Browsed by
Month: April 2021

Yakin Pengen Jadi Stay At Home Mom? Pertimbangkan Faktor ini Dulu ya!

Yakin Pengen Jadi Stay At Home Mom? Pertimbangkan Faktor ini Dulu ya!

“Win, kalo aku nikah nanti aku mau jadi kek kamu juga ah. Di rumah aja didik anak dengan bener.. “

“Jadi setelah nikah rencananya mau resign nih.. Kamu serius?” Ucapku memancing

“Iya, aku mau jadi kek kamu aja win. Kerja tuh capek. Gak kebayang kalo kerja sambil ngurus anak.”

“Sebaiknya pikirkan matang-matang say. Begini, keadaan kita tuh gak sama loh. Support system kita juga gak sama.”

“Maksud kamu gimana win?”

Yakin Pengen Jadi Stay At Home Mom? Pikirkan Matang-Matang Dulu

“Win, susah loh kalo perempuan itu gak kerja. Coba lihat mama. Gimana kira-kira nasib kamu kalo mama gak kerja?” Ucap Mamaku ketika aku memutuskan menjadi IRT tulen. 

“Suamiku beda Ma.. Dia ngerti. Dia support aku.” Tekanku untuk meyakinkan Mama. 

Realitanya, dalam up and down kehidupanku.. Kadang aku sering membenarkan kata-kata Mama. Lantas menyesal kemudian. Lalu aku akan berusaha menjadi seperti mama. Lantas merasa berbeda. 

Ya, aku menatap Mamaku. Sosok wanita karir yang sukses menyeimbangkan hidupnya. Punya pekerjaan tetap, memiliki lingkup sosial disana sini, hingga anak-anak yang mayoritas masuk jurusan kedokteran (kecuali aku). Ingin rasanya hidupku seperti Mama. Sukses luar dalam. Tapi ketika aku menatap lingkunganku. Aku sadar, aku tidaklah sama. 

Mama tidaklah bisa menolongku untuk mengurus anak selama kutinggal bekerja. Begitupun mertuaku. Jangan tanya soal ART, masa sekarang dan dulu jauh berbeda. Jujur, awalnya aku menjadi IRT tulen bukan karena aku yakin dengan support suami. Tapi.. Karena aku tidak punya pilihan. 

Hingga aku harus memperkuat pilihanku dan berusaha agar hidup kami baik-baik saja. 

Ya, hidup kami sekarang memang jauh berbeda dibanding kehidupan awal menikah. Banyak yang menilai bahwa itu mungkin sebagian disebabkan oleh pilihanku untuk fokus menjadi Ibu Rumah Tangga. Sehingga suamiku bisa seperti sekarang. Kehidupan ekonomi kami bisa melejit seperti sekarang. Tapi, bukankah keadaan semua orang tidaklah sama? 

Tidak lantas dengan melihatku sukses maka jalan semua orang harus sepertiku bukan? 

Maka aku hanya berpikir heran dengan keputusan temanku yang kupikir instan dan tidak matang. Hei, tidak semudah itu loh memilih menjadi Ibu Rumah Tangga.. 

Faktor-faktor yang Harus dipertimbangkan Sebelum Memutuskan Menjadi Stay At Home Mom

Setidaknya, ada 3 faktor penting yang harus dipikirkan sebelum memilih untuk menjadi Stay At Home Mom. Jangan cuma mikir nih faktor sedikit ya. Baca penjabarannya. Gak sesedikit itu gaes.. 

Faktor Psikologis

Percaya enggak percaya aja, jadi Full Time Mom itu rentan stress hingga depresi. Saat semua orang bilang “Duh, enaknya gak kerja.. Enaknya cuma ngurusin anak dsb..” 

Realitanya jadi IRT enggak seenak itu. Penderita babyblues dan PPD kebanyakan adalah seorang Full Time Mom yang tidak bisa menyeimbangkan waktunya karena terdorong oleh keadaan. 

Maksudnya? 

Seorang manusia normal setidaknya memiliki 3 pembagian waktu yang baik dalam kehidupannya. Tiga waktu itu adalah Me Time, Family Time dan Social Time. Nah, saat sudah berumah tangga pembagian waktu itu berubah lagi. Seorang Ibu dituntut untuk memiliki waktu bersama bayinya. Dituntut untuk bisa mencukupkan ekonomi serta dituntut untuk bisa melayani suami hingga bisa diterima dilingkungannya. 

Itu tuh enggak mudah ketika Ibu memilih menjadi Stay at Home Mom. Apalagi jika sedang memiliki anak yang masih bayi dan belum bisa ditinggalkan. Tidak ada lagi keseimbangan 3 waktu seperti masa single. Sebagian besar waktu tersita untuk Parent Time. Tidak ada me time hingga social time. Belum lagi lingkungan yang kadang mencibir, “Kan di rumah aja.. Kok gak bisa ngapa-ngapain..”

Saranku, jika ingin menjadi Stay At Home Mom maka jangan bayangkan sisi ‘enak’nya saja. Bayangkan juga sisi enggak enaknya. Berubahnya faktor kebiasaan yang berubah hingga 180 derajat. Itu adalah adaptasi yang harus diterima. Kalau tidak, psikologis Anda bisa terganggu. Aku bercerita demikian karena pernah mengalami PPD saat memiliki anak pertama. 

Dan yang paling penting.. Sebelum menjadi Full Time Mother ubahlah sebuah persepsi bahwa seorang Ibu harus 100% mengabdi pada anaknya. 

Kenapa diubah win? Bukannya Ibu itu memang harus berkorban bla bla bla.. 

Hei, Anda gak akan ngerti sebelum merasakan mengalaminya. Dalam durasi 1 bulan hingga 6 bulan mungkin Anda akan merasa perfect dan baik-baik saja. Lama-kelamaan akan ada something missed dalam kehidupan Anda. Percaya deh. 

Apa itu? Yaitu kehilangan dirimu yang dulu. 

Maka, berdayakanlah diri selagi masih muda. Pelihara hal itu hingga memiliki anak. Hiduplah dengan keseimbangan dari passion dan cinta. Milikilah hobi yang bermanfaat untuk bisa menemukan diri sendiri dan menyalurkannya untuk lingkungan sosial. 

Dengan kehidupan seimbang maka seorang ibu akan waras dan menemukan kebahagiaan. Ia menjadi seseorang yang berarti untuk dirinya hingga anaknya. 

Ingin menjadi Ibu rumah tangga sejati? Yakinkan passionmu bisa berkembang di rumah. Kenali dirimu sendiri. Apakah kamu introvert atau ekstrovert. Bisakah kamu berkembang jika kamu di rumah? Itu adalah hal yang harus dijawab sendiri olehmu. Jangan remehkan faktor psikologis ini 

Faktor Ekonomi

“Kamu enak win. Suamimu PNS. Setidaknya jadi punya pegangan hidup.”

Hmm.. Gak ada yang tau dengan keadaan ekonomi orang lain selain orang itu sendiri. Gak ada yang ngerti sama ujian pernikahan selain yang mengalaminya.

Jujur, meski suamiku adalah seorang PNS. Tapi, banyak faktor tambahan yang tidak diketahui orang lain. Seperti berapa banyak potongan dalam gaji? Apakah semua gajih 100% untukku sehabis dipotong? Apakah suami bukan seorang sandwich generation? Nah, kalian tidak tau kan? Dan tidak usah tau. Hihi. 

Yang jelas, aku pernah berada diposisi hanya mendapatkan jatah 300rb sebulan. Seiring waktu naik menjadi 1,3 juta sebulan. Eh? Banyak kata kalian? Kami hidup mandiri dan memiliki satu orang anak kala itu. Aku bahkan sempat bakulan berjualan kue, tidak pernah memberikan anakku diapers hingga susu untuk menghemat pengeluaran. Hanya tidak semua orang tau bukan? Bagaimana dari gajih yang dipotong-potong tersebut kami sekarang sudah mendirikan perusahaan dengan 4 orang pegawai tetap. Hmm, kalian gak usah tau susahnya. Biar lihat enaknya saja. (Ini kenapa jadi curhat sarkas disini.. 🤣) 

Intinya, dari jatuh bangun kehidupan ekonomi yang demikian merupakan salah satu faktor dominan kenapa dulu aku sering depresi dan aku enggak mau kalian asal pilih jadi full time mom tanpa mempertimbangkan faktor begini.  Dalam keadaan ekonomi yang masih berjuang serta memiliki anak itu bukanlah hal yang mudah. Aku sendiri tidak mandiri secara finansial saat itu. Lingkungan banyak yang mencercaku kenapa tidak bekerja tanpa tahu apa yang aku alami. 

Ada pula yang percaya begini.. 

“Suami bekerja, istri bekerja.. Rejeki 100%. Suami bekerja, istri tidak bekerja.. Rejeki 100%..”

Sungguh, statement itu tidak salah. Asalkan tidak gagal paham memahaminya. Karena begini, ada yang bahkan ‘maksa banget’ suaminya harus bisa mendapatkan rejeki yang sama meski ia tidak bekerja dan membanding-bandingkan dirinya dengan yang lain. 

Jika memiliki suami dengan gajih pas-pasan hingga kurang maka mau tidak mau kita sebagai istri harus bisa support dia. Bukan mengeluh. Itu bukan yang benar? Tapi bagaimana bisa support jika keadaan ekonomi menghantam psikis istri? Bagaimana bisa mencapai kata Qona’ah? Maka, tidak ada pilihan selain memberdayakan diri di rumah. Dan hal ini, tidak dipahami oleh sebagian yang percaya statement kenapa rejeki bisa tetap 100% walau istri tidak bekerja. 

Rejeki itu luas by the way.. Maksud dari memberdayakan diri tidak melulu tentang bisa mencari uang. Tapi, tentang mencari peluang untuk bisa mencintai diri sendiri hingga membantu orang lain. Disinilah akan terjadi yang namanya keajaiban. Rejeki yang tidak disangka-sangka. Dan menemukan hingga ke titik ini perlu didasari oleh adanya rasa ikhlas. 

Nah, bisakah Anda ikhlas dengan rejeki apa adanya hingga memberdayakan diri di rumah? Atau, Anda lebih nyaman berkembang di luar dan merasa seimbang jika bekerja di luar? Merasa senang ketika dapat membantu keluarga ketika bekerja diluar? 

Itu, adalah pilihan yang harus Anda buat sendiri. Bukan dengan meniru hidup orang lain. 🙂

Faktor Sosial

Memutuskan menjadi stay at home mom itu gak bisa diputuskan oleh diri sendiri saja. Carilah kesepakatan bersama keluarga besar dan bicarakan terus dengan suami. Dan yang paling penting, tanyakan pada diri sendiri.. Apakah benar hal ini adalah hal yang kamu inginkan? 

Aku memiliki teman yang punya passion mengajar. Menjadi guru adalah hidupnya. Tidak masuk sehari saja dia sudah kangen luar biasa dengan muridnya. Kalian tau apa yang dia suka? Ikut upacara bendera. Coba telaah, makhluk sedemikian apakah akan merasa nyaman jika di rumah saja? 

Aku sendiri dari SD hingga SMA lebih menyukai guru perempuan. Karena entah kenapa, guru-guru favoritku semuanya perempuan. Mereka lebih friendly dan nyaman dalam menjelaskan. Bahkan ada yang masih berteman di sosial media denganku hingga sekarang. Aku tidak bisa membayangkan jika mereka tidak ada di sekolah. Pekerjaan sedemikian memiliki keterikatan sosial yang tinggi. 

Aku juga memiliki seorang teman yang bekerja pada sebuah perusahaan besar. Diantara 4 saudaranya, hanya ia yang terbilang sukses. Ya, ia adalah seorang ibu pekerja dan juga seorang sandwich generation. Orang tuanya tidak memiliki pekerjaan tetap untuk mencukupi kehidupan sehari-hari. Ia juga masih memiliki seorang adik kecil yang masih sekolah. Ia bisa saja memilih untuk tidak bekerja. Karena toh suaminya juga seorang PNS seperti suamiku. Tapi bagaimana dengan kehidupan keluarganya? Pilihan yang sulit bukan? 

Jika keterikatan sosial ini dapat dituntaskan solusinya dengan di rumah saja maka bisa saja seseorang memilih menjadi stay at home mom. Tapi sekali lagi.. Keadaan kita tidak sama bukan?

Hidup Kita Gak Sama, Pilihanku adalah yang terbaik untukku

Seperti yang sudah aku ceritakan diawal, bahwa sesungguhnya pilihanku untuk menjadi stay at home mom bukanlah pilihanku sendiri. Tapi, aku tidak punya pilihan.

But.. Time flies.. 

Aku mulai menyukai profesiku. Aku mulai menemukan passion yang bisa aku optimalkan di rumah saja. Aku mulai menemukan sebuah keseimbangan. Dan rasa ikhlas serta syukur mulai menggiringi kehidupanku. 

Aku mungkin terlihat seperti stay at home mom yang sukses mengelola ekonomi. Tapi aku sadar, bahwa tidak semua orang harus memilih pilihan yang sama sepertiku. Pun jika kamu, kalian, dsb melihatku.. Bukan berarti harus mencontoh apa yang aku lakukan. 

Karena diri kita tidak sama.. Lingkungan kita tidak sama.. 

Jadi, pilihlah sebuah pilihan yang terbaik untukmu.. 

NB: Kalian tau? Segala yang dilakukan karena cinta tidak akan ada penyesalan.. Pilihlah dengan cinta. Tapi tidak bergantung pada cinta. Kalian mengerti maksudku? Cinta itu dimulai dari dirimu sendiri. 

Pengalaman Seru Menjadi Nara Sumber Webinar CIMSA Mercy

Pengalaman Seru Menjadi Nara Sumber Webinar CIMSA Mercy

“Kamu tau hal paling menakutkan dalam hidup itu apa?”

“Apa? Hantu? Kiamat?”

“Mengetahui bahwa kita hidup di dunia hanyalah melaluinya begitu saja. Tanpa menggali potensi. Tanpa apa-apa. Meaningless..”

“Ah, kan kita hidup didunia memang hanya layaknya kapal. Asalkan kita beribadah… .. “

“Omonganmu terdengar familiar sekali.”

“Iya, kan memang sering kita mendengar bla bla..”

“.. Seperti pikiran lainnya yg memandang hidup hanya perlu iman dan islam. Lantas pergi dan memandang yang kurang bersyukur seperti tidak paham dengan arti iman dan islam. Padahal.. Bukankan arti syukur dan ikhlas perlu sebuah perjalanan yang luas?”

***

Obrolan itu kembali terngiang ditelingaku. Obrolan lama, mungkin waktu itu aku masih sekolah SMA dan sedang memasuki salah satu kegiatan ekstra di sekolah. Jangan tanya apakah aku menjadi si A atau si B dalam obrolan tersebut. 

Aku, pernah menjadi keduanya.. 🙂

Pembicaraan yang terasa biasa. Namun artinya baru aku pahami ketika sudah memiliki anak. Bahwa hidupku ternyata begitu sederhana. Begitu banyak hal yang belum sempat aku gali sendiri. Aku belum memaksimalkan diriku sendiri namun kehadiran buah hatiku yang pertama telah mengubahku menjadi orang lain. 

Ya, pernahkah kamu merasa dirimu berangsur menghilang? Seperti digantikan sosoknya oleh sebuah topeng cantik. Layaknya seekor siput. Memiliki rumah dengan corak indah dan pola yang unik. Namun ternyata, makhluk mungil yang ada di dalamnya sudah hilang. 

Aku pernah menjadi cangkang kosong. Kehilangan diriku. Kehilangan arti hidupku. Jangankan menanyakan semangat yang dulu. Diriku yang dulu saja sudah hampir hilang. 

Saat itu, aku tidak menyadari bahwa diriku terkena Post Partum Depression. 

Ceritanya sudah sering aku tulis di blog. Dan tidak ku sangka, karena cerita-cerita receh itu aku mendapat sebuah undangan. 

Aku? Menjadi seorang nara sumber untuk acara webinar? Dengan tema sedemikian? Apakah ini tidak salah? 

Jantungku berdegup kencang. Kubaca ulang undangan tersebut. Rasa minderku masih tersisa rupanya. Dan aku meninggalkan pesan itu begitu saja. Berusaha untuk tidur siang dan mendamaikan diri. Berbicara kepada diri sendiri, “Hei, kamu siapa? Tau diri dong. Sudah, masuk keong saja sana!”

Kali Pertama Aku ‘Curhat’ dengan CIMSA

Undangan tersebut hadir bukan tidak ada sebab. Sebelumnya aku pernah mengisi narasi cerita untuk microblog instagram CIMSA dengan tema cerita Post Partum Depression. Aku dengan senang hati membagikan pengalamanku untuk barangkali bisa bermanfaat bagi para pembaca atau yang sedang mengalami gejala hingga memperjuangkan diri untuk sembuh dari PPD

FYI, CIMSA sendiri adalah kepanjangan dari Center for Indonesian Medical Students Activities. CIMSA merupakan organisasi non profit, non politik, dan non pemerintah yang mewadahi mahasiswa kedokteran di indonesia dalam memberikan dampak bagi kesehatan Indonesia melalui berbagai aktivitas.  CIMSA dibuat sebagai wadah untuk memberdayakan dan meningkatkan kapasitas mahasiswa kedokteran indonesia yang siap ikut andil dalam meningkatkan kesehatan indonesia. 

Sebagai saudara perempuan dari kakak yang kebetulan merupakan seorang dokter dan adikku sendiri yang keduanya merupakan mahasiswa kedokteran tentu ada sedikit rasa minder mengingat ilmu yang aku miliki sangat tidak sebanding untuk memberikan cerita pada mereka. Ya, aku pernah bercerita bukan bahwa aku mungkin merupakan satu-satunya anak mama yang memiliki kapasitas keenceran otak paling sedikit. Tapi, aku tak menyangka curhatan receh itu sedikit berdampak. 

Memutuskan untuk ‘Berani’ Menampilkan Diri

Tidak kusangka, curhat kecil berujung seperti ini. Aku toh sudah terbiasa untuk menulis. Tapi, jujur aku merasa skill verbalku tidak sebagus skill ku dalam menulis. Temanku sewaktu SMA pernah berkata padaku bahwa aku ini sangat pendiam layaknya seekor siput yang sedang dipepes. Bayangkan, siput saja sudah sebegitu unpotential. Dipepes pula. Seakan mengejek bahwa skill verbalku sama sekali tidak bisa diandalkan. 

But, Time flies.. 

Siapa sangka aku yang dulu begitu pendiam berubah menjadi sedikit periang ketika kuliah. Persentasi di depan kelas adalah moment favoritku. Bahkan, aku ingat sekali suatu hari ketika ada pelajaran Komunikasi Bisnis.. Aku diberikan penghargaan karena telah menjadi MC terbaik di kelas. Aku berubah total dalam jangka waktu 2 tahun setelah SMA. Aku sangat ingat moment itu. 

Meski sudah hampir 10 tahun berlalu, aku masih ingat penghargaan itu. Dan itulah yang memberanikanku untuk menjawab ‘bersedia’ pasca 3 jam undangan itu datang. Meski mungkin skill itu sudah hampir terkubur tapi bukankah itu hal yang menarik dalam kehidupan? 

Ketika kita berani menjawab sebuah tantangan dan kita merasa berdebar akan semangat yang baru. Itulah rasa nikmat syukur kehidupan. 

Andai hormon adrenalinku bisa bicara, mungkin selama 8 tahun ini ia akan protes memukulku karena tak pernah berani mengeluarkan skill verbalku lagi. PPD yang pernah aku alami memang sedikit memberikan rasa trauma. Takut ini, takut itu. Padahal toh, bukannya aku sudah mendapatkan pelajarannya? Bahwa segalanya akan sembuh dengan ‘keberanian berekspresi’. 

Serunya Webinar Bersama CIMSA

Aku tidak menyangka hari itu banyak peserta yang hadir. Aku mengira peserta webinar hanya berkisar pada angka 50an. Ternyata ada lebih dari 100 orang. Dan kebanyakan adalah para mahasiswa kedokteran. Sekilas, rasa minder itu datang apalagi ketika melihat CV dari narasumber pematerinya. Hmm? Siapa aku kok berani sekali nyemplung disini? 😌

Jujur, ada sebuah perasaan lucu hari itu. 

Bagaimana kalau aku closed saja semuanya. Matikan wifinya. Biarkan selama 5 jam. Nanti kalau mereka menghubungi, bilang saja mendadak ada gangguan. Bla bla.. 

Syukurlah aku tak melakukan hal itu, karena sungguh jika aku melakukannya. Aku sudah kalah oleh diriku sendiri. Dan, kalian tau? Ada satu hal yang membuatku tertegun menyimak materi dari awal sampai waktuku tampil. Karena aku, seperti merasa kembali ke masa lalu. 

Ya, masa dimana aku tidak mengerti apa itu depresi dan menolak pernah mengalaminya. Materi yang dipaparkan oleh dr Natalia begitu mengunggah diriku. Sampai ingin rasanya aku mengeluarkan air mata. Merasa beruntung bahwa diriku sudah melalui masa-masa suram itu. Begitu banyak kasus menyeramkan terkait ppd dan pembunuhan anak hingga dampak lainnya adalah mengakibatkan luka disana sini. Innerchild yang memutar dan tak kunjung berakhir.

Baca juga: Dampak Negatif dari Post Partum Depresion Pada Anak dan Caraku Memperbaikinya

Menariknya, saat sesi pertanyaan dibuka aku baru menyadari bahwa mungkin sekitar 30% peserta adalah ibu-ibu. Ada pula yang merupakan masyarakat umum yang ingin tau tentang babyblues. Antusias mereka luar biasa. Dan dr Natalia menjawab dengan sangat lengkap tanpa jeda sama sekali. Aku sampai tercengang dibuatnya. 

Pikiran itu kembali datang, 

“15 menit lagi win, sebelum terlambat dan malu-maluin. Closed semua tab dan matikan wifi. Masuk ke dalam selimut”

Humaira pun menangis masuk ke dalam kamarku. Disusul oleh kakaknya si Pica yang kesal karena bingung menerjemahkan apa kemauan adiknya. Makin mantap bisikan itu menemukan eksistensinya. 

Tapi, tepat 5 menit sebelum aku tampil. Suamiku sudah dengan sigap mengambil Humaira dan membawanya ke kamar. Dia tersenyum licik padaku dan berkata, “Anggap saja ujian skripsi.”

😂

Dan 5 menit pun berlalu.. 

Ternyata, Bercerita Verbal Itu Melegakan

Aku tidak tau persis apa yang harus aku ungkapkan. Awalnya, aku bahkan membuat slide tayangan untuk memperjelas sebuah cerita. Tapi kemudian aku sadar bahwa aku hanya mengisi talkshow. Bukan pemberi materi atau nara sumber ahli. Tugasku hanya bercerita dan memberikan solusi nyata dari apa yang sudah aku alami. 

Jujur, moment itu adalah kali pertama aku bercerita secara verbal tentang PPD yang sempat aku alami. Sebelumnya, aku hanya menulis rintihan receh di blog maupun instagram. Itupun sebagian kecil telah aku hapus karena aku sendiri merasa tulisanku tidak menginspirasi dan sedikit toxic. Maklum saja, saat itu aku menulis untuk menyembuhkan diriku  bukan untuk menginspirasi dengan pengalaman. 

Ternyata, bercerita itu melegakan. Aku tidak menyangka ceritaku akan lancar mengalir begitu saja. Seakan aku menemukan seorang teman curhat sambil meminum kopi di sebuah cafe. Kurasa, dr Salma sang moderator memiliki aura friendly untuk berbagi cerita. Maklum, jika ingat fase dimana aku mencari teman cerita saat terkena PPD dulu maka aku akan ingat dengan sebuah grup di facebook dimana saat aku menanyakan tentang pumping ASI yang tak mau keluar.. Anggotanya begitu fanatik ketika aku menceritakan depresinya aku ketika terpaksa meminumkan anakku susu formula. Judge demi judge aku terima di kolom komentar. Itu adalah kali pertama aku takut bersosial media dengan grup yang kebanyakan memiliki member emak-emak perfect. *loh kok jadi curhat lagi?🤣

Yah, begitulah. Intinya aku tidak akan menceritakan ulang bagaimana proses sembuhnya aku dari PPD. Bagaimana efek yang sempat aku alami karena meremehkan gejala babyblues. Microblog singkat yang aku tulis di CIMSA dan tulisan receh di blog sudah pernah mewakilinya. Hanya saja, ternyata bercerita verbal menjadi sensasi baru yang nyaman untukku mengerti apa arti kata berarti dan berada. Dalam durasi satu jam aku merasa menemukan diriku di kampus yang dulu. Berpegangan pada microphone dan menatap seisi kelas dengan penuh makna. 

Aku, kangen dengan cita-citaku dahulu. Mungkinkah aku bisa menjadi seorang guru atau dosen? Aku rindu suasana kelas. Aku rindu menjadi Winda yang seimbang dalam dunia nyata dan maya. Winda yang dahulu. 

Tapi kemudian, aku kembali menatap Pica dan Humaira. Mereka memelukku dan ingin berbaring denganku untuk tidur siang. Ku usap kedua kepala mereka berdua. Lantas tersenyum. 

Aku lebih menyukai diriku yang sekarang. Semenjak jadi Ibu dan menemukan arti ikhlas serta syukur..

Aku merasa bisa meraih semuanya.. 

Namun sabar memang harus menggiringinya.. 

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Gunadarma Terbaru 2021

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Gunadarma Terbaru 2021

Pada tau gak nih kalo PMB Gunadarma kembali dibuka tahun ini? Iya, Sebagai salah satu kampus swasta terbaik di Indonesia, Universitas Gunadarma terus meningkatkan kualitas pelayanan dalam layanan Pendaftaran Mahasiswa Baru (PMB). Supaya calon mahasiswa baru yang ingin melanjutkan pendidikan di Universitas Gunadarma diberikan kemudahan dalam prosesnya.

Ehm, kan lagi covid nih? Daftarnya gimana?

Dalam upaya bersama memutus rantai penyebaran COVID-19, Universitas Gunadarma menyediakan fasilitas Pendaftaran Mahasiswa Baru (PMB) Online. Dengan sistem ini, kamu bisa mendaftar sebagai mahasiswa baru Gunadarma tanpa harus datang ke kampus. Universitas Gunadarma membuka penerimaan mahasiswa baru 2021 secara daring yang sesuai dengan protokol kesehatan di masa pandemi COVID19. Melalui PMB Gunadarma online, calon mahasiswa baru diseleksi hanya dengan mengisikan nilai beberapa mata pelajaran pada rapor semester 4 dan 5, serta mengunggah file rapor.

Prosedur Pendaftaran Mahasiswa Baru Universitas Gunadarma

Bagaimana cara melakukan pendaftaran online di Universitas Gunadarma? Nah, Berikut ini adalah prosedur penerimaan mahasiswa baru Gunadarma:

1.Melakukan Pendaftaran
Hal pertama yang harus kamu lakukan adalah melakukan pendaftaran dan pembayaran formulir sesuai nomor Virtual Account sesuai data yang kamu isikan. Setelah melakukan pembayaran formulir pendaftaran, kamu akan mendapatkan konfirmasi melalui email dan sms. Karena itu, pastikan email dan nomer HP kamu benar dan aktif.

2.Mengisi Nilai Raport
Kamu bisa login untuk mengaktifkan akun dan melanjutkan ke tahap berikutnya yakni mengisikan nilai akademik yang tercantum dalam rapor semester 4 dan 5. Dalam tahap ini, pilihlah mata pelajaran(mapel) yang nilainya terbaik, serta 3 mapel yang wajib diisikan yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika.

Setelah mengisi nilai raport, selanjutnya kamu bisa mengunggah file raport. Jika kamu gagal mengunggah file, kamu dapat meminta bantuan dengan menghubungi chat online pada web pendaftaran Gunadarma. Caranya, klik tombol “Online” dan tulis secara singkat dan jelas mengenai kendala yang kamu hadapi.

3.Menunggu Hasil Seleksi

Terakhir, kamu hanya perlu melakukan pengecekan secara berkala untuk mengetahui hasil seleksi dan prosedur pembayaran uang kuliah melalui Virtual Account Bank DKI serta daftar ulang online yang harus dilakukan.
Panitia akan melakukan validasi pada semua berkas daftar ulang yang dipersyaratkan. Jika semua valid, kamu sudah memenuhi syarat sebagai calon mahasiswa baru Universitas Gunadarma.

Setelah itu, kamu bisa mengikuti tahapan berikutnya yaitu masa orientasi atau pengenalan kampus. Semua tahapan tersebut akan diumumkan atau disampaikan melalui website, email calon mahasiswa, atau bentuk komunikasi lainnya.

Jurusan Kuliah di Universitas Gunadarma

Setelah mengetahui PMB Gunadarma online, hal yang tak kalah penting untuk kamu ketahui adalah program studi di Universitas Gunadarma. Kamu bisa memilih jurusan kuliah yang kamu inginkan. Ada beberapa fakultas di Universitas Gunadarma dengan program studi masing-masing, informasinya sebagai berikut ini:

-Fakultas Kedokteran

*Jurusan Kedokteran

– Fakultas Ilmu Komunikasi

*Ilmu Komunikasi

-Fakultas Sastra

*Jurusan Sastra Inggris

-Fakultas Psikologi

*Jurusan Psikologi

-Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi

*Jurusan Sistem Informasi

*Jurusan Teknik Informatika

-Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

*Jurusan Teknik Sipil

*Jurusan Teknik Arsitektur

-Fakultas Ekonomi

*Jurusan Manajemen

*Jurusan Akuntansi

*Jurusan Ekonomi Syariah

-Fakultas Teknologi Industri

*Jurusan Teknik Industri

*Jurusan Teknik Informatika

*Jurusan Teknik Elektro

*Jurusan Teknik Mesin

Lokasi Universitas Gunadarma

Kegiatan perkuliahan Universitas Gunadarma dilaksanakan di 14 kampus yang terletak di Jakarta, Depok, Bekasi, dan Tangerang. Kampus utama Gunadarma berada di Kota Depok, Jawa Barat. Setiap kampus terdiri dari fakultas, jurusan, dan fasilitas masing-masing.

Berikut ini adalah informasi seputar kampus Gunadarma beserta alamat lengkap Universitas Gunadarma di beberapa daerah Jabodetabek:

-Kampus A (Kampus Kenari) : Jl. Kenari nomor 13, Jakarta Pusat

-Kampus B (Kampus Salemba Bluntas) : Jl. Salemba Bluntas, Jakarta Pusat

-Kampus C (Kampus Salemba) : Jl. Salemba Raya nomor 53, Jakarta Pusat

-Kampus D (Kampus Depok) : Jl. Margonda Raya Pondok Cina, Depok

-Kampus E (Kampus Kelapa Dua) : Jl. Akses Kelapa Dua Kelapa Dua, Cimanggis

-Kampus G (Kampus Laboratorium Kelapa Dua : Jl. Akses Kelapa Dua Kelapa Dua, Cimanggis Phone

-Kampus H (Kampus Laboratorium Kelapa Dua) : Jl. Akses Kelapa Dua Kelapa Dua, Cimanggis

-Kampus H2 (Kampus Simatupang) : Jl. Tahi Bonar Simatupang Kavling. 38, Jakarta Selatan

-Kampus J1 (Kampus J1) : Jl. KH. Noer Ali, Kalimalang, Jakasampurna, Bekasi Barat

-Kampus J3 (Kampus Kalimas ) : Jl. Raya Kalimalang, Bekasi

-Kampus J4/K (Kampus Kemang Pratama ) : Jl. Kemang Pratama Raya No.13,
Jakarta Timur

-Kampus J5 (Kampus Cakung ) : Jl. Sentra Primer Baru Timur, Jakarta Timur

-Kampus L (Kampus Cengkareng) : Jl. Raya Kamal Outring Nomor. 75, Jakarta Barat

-Kampus K (Kampus Karawaci) : Jl. Kelapa Dua Raya No.93, Tangerang

Berada di lokasi yang strategis, Universitas Gunadarma cukup dekat dengan tempat umum seperti Terminal Bus, Bandara, Stasiun Kereta, Restaurant, Mall, Supermarket, Apotek, dan berbagai tempat lainnya.

Banyaknya pilihan jurusan di Universitas Gunadarma memberi kamu gambaran mengenai prodi apa yang ingin kamu ambil. Kamu dapat mendaftar melalui PMB Gunadarma online dan memilih jurusan yang kamu inginkan.

Mengeluh karena Penat, Bolehkah?

Mengeluh karena Penat, Bolehkah?

“Bolehkah seseorang mengeluh ketika merasa penat? Atau sebaiknya menutupinya dan berusaha terlihat baik-baik saja?”

Penat adalah Proses

Aku terbaring siang itu. Kala si kecil mengantuk, akupun tanpa sadar ikut mengantuk juga. Orang bilang, menyusui adalah proses yang harus dilakukan bersama dengan pekerjaan baik. Membaca surah pendek misalnya atau sekedar berdzikir. Tapi tanganku gatal memeriksa handphone untuk sekedar melakukan tugas rutin mingguan. Blogwalking dan menelusuri sosial media. Dan akhir-akhir ini, rutinitas itu membuatku mengantuk. 

Terbangun dan menyadari bahwa aku tertidur selama 2 jam. Syukurlah si kecil Humaira masih tidur. Perlahan kulakukan jurus ninjutsu baru. Gerakan berpindah tempat tanpa bunyi dan pergerakan. Sudah sering kulatih jenis ninjutsu ini. Tapi seringnya gagal dan menimbulkan bunyi ‘kreek’ dari kasur. Alhasil, Humaira menyadari dan menangis melihatku. 

Rutinitas biasa dari keseharian ibu rumah tangga biasa. Drama biasa-biasa saja bukan? 

Tapi kadang, hal beginilah yang membuatku merasa penat. Bahkan tertidur 2 jam pun merasa sangat berdosa. Lihatlah mainan yang lupa kubereskan. Lihatlah cucian yang belum dijemur. Bagaimana kalau ada tamu yang datang? 

Perulangan yang kadang terjadi setiap hari. Membuatku merasa menjadi bukan Istri yang baik. Tapi, kadang hidup harus memilih bukan? Mau jadi Ibu yang baik hari ini kah? Atau Istri yang baik kah? Kadang hari ini cantik, besoknya menjadi tidak karuan karena peran Ibu sedang dominan. Kadang masakan tertata rapi dan diri sudah cantik tapi anak terpapar gadget lama. Kadang, diri sendiri terupgrade sempurna dengan berbagai ilmu tapi suami terabaikan. 

Kadang berkata juga pada diri sendiri, “Tak bisakah punya jurus membelah diri? Atau seribu bayangan saja?”

Tapi logikaku masih jalan dengan baik. Dan aku selalu berkata pada diriku sendiri.. 

“Ini tidak akan lama. Ini hanya sementara.”

Karena penat adalah proses untuk bangkit. 

Nikmati setiap rasa penat dengan syukur. Karena makhluk tanpa rasa penat, sedih, lelah dan down itu bukanlah manusia. Manusia bisa merasakan dan bisa memanjatkan syukur. 

Manusia, selalu memiliki pilihan. 

No Pain No Gain

Dalam penat, selalu ada luka. 

Ih..sudah penat, luka pula. Apa asiknya! 

Yah.. Aku menyadari sepenuhnya bahwa tidak ada ibu yang sempurna. Kecuali mungkin ibu yang bisa membelah diri atau memiliki ninjutsu hebat. Siapa aku? Amoeba bukan, ninja juga bukan. 

Tapi, bolehkan seorang ibu punya jalan ninjanya sendiri? 

Aku memutuskan untuk mengakui rasa penat itu. Membagikannya bersama suami. Melalui penat itu. Jika suatu saat luka datang dari rasa penat.. Baik itu berupa luka dari diri sendiri, suami maupun anak yang kadang terabaikan maka aku memutuskan untuk mengobati luka itu. Membuka luka dan mengobatinya. Bukan sekedar mengabaikannya dan berkata aku tidak apa-apa. 

Karena dalam setiap luka, ada perolehan. 

Aku memutuskan untuk tidak menyesali masa laluku. Diriku yang sempat terkena PPD, anakku yang terpapar oleh rasa itu, hingga pertengkaran yang pernah terjadi dengan suami. Itu hanya masa lalu. Aku sudah mendapatkan pelajarannya. Sudah memiliki harga atas itu semua. 

No pain, No gain

Mengeluh Karena Penat itu Tidak Apa-Apa.. Tetapi.. 

Kembali lagi, apakah mengeluh karena rasa penat itu tidak apa-apa? 

Apakah tidak apa-apa jika kita merasa lelah kemudian mengabaikan obatnya? Butuh tidur misalnya. Tapi kita mengabaikannya. 

Menurutku, itu salah. 

Begitupun dengan rasa penat di hati. Jika kita sedang merasa tidak baik-baik saja dengan kondisi yang ada maka apakah kita tidak boleh mengeluh? 

Boleh, mengeluh atas ketidaknyamanan maupun rasa penat itu sungguh tidak apa-apa. Tapi, mengeluh-lah sekedarnya. Dan yang lebih penting lagi, carilah jalan keluar atas rasa penat. 

Karena sesungguhnya fungsi dari mengeluh adalah membuka kesadaran. Lantas mencari ruang teduh untuk mengatasi penat itu. 

Dan carilah ruang teduh yang cocok untuk diri kita masing-masing. 

Karena setiap kita punya cara yang berbeda. 🙂 

Jadi, sudahkah Anda memiliki solusi dari rasa penat? 

Kreasi Resep Makanan Sehat Menggunakan Susu Cair Anak

Kreasi Resep Makanan Sehat Menggunakan Susu Cair Anak

Masih segar rasanya di ingatanku tentang kata-kata dari Chef Devina Hermawan pada konferensi pers dari Morinaga Chil*Go! minggu kemarin. 

“Kadang tuh suka worry sama kecukupan gizi anak aku. Yang makannya suka pilah pilih. Cukup gak ya?”

Kata-kata itu sangat mewakili pikiran emak-emak sepertiku. Apalagi, anak keduaku Humaira sedang dalam fase picky eater yang lumayan parah. Bisakah aku mencukupi gizinya hanya dengan makanan yang ia suka saja? 

Atau, kita yang harus memutar otak dan mencari cara agar menu sehari-hari dapat diatur dengan kreatif? 

Berbagai Kreasi Resep Makanan Sehat dengan Susu Cair Anak

“Mau tidak mau, kita harus kreatif dalam memberikan variasi makanan pada si kecil. Kenali bahan-bahan favoritnya dan atur keseimbangan gizinya.”

Ya, Chef Devina mengaku salah satu idenya untuk mencukupi kebutuhan gizi si kecil adalah dengan mengolah masakan yang bervariasi. Selain itu, kreasi masakan tersebut juga diberi tambahan susu cair anak untuk melengkapi gizi seimbangnya. Ide kreatif Chef Devina dalam menyajikan makanan untuk buah hatinya menginspirasiku untuk mengenali makanan favorit anakku dan mengkreasikannya. 

Nah, berikut ini adalah resep makanan sehat kreasiku:

Korean Cheese Bread Simple ala Chil*Go!

Awalnya, ide ini hanyalah ide iseng saja. Aku dan Pica sering sekali memang bereksperimen dengan roti tawar. Bahkan, kami pernah membuat kue red velvet dari roti tawar. Haha. 

Karena sejak punya 2 anak, jujur aku tidak terlalu sempat membuat cemilan yang susah. Termasuk itu untuk mengulen roti dsb. Sehingga setiap minggu memang selalu membeli roti tawar. Tetapi, trust me resep korean cheese bread simple ini sudah 2x kami praktikkan. Hasilnya ludes tak bersisa. Bahkan Humaira pun sangat suka. 

Ini dia resepnya

Bahan:

10 lembar roti tawar ukuran sedang (saya pakai 15 lembar ukuran kecil) 

1 butir kuning telur

3 siung bawang putih

3 sdm mentega

3 sdm madu

100 gr keju quick melt

Parsley secukupnya

1 botol Morinaga Chil*Go! Original

Cara Membuat:

Cincang halus bawang putih masukkan kedalam wadah tahan panas dan campur bersama kuning telur, mentega, keju quick melt dan madu. Aduk dan masukkan ½ botol Morinaga Chil*Go! Original. 

Selanjutnya tim bahan campuran tersebut hingga kejunya leleh dan mengental. Ini adalah saos cheese garlicnya. 

Ambil selembar roti tawar. Oles dengan saos cheese garlic tersebut lalu taburi parsley. Gulung dan tata diatas loyang tahan panas. Ulangi hingga habis

Tuang ½ botol Morinaga Chil*Go ! kedalam sisa saos yang ada. Aduk dan tuang kedalam loyang. Lalu, taburi lagi dengan parsley. 

Panggang di oven dengan suhu 180 derajat selama 20 menit atau hingga kekuningan.

Sajikan hangat. 

Roti ini sangat enak dijadikan cemilan maupun hidangan sarapan. Perpaduan rasa bawang putih dan keju yang meleleh didalamnya membuat si kecil berselera. 

Resep ini biasanya aku sajikan dengan lauk disampingnya. Bisa berupa sosis goreng maupun nugget, tambahkan juga sup untuk melengkapi kandungan gizinya. Bisa juga disajikan dengan daging barbeque atau daging lada hitam. Jangan lupa sediakan cocolan mayonaise dan saos tomat. 

Es Campur Frambozen Mix Agar Chil*Go!

Nah, ketika bulan puasa begini anak aku si Pica biasanya selalu request menu yang segar untuk berbuka. Dia selalu suka dengan sirup. Dan biasanya sangat jarang meminta susu untuk berbuka. Jadi, agar nutrisinya saat berpuasa terpenuhi saat berbuka maka aku juga sedikit tricky untuk memasukkan susu. Kali ini, aku mencampurkan susu sebagai potongan agar untuk sirup berbuka puasa. Tak lupa dicampur dengan buah agar kandungan seratnya juga ada.

Berikut resepnya:

Bahan Sirup:

250 gr gula pasir

100 ml air

2 tetes frambozen

2 tetes pewarna merah tua

1 lembar daun pandan

Bahan Agar:

3 botol Morinaga Chil*Go! Original

½ sachet bubuk agar-agar plain

Bahan Tambahan:

Potongan Nanas dan Sagu Mutiara. (Bisa tambahkan buah dan bahan lain yang disuka) 

Cara membuat:

Campurkan bahan sirup dan masak hingga mendidih. Dinginkan. 

Campurkan bahan agar. Masak hingga mendidih. Dinginkan dan masukkan kulkas. 

Potong agar-agar susu kecil-kecil. Tata di dalam gelas. Masukkan potongan nanas dan sagu mutiara. Lalu masukkan ice cube dan tuangkan sirup frambozen secukupnya. Terakhir, tuangkan air putih secukupnya. Sajikan dingin. 

Bakwan Campur Gurih ala Chil*Go!

Bakwan kok pakai susu? Emangnya enak? 

Hmm.. Enak kok! Kalian belum pernah nyoba sih. Hihi. Lagian, ini bukan pakai susu biasa. Tetapi Morinaga Chil*Go! original yang rendah gula. Jadi, bakwannya enggak manis kok. Tetap sesuai dengan identitasnya yang gurih crunchy. Justru dengan tambahan susu bakwannya jadi tambah gurih. 

Ya, Bakwan memang terkenal sebagai jurus jitu untuk anak-anak yang suka ngemil. Karena di dalam bakwan kita bisa menyelipkan berbagai lauk dan sayur. Gizi dan nutrisi terpenuhi dan anak juga suka. Berikut resepnya:

Bahan:

1 buah wortel (iris tipis) 

200 gr kol (iris tipis) 

1 butir telur

200 gr tepung terigu

50 gr tepung beras

100 gr udang kecil

1 batang daun bawang (iris tipis) 

2 helai kacang panjang (iris tipis) 

1 botol Morinaga Chil*Go! Original

Air secukupnya

Minyak goreng secukupnya

Bumbu Halus

1 sdt garam

2 siung bawang putih

1 sdt merica bubuk

Penyedap secukupnya

Cara membuat:

Campur bumbu halus dengan 1 butir telur. Kocok sebentar. 

Masukkan bahan yang diiris (wortel, kol, daun bawang dan kacang panjang). Aduk rata. 

Masukkan tepung terigu dan tepung beras. Masukkan juga udang kecil. 

Terakhir, masukkan satu botol susu Morinaga Chil*Go! Original. Lalu, masukkan air secukupnya hingga tekstur adonan pas. 

Goreng hingga kecoklatan. 

Morinaga Chil*Go! Rasa Original, Lengkapi Kreasi Ibu Tanpa Worry

Semua kreasi resep di atas memakai Morinaga Chil*Go! rasa Original. Bukan tanpa alasan loh aku memilih Morinaga Chil*Go rasa Original untuk melengkapi kreasinya. 

Varian rasa Original dari Morinaga Chil*Go! ini adalah varian baru. Dibuat spesial karena rendah gula. Kalian tau? Anak-anak yang kelebihan asupan gula akan menyebabkan turunnya daya tahan tubuh. Selain itu, juga memungkinkan adanya dampak masalah pada gigi hingga obesitas jika anak-anak kelebihan asupan gula. 

Jika melihat dari riwayat penyakit keluarga suami maka aku khawatir sekali kalau anakku nanti terkena diabetes. Maka, sejak kecil asupan gulanya harus dijaga. Morinaga Chil*Go! varian Original menjawab solusi atas rasa khawatir itu. 

Dengan Morinaga Chil*Go! rasa Original aku dan anak-anak jadi tidak worried. Karena berbagai masakan yang dikreasikan dengan Morinaga Chil*Go! Original menjadi kaya rasa, gurih dan enak. Picky eater pada anak pun lambat laun dapat diatasi dengan berbagai kreasi masakan. 

Rumus membuat kreasi masakan adalah peka terhadap bahan-bahan makanan yang disukai oleh anak. Perlahan, kenalkan ia dengan bahan makanan lainnya yang mengandung gizi baik lalu cerdiklah dalam memadukannya bersama bahan makanan yang ia sukai. Selain itu, kita juga harus peka dengan tekstur yang disukai anak. Jika sudah paham dengan itu semua maka tengoklah isi kulkas dan kreasikan sebisa mungkin. 

Karena dari rasa ada cinta. 

Nah, kalau kalian bagaimana? Punya resep favorit juga yang menjadi andalan di rumah? Share denganku yuk! 

Website: https://morinagaplatinum.com/id

Ig: @morinagaplatinum

IBX598B146B8E64A