selanjutnya akan lebih baik? 

Jawabannya ada pada diri kalian sendiri. 🙂

Nb: Aku bukanlah fans mati Tere Liye. Banyak beberapa penulis indonesia yang juga aku sukai. Akan tetapi, aku selalu berusaha untuk mengapresiasi langkah keberanian. Sejauh itu benar, Kenapa tidak? 

Kalian juga boleh saja menghakimiku karena pernah membeli buku dan barang bajakan. Kalian tau? Semua manusia pernah melalui masa ‘goblok’nya masing2. Dan iya, aku pernah ‘goblok’. Tapi satu hal yang penting. Apakah lantas kita membenarkan kegoblokan itu? Dalam hidupku ada 3 orang yang pernah memakiku ‘bodoh’ dan ‘goblok’. Tiga orang itu, adalah orang yang paling aku sayangi sekarang. Kalimat kemarahan adalah sebuah batas merah yang tanpa sadar menciptakan tombol ‘warning’ dalam hati kita. Maka, peluklah rasa marah itu. 

Battle Review Nacific Lipcream 02 VS Wardah Velvet Matte Lip Mousse 01

Battle Review Nacific Lipcream 02 VS Wardah Velvet Matte Lip Mousse 01

“Loh mah, kemaren kan udah beli Lipstik? Kok beli lagi?”

“Itu lipbalm pah..”

“Nah, yang berderet di rak kosmetik itu apa dong mah?”

“Itu lipcream pah..”

“Terus apa bedanya sama yang ini?”

“Ini ya pah.. Ini kalem, ini kalem banget, ini norak, ini girly..”

“Yang dibeli ini model apa lagi?”

“Nah yang itu spesial. Warna penggoda..”

Dan mata mamak pun langsung mengedip-ngedip sambil memakai lipcream merah yang baru dibeli. Sok mau menggoda tapi jatuhnya malah jadi kek Cheon Seo Jin di drama Penthouse. Alamak, nasib punya muka jutek. 

Review Nacific Lipcream 02 Gossip Girl

Ini adalah lipcream berwarna merah menggoda ketiga yang aku punya. Sebelumnya aku cuma punya produk lipcream merah dari poppy dharsono dan pixy lipcream. Alhamdulillah keduanya sudah habis tak bersisa. Karena aku memang suka memakai lipstik merah menyala begini. Heran kalian ya? Pada gak pernah liat aku menor diluar kan? *kepedean, siapa yang merhatiin kamu win? 

Produk ini aku beli ketika ada kejar diskon di tokopedia. Bermodal saldo ovo yang tersisa 50k, aku langsung checkout sebelum kehabisan. Maklum sekali, sejak pandemi melanda kekhilafan semacam ini sering terjadi. Semacam self reward pengganti ketika jalan-jalan keluar tak juga bisa dilakukan seperti dulu. 

Sedikit ketinggalan karena sesungguhnya lipcream ini sudah cukup lama digandrungi oleh para beauty blogger. Namun karena aku blogger musiman yang cuma review produk kecantikan sesekali boleh aja deh ya aku review lipcream. Bosen tau nulis kehidupan mamak-mamak mulu. Haha

Packaging

Sesungguhnya, lipcream nacific ini punya kotak yang aku suka. Tapi, alamak.. mana pernah mamak kek aku mengoleksi kotak lipstik. Yang ada cuma hitungan hari kotaknya sudah penyok dan rusak. Syukurnya, tutup aplikator dari nacific ini terbilang beda dengan lipcream koleksiku yang lain. Warnanya merah muda. Unik is penting sih buat aku. 

Tekstur

Dari segi tekstur, lipcream nacific ini lebih terasa cair dibanding lipcream yang aku punya. Sehingga terkesan lebih ringan dibibir. 

Wangi

Wanginya aku suka, seperti perpaduan antara vanila dan madu (ini lipcream atau sufor win🤣). Yang jelas, aku lebih suka kosmetik itu bau kue sih dibanding bau parfum. Pernah curhat kan kalau aku alergi bau parfum sejak hamil anak pertama? *iyain aja deh. Aku tau kalian jarang-jarang buka curhatan di blog ini. 😆

Pigmented + Ketahanan

Aku udah make lipcream ini sekitar 2 minggu. Untuk urusan pigmented. Lipcream ini perlu 2x swach supaya pigmented maksimal. Karena teksturnya ringan jadi cenderung lebih cair. Karena aku beli yang warna cerah mungkin cukup 1x swach. Tapi kalau warna lebih soft sepertinya perlu minimal 2x swach. 

Untuk ketahanan sih.. 

Makan kue kering – Aman

Makan soto, bakso dsb – kurang aman

Minum teh – Aman

Kena Masker – Aman

Makan Gorengan – Aman kalo makannya gak ganas. Ganas: gigit teros. Gaes, cewek anggun itu kalo makan gorengan musti disobek dulu gorengannya baru masukin mulut. Jangan lupa di tap tap pake tisue dulu gorengannya. Eh, emangnya aku makan gitu? Enggak sih..🤣

Intinya sih ketahanannya mayan banget untuk ukuran aku. Dan yang penting itu adalah transferproof-nya bisa ditolerir. 

How Look? 

Aku kan pilih varian Gossip Girl 02. Warnanya tuh merah menyala. Pede banget ya beli begini.. 🤣

Ya maklum lah sebagai mamak-mamak yang kulitnya gak putih-putih amat. Cenderung butek dan kusam maka di rumah harus rada cerahan dikit. Lipstik terang begini menolong banget supaya masa depan emak jadi cerah benderang. *halah

Walaupun ya iya.. Kalau dipake full gini kok jadi mirip Cheon So Jin bibir saya.. 😂😭

Buat kalian yang punya bibir tipis, muka imut-imut beuh bakalan jadi Jang Man Wol di Hotel De Luna make lipstik ini. Tapi kalau mukanya ngepas-pasan kayak emak sih saran aja.. Jangan kepedean make full di bibir.. 😆

Ombrein aja deh ya.. 

Nah, bagus kan? 

“Win, ombrenya pake apa?”

Review Wardah Velvet Matte Lip Mousse Brown Dreamer 01

Kalian pernah gak kehilangan barang kesukaan sampe hampir 1 tahun? Terus karena udah dicari berkali-kali gak dapet juga mikirnya ya udahlah. Semoga dapet pengganti. 

Nah, si varian baru lipcream wardah ini sebenernya udah setahun lebih aku punya. Baru 2 bulan make terus ilang dong. Padahal udah remind diri sendiri kalo mau ngereview. Dan seminggu sebelum hari raya, itu lipcream tiba-tiba nongol gitu aja. Kalian tau siapa yang nemuin? 

Humaira gaes. Riang banget dia karena tangannya bisa menjangkau busa disamping kulkas. Dia tarik deh busa itu. Dan keluarlah si lipcream kesayangan. Mamak tersenyum lebar. Akhirnya lebaran bisa berfoto pakai lipcream kesayangan. Usut demi usut. Rupanya mungkin si velvet matte ini terguling pasca mamak ngeluarin isi tas di atas oven lalu meluncur kesamping kulkas. *kenapa juga ngeluarinnya di atas oven coba? 😅

Nah kenapa sih aku sayang banget sama velvet matte lip mousse dari wardah ini? 

Packaging

Packagingnya beda banget sih sama lipcream wardah keluaran pertama. Keseluruhan bodynya menggambarkan warnanya. Jadi gak repot kalau mau ngambil. Udah khas. Untuk urusan packaging unik dan look girly itu adalah koentji buat aku. Kotaknya dah ilang ya. Jadi no foto-foto.. *review macam apa ini..

Tekstur

Kalian pernah coba lipcream wardah? Udah coba nomor berapa aja? 

Lipcream dan Velvet Matte Lip Mousse itu perbedaan teksturnya kek 1:2. Lipcream itu sedikit lebih cair walau hasilnya matte finish juga. Dan teksturnya lebih ringan Velvet Matte ini. Lebih enak jatuhnya dibibir. Enggak berasa lengket dan tebal. Berikut perbedaannya dengan seri lipcream sebelumnya

Wangi

Aku gak ngerti ya kenapa di hidung aku wangi nacific sama wardah ini sedikit mirip. Wkwk. 

Bedanya tuh kalau si wardah dominan madu, kalau nacific dominan vanila. *tuh kan kek bau sufor lagi. Ini hidung mamak apa udah kesumbet sama sufor atau gimana sih? 😂

Yang jelas aku salut sama brand yang bikin wangi kosmetik itu jatuh ke kue. Bukan parfum. Apalagi buat bibir.

Pigmented + Ketahanan

Wardah lip mousse ini lebih pigmented. Dalam sekali swach sudah mewakili 2x swach wardah lipcream. Hasilnya juga lebih matte finish. Dan yang terpenting lagi endingnya gak teroksidasi. Wardah lipcream yang dulu menurutku sedikit berubah ya warnanya dalam durasi 2-3 jam. Nah, kalau si lip mousse ini enggak. Cenderung setia dan tahan lama. *eaa.. 

Untuk urusan ketahanan wardah lipmouse ini juara. Dalam ukuran aku, 4 jam masih aman even makan gorengan dengan sedikit kekhilafan. Kekhilafan yang aku maksud adalah si minyak gak sengaja muncrat di sela-sela gigi sehingga menodai daerah bibir. Tetep deh kusarankan makanlah gorengan dengan anggun dan berwibawa. Dan kalau makan bakso gak usah pake acara gigit 2x. Langsung kunyah.. 😂🤣

Untuk memakai masker pun aku rasa cenderung aman ya. Tidak terlalu transfer dan gak perlu swatch ulang. 

How Look? 

Suka banget sama finishingnya. Full coverage super kalem. Super matte tapi ringan. Perfect buat jadi mamak-mamak sok kalem yang mau jadi sok imut lalu back to single edition.. *auto ditoyor seluruh masyarakat indonesia.. 🤣

Battle Review Nacific Lipcream vs Wardah Velvet Lip Mousse

Lebih suka yang atas atau bawah? Lebih milih repurchase yang mana? 

Tentu saja aku suka keduanya. *Opo seh udah dibilang suruh milih🤣

Kondisional sih menurutku. Kalau untuk keringanan di bibir, aku lebih suka si Nacific. Tapi untuk perfect matte, aku lebih suka velvet matte lip mouse wardah ini. 

Untuk segi wangi, aku bener-bener berharap semua lipstik aku wanginya kayak nacific dan zalfa lipcream. Wardah oke sih, tapi pas dipake sekian menit gak kerasa lagi tuh wangi makanannya. *berharap awet rupanya.. Supaya kenyang terus kale ya.. 🤣

Untuk pigmented dan ketahanan,velvet lip mousse wardah masih juara di hati aku. So mungkin aku cuma make si gossip girl nacific untuk ombre saja. Dan tentu saja logikanya si wardah bakal cepet abis karena dipake full coverage terus. 

Perfect Ombre Lips ala Mamak Tahun Ini

Dan tadaa. Aku suka banget nemu 2 lipstik yang pas banget di bibir aku. Keduanya punya kelebihan masing-masing dan tentunya kalau habis aku bakal beli lagi keduanya. Tentunya dengan warna yang berbeda. 

Kalian punya saran untuk bibir sepertiku sebaiknya nyoba warna apa lagi? Atau sudah pernah nyoba kedua lipcream ini juga? Share denganku yuk! 

Dear Perempuan: Manakah Karakter yang sesuai dengan Jalan Ninjamu?

Dear Perempuan: Manakah Karakter yang sesuai dengan Jalan Ninjamu?

Stigma perempuan yang sering beredar di circle aku:

“Percuma perempuan kalo sekolah tinggi-tinggi. Toh bakal ke dapur juga..”

“Buat apa sekolah tinggi-tinggi kalo ujung-ujungnya di rumah aja?”

“Umur segini kok belum nikah? Keasikan kerja sih!”

“Kok anaknya baru 2? Kok perempuan semua? Tambahin dong laki satu..”

“Perasaan paket dateng terus tuh ke rumah dia. Heran juga padahal suaminya kan cuma PNS. Dasar istri boros.”

“Suaminya kok ngerjain kerjaan rumah. Jangan-jangan pake kajian kuyang nih.”

Dsb dsb.. Eh, panjang juga ya? Kalian mau nambahin lagi stigma perempuan yang kadang suka aneh-aneh dimulut-mulut tetangga? Aku yakin dah pada banyak banget. 

Perempuan Itu Gak Melulu Punya Karakter plus Jalan Hidup yang Sama

Bisa dimaklumi sih stigma perempuan yang sering kali ‘sedemikian’ di masyarakat. Sungguh bisa dimaklumi andai saja memang yang berkata kalangan generasi babyboomer yang memiliki pola pikir belum meluas ditambah dengan budaya patriarki yang turun temurun. Sungguh, tidak apa-apa. Aku toh maklum. 

Tapi, akan menjadi masalah jika generasi di atasnya tak kunjung move on oleh stigma itu. Merasa bahwa jalan hidup perempuan harus begitu. Harus menuruti apa kata mereka. Padahal, perempuan sekarang sudah terpapar oleh literasi dan tanggung jawab sosial. Pola pikirnya tak lagi sempit. Tanggung jawabnya pun berbeda. 

Jalan hidup seorang perempuan sesungguhnya tak melulu soal mengabdikan diri, mengorbankan apa yang ia punya. Tapi, jalan hidup perempuan sudah meluas. Ia bisa memilih dan berkembang sesuai dengan karakter yang cocok untuk dirinya. 

4 Karakter Perempuan, Manakah Karaktermu? 

Aku terhenyak ketika melihat salah satu feed instagram @cerita_parapuan. Betapa benar bahwa disekelilingku sendiri perempuan itu punya karakter beragam. Setidaknya ada 4 karakter perempuan yang aku simak di ig cerita parapuan, yaitu:

  1. Pengembara

Karakter ini sangat mirip dengan vlogger kesukaanku. Kalian tau Dear Alyne? Nah, menurutku karakter ini benar-benar mewakili dirinya. Ia adalah seorang travel vlogger yang terbilang sukses. Bersama dengan pacarnya Nas dalam Nas Daily ia mengelilingi dunia. Ia bahkan punya prinsip yang unik. Ia berkata bahwa ia tidak ingin memiliki seorang anak_seumur hidup. 

Well, aku sendiri saat menonton persepsinya tentang itu sedikit bingung. Tapi, seketika aku langsung paham jalan pikirannya. Bahwa ia tidak ingin ya karena memang itulah jalan yang ia inginkan. Ia adalah karakter pengembara yang bersemangat dan bebas menentukan pilihannya. 

2. Pengampu

Karakter ini mirip dengan salah satu keluargaku. Ia memiliki mimpi dan keinginan sendiri. Namun memiliki empati yang tinggi pada lingkungannya. Ia lebih memprioritaskan keinginan orang yang ia cintai dibanding keinginannya sendiri. Meski itu mengorbankan mimpinya untuk melangkah ke satu tangga lebih tinggi ia bahagia. Karena prioritasnya adalah ingin merasa dihargai. 

3. Pengelola

Karakter ini sangat cocok pada salah seorang temanku. Ia cenderung perfeksionis dan ulet dalam mewujudkan mimpinya sendiri. Ia mengaku tidak siap menikah jika mimpinya belum tercapai. Ia juga seseorang yang realistis, tipe yang tidak percaya bahwa setelah menikah rejeki akan mengalir. Baginya itu tidak realistis. 

Well, aku tidak menyalahkan pola pikirnya. Memang ada beberapa perempuan yang seperti ini. Sangat sempurna dan cenderung sering mengoreksi dirinya sendiri. Dan yang paling penting, ia bersemangat dengan jalan hidupnya. Itulah karakter pengelola yang mandiri dan hebat. 

4. Pengabdi

Diantara keempat karakter, karakter pengabdi adalah karakter yang 70% sedang aku jalankan. Well, 8 tahun berumah tangga aku baru menyadari bahwa karakterku dominan ke pengabdi. 

Aku senang ketika semua mengatakan masakanku enak. Aku juga senang ketika keluargaku berpreatasi. Sangat senang ketika usaha suami berkembang karena aku turut mensupport dari belakang. Walau yah.. Aku akui aku cenderung overthingking dan mudah sedih jika menghadapi kegagalan. Tapi sungguh, dulu aku tidak begitu kok. Kalian tau? Sesungguhnya dulu aku tipe pengembara ketika awal menikah. Lantas, bagaimana aku bisa sedemikian berubah? 

Bagaimana jika Jalan Hidup Bertolak Belakang dengan Karakter? 

Melihat video Dear Alyne di beranda facebook milikku, kadang aku merasa dia sedikit mirip denganku. Alyne adalah winda masa depan yang pernah aku impikan. Yah, aku punya mimpi bisa melihat seluruh dunia. 

Tapi disinilah aku. Aku menikah muda dan langsung hamil. Sebuah rencana yang benar-benar diluar dari ekspektasi. Hingga aku sulit menerima kenyataan dan terkena ppd. Lalu aku sembuh dan karakterku berubah seketika menjadi seorang pengampu. Aku masih ingat dengan impianku, tapi aku lebih sayang dengan keluargaku. 

Sampai kemudian aku lari melalui media blog. Menumpahkan segala perasaanku. Mulai menerima kenyataan bahwa hidupku memang demikian maka aku harus move on dengan caraku. Tapi sebuah keikhlasan yang aku jalani selama beberapa tahun telah membawa prestasi untuk suami dan anakku. Ekonomi kami melejit dari down hingga bisa membantu orang lain. Itu membuatku senang. 

Aku baru menyadari bahwa jalan hidupku sekarang seperti air. Lebih legowo dengan takdir. Tidak menolak ketika turun kebawah. Mengalir melewati bebatuan. Tidak merasa sakit dan aku hanya berpikir bagaimana caranya agar orang disekelilingku bisa terus hidup dengan baik. Barulah aku sadar kini aku sudah 70% berubah menjadi karakter pengabdi. Aku sudah lupa dengan cita-citaku untuk bisa mengelilingi dunia. Aku hanya ingin kelak kami bisa berangkat kebelahan dunia yang lain bersama-sama. 

Baca juga: Haruskah seorang ibu mengejar mimpinya?

Ketika jalan hidup bertentangan dengan karaktermu maka hadapilah dengan dirimu sendiri. Jangan lupa untuk membawa cinta bersamamu. Itu adalah kekuatan yang efeknya tidak bisa diremehkan. 

Perempuan Harus Memiliki Jalan Ninjanya Sendiri

Satu hal yang aku yakini tentang hidup seorang perempuan. Yaitu perempuan harus memiliki jalan ninjanya sendiri. Bukan terpengaruh dengan omongan orang lain lantas menjalani apa yang tidak ia inginkan. 

Belakangan, ramai siuran angin mulut-mulut itu berkata padaku, “Tambah lagi dong anaknya. Yang laki satu.”

Tapi toh aku tak peduli. Dua anak perempuan sudah cukup membuatku bahagia. Jika aku ingin hamil lagi, maka itu adalah keinginanku. Bukan karena orang lain. Aku punya ceklist sendiri. Dan aku punya target sendiri. Bukan sekedar memajang anak-anak berjalan seakan mereka adalah aksesoris hidup untuk dinikmati mata orang lain. 

Hidupku adalah hidupku. 

Pun dengan pekerjaanku. Ramai netizen berkata begitu sayangnya sudah sarjana tetap di rumah saja. Tapi, sangat jarang yang kepo tentang hal positif yang aku lakukan. Dan begitulah adanya mulut orang. Kita tidak pernah bisa mengontrol hal tersebut. 

Aku adalah emak-emak ninja rumahan. Elemen yang aku miliki adalah psikologis elemen air. Ninjutsu yang aku miliki adalah healing water, water resisten, shark attack. Taijutsu yang aku miliki adalah skill melobangi kalsiboard memakai tangan kosong. Dan kalian jangan bertanya tentang jurus genjutsu milikku. Aku tidak punya jurus seribu bayangan tapi 5-6 pekerjaan bisa aku kerjakan dalam satu waktu. Dan genjutsu itu berhasil, karena tidak ada yang tau. 

Itulah jalan ninjaku.

IBX598B146B8E64A