Browsed by
Category: Lomba Blog

Festival Belanja Lazada 11.11: Sebuah Kesempatan Ibu untuk Me Time dengan Belanja Online

Festival Belanja Lazada 11.11: Sebuah Kesempatan Ibu untuk Me Time dengan Belanja Online

“Yang namanya perempuan itu Hoby banget belanja. Apalagi kalau ada diskon.. Beuh..”

source image: citrust.id

Hari ‘gini’ siapa sih para perempuan yang enggak doyan belanja? Pastinya semua senang dong. Dari anak-anak, hingga remaja dan emak-emak semua pastinya senang sekali dengan aktivitas yang satu ini. Karena konon, belanja akan menghasilkan sesuatu yang baru. Dan sesuatu yang baru itu selalu membuat hidup perempuan lebih bersemangat.

Dulu, zaman hidup sebagai ‘abg’ aku selalu punya kebiasaan untuk memiliki jadwal belanja sukses dalam periode waktu satu bulan atau tiga bulan. Biasanya, aku selalu update dengan informasi diskon disekitarku dan mulai menabung sedikit demi sedikit untuk keperluan belanja tersebut. Zaman itu, internet marketing masih belum seramai sekarang. Sehingga aku selalu belanja dengan sistem rebutan dengan para remaja lainnya di mall. Hahaha, malu rasanya jika mengingatnya.

Tapi aku selalu senang dengan masa mudaku. Segala yang aku inginkan terasa mudah didapatkan. Yang namanya ‘me time’ saat masa muda itu sungguh ringan. Karena selain saat itu uang sakuku masih berlebih, waktu luangku juga sangat banyak untuk melakukan apapun yang aku inginkan.

Tapi Sekarang aku sudah ‘Emak-emak’

Iya, sekarang aku bukanlah single bebas seperti dahulu. Kini aku adalah ’emak muda’ beranak satu yang aktivitasnya berputar-putar disekitar rumah-anak-dan suami saja. Jangankan waktu untuk belanja, waktu untuk membaca dan menonton drama korea-pun kini harus aku lakukan di tengah malam yang dingin. Terlebih sekarang aku sedang hamil, sehingga sangat cepat kelelahan dan mengabaikan waktu untuk diri sendiri.

Kadang, aku selalu kangen dengan masa singleku. Bisa keluar rumah sesuka hati, bisa jajan sesuka hati, bisa menabung untuk berbelanja barang yang sudah lama aku impikan. Saat sudah menjadi emak-emak seperti ini, segalanya tidak bisa seperti dahulu lagi.

Jika ingin keluar rumah tentu tidak bisa berlama-lama, jika ingin jajan maka harus memperhitungkan pengeluaran rumah tangga, dan jikapun ingin menabung maka sudah pasti saja uang tabungan itu bukanlah untukku. Tapi untuk uang sekolah anak, keperluan dadakan, hingga keperluan untuk bayiku yang sebentar lagi akan lahir.

Aku senang sih, senang sekali melihat kebahagiaan keluargaku yang tercukupi. Apalagi saat melihat baju-baju, dan perlengkapan bayi yang baru saja kubeli. Rasanya selalu ingin senyum-senyum sendiri. Kebahagiaan seorang ibu memang sederhana, jika kasih sayangnya dapat tersalur dan diapresiasi dia sudah sangat senang.

Tapi saat aku melihat kondisi perutku, melihat isi lemariku, melihat perlengkapan skincare dan make up-ku, aku sadar sekali bahwa aku sudah sangat mengabaikan perawatanku sendiri untuk bisa tampil cantik dan optimal. Seharusnya, aku berkaca dari masa lalu bahwa baby blues yang pernah terjadi padaku adalah karena aku terlalu mengabaikan kebahagiaanku sendiri.

Bahagia Itu Sederhana, Sesederhana Diskon Lazada 11.11

“Tiada hal yang lebih membahagiakan dimata emak-emak selain melihat diskon.”

Hal inilah yang terjadi padaku ketika mengetahui Festival belanja Lazada 11.11. Hmm.. Kalian belum tahu apa itu 11.11?

11.11 artinya adalah 11 November. Ada apa dengan 11 November? Kalau 11 Januari kan kita bertemu ya.. (ini sih lagu Gigi.. Haha). Nah, 11 November ini adalah hari spesial yaitu Hari Single Day.

Terus, ngapain emak-emak seperti aku merayakan hari begini? Mau balik ke zaman single lagi?

Enggak dong. Enggak seekstrem itu juga kerinduanku pada zaman single. Sebenarnya, hal yang aku rindukan pada zaman single itu adalah Keseruan belanja dengan produk diskon untuk diriku sendiri. Haha

Iya, aku jujur saja kalau aku sudah bosan kepasar dan membeli keperluan rumah tangga saja. Bosan menawar harga lauk yang sudah mulai meroket kepada para penjual. Bosan dengan uang tabunganku yang bisa saja terpakai untuk keperluan mendadak. Sementara diriku sendiri sudah mulai terdepresiasi. Iya, aku kok sudah mau terlihat tua saja. Hiks

Makanya, kesempatan Festival Belanja 11.11 di lazada ini tidak akan aku lewatkan. Sebagai pemburu diskon dari zaman single, diskon lazada kali ini harus berhasil aku taklukkan. Sudah dipastikan bahwa promo, diskon, voucher dan penawaran-penawaran fantastis lain akan diberikan untuk pelanggan setianya. Festival ini akan jadi pesta belanja 24 jam paling ‘waw’ di hari minggu 11/11 nanti.

Ada beberapa barang yang sangat ingin aku beli saat lazada 11.11 ini, antara lain adalah:

1. Sepatu Kets

Sebenarnya, aku tipe emak-emak yang masih sangat menolak tua. Sepatu kets seperti ini biasanya senang sekali kupakai untuk jalan-jalan kemana saja, termasuk itu mengantar-jemput anak sekolah.

Sepatu kets yang aku miliki sekarang warnanya sudah mulai pudar. Dan jauh sekali tidak sebagus dahulu. Karena itu sebagai ibu muda yang sebentar lagi akan melahirkan, boleh saja sesekali menghibur hati dengan memiliki sepatu kets baru. Dan yang lebih menyenangkan, sepatu ini akan diskon di festival lazada 11.11 nanti.

2. Jam Tangan

Hmm.. Sebenarnya, aku bukan pecinta jam tangan. Namun, jam tangan kali ini mengingatkanku dengan kado ulang tahun pertama yang diberikan oleh pacarku yang sekarang menjadi suamiku. Hihi

Sekarang, jam tangan itu sudah jelek sekali. Dan aku ingin membeli versi terbarunya. Yah, kapan lagi kan ada diskon keren seperti Lazada 11.11 ini.

3. Liptint Peripera

Sejak bergaul dengan yang namanya ‘beauty blogger’ akhirnya aku harus mengakui bahwa aku sudah lama sekali terkena racun liptint yang satu ini. Tapi karena harganya terbilang mahal aku selalu mengabaikan keinginanku. Dan, kapan lagi aku bisa punya liptint kece dengan harga diskon semurah ini? Oh, Lazada 11.11.. I Cant Wait Anymore!

Nah, untuk para ‘Emak-Emak’ tidak ada salahnya bukan untuk ikut membahagiakan diri pada Festival Lazada 11.11 ini? Karena Emak yang bahagia adalah Emak yang bisa membahagiakan dirinya kemudian menularkan kebahagiaan itu pada orang disekitarnya, terutama keluarga.

So, Jangan takut Shopping! Karena Shopping selalu membahagiakan apalagi dengan diskon. 😆

Happy Shopping!

The Power of Emak-emak Zaman Now itu Beda

The Power of Emak-emak Zaman Now itu Beda

“Emak-emak zaman sekarang ya.. Punya anak satu aja kerjaan rumah enggak beres. Padahal kalau dibandingkan emak zaman dulu, mereka punya kerjaan lebih banyak, anak lebih banyak, tapi semua beres.. Mungkin, emak zaman sekarang kerjaannya main gadget melulu.”

Tidak sekali-dua kali aku pernah mendengarkan pernyataan ini. Dimana saja, jika ada emak yang cukup berumur disuatu ruang sosialita tentu bahan percakapan seperti ini sering melintas begitu saja. Sebagian besar membenarkan fenomena ini, namun adapula sebagian yang lain memiliki pendapatnya sendiri dan tetap berpandangan positif dengan tingkah perilaku generasi emak modern.

Tentang Perubahan Zaman dan Generasi

Aku pernah berdiskusi dengan salah satu emak modern yang membela fenomena ’emak gadget’ zaman now. Seperti dugaanku, emak yang kesehariannya tak pernah lepas dari HP tersebut mengemukakan bahwa inilah kesehariannya. Hampir 50% waktu dalam kesehariannya tak pernah lepas dari gadget dan media sosial. Jika dilihat sekilas, kita mungkin hanya bisa berkata, “Pemalas sekali, kerjaan sehari-hari ‘cuma’ megang HP.”

Baca juga: “Kenapa sih Emak Zaman Dulu Selalu Bisa”

Siapa sangka dibalik itu semua, ia adalah pembisnis online yang memiliki keuntungan besar? Bahkan melebihi keuntungan para pekerja keras diluar sana?

Ya, zaman sekarang memang berbeda dengan zaman dahulu. Sehingga kita tidak bisa membandingkan perilaku produktif emak zaman dulu dan sekarang. Dari pergantian generasi ke generasi, pandangan sosok perempuan dalam masyarakat tidak seperti dahulu lagi.

Dunia emak zaman now sudah berbeda.. Tidak melulu tentang “Dapur, Sumur, dan Kasur..”

“Kami dapat menjadi generasi berbeda yang dapat membawa perubahan positif tentang peran perempuan dan meningkatkan produktifitasnya
dengan memanfaatkan perkembangan IT dalam kehidupan sehari-hari”

Siapa yang berkata demikian? Merekalah emak-emak zaman now. Emak yang terlahir pada generasi milenial. Emak yang berpendidikan, mengerti teknologi dan pemanfaatannya dengan optimal.

Mereka tidak lagi dibumbui dengan pemikiran kolot generasi sebelumnya. Dunia mereka tidak lagi dibatasi oleh sudut-sudut kubus pemikiran yang sempit. Dunia mereka jauh lebih luas, wawasan mereka jauh lebih terbuka dan siapa sangka walau terlihat pemalas, mereka juga produktif dan punya peran lebih dalam masyarakat?

Emak harus produktif

Sejauh ini, aku terus berpikir tentang Apa sebenarnya arti produktif bagi perempuan? Apakah harus melulu tentang menghasilkan uang? Apakah harus melulu tentang terlihat menjadi pemimpin dalam komunitas sosial? Apakah harus melulu tentang pekerjaan rumah yang serba sempurna?

Ternyata tidak. Arti Produktif itu sangat sederhana.. Yaitu dapat menghasilkan. Tidak melulu tentang uang, tapi arti produktif yang sebenarnya adalah ketika potensi seorang perempuan dapat dioptimalkan untuk orang sekitarnya hingga menyebar kedunia yang luas. Tentang feedback yang dihasilkan dari itu adalah nomor 2. Ya, tentang menghasilkan uang, pengakuan, tingkat sosial dalam masyarakat akan menggiringi seiring dengan potensi yang telah dimaksimalkannya.

Baca juga: “Menjadi Generasi Perempuan yang Lebih Produktif”

Bagiku, menjadi emak produktif itu adalah keharusan. Karena aku sangat yakin bahwa setiap perempuan pasti memiliki bidang passion yang disenanginya. Passion perempuan yang tidak tersalur akan menyebabkan depresi, kehilangan tujuan hidup dan kehilangan semangat hidup. Menyalurkan passion dengan cara yang menyenangkan adalah salah satu kegiatan produktif yang dapat dilakukan.

Jika sudah menjadi emak-emak, kehilangan passion karena kegiatan rumah tangga akan menyebabkan kondisi psikologis Ibu terganggu. Aku pernah mengalaminya, aku terkena Post Partum Depression karena mengabaikan passion dan mengutamakan keluarga. Dampak penyakit psikologis ini sangat berbahaya, selain mengurangi produktifitasku penyakit ini juga berefek negatif terhadap kesehatan jiwa anakku.

Baca juga: Cerita tentang Post Partum Depression dan Mengatasi Dampak Negatifnya pada Anak

Jadi, penyaluran passion itu wajib. Produktif bagi perempuan itu wajib, apalagi yang sudah menjadi emak-emak. Karena Emak-emak yang membiarkan passionnya terbengkalai begitu saja akan terancam depresi.

Tapi, bagaimana emak dapat menyalurkan passionnya walau di rumah saja?

Emak Harus ‘Melek’ Teknologi

Zaman now, masih adakah para emak yang gaptek? Memiliki hp jadul, tidak mengerti dengan sosial media, tidak terbuka wawasannya, gampang di pengaruhi oleh informasi hoax? Dan menganggap hp adalah candu yang menyesatkan?

Tentu ada. Bahkan tidak menutup emak yang lahir pada generasi milenial juga.

Bagaimana pandanganku saat melihat hal ini? Ya, miris. Sayang sekali. Padahal, banyak kegiatan produktif yang dapat menghasilkan sesuatu dengan memanfaatkan perkembangan IT.

Aku pernah berhadapan dengan emak-emak yang memiliki pandangan kolot seperti ini. Ingin rasanya aku bangun dan menyadarkan pandangan mereka. Tapi bagaimana? Aku tidak memiliki kekuatan yang berarti selain merangkai tulisan di dunia literasi melalui blog. Sayangnya, kebanyakan emak seperti ini malas memperdalam literasi. Bahkan, membacakan buku cerita pada anak pun hanya terfokus pada cerita nabi saja.

Bagaimana caranya agar para emak zaman now bisa melek teknologi?

Lalu, aku berkenalan dengan IWITA pada event roadshow serempak di Banjarmasin. IWITA adalah singkatan dari Indonesia Women Information Technology Awareness. IWITA merupakan Organisasi Perempuan Indonesia Tanggap Teknologi Informasi sebagai organisasi berbadan hukum yang memiliki ‘positioning’ mencerdaskan Perempuan Indonesia melalui Teknologi Informasi.

IWITA memiliki misi penting dalam memajukan produktivitas perempuan yaitu dengan menciptakan kesadaran perempuan Indonesia akan manfaat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Dengan berbagai roadshow serempak yang telah diadakan IWITA fi berbagai kota, IWITA memberikan banyak pengetahuan dan wawasan penting untuk pengembangan produktivitas perempuan di bidang TI dan peningkatan ekonomi keluarga bagi para emak-emak zaman now.

IWITA telah berpengalaman mengadakan kegiatan sejak tahun 2009. IWITA telah banyak bekerja sama dengan berbagai stakeholders. IWITA juga didukung oleh lembaga IT terkemuka untuk peningkatan, pembelajaran, implementasi dan sosialisasi di bidang teknologi informasi bagi perempuan Indonesia.

Organisasi seperti IWITA adalah salah satu organisasi yang dapat memberikan harapan pada emak-emak zaman now. Karena, the power of emak-emak zaman now itu berbeda bukan?

Arti Produktif yang Sebenarnya

Sepemahaman dengan IWITA, sebagai perempuan yang sudah berstatus emak-emak, aku juga merasa bahwa arti produktif itu sangatlah luas. Tidak sesederhana menghasilkan uang semata. Tapi, bermula dari pengoptimalisasian passion dengan memanfaatkan teknologi kekinian.

Jujur saja, Aku mulai melek dengan teknologi sejak memiliki suami yang merupakan konsultan IT sekaligus owner dari CV share system. Aku mulai mengenal teknologi kekinian dan pemanfaatannya sejak sudah berstatus ’emak-emak’. Tiada kata terlambat untuk sebuah ilmu bukan? Karena sejak berkenalan dengan dunia IT yang lebih luas kini aku dapat menjadi emak-emak yang lebih hidup dan bersemangat.

Aku mulai bersemangat sejak suamiku membuatkanku sebuah blog. Ia berkata bahwa tulisanku dapat menjadi inspirasi bagi semua emak-emak diluar sana. Ia membantuku untuk mengoptimalisasi blog shezahome. Sehingga akhirnya, karena ketekunan ini pula akhirnya aku dapat memperoleh penghasilan tambahan dari blog. Masih tidak banyak memang, tapi ini menyenangkan.

Kegiatan nge-blogku juga didukung oleh komunitas blogger perempuan di daerahku. Namanya adalah Female Blogger of Banjarmasin (FBB). Aku memasuki komunitas ini sejak member FBB masih beranggotakan dibawah 10 orang. Seiring berjalan waktu komunitas kami mulai serius dan membentuk kepengurusan. Siapa sangka aku yang awalnya tidak pernah berorganisasi kini telah merasakan menjadi pengurus di komunitas FBB? Ya, aku pernah menjadi sekretaris FBB. Dan sekarang, aku adalah wakil ketua dari FBB.

Tidak terasa, sudah 2 tahun lamanya komunitas FBB berdiri. Para member FBB mulai bertambah banyak, tidak sesunyi dahulu lagi. Beberapa job blogger mulai datang dan membangun semangat baru bagi para membernya. Suka dan duka kami lewati. Kami juga saling bantu membantu dalam sharing pengetahuan tentang IT. Beberapa blogger senior di komunitas FBB tidak sungkan dalam membagi ilmunya.

Dalam ulang tahun FBB yang kedua, kami memiliki harapan besar pada komunitas ini. Kami ingin dunia literasi digital dapat berkembang luas. Seperti IWITA, kami ingin turut berperan dalam mengembangkan kesadaran kaum perempuan tentang pentingnya melek IT untuk produktivitasnya.

Untuk itu, IWITA memberikan dukungan penuh kepada visi dan misi FBB. Pada acara syukuran ulang tahun FBB yang ke-2, IWITA memberikan support dukungan sebagai apresiasi atas semangat FBB dalam mengembangkan literasi digital dan membangun kesadaran perempuan akan pentingnya IT.

Jadi, siapa bilang Perempuan tidak bisa Produktif walau hanya di rumah saja?

Mari mulai tunjukkan the power of Emak-emak zaman now.

Karena The Power of Emak-emak zaman now itu BEDA.

Resolusi 2018: Menjadi Pribadi yang Seimbang

Resolusi 2018: Menjadi Pribadi yang Seimbang

sumber: job-like.com

Desember.

Apa arti bulan Desember bagimu? 

Mereka berkata bahwa desember adalah bulan ‘Tutup Buku’. Ibarat akuntan, maka bulan desember adalah bulan sibuk karena seluruh transaksi yang telah dicatat akan diperjuangkan pencatatannya pada bulan ini. Yah, mereka yang berjuang pada usaha bisnis dan membutuhkan laporan keuangan setiap tahunnya tentu setuju bahwa bulan desember adalah bulan super sibuk. 

Namun, apa arti bulan desember bagiku?

Sewaktu remaja, zaman kuliah tepatnya, tahun 2008 lalu, aku yang masih bercita-cita menjadi akuntan atau banker dengan baju dan dandanan ‘kece’ belajar cukup giat. Berharap dengan IPK yang lumayan tinggi maka aku dapat memperjuangkan cita-citaku menjadi orang kaya nan bergengsi. Bulan Desember bagiku adalah bulan tutup buku nantinya. Dan aku mengkhayal dapat membuat banyak laporan untuk menyenangkan ‘atasan’ ku saat bekerja nanti.

Lambat laun pola pikirku mulai berubah. Aku yang saat itu kuliah di Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah mulai mengikis cita-citaku dulu. Tujuanku yang mulanya ingin menjadi banker kaya nan bergengsi kini berubah menjadi hanya ingin bekerja sebagai Guru. Aku belajar giat saat kuliah untuk mencari perhatian Dosenku agar suatu hari nanti dapat bekerja membantu atau menggantikan beliau.

Kenapa ingin menjadi Guru? Karena pekerjaan Guru itu mulia. Ilmu yang aku dapatkan menular kepada muridku dan muridku akan menularkan kepada temannya dan anaknya dan anaknya kepada anaknya lalu anaknya lagi. Yah, sebuah ladang amal yang tiada habisnya. Aku ingin tampil menjadi sebuah inspirasi dengan caraku dan ilmu yang kudapat. 

Mamasuki semester 5 perkuliahan aku berkenalan dengan salah seorang asisten dosen yang baru memasuki kelas kami.  Hubungan kami berlanjut hingga membuatku menikah dengannya bahkan sebelum aku lulus kuliah. Aku menikahinya saat semester 8 saat masa pembuatan Tugas Akhir. 

Aku hamil. 

Sebenarnya aku sedikit shock dengan kehamilanku. Padahal Kami berencana menundanya. Namun karena ilmu pengetahuan yang kurang mengenai cara pemakaian KB, akhirnya malah berdampak pada penyuburan rahimku sehingga aku langsung hamil. 

Saat lulus kuliah usia kandunganku sudah 4 bulan. Dan 5 bulan lagi akan ada bayi mungil dipangkuanku. Namun peduli apa aku saat itu? Aku ingin BEKERJA!

Ayolah aku sudah lulus. Saatnya ‘memanen’ apa yang sudah aku tanam di kepalaku. Saatnya melamar pekerjaan. Aku ingin bekerja secepatnya, kalau tidak aku akan malu. Aku tidak mau dibilang sebagai sarjana pengangguran. Atau yang lebih sakit lagi, “Susah-susah di kuliahkan, eh ujung-ujungnya cuma jadi Ibu Rumah Tangga”

Alhamdulillah, aku memiliki suami yang pengertian. Ia memperbolehkanku melamar program beasiswa S2 di salah satu kampus di Pelaihari. Aku sangat bersemangat dan berapi-api. Namun belum lagi lamaran itu diantar, tangisan mertuaku membuat suamiku bimbang.

“Apa mama akan ditinggalkan disini saja? Apa kau akan bekerja di Pelaihari? Memiliki rumah disana?”

Perkataan itu membuat surat lamaranku berakhir di bawah setumpuk baju dilemari pakaian. Dan saat itu perasaanku benar-benar sedih. 

***

5 bulan kemudian, anakku lahir. Benar, aku hanyalah Ibu Rumah Tangga tulen saat itu. Mimpi untuk kuliah lagi telah kuhapus menjadi “Ayolah.. Cepat bekerja supaya membanggakan orang tua”

Tentu kalimat itu beralasan. Saat aku menyusui, mengganti popok dan mencuci tak habis-habisnya namun otakku saat itu dipenuhi dengan rasa iri. Iri melihat status teman-temanku yang satu per satu mulai bekerja. Mereka mulai ‘memanen’ hasilnya. Dan aku? Aku menjadi apa? Aku tidak mendapatkan apapun dari IPK-ku dulu. Hanya bayi, ya.. Bayi yang selalu menangis. Aku memutuskan berhenti bersosial media untuk menghapus rasa iri itu. 

Selama 2 tahun aku menjadi Ibu Rumah Tangga yang baik. Belajar skill memasak, baking, dan parenting. Sosial media kini mulai berteman lagi denganku setelah sekian lama aku ‘hibernasi’. Dulu, baby blues sindrom sempat singgah didalam kelamnya kehidupanku. Sehingga aku memutuskan untuk memiliki me time dengan bersosialisasi di dunia maya.

Namun ternyata dunia maya lebih kejam. Aku sempat memasuki grup parenting, grup ASI dan grup berbau emak-emak yang lain. Ketika aku memberanikan diri untuk terbuka dan mempertanyakan keadaan psikologisku tidak sedikit  para member yang menyindir hingga membully. Sejak itu aku berpikir, “Tak adakah tempat yang benar-benar pas denganku?”

Aku Ibu Rumah Tangga sejati, tinggal di kota dengan sedikit ruang sosialisasi, memiliki suami yang sibuk dan mulai menjadi gila dengan segala sifat perfeksionisku. Ya, anakku adalah saksi atas setiap kegilaanku saat itu. Dalam perasaan yang ‘kosong’ aku mencoba mencari sensasi dalam hidupku dengan berjualan kue.

Aku senang mencoba membuat kue dan berbagai masakan lain, apalagi jika hasilnya bisa menyenangkan keluargaku. Saat itu aku meyakinkan pada diriku sendiri bahwa ‘inilah rejekiku, rejekiku diperut suamiku’. Saat mencoba berjualan aku senang dengan keuntungan yang aku dapatkan. Aku senang memiliki passion yang bisa tersalur. 

Sebulan, dua bulan, tiga bulan. Aku mulai merasakan perasaan itu lagi. Perasaan bahwa hidupku standar, tidak terlalu berguna. Dan rasa bosan melihat tepung, gula, telur dan mentega mulai menghantuiku. Sekali, kue yang ku buat gagal total. Dua kali, aku mengerjakannya dengan berteriak membentak anakku. Tiga kali, aku membuat kue yang gagal dan menyalahkan anakku atas kegagalanku. Saat itu aku sadar, aku tidak bisa mengerjakan sesuatu yang sama setiap hari tanpa peningkatan apapun.

Saat itulah aku gelisah. Aku tidak tau perasaan apa persisnya itu. Yang jelas, aku tidak bisa tidur. Tengah malam, aku membuka facebook dan menemukan blog post diberanda facebookku. Sebuah tulisan yang dipublikasikan oleh Dosenku, Nailiya Nikmah.

Hatiku dipenuhi rasa iri.  Tulisan itu adalah tentang program ‘indonesia mengajar’. Bagaimana serunya kegiatan mengajar yang dilakukan oleh Dosenku yang berprofesi juga sebagai penulis. Indonesia mengajar adalah sebuah cara agar siswa terinspirasi dari profesi sehingga dapat memiliki cita-cita dari rule mode profesi tersebut. Aku terhentak. Sadar bahwa selama ini aku melupakan cita-citaku untuk menjadi guru.

Tengah malam itu juga aku memberanikan diri untuk menyapa Dosenku. Perasaan ini bukanlah perasaan iri ketika melihat teman-temanku bekerja. Perasaan itu berbunyi, “Tolong ajarkan aku menjadi sepertimu Ibu”

Aku terinspirasi dari tulisan beliau. Aku ingin menjadi seperti itu juga. Setelah lama berbincang dan bertanya mengenai komunitas menulis kemudian beliau memberi saran padaku, “Bikin blog aja win..”

Serasa dejavu. Karena saran itu pernah dikatakan oleh suamiku. Suamiku adalah seorang proggrammer yang tentu saja ahli dalam hal membuat blog. Maka tiga hari kemudian aku memutuskan membuat blog di platform WordPress. Membuat blog adalah awal dari resolusi hidupku.

***

sumber: dreamstime.com

Mencoba belajar menulis telah memperbaiki kondisi psikologisku. Aku merasa nyaman dengan kegiatan me time yang baru. Memang aku sempat merasa tidak percaya diri dengan tulisanku. Tapi siapa peduli? Yang harus kulakukan adalah terus belajar dan bersemangat dengan hoby yang baru.

Hoby baruku juga didukung oleh adanya komunitas blogger perempuan di Banjarmasin. Female Blogger Banjarmasin (FBB) adalah salah satu komunitas yang membuatku bersemangat untuk terus menulis. Setiap member dari kami memiliki jenis niche yang berbeda. Tapi yang lebih penting, kami mempunyai gaya ekspresif yang sama dalam menyalurkan hoby yaitu Menulis.

Selain FBB aku juga tergabung di komunitas blogger perempuan. Disana aku akhirnya dapat memiliki teman-teman baru sehingga dapat berpikir lebih luas. Aku yang sehari-hari hanya dirumah kini mulai merasakan sensasi petualangan dengan membaca berbagai content dari para blogger. Kesepian itu dan rasa kosong yang sempat aku cari selama ini kini mulai terisi dengan warna warni kehidupan.

Aku kemudian teringat dengan cita-cita ku dahulu. Aku hanya ingin menjadi pintar dan dapat berguna dengan ilmuku. Guru, adalah profesi yang dulu aku inginkan. Kuliah lagi adalah alternatif kedua jika tidak bisa bekerja menjadi guru. Namun, ternyata rencana Allah lebih indah.

Aku mulai mencoret-coret proyek tujuan hidupku yang dulu..

2012-2014 Kuliah S2

2015-2016 Bekerja menjadi Guru

2017 Memiliki pekerjaan tetap

2018 Belajar usaha sampingan

Dari lulus kuliah tahun 2012 hingga sekarang tak ada satupun impian yang kutulis ditahun 2012 menjadi nyata karena aku memutuskan untuk menikah. Dan menikah telah mengubah segala cita-cita hidupku. Kenyataan yang terjadi, berkata demikian.. 

2012 menikah dan hamil

2013 memiliki anak

2014-2015 belajar menjadi Ibu Rumah Tangga yang baik

2016 Belajar berjualan Kue

2017 Belajar Menulis didunia blog

Apakah langkahku salah?

Tidak, aku yakin tidak pernah ada kesalahan sedikitpun dari keputusanku. Menikah dan memiliki anak diusia muda bukanlah keputusan yang salah. Jika orang-orang disekitarku ‘menyayangkan’ keputusan menikah yang telah kuambil maka aku kini telah menikmati hasil dari keputusan itu.

Awalnya memang berat. Aku perlu kehilangan duniaku yang dulu. Mengalami baby blues hingga post partum depression. Namun semua hal itu membuatku belajar. Aku menjadi memiliki banyak pengalaman dibalik itu semua. Jika teman-temanku belajar dari lingkungan kerja maka aku telah banyak belajar mengenai dunia dirumah. Dan aku tetap mensyukuri setiap langkah yang kuambil. Pilihan menjadi Ibu Rumah Tangga bukanlah pilihan yang salah.

Tahun 2017 adalah tahun kebangkitan bagiku. Dunia blogger telah banyak membuka wawasanku. Hoby menulis yang dulu sempat tak terasah kini mulai kulakukan lagi. Dari menulis aku telah banyak belajar. Dari menulis aku telah memiliki teman dan komunitas baru. Dari menulis aku telah menjadi lebih produktif. Dari menulis aku merasa telah berprofesi lebih dari sekedar Guru. Dan hal itu membuatku bahagia. 

Maka di tahun 2018 aku memiliki banyak resolusi lagi. Aku ingin mendapatkan dunia yang seimbang. Aku ingin lebih berguna bukan hanya untuk keluargaku, namun juga lingkunganku, dan menjadikan diriku sendiri lebih berarti. Adapun resolusi yang ingin kucapai ditahun 2018 adalah:

Untuk keluargaku:

  1. Menjadi Istri yang seimbang. Bukan hanya pintar memasak untuk suami namun juga pintar berdandan dan mencari sedikit uang minimal untuk keperluan sendiri dan keperluan rumah tangga lainnya. 
  2. Menjadi Ibu yang seimbang. Aku memutuskan untuk tidak memiliki target untuk peningkatan otak kiri anakku hingga dia berumur 7 tahun. Aku hanya ingin dia dapat bersosialisasi dengan baik dan aktif didunianya. Aku memutuskan berhenti menjadi Ibu yang terlalu perfeksionis dan mulai memperdulikan kualitas kesehatan jiwaku dalam mendidik anakku. 
  3. Menjadi Anak yang berbakti. Memang aku tidak bekerja supaya bisa memberi Mamaku uang. Namun, jika beliau datang kerumah aku akan berusaha membuat makanan yang istimewa. Aku juga seharusnya menyempatkan diri untuk menelpon dan menghubunginya sebisaku. Walau aku termasuk anak yang sering kehabisan kosa kata saat menelpon. Sepertinya aku perlu membuat konsep sebelum menelpon. 
  4. Menjadi Menantu yang baik. Aku akan berusaha memuji masakan mertuaku walau pada kenyataannya lidahku memang sering kaku. Semoga suatu hari kami bisa menjadi lebih akrab. 
  5. Menjadi Kakak yang baik. Mungkin aku belum bercerita bahwa salah satu adik kembarku tinggal dirumahku. Sebagai Kakak yang memiliki sifat introvert aku sering merasa berdosa karena sering terlihat cuek. Namun, dibalik itu aku ingin mendidiknya. Semoga dia dapat mengerti. 
  6. Menjadi Majikan Kucing baik. Eh, ga penting banget ya? Penting kok, bagiku memiliki kucing juga pemberi semangat hidup. Semoga aku bisa memberi makan ikan kesukaannya minimal seminggu dalam sebulan. 

Untuk lingkunganku  

Aku pribadi yang cukup tertutup. Sejak menjadi Ibu Rumah Tangga aku tidak memiliki dunia sosial untuk bergabung selain menjadi anggota yasinan komplek. Namun sejak menjadi blogger aku merasa mendapatkan duniaku kembali. Belakangan, aku dipercaya untuk menjadi Sekretaris di FBB. Semoga suatu saat aku bisa berguna di FBB dan tulisanku dapat semakin baik sehingga dapat menginspirasi pembacanya. 

Untuk diriku sendiri 

Aku memutuskan untuk ‘benar-benar tercebur’ didunia blogging. Bukan hanya menjadikannya hoby namun juga profesi. Namun, mengingat skill blogging yang aku miliki masih sangat rendah maka aku memutuskan untuk terus belajar. Tentu menyenangkan mengingat suamiku sendiri adalah proggrammer. Namun sampai kapan aku harus terus bergantung padanya? Aku harus bisa sendiri. Minimal untuk mengurus blogku sendiri. Karena itu aku perlu membuat tujuan belajarku sendiri, diantaranya adalah:

  1. Belajar teknik SEO pada bulan Januari hingga Maret 
  2. Belajar membuat blog dari awal hingga selesai. Ya, mungkin aku akan membuat blog baru khusus untuk hoby memasak. Semoga bulan april-akhir tahun blog itu benar-benar tercipta dan memiliki domain authority yang tinggi.
  3. Belajar teknik fotografi. Ini PR sekali, sejauh ini aku merasa skill fotografi yang kumiliki terlalu biasa. Sebagai blogger, aku harus bisa mendapat kualitas foto yang bagus. Ah mungkin aku perlu kamera baru? 😂
  4. Memperbanyak membaca buku. Ya, sejak punya anak aku tidak memiliki banyak waktu untuk membaca buku. Tetapi sekarang anakku sudah cukup besar sehingga dia juga telah memiliki hoby baru untuk kesehariannya. Aku harus bisa membaca buku minimal 1 buku untuk 1 bulan. 

    Pernah saja aku tergoda untuk mencoba menulis 1 day 1 post. Namun semua draft yang aku buat hanya berakhir di black hole. Kenapa? Ya, kuakui.. Aku ini penyakitan. Aku punya penyakit rhinitis alergica yang merupakan kutukan sejak kecil. Ditambah lagi dengan konsentrasiku yang mudah terganggu. Anak menangis, suami tiba-tiba datang, suara air mendidih dan bersin yang tiada habisnya lalu inspirasi itu hilang. Akhirnya, tujuan yang harus aku capai menjadi pending and pending again. Kalian pernah begini?

    Menjelang musim hujan penyakit rhinitis ku selalu kambuh. Aku perlu satu kotak tisue sambil membuat tulisan. Perlu satu kotak tisue saat tidur. Hingga saat memasakpun, aku perlu satu kotak tisue menemaniku. Terbayang terganggunya aku dengan semua itu? Sesuatu yang seharusnya bisa aku lakukan dengan waktu singkat akhirnya memakan waktu lama dan terbuang sia-sia. 

    Akhirnya, berkat bersosialisasi dengan para blogger aku mengenal theragran-M. Theragran-M adalah Multivitamin yang bagus untuk mempercepat masa penyembuhan. Teman-temanku ternyata meminum ini untuk menjaga daya tahan tubuh. Nah, Biasanya aku meminumnya saat kondisi badanku sedang down karena rhinitis ku kambuh. Ya, kalian tau kan? Penyakitku itu tidak ada obatnya. Obatnya hanyalah menjaga daya tahan tubuh supaya tetap fit. Jika kondisiku sedang tidak baik, penyakitku kambuh lagi. Ya sakit sih boleh, tapi jangan lama-lama juga.

    Efek yang aku rasakan setelah meminum theragran-M adalah badan menjadi terasa nyaman. Tentu saja ini mengurangi frekuensi bersin ku sehingga aku dapat leluasa beraktivitas. Ya, menjadi pusat perhatian di dalam keluarga itu berat. Sakit sedikit saja menyebabkan rumah, anak dan suami terbengkalai. Sesekali sakit sih memang perlu supaya kita bisa bermanja-manja merasakan perhatian suami. Hehe.. Tapi tetap ya, jangan lama-lama. Nanti merasa berdosa.

    Resolusi terakhirku adalah dapat menjadi pribadi yang seimbang. Dapat membagi diri dengan benar antara keluarga-lingkungan dan diriku sendiri. Ya, aku mengaku tidak dapat membagi diri dengan benar karena kondisi badanku yang sering down. Namun bersama Theragran-M, aku optimis dan aku akan terus berusaha. 

    ***

    Desember. 

    Desember bagiku sekarang adalah bulan pengingat diri. Akhir bulan yang seakan bertanya padaku, “Hei, apa saja yang kau lakukan tahun ini, tutup buku macam apa yang kau buat?”

    Dan sekarang, aku berani menjawab, “Aku sudah banyak berubah tahun ini, dan tahun depan harus lebih baik lagi. Aku berjanji akan menjalankan resolusi baru untuk hidupku_chapter baru dalam hidupku yang mulai berapi-api”  

    Januari. 

    Adalah sebuah tujuan baru, langkah baru, dan semangat baru. Tak sabar untuk menunggumu Januari. 

    Happy New Year! 

    *Artikel ini diikutsertakan sertakan dalam lomba menulis blog yang diadakan oleh Blogger Perempuan Network dan Theragran-M 
     

    Mendidik Anak Generasi Milenial dengan CERDIK bersama So Good

    Mendidik Anak Generasi Milenial dengan CERDIK bersama So Good

    Suatu hari aku berkumpul dipojok ceria ’emak-emak’ saat menjemput anakku pulang sekolah. Biasanya aku jarang sekali mengikuti pembicaraan emak-emak yang berkumpul ria seperti ini. Tapi untuk kali ini aku sengaja mengikuti pembicaraannya dengan cukup lama karena topik dari pembicaraan bukanlah tentang gosip. Ya, mereka berbicara perkara anak-anak zaman now. 

    “Seharian main handphone mulu si Kaka, ya adeknya ikut-ikutan jadinya”

    “Iya, beda banget sama zaman kita kecil dulu ya.. Kalo kita dulu ga kayak mereka”

    “Apalagi anakku, kalau udah buka youtube ga bisa dipanggil-panggil. Asik sendiri”

    Terus aku ikut nyurcol, “Kok sama yah, suami aku kerjaannya dirumah ‘enemy has been slayed’ dan itu jadi bahan ejekan anakku” 😂

    Bisa ditebak betapa konyolnya wajah para ibu-ibu itu mendengar kata-kataku yang ‘sok nyambung’. Hahaha..

    Tapi serius, aku mengerti sekali perasaan mereka. Mengasuh anak generasi milenial seperti sekarang itu tidak gampang. Hal ini ditambah dengan situasi lingkungan perkotaan yang menuntut para ibu-ibu menjadi individualis dirumah. Apa efeknya? Ibu-ibu sekarang haus akan kewarasan dan membiarkan anaknya berlama-lama bermain gadget ‘tanpa’ didampingi olehnya.

    Salahkah?

    Tidak bisa dipungkiri di zaman sekarang adalah hal yang mustahil jika ingin menjauhkan total gadget dengan anak. Kenapa? Karena emaknya sendiri juga beraktivitas dengan gadget. 😂

    Ya bagaimana tidak? Emak-emak zaman now ya.. Masa ga ngerti gadget alias gaptek? 😅

    Emak melihat anak sakit langsung browsing. Emak kehabisan inspirasi buat masak langsung berburu resep di internet. Emak kurang piknik tapi enggak punya waktu piknik, akhirnya main sosmed. Emak kurang sosialisasi dirumah tapi tetangga pada enggak suka keluar rumah, akhirnya main WA dan BBM. Emak kekurangan duit sementara anak masih kecil-kecil, akhirnya memilih jualan online. Ya, semua aktivitas emak sekarang butuh gadget!

    Sebagai rule mode pertama dari anak maka sangat tidak mungkin emak yang hidup dengan gadget menjauhkan anak dari gadget. Tidak mungkin, karena generasi dimana emak hidup sekarang adalah generasi milenial. Karena itu, apa solusi terbaik untuk anak pada generasi milenial?

    Yaitu dengan mencukupi kebutuhannya dengan CERDIK sesuai zamannya. Ya, kita tahu bahwa gadget bagi anak memiliki dampak negatif tapi ada pula dampak positif yang didapat dari gadget. Asalkan kita sebagai orang tua dapat mengawasi, membimbing serta mengajarkan nilai kebaikan dari gadget.

    Jujur saja dulu aku juga anti gadget. Sewaktu anakku Farisha masih berumur 2 tahun aku sering sekali membacakannya buku cerita sebelum tidur. Buku cerita sangat membantuku untuk menidurkannya yang saat itu dalam proses menyapih. Tadinya, aku berpikir bahwa dengan membacakan buku cerita maka aku telah mencukupi kebutuhan hiburannya setiap hari. Ternyata aku salah, lambat laun aku pun lengah dengan turut menyodorkan gadget padanya.

    Awalnya menyenangkan. Ia tak lagi mengganggu aktivitasku. Aku dapat mengerjakan pekerjaan rumah dengan bebas tanpa gangguannya. Namun lama kelamaan aku merasa menjadi nomor dua baginya. Ia mulai mengacuhkan panggilanku. Ia asik dengan ‘mainan’ barunya. Ia tidak perduli lagi dengan asiknya kegiatan membentuk dough roti dengan tangannya. Parahnya, ia lebih suka melihat video di youtube dibanding dibacakan dongeng olehku.

    Ini salah.. Ini salah.. Pikirku.

    Saat itu aku memutuskan untuk menjauhkan gadget dari hidupku. Dia harus meniruku yang dapat survive tanpa gadget. Kebiasaan ini berhasil tapi mulai pudar saat Farisha mulai kenal arti berteman diluar.

    Ya, kupikir dengan mengajaknya bermain diluar bersama teman dia akan senang dan melupakan gadget. Ternyata sejak berteman dia malah menjadi iri dengan temannya yang asik dengan gadgetnya dan tidak memperdulikannya. Dia berkata padaku, “Ma, Farisha jua mau main hape seperti teman Farisha” 😑

    Kejadian ini memberiku pembelajaran bahwa menjauhkan anak dari gadget sepenuhnya bukanlah tindakan bijak. Aku akhirnya mulai menerapkan 3 aturan dalam memberikan pinjaman gadget bagi anakku. Tiga aturan itu antara lain:

    1. Tidak membiarkan anak meminjam gadget dalam kondisi online.
    2. Tidak boleh bermain gadget lebih dari 15 menit.
    3. Hanya permainan edukatif yang boleh dilakukan anak dalam bermain gadget.

    Tiga aturan tersebut telah sukses aku terapkan selama ini. Sejak itu aku merasa kehidupanku normal kembali. Farisha mulai senang membantuku didapur untuk membuat kue maupun memasak, senang setiap kali aku bacakan buku cerita, dan hadiah dari sikapnya baik tersebut aku memberinya kepercayaan untuk meminjam smartphone-ku dalam waktu 15 menit sebanyak 3x sehari.

    ***

    Bicara tentang hoby anakku dalam memasak, ia paling menyukai kegiatan membentuk. Baik itu membentuk dough roti, membentuk cookies, hingga menata persentasi makanannya sendiri. Aku membiarkan imajinasinya berkembang dari kegiatan itu. Dan yang terpenting, ia bangga dengan karyanya sendiri dan dapat dengan lahap memakan hasil dari olahan tangannya.

    Namun kini Farisha sudah sekolah. Ia tidak memiliki banyak waktu didapur seperti dahulu. Ia kini memiliki lingkungan baru, teman baru dan pola hidup yang baru. Aku sebagai Ibunya pun kini memiliki rutinitas baru setiap pagi untuknya. Yaitu membuat bekal.

    Membuat bekal itu sebenarnya mudah. Tapi membuat bekal yang terlihat menarik itu sulit. Sementara anakku sendiri sudah terbiasa dimanjakan lidahnya oleh masakanku. Aku tidak bisa membuat imajinasinya mulai pudar dengan bentuk bekal yang itu-itu saja. Ditambah lagi, aku tidak punya waktu cukup untuk menyiapkan semuanya serba sempurna dipagi hari yang sibuk.

    Akhirnya suatu malam aku memutuskan untuk membeli makanan praktis disupermarket. Kebetulan besok aku punya banyak kegiatan dan tidak ingin berlama-lama dalam membuat bekal sekolah anakku. Aku akhirnya memutuskan untuk membeli Nugget karena Farisha suka sekali dengan Nugget. Dan pilihanku jatuh pada Nugget So Good.

    Kenapa So Good ya? Karena aku termasuk mommy yang suka pilih-pilih dalam membeli makanan. Sebenarnya merk nugget lain juga banyak. Tapi So Good ini sudah terjamin kualitasnya dan paling enak rasanya. Dan nilai plus lagi dari So Good ini adalah bentuknya bervariasi sekali. Anakku pasti suka bentuk-bentuk makanan yang lucu untuk bekalnya disekolah.

    Aku akhirnya memilih So Good Nugget Ayam Dino Bites. So Good varian ini adalah nugget yang berbentuk dinosaurus. Aku memilihnya karena Dinosaurus adalah binatang yang hanya hidup di imajinasi Farisha dan aku ingin membuatnya terlihat nyata. Hal ini karena dia sering sekali bertanya tentang dinosaurus seolah-olah ingin benar-benar melihatnya.

    Aku pun pulang dan langsung bertanya padanya.

    “Farisha mau lihat Dinosaurus?”

    “Bukannya Dinosaurus sudah musnah ma? ditabrak batu besar? ” Katanya

    “Dinosaurus sudah musnah sayang, sekarang cuma ada fosil dinosaurus daaan Dinosaurus Goreng” Kataku

    “Dinosaurus goreng?” Farisha bertanya heran.

    Aku lalu mengeluarkan So Good Nugget Ayam Dino Bites berukuran 400 gr yang aku beli lalu membuka isinya. Dan aku terkejut, ternyata didalamnya ada hadiah kartu So Good Cerdik dengan Framenya. Wow, ini keren. Pikirku.

    Sementara aku menginstal aplikasi So Good Cerdik di Playstore, Farisha mulai memilih dinosaurus apa yang akan digoreng. Dia memilih Brontosaurus dan T-Rex untuk makan malamnya nanti. Dan menyisakan Dua T-Rex untuk bekal sekolahnya besok. Saat melihatku asik mengutak atik kartu dan smartphoneku akhirnya dia bertanya, “Apa itu ma? Mainan baru?”

    Aku tersenyum dan mengajaknya masuk kekamar. Ya, aku senang sekali malam itu. Aku punya dongeng baru untuk Farisha. Siapa kira smartphone begitu berguna untuk dongeng kita malam ini.

    Dongeng? Dengan kartu itu?

    Ya, ternyata kartu ini bukan kartu sembarangan. Kartu ini adalah kartu ajaib yang dapat berbicara dan mendongeng dengan aplikasi So Good Cerdik. Kartu ini di olah dengan teknologi Augmented Reality atau AR. Hanya dengan melakukan scan pada kartu ini di kamera smartphone maka akan terjadi keajaiban.

    Mau tau cara lebih lanjutnya? Yuk, aku kasih tau.. 😊

    Pertama, kita harus install aplikasi So Good Cerdik di Playstore.

    Dan mari kita buka aplikasinya.

    Pilih cerita yang tersedia. Karena aku mendapatkan seri Chika dan Chiko part 2 maka aku memilih gambar Chika dan Chiko part 2.

    Kemudian klik mulai dan arahkan kamera smartphone pada kartu So Good Cerdik berhadiah tadi. Lalu klik mulai cerita. Dan lihatlah, smartphone juga bisa bercerita loh. Seperti aku. Tapi aku tidak bisa membuat tampilannya sekeren ini. Serius, tampilannya tiga dimensi dan tokohnya dapat bergerak. 😆

    Bisa dibayangkan betapa senangnya anakku melihat keajaiban dari aplikasi So Good Cerdik ini. Dia langsung bilang, “Lagi ma.. Lagi…”

    Dan sampai sekarang cerita ini diulang-ulang hingga tiada bosannya. Kemudian dia berbisik padaku, “Ma, nanti beli lagi ya.. Aku mau cerita yang lain juga”

    “Hihi.. Baiklah, tapi nanti minta belikan so good dengan papamu saja ya sayang..” 😝

    ***

    Bercerita bersama aplikasi So Good Cerdik membuatku tersadar. Bahwa mendidik anak generasi sekarang tidak bisa disamakan dengan generasi sebelumnya. Kita harus peka dengan teknologi, bukan melarang perkembangan teknologi masuk kedalam keluarga kita. Karena teknologi yang dipergunakan secara positif maka akan menghasilkan output yang positif pula.

    Berbagai permainan digital edukatif seperti aplikasi So Good Cerdik dengan cerita pengantar tidurnya telah mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada anakku. Diantaranya untuk bisa berbagi, kreatif, dan tidak berprasangka buruk dengan orang lain.

    Aku kini dapat membangun bonding lebih erat dengan anakku berkat So Good Cerdik ini. Bentuk Dinosaurus dari Nugget So Good benar-benar membangkitkan imajinasinya sehingga kami dapat bermain bersama. Setelah lelah bermain, kami menonton dongeng bersama. Benar-benar moment yang menyenangkan.

    Keesokan harinya, Farisha langsung mengajak temannya bermain dirumah. Ya, dia semangat sekali mengajak temannya. Awalnya, temannya tidak menghiraukannya dan asik dengan gadgetnya. Namun akhirnya ia tertarik mendekat ketika melihat Farisha bermain So Good Cerdik dengan Kartu Augmented Reality milik Farisha. Saat melihat keduanya, hatiku senang. Kini Farisha mulai meniru gaya cerita sang story teller di aplikasi itu.

    Ya, siapa tau ketika besar kamu biasa jadi pendongeng hebat berkat So Good Cerdik ya nak!

    ***

    Pagi harinya aku membuka kulkas untuk membuatkan Farisha ‘Dinosaurus Goreng’ lagi. Namun, secara iseng aku membuka aplikasi So Good Cerdik lagi. Karena aku pernah melihat kata-kata resep pada menu utamanya. Dan benar saja, ternyata banyak resep kreasi nugget disana. Wow.. 😱

    Saat asik membaca aku baru sadar kalau bahan-bahan untuk membuatnya tidak ada dikulkas. Sepertinya aku perlu resep yang lain. Eh, sayangnya kategori resep yang sudah di unlock cuma satu. Hiks..

    “Baiklah, mungkin aku akan membeli So Good lagi besok” Pikirku.

    *loh, kok emaknya jadi ikut keracunan.. 😂

    Ya, ini ceritaku saat bangkit membangun semangat mendidik anakku di generasi milenial dengan CERDIK. Mana ceritamu?

    Happy Parenting! 😊

    Indonesia Bergerak Maju tanpa HOAX

    Indonesia Bergerak Maju tanpa HOAX

    Hari Jum’at tanggal 13 Oktober 2017 saya mendapat undangan Flash Blogging dari Kominfo. Tentu sebagai anggota dari Female Blogger Banjarmasin hal ini merupakan hal yang membanggakan mengingat saya baru saja memulai aktivitas blogging bulan Januari lalu dengan blog berbasis WordPress.

    Sekedar cerita, bulan maret 2017 saya tergabung dikomunitas Female Blogger Banjarmasin dan secara aktif memulai blog TLD saya sejak bulan April 2017. Alhamdulillah kegiatan blogging ini membawa perubahan positif didalam hidup saya. Salah satu kegiatan yang benar-benar berkesan adalah Event Flash Blogging dengan tema “Bijak Bersosial Media” yang diselenggarakan oleh Kominfo.

    Jam 08.00 WITA aku dan teman-teman dari Female Blogger Banjarmasin melakukan registrasi dan duduk di meja bundar bagian depan. Kami menyanyikan lagu Indonesia raya yang disusul dengan sambutan oleh Kadiskominfo Kalimantan Selatan, sambutan direktur kemitraan komunikasi hingga foto bersama. 

    Selanjutnya adalah materi tentang teknik menulis kreatif yang dibawa oleh nara sumber Akhmad Riannor Asrari Puadi, penulis blog asraripuadi.net. Terlebih dahulu, beliau mengemukakan tentang pentingnya penyaringan berita hoax karena para penulis berita hoax adalah para haters. 

    Perubahan Dunia dimulai dari aktivitas menulis. Tanpa menulis sejarah akan hilang. Penemu dan pengembang diindonesia ada karena aktivitas menulis. Dengan perubahan zaman, generasi milenial memegang peranan penting dalam perubahan persepsi masyarakat. Sayangnya, perubahan persepsi masyarakat sering kali condong ke arag negatif akibat dari beredarnya hoax.

    Peperangan digital terus melaju. Para haters dan para penulis ‘yang benar’ semakin sulit dibedakan. Judul-judul dengan kalimat pemancing yang luar biasa menyebabkan traffic dari blog haters jauh lebih tinggi dari blog ‘pembawa kebenaran’. Anehnya, hal ini menyebabkan blog haters tersebut lebih didukung dan dipercaya oleh publik. Tulisan content pada Blog tersebut cenderung lebih banyak dibagikan oleh para penggiat sosial.

    Ya, media sosial memang membawa peranan penting bagi perubahan persepsi masyarakat. Semakin banyak kontent positif yang disebar maka semakin banyak pula orang-orang yang dapat berpikiran positif. Sebaliknya, jika kontent bermuatan negatif semakin banyak disebar maka semakin banyak pula tercipta para ‘haters’ baru.

    Sudah tugas kita untuk dapat bersosial media dengan bijak. Penulis pidato presiden, Sukardi Rinakit mengingatkan bahwa kita harus melakukan 3 hal dalam hidup ini. Pertama, kita tidak boleh mudah kecewa. Kedua, kita tidak boleh salah persepsi. Ketiga, kita harus melakukan dan mengutamakan cek dan recheck terhadap sesuatu.

    Ketiga hal tersebut mengingatkan saya akan pentingnya menjadi blogger dan penggiat sosial media yang selektif terhadap berita. Jujur, sebelum menjadi blogger saya adalah salah satu orang yang mudah terpancing dan terpengaruh dengan berbagai kontent negatif. Saya sering menyebarluaskan berita fitnah yang ‘pernah’ saya anggap benar.

    Hal ini diawali sebelum masa pemilihan presiden. Saya yang merupakan pendukung calon presiden ‘lain’ memulai paham fanatik saya dengan menyukai salah satu fanspage penulis haters. Ya, saya menyukai semua tulisannya. Caranya membawa para pembaca untuk tidak menyukai presiden ‘ini’ benar-benar logis dan sangat beralasan.

    Kemudian suatu hari saya menjumpai tulisan yang terlihat ‘sangat dibuat-buat’ dan tidak jelas sumber data yang diambil. Tanpa berpikir panjang saya memutuskan untuk dislike halaman penulis tersebut. Saya pikir penulis harus memiliki sumber yang kuat dan tidak berdasarkan opini semata. Apa penulis ini hanya mencari sensasi untuk penjualan bukunya? Pikir saya.

    Sejak memulai belajar menulis bersama komunitas blogger saya menjadi mengerti tentang pentingnya sebuah adab dalam menulis. Saya menjadi merasa sangat bodoh karena dulu sempat menjadi penyebar hoax. Kemudian, saya bertekad harus menulis kebaikan demi menghapus dosa dari hoax yang pernah saya sebarkan.

    Materi dari Bapak Andoko Darta dari Tim Komunikasi Kepresidenan telah membuka mata saya tentang betapa banyaknya kegiatan positif yang telah dilakukan oleh Bapak Jokowi_presiden yang dulu pernah membuatku ‘merasa kecewa’ dengan berita negatif dari berbagai kontent haters (hoax). Ya, aku baru tau ternyata kinerja positif President Jokowi selama ini telah tertutup oleh kontent-kontent kebencian.

    Bagaimana bisa aku tidak tau tentang kinerja Bapak Jokowi di Desa Ampas, Papua. Desa Ampas dulunya tidak memiliki listrik hingga 72 tahun. Dan baru di era Bapak Jokowi, desa ini akhirnya telah memiliki listrik. Bayangkan betapa senang rakyat disana telah sangat terbantu.

    Pemerintahan era Jokowi menekankan pada keadilan perlakuan, bukan persamaan perlakuan. Ia mengutamakan masyarakat golongan kecil untuk mendapatkan ‘hak’ yang sama dengan golongan menengah dan atas. Karena itu, perjuangannya tidak dapat dirasakan oleh masyarakat menengah sepertiku.

    Pencerahan ini membuatku tersadar. Betapa gelapnya pola pikir dan sudut pandangku dahulu. Betapa ‘nyaman’ tanganku membagikan berita yang belum tentu benar. Betapa mudah diriku yang ‘merasa pintar’ ini menyebarluaskan semuanya seolah-olah itu benar. Padahal, kenal dengan orang terdekat beliau saja aku tidak pernah.

    Perjuangan ini belum berakhir. Masih banyak berita hoax yang membawa kebencian dijejaring sosial. Masih banyak blog negatif yang terus menyebar hoax demi kepentingan pribadinya. Bahkan, banyak dari pengelola kontent-kontent negatif tersebut  yang menjadi kaya karenanya.

    Siapa yang bertanggung jawab atas semua itu? Apa hal positif yang bisa kita lakukan?

    Mari, menulislah untuk kebaikan..

    Karena, itulah sejatinya tugas dari penulis. Bukan untuk menjadi tenar, tapi untuk menyebarkan kebaikan.

    Semoga Female Blogger Banjarmasin turut menjadi pejuang Pergerakan Kemajuan Indonesia melalui tulisan kebaikan.

    IBX598B146B8E64A