Mengenal Gejala dan Penyebab Baby Blues Syndrome & Post Partum Depression serta cara Mengatasinya

Mengenal Gejala dan Penyebab Baby Blues Syndrome & Post Partum Depression serta cara Mengatasinya

Setiap Ibu yang sudah memiliki anak tentu mengenal atau paling tidak pernah mendengar istilah Baby Blues Syndrom, Iya tidak? Nah, Apa itu?

Bukan, ini bukan diterjemahkan jadi ‘bayi biru sindrom’ seolah-olah itu tentang bayi yang mendadak biru karena pasca dilahirkan. Baby Blues Syndrome adalah salah satu jenis gangguan psikologis Ibu pasca melahirkan. 

“What? Habis melahirkan kok jadi gila bukannya seneng? Harusnya jadi Ibu tuh kudu senang trus ikhlas dengan pekerjaan menjadi Ibu, harusnya bersyukur dikasih anak melahirkan juga cesar, ga sakit. Dasar mungkin dia emang udah gila duluan kali..  😛” (sering nemu orang bicara gini? Udah, tabok aja.. Wkwkwk😂)  

Baby Blues Syndrome adalah gangguan psikologis dimana Ibu pasca melahirkan merasa sedih, cemas dan emosi berlebihan yang tidak normal dan tidak sewajarnya, parahnya kondisi ini dapat semakin meningkat. Baby Blues Syndrome dialami sekitar 50-80% wanita setelah melahirkan khususnya bayi pertama. Biasanya terjadi pada 2 minggu pertama setelah melahirkan. Eits, bukan cuma dua minggu, jika kondisi ini tidak ditanggulangi maka akan semakin lama dan parah sehingga menjadi Post Partum Depression yaitu jenis gangguan psikologis yang berkelanjutan hingga lebih dari 2 minggu. 

Kenapa sih Ibu jadi Gila? Oh, bukan. Jangan sebut ini Ibu gila. Saya percaya setiap orang punya gangguan psikologis sekecil apapun itu. Bahkan narsis pun sebenarnya termasuk salah satu gangguan psikologi (itu loh, kamu kamu yang suka sekali selfie sampai berjam-jam biar bagus dan kecewa dapet like cuma satu, mungkin perlu konsultasi juga ke dokter😅) . Jadi jangan menyamaratakan Ibu yang terkena Baby Blues hingga Post Partum Depression dengan Ibu Gila seolah olah kerjaannya teriak-teriak ‘BUNUH.. BUNUH’. Bukan ya.. Bukaaaan..😂

Terus, gejala Baby Blues itu gimana sih? Berikut gejalanya:

1. Emosi sangat labil, mudah marah, gampang tersinggung dan sering hilang rasa sabarnya.

2. Sering merasa kurang percaya diri 

3. Sering mengalami rasa cemas, merasa bersalah hingga merasa tak pantas menjadi Ibu

4. Mengalami kesulitan istirahat atau susah tidur

5. Tidak memperdulikan bayi (ini gejala kronis yang mengarah ke Post Partum Depression) 

Perlu diketahui setiap gejala diatas itu pasti ada penyebabnya. Berikut ini adalah beberapa penyebab Baby Blues Syndrome :

1. Perubahan Hormon

Beberapa ahli percaya bahwa penyebab Baby Blues adalah hormon-hormon didalam tubuh Ibu mendadak mengalami perubahan-perubahan yang besar. Terjadi Penurunan secara drastis kadar hormon estrogen dan progesteron serta hormon lainnya yang di produksi oleh kelenjar tiroid yang menyebabkan ibu sering mengalami rasa lelah, depresi dan penurunan mood.

Anda tau bagaimana rasa PMS? Nah, Ibu pasca melahirkan ini ibarat kena siklus PMS yang ditumpuk selama 9 bulan dan baru meledak. Gimana? PMS anda separah apa terus kalikan aja 9 (Iya, KALI SEMBILAN). Ngerti ga gimana? 

2. Terkejut dengan Kelelahan

Baby Blues biasanya terjadi pada anak pertama. Sang Ibu yang tadinya senang dengan kelahiran anaknya kemudian terkejut dengan aktivitas menyusui yang tiada hentinya, akibatnya waktu beristirahat terganggu padahal Ibu juga butuh Istirahat pasca melahirkan. 

Faktor Kelelahan rata-rata dialami oleh Ibu yang mengerjakan semuanya sendiri. Bahkan untuk urusan rumah tangga seperti memasak, membersihkan rumah dan mencuci harus dilakukan oleh Ibu. Mungkin, bagi Ibu yang memiliki ART atau keluarga hingga suami super pengertian faktor ini tidak terlalu berpengaruh. 

3. Rasa Sakit pasca Melahirkan

Rasa sakit pasca melahirkan adalah salah satu faktor yang turut menyebabkan babyblues. Baik itu sakit pada jalan lahir atau sakit pada jahitan perut hingga sakit pada bagian payudara. 

Rasa sakit ini jika tak mendapat penanganan dan perhatian maka akan menyebabkan kondisi psikologis Ibu turut terganggu. 

4. Riwayat Psikologis Ibu

Ada beberapa orang didunia ini yang membawa sedikit ‘kelainan’ jiwa. Ada yang terbawa secara biologis. Ada pula yang disebabkan oleh trauma, inner child dan faktor riwayat hidup lainnya. 

Ada beberapa Ibu yang terkena penyakit kejiwaan serius. Sebut saja seperti schizophrenia (u can search it on Google) . Salah satu contoh Ibu yang mengalami ini adalah Andrea. Ibu yang membunuh keempat anaknya dibak mandi yang awalnya disebabkan oleh penyakit jiwa dan babyblues yang tidak ditangani sehingga menjadi semakin parah. Jenis yang satu ini bukan lagi termasuk Baby Blues Syndrome namun Sudah menjadi lebih parah dibanding Post Partum Depression. Mungkin ada yang tau nama yang lebih tepat? 

Lantas, Bagaimana mengatasi Baby Blues ini? Jawabannya hanya satu teman yaitu PENGERTIAN. Well, masih belum ngerti juga apa yang harus di mengerti? *Baiklah, tulisan ini sepertinya harus panjang*

Sebagai Ibu yang pernah mengalami Baby Blues Syndrome hingga Post Partum Depression, aku ingin berbagi pengalaman tentang cara mengatasi gangguan Psikologis ini. Cara-cara dibawah ini terbukti efektif (untuk aku loh ya):

1. Yakinkan Ibu menyukai pekerjaannya

Ibu tentu pernah mengalami Kejenuhan berada dirumah, Iya? Hal ini banyak dialami oleh seorang Ibu Rumah Tangga yang seharian memang dirumah saja. Kejenuhan terjadi karena ia tak sempat melakukan hal yang benar-benar disukainya. Betul, ini berkaitan dengan Me time atau hoby. 

Apa ada Ibu yang hoby mencuci, menyetrika, dan membersihkan serta merapikan seluruh rumah, jika ada ini langka sekali. Aku sendiri jelas tidak menyukai rutinitas ini, tapi aku pecinta kebersihan dan kerapian. Sudah jelas bagi para IRT tanpa ART yang menyukai kebersihan maka rutinitas ini wajib dilakukan. 

Apa ada Ibu yang hoby memasak? Ini mungkin banyak. Tapi, passion memasak adalah Jenis Passion yang membutuhkan waktu yang lama dalam prosesnya. Seringkali karena kesibukan seputar bayi dan kebersihan mengakibatkan terhambatnya aktivitas memasak. 

Bagi Ibu Introvert menemukan Passion didalam rumah tentu hal yang mudah. Hoby memasak, menulis, membaca hingga menonton TV sudah sangat menghibur. Tapi, bagaimana dengan Ibu yang Ekstrovert? Yang kebahagiaannya tersalur dengan banyaknya jalan-jalan dan silaturahim. Hal ini tentu tidaklah mudah. 

Hoby yang tersalur tentu akan membuat Ibu menyukai aktivitasnya dirumah. Perasaan ikhlas dalam mengerjakan pekerjaan rumah adalah perasaan yang timbul dari energi positif. Energi positif didapat dari tersalurnya Passion sang Ibu. Setuju? 

Maka, jangan biarkan Ibu tak sempat menyalurkan hobynya karena seluruh waktunya habis untuk pekerjaan rumah. Aku berbicara padamu hei para suami. 

2. Hindari berkomunikasi terlalu lama dengan orang-orang yang tidak menyenangkan

Hindari berkomunikasi terlalu lama dengan orang-orang yang suka menyindir dan sok perfeksionis. Ini hanya akan memperburuk kondisi psikologis Ibu yang terkena baby blues. 

Wah, Bagaimana? Aku tinggal sama mertua. Mertuaku bla bla bla.. 

Mertua sok perfeksionis? Iya.. 

Mertua suka menyindir? Iya.. 

Solusinya, beranikan membeli atau menyewa rumah. Ini mungkin memberatkan, tapi ini jauh lebih baik dibanding menahan kondisi psikologis yang seperti terus menerus dilempari batu. Percayalah mom, Aku tau Bagaimana rasanya. Aku sempat berdiam dirumah mertua beberapa bulan saat memiliki anak yang masih menyusu. Aku dan Suami pun juga merintis segalanya dari nol, tidak punya apa-apa. Kemudian Kami memberanikan diri mengkredit rumah demi terpeliharanya kesehatan psikologisku dan juga Rumah Tangga tentunya. 

Namun, biarpun memiliki Rumah sendiri dilingkungan pertengahan kota dimana para tetangga sibuk dengan urusan masing-masingpun tetap harus berhati-hati dengan berkomunikasi. Dimana? Betul, di media sosial. 

Media sosial dimana Ibu bisa mengeluarkan pendapatnya. Media sosial juga merupakan tempat belajar Parenting. Sering sekali kita menemui orang-orang sok perfeksionis dan terkadang suka menyindir orang yang tak sempurna sepertinya. Jika melihat orang seperti ini simple saja, blokir, delete, Unfollow. Selesai. 😊 

3. Berteman dengan orang yang mengerti keadaan kita

Aku termasuk salah satu Ibu yang tidak suka dengan ‘keributan’. Aku Ibu perkotaan yang jarang bersosialisasi langsung dengan masyarakat. Hanya sosial media seperti Bbm, WA, Fb, Instagram yang mengisi ruang sosialku. 

Sering aku ikut sebagai member Peduli ASI, Parenting dan bla bla. Disana sering sekali aku melihat Ibu yang curhat dengan gaya ‘khas babyblues’ tentang ASI, tentang anak, tentang mertua dan sebagainya. Namun, para anggota terlalu sering memojokkannya seolah-olah dia satu-satunya yang bersalah atas ketidakberhasilannya. Sebenarnya, aku juga pernah menjadi salah satu korban dalam pertanyaan konyol. Saat itu aku bertanya tentang ASIku yang tak kunjung bisa diperah. Hasilnya? Haha.. Iya akulah yang disalahkan, seberapapun aku berusaha menjelaskan. Jika bertemu komunitas yang tak sepaham seperti ini simple saja, Keluar saja, cari yang sepaham dengan kita

Aku sendiri percaya bahwa setiap ilmu parenting tidak aplikable dengan setiap kondisi Ibu. Memaksakan suatu teori akan berpengaruh pada psikologi Ibu. Aku lebih suka mengambil jalan tengahku sendiri dan saling support dengan Ibu yang senasib denganku. 

4. Berikan ibu sebuah penghargaan, bukti peran penting dirinya

Siapa Ibu yang suka mengeluh dengan suami? Angkat tangan 🙋

Aku pribadi suka sekali mengeluh. Ingin sekali rasanya pekerjaan yang aku lakukan ini memiliki hasil. Bukan sekedar pekerjaan yang tiada habisnya. 

Bukan, ini bukan tentang uang. 

Simple sekali bentuk penghargaan itu wahai suami…

Puji dia atas masakannya, walau tak terlalu enak, berterima kasih padanya atas segala yang ia lakukan, belai rambutnya setiap malam agar ia tau bahwa ia disayangi. Simple sekali bukan? 

5. Beri Ibu waktu luang untuk melakukan kegiatan agamis

Aku selalu salut dengan para Ibu yang memiliki anak yang masih menyusu namun masih sempat sholat Tahajud dan Mengaji tiap malam. Salut sekali. 

Tapi aku lebih salut dengan suaminya jika ia bisa melakukan semua itu. Pasti ada suami yang membantu dibalik semua itu bukan? Ya, Aku yakin sekali. 

Kegiatan Agamis akan membantu mengatasi masalah psikologis. Lantunan ayat Al-Qur’an adalah Therapy terbaik agar mengingatkan kita akan Tujuan yang lebih luhur. 

6. Bantu kegiatan Ibu di rumah

Aku hanya bisa bilang, “Tangan aku cuma dua loh” setiap kali ada pekerjaan yang ini itu tiba-tiba harus beres (morning habit nih). 

Halo para Lelaki yang sudah menyandang status Ayah? Hari gini masih gengsi bantu Istri membersihkan rumah? Menggendong anak? Membersihkan pup anak? Apa kata dunia? 

Aku pernah di tegur oleh ‘u know who’ bahwa “jangan pernah lah, laki membasuh ba*era anak, kena harat bini” 

Aku cuma bisa cengengesanmendengarnya. Memang, aku menuruti sarannya. Bahkan sejak dulu sesekali tak pernah suamiku mengganti popok anak. Aku tipe yang penurut. Tapi sampai kapan woy? Bagaimana jika aku kedapetan rezeki new born lagi dengan kondisi perantauan dan anak yang masih butuh perhatian. Sungguh, orang dahulu itu sesekali tidak bijak. 

Pantas saja orang tua zaman dahulu itu kalau marah suka teriak sembarangan. Suami benar-benar dijadikan Raja. Padahal Rumah Tangga itu bukan tentang Raja dan pembantu, tapi kerja sama. Mereka bilang “walau semuanya dikerjakan tanpa bantuan suami, ga pernah tuh kena ‘babyblues’ atau apalah itu”.  Aku cuma tersenyum sambil mikir “ga pernah atau ga tau?” 

7. Hindari bersifat perfeksionis, pahami bahwa Tiada Super Mom. 

Jangan memborong pekerjaan Bunda. Jadi Koki, jadi Cleaning Service, Tukang Loundry, Guru Anak, Pelayan Suami, sampai mau kerja juga setengah hari untuk membantu finansial, semua dikerjakan sendiri. Itu Rumah Tangga ato apa yah? 

Anak diminumin leluhur sufor dikit panik, Ada debu dikit panik, anak tantrum dikit panik, anak makan mie instan panik, liat vetsin panik, baju ga disetrika panik, liat anak orang udah pinter ini itu anak sendiri masih ba bi bu panik. Ada Ibu yang begini? Banyak. 

Intinya, ketika terjadi kesalahan berhentilah menghukum diri sendiri. Belajar memaafkan kekurangan dan menerimanya. Tidak ada ibu yang sempurna. Ibu yang baik adalah Ibu yang menyadari ketidaksempurnaannya tapi mau menerimanya dan memaafkannya. 

8. Ajak Ibu berlibur, minimal 1 minggu atau 1 bulan sekali

“Ayolah para suami, mengertilah dengan kondisi Istrimu yang butuh liburan. Dia sudah capek sekali jadi ‘pakasam’ dirumah”

Ini sering sekali aku keluhkan, aku dulu merasa bahwa aku pribadi yang memiliki jiwa ekstrovert. Ternyata tidak 😂, seberapa seringpun aku jalan-jalan, berlibur dan lain-lain aku tak pernah betul-betul bahagia. Bahagiaku adalah dirumah, menjurnal setiap Pembelajaran dari aktivitasku dirumah. Aku Ibu yang luar biasa Introvert. 

Bagi Ibu Ekstrovert, liburan sangat dibutuhkan. Paling tidak satu minggu sekali. Maka, para suami mengertilah dengan kondisi Istrimu yang benar-benar butuh liburan. Ini untuk psikologisnya juga. 😊

9. Mengerti Riwayat Kondisi Psikologis Ibu, Jika kondisi tidak membaik hubungi Dokter

Aku sering menonton di televisi hingga membaca berita. Salah satu berita yang selalu menarik perhatianku adalah berita Pembunuhan. Ya, pembunuhan yang dilakukan seorang Ibu kepada anaknya. 

Aku selalu berpikir, Bagaimana bisa ia melakukannya? Bukankah seharusnya Ibu itu selalu sayang? 

Uniknya, Ibu yang mengaku membunuh anaknya itu mengaku sayang dengan anaknya. Ia membunuh anaknya demi kebaikan anaknya. Aku sungguh bingung alasannya, sampai aku berkenalan dengan babyblues dan postpartum depression. 

Namun ada pula yang mengaku membunuh karena ‘bisikan gaib’. Aku sungguh bukan pemercaya hal mistis, aku Ibu yang rasional. Dalam Ilmu Psikologi ada salah satu penyakit yang ditandai dengan bisikan gaib dan khayalan yang seolah-olah seperti nyata. Penyakit ini dikenal dengan istilah schizophrenia. 

Andrea dalam kisahku sebagai pembuka tadi adalah salah satu pengidap schizophrenia. Namun, tidak ditanggulangi dengan baik yang kemudian diperparah dengan babyblues dan postpartum depression. Jika sudah mengalami hal parah seperti ini maka solusi-solusi diatas mungkin hanya akan membantu sebagian, karena jelas schizophrenia memerlukan penanganan medis. 
Akhir kata, semoga tulisan ini bisa membantu untuk para Ibu yang hamil, baru melahirkan hingga mengalami Babyblues dan Postpartum Depression. Semoga kita semua dapat menghindarinya. 

Amin. 😊

Komentar disini yuk
103 Shares

One thought on “Mengenal Gejala dan Penyebab Baby Blues Syndrome & Post Partum Depression serta cara Mengatasinya

  1. Terima kasih sista atas tulisannya…
    Aku termasuk yang seperti apa yang tertulis di atas. Hobiku berkeliling kota…melihat kehijauan…terkadang nyepi sendirian. Atau membaca dan menulis. Aku butuh waktu-waktu itu..’me time’. Ah…tapi rasa2nya tak pernah terjadi. Punya anaak pertama membuat sy baby blues dan sampai takut untuk punya anak lagi..ah..tapi kemana harus bercerita..? Ke orang tua? Ke mertua? Tak mungkin…satu2nya adalah suami yang begitu kuharapkan untuk mau mendengarkan..tapi karena sibuk dan lelahnya tiap hari..komunikasi aja sangat minim.
    Apalagi curhat panjang lebar…ah…aku ingin menulis..kucurahkann sesak tangisku di sana…tapi itu pun tak sempat..semua terasa lelah..lelah sekali. Aku hanya bisa jadi orang yang pura2 bahagia. Apalagi suami sy tak kunjung mengenali saya itu seperti apa…dan sedang mengalami apa…ingin rasanya pergi jauh…jauh sekali…itu yang sering aku ucapkan. Tak tahunya setelah anak pertama 3 tahun..dimana aku mulai bisa menata diriku jiwa dan pikiranku…tiba2 new baby datang lagi…aku tak merencanakannya tapi Tuhan maha perencana..aku sempat tak mau menerima..memangis..menulis puisi panjang untuk Tuhan. Ketakutanku akan trauma karena anak pertama datang kembali. Menghantui. Setelah lahir anakku yang kedua..ketakutanku berganti…aku tak bisa dekat ma ank pertmaku..aku takut ia cemburu..aku takut aku salah bersikap padanya.

    Jadi curhat panjang 😊😂😂😂
    Makasih sista…love u…😘😘

Komentari dong sista

Your email address will not be published.

IBX598B146B8E64A