Browsed by
Month: November 2017

Ingin Membeli Rak Sepatu? Pertimbangkan Beberapa Hal Ini Dulu

Ingin Membeli Rak Sepatu? Pertimbangkan Beberapa Hal Ini Dulu

“Dibuang sayang.. Tak dibuang nyampah”

Itulah yang kupikirkan saat melihat setumpuk sepatu didepan, belakang rumah hingga dikamarku. Entah sejak kapan saja aku membeli para sepatu itu. Faktanya sekarang para sepatu mulai mengumpul dan memenuhi ruangan dengan penampakan yang tidak menyenangkan.

Ya, aku memang hoby mengoleksi sepatu. Aku tidak sadar telah melakukan hoby ini bertahun-tahun lamanya hingga banyak sekali kotak sepatu menumpuk di rumahku. Percayalah, semuanya masih cukup untuk kakiku. Memang usiaku bertambah, tapi tidak untuk nomor sepatuku.

Setiap sepatu yang aku beli memiliki kenangan. Dari sepatu yang kubeli di pasar malam, mall, toko sepatu hingga secara online. Semuanya memiliki kenangan. Karena itulah aku tidak memiliki keinginan untuk memberikan sepatu-sepatu itu. Ya, setiap langkah jenis sepatu berbeda yang kupakai menyimpan sejuta kisah.

Mungkin aku tak pernah bercerita bahwa aku memiliki hoby traveling yang terpendam. Aku ingin menjelajah dunia,  dan sepatu adalah saksi bisu dari setiap langkahku. Memang, hoby traveling itu sampai kini memang hanya dapat kupendam. Apalah daya, aku hanya ibu rumah tangga yang tak punya banyak waktu luang untuk traveling bahkan dengan keluarga sekalipun.

Tapi impian tak boleh dikubur begitu saja bukan? Siapa tahu aku dapat berkeliling dunia beberapa tahun lagi? Atau beberapa bulan lagi?

“Hei sepatu.. Sabarlah menunggu kakiku melangkah lagi” ucapku pada para sepatu sambil mengemasnya kembali kedalam kotaknya.

Tak terasa kotak-kotak sepatu kini menjadi tumpukan gunung dibagian belakang rumahku saat kukumpulkan. Parahnya, kotak sepatu ternyata tidak membantu membuat para sepatu itu menjadi awet. Entah sejak kapan rumahku mulai dikunjungi tikus. Ya, beberapa sepatuku kini telah berlubang dan terkikis. 

“Aku butuh sesuatu untuk membuatnya rapi dan awet” pikirku.

Ya, aku butuh rak sepatu yang tertutup dan bagus dengan harga yang terjangkau. 

Memilih rak sepatu bukan hal yang mudah. Terlebih untuk para kolektor sepatu yang suka berganti-ganti sepatu saat berjalan. Ingin membeli rak sepatu? Yuk, pertimbangkan dulu!

source: cerpen.com

Beberapa pertimbangan yang kulakukan sebelum membeli rak sepatu diantaranya adalah:

1. Memastikan jumlah sepatu yang dimiliki dan ‘akan dimiliki’ lagi. Hal ini berguna untuk menentukan besar rak sepatu yang ingin dibeli. Aku sendiri lebih memilih rak sepatu tingkat tiga untuk menyesuaikan dengan jumlah sepatu yang kumiliki. 

2. Menentukan tempat ideal untuk meletakkan rak sepatu. Apakah rak sepatu akan diletakkan di luar kamar atau di dalam kamar ataupun diluar rumah. Memilih tempat ini berguna untuk mempertimbangkan jenis rak yang akan dipilih, apakah menggunakan rak terbuka atau tertutup. 

3. Jangan lupa memilih rak sepatu yang memiliki sedikit ruang udara atau ventilasi. Hal ini agar suhu di dalam rak tidak terlalu lembab maupun panas. 

Aku memiliki sepatu yang kuletakkan didepan rumah, belakang rumah hingga kamar. Masing-masing butuh tempat berbeda sesuai dengan cara kita mengorganisirnya. 

Untuk sepatu yang sering kupakai, aku meletakkannya didepan rumah dengan rak sepatu tipe terbuka. Rak sepatu jenis ini sangat sesuai untuk anda yang ingin praktis bepergian. Biasanya sepatu yang aku taruh di rak sepatu ini adalah sepatu dengan harga medium dan nyaman digunakan sehari-hari. 

source: super.mataharimall.com

Untuk sepatu yang hanya kupakai dimoment spesial dan hanya kujadikan koleksi maka aku memilih menyimpannya di rak sepatu model tertutup seperti pada gambar dibawah ini

source: super.mataharimall.com

Kelebihan rak sepatu jenis diatas adalah agar kita dapat menyimpan dengan rapi supaya dapat terhindar dari debu dan tikus. Selain itu, rak ini juga multifungsi. Selain dapat menjadi rak sepatu, ini juga bisa dipergunakan menjadi rak baju, tas atau barang lain. Penutupnya menggunakan resleting, jadi lebih rapat. Rak sepatu ini juga mudah dibongkar pasang.

Bagaimana dengan bahan yang digunakan sebagai pertimbangan? 

Ada 3 jenis bahan rak sepatu yang ada, diantaranya adalah:

1. Bahan Besi

Bahan besi merupakan bahan yang cukup kuat. Selain itu, rak dengan bahan besi juga anti rayap.

Namun, kelemahan dari bahan besi adalah bisa berkarat. Selain itu ada beberapa bahan besi yang cukup berat sehingga sulit dipindahkan. 

2. Bahan Kayu

Rak sepatu dari bahan kayu memiliki nilai estetika yang tinggi. Rak sepatu dari kayu memiliki keindahan ukiran alami sehingga memunculkan kesan elegan bahkan mewah pada rak sepatu. Rak sepatu dari kayu berkualitas seperti kayu jati dapat mengalahkan rak kayu besi. Sehingga rak kayu berkualitas lebih awet. 

Namun, jika salah memilih bahan kayu yang digunakan maka rak sepatu akan mudah patah dan dimakan rayap. Selain itu, ketika disimpan di luar rumah atau di tempat yang lembab, bahan kayu akan mudah berjamur atau keropos.

3. Bahan Plastik

Bahan plastik sejauh ini merupakan favoritku. Plastik cenderung awet, memiliki banyak variasi dan harga yang terjangkau. 

Keunggulan lain dari rak sepatu plastik adalah sangat fleksibel. Rak sepatu plastik dapat dipindahkan dengan mudah karena beratnya sangat ringan jika dibandingkan dengan rak sepatu yang terbuat dari bahan kayu maupun besi.

Beberapa rak sepatu plastik juga dapat dibongkar pasang untuk memudahkan kita jika hendak memindahkannya. 

Nah, sudah diputuskan ingin membeli rak sepatu bagaimana? 

Apapun pilihannya, yang penting jangan biarkan sepatu kita rusak dengan pemakaian yang terbilang sangat jarang. Buat aku, itu sayang banget. Menjaga lebih baik daripada terbuang percuma bukan?

Karena kita tidak tau, sepatu mana yang akan menemani kita saat melakukan perjalanan. Rawatlah saksi bisu itu, karena ia adalah bagian dari kenangan. 😊

Hal-hal yang menyebabkan Istri menjadi Matre

Hal-hal yang menyebabkan Istri menjadi Matre

“Aku baru sadar sekarang kalau istriku itu matre” keluh seorang suami.

“.. Padahal waktu sebelum menikah Aku udah yakin kalau dia ga matre, ternyata dia matre” 

Dan bagaimana tanggapan istri ketika sadar suaminya mengeluh demikian?

“Matre??? aku baru sadar telah menikahi suami yang PELIT” 😛

***

Ya.. Ya.. Keadaan diatas pasti sudah familiar banget ya. Materialisme kini menjadi sebuah paham yang kemudian di ‘kambing hitamkan’ atas permasalahan rumah tangga.

Kenapa bertengkar?

“Istriku.. Dikit-dikit duit”

Kenapa tak kunjung damai dengan suami?

“Suamiku pelit!”

😅

Kenapa sih istri menjadi matre? Sebenarnya dia memang benar-benar matre atau terpaksa matre? Kenapa baru ketahuan ketika sudah menikah?

Nah, berikut adalah beberapa faktor yang mendorong timbulnya paham materialisme pada Istri:

1. Inner Child yang mendukung materialisme

Inner Child adalah faktor yang sangat berpengaruh pada pola pikir seseorang saat dewasa. Pada masa golden age, tantrum yang tidak ditanggulangi dengan benar akan menimbulkan pemahaman materialisme yang akan meracuni pemenuhan kebutuhan seseorang dengan pemberian materi.

Baca juga: Cara sederhana menjauhkan paham materialisme pada anak

Dari artikel sebelumnya, pencegahan materialisme sebenarnya dapat dimulai sejak kecil. Jika berhasil maka besar kemungkinan pola pikir seseorang tidak akan teracuni dengan paham materialisme begitu saja ketika besar.


2. Gaya hidup masa remaja

Semua pasti setuju bahwa gaya hidup masa remaja yang dimanjakan dan salah pergaulan cenderung mengalami kesulitan saat berumah tangga nantinya.

Bagaimana tidak?

Terbiasa shopping di mall, nongkrong di ‘kafe gaul’ hingga tergila-gila pada barang branded. Selalu update dengan segala hal yang ‘kekinian’ sampai lupa dengan apa yang seharusnya di-upgrade. 

Pola konsumtif dalam gaya hidup ‘kekinian’ yang tidak diimbangi dengan produktivitas maka akan menimbulkan paham materialisme yang buruk.

3. Persaingan Dunia Sosialita 

Nah, faktor berikutnya ini merupakan faktor after-married. 

Apa bedanya dengan faktor kedua? Ya, ini adalah dampak negatif berkelanjutan dari faktor kedua yang tidak ditanggulangi.

Persaingan.

Jika pada masa remaja ‘calon istri’ sudah terbiasa memenuhi segala nafsunya dengan materi dan update segala yang ‘kekinian’ maka besar kemungkinan saat berumah tangga ia akan terlibat persaingan dunia sosialita.

Ia terbiasa berteman dengan yang ‘satu level’ dengannya. Kemudian merasa tersaingi jika yang lain memiliki barang prestise yang baru. Pola pikir demikian akan membuka pola hidup konsumtif yang tidak berkehabisan.

4. Mungkin sebenarnya istri anda tidak matre, tapi.. 

Nah, ini mungkin yang ditunggu-tunggu..

Kenapa istri tiba-tiba menjadi matre ketika berumah tangga? Padahal sewaktu zaman ‘pe-de-ka-te’ sang istri terlihat ‘woles’ dan se-der-ha-na. 😅

Bisa jadi faktor 1, 2 dan 3 diatas tidak ada sama sekali dalam diri istri. Istri punya inner child yang baik, gaya hidup remaja yang sederhana, bahkan tidak punya komunitas sosialita yang terbilang ‘wah’.

Tapi kenapa ketika berumah tangga jadi matre sekali? Dikit-dikit DUIT!

Ini dia Faktornya:

a. Suami yang banyak tuntutan

“Hari ini makan apa Ma?”

“Terong sama ceker ayam aja ya Kak, ini kan bulan tua”

“Gimana kalau bikin Steak?”

😌 (cek dompet)

“Ma, kenapa sih ga pernah luluran kayak zaman dulu..dulu kulit mama halus deh..

😌 (cek anggaran belanja bulanan)

..Komedo kamu juga udah keliatan banyak tuh..

😌 (peeling habis, catet anggaran bulan depan)

..Nanti coba beli ini deh.. Ga enak keliatannya bibir kamu biru kalau ga pakai lipstik

😌 (catet: lipscrub, lip mask n lip balm)

..Mama ‘anu’ itu udah punya anak 2 tapi badannya tetap langsing ya..

😌 (baik, coba diet keto!)

.. Biasanya mama kalau sore bikin cemilan, kok sekarang mulai jarang bikin cemilan”

😌 (katanya tadi mau istri langsing?)

Intinya, Bagaimana istri tidak matre jika ia merasa ‘banyak tuntutan’ yang wajib ditunaikan? Sementara stok pemasukan terbatas. Ingin punya istri yang tidak matre? Jangan banyak menuntut ‘Kang Mas’..

b. Tidak terbukanya keuangan Rumah Tangga

Pernahkah anda merasa bingung ketika melihat seseorang yang hanya berprofesi sebagai tukang becak namun memiliki istri yang hidup bahagia? Tapi seseorang yang menjadi manager di perusahaan terkenal bisa saja memiliki istri yang tidak bahagia?

Apa sebabnya?

Ya, keuangan rumah tangga tidak terbuka.

Dalam rumah tangga ‘yang baik’ akan memiliki prinsip dasar dalam mengelola keuangan. Prinsip ini akan mempengaruhi pengelolaan keuangan kedepan nantinya. Prinsip yang didasari oleh rasa percaya dari suami-istri. Prinsip itu adalah ‘Uangku adalah Uangmu’

Tidak sedikit para Kepala Rumah Tangga yang menyembunyikan penghasilannya sebenarnya. Takut karena mungkin jika dia ‘jujur’ maka istri akan mengambil semuanya dan tak menyisakan satu peser pun untuknya.

Karena prinsip keuangan yang tidak transparan serta tuntutan ekonomi dan keluarga yang banyak maka banyak para istri yang memilih menjadi ‘Wonder Woman’, bekerja diluar dan didalam rumah. Ia merasa takut tidak memiliki penghasilan sendiri karena tidak terbukanya keuangan rumah tangganya.

Apakah istri yang terpaksa ‘matre’ itu bisa disebut dengan ‘istri matre’?

THINK!

Apakah Istri akan bahagia dengan materi? Materi hanyalah kebahagiaan sesaat yang tak bisa membeli kebahagiaan yang sebenarnya. Materi hanyalah sebuah ‘pelarian’. Pelarian dari kurangnya cinta yang dibutuhkan.

 

Belajar membangkitkan semangat menulis dari Ahmad Fuadi-Penulis Novel Negeri 5 Menara

Belajar membangkitkan semangat menulis dari Ahmad Fuadi-Penulis Novel Negeri 5 Menara

Halo content writer shezahome? Masih hidup? 😅

Ya, sepertinya bulan ini aku termasuk jarang menulis ya. Berapa tulisan yang aku terbitkan bulan ini? Mana konsisten yang dulu sempat aku bangun? Kemana semangat menggebu-gebu itu pergi?

Apakah aku sudah menjadi pemalas?

Bukan, bukan malas. Lebih tepatnya aku mulai merasa pesimis. Semangat yang dulu ada itu tiba-tiba mulai menurun kualitasnya. Aku juga tidak tau persis apa alasannya. Padahal Domain Authority dari blog shezahome.com sudah meningkat menjadi 22 yang artinya blog aku sudah ‘lumayan’ diperhatikan oleh google.

Tapi seberapa bermanfaatkah tulisanku?

Ya, kata-kata itu muncul begitu saja. Menulis bagiku sekarang adalah terapi yang menyenangkan. Tapi terapi itu tidak berjalan baik jika tidak bisa berguna bagi siapapun. Memang, kebanyakan pengguna internet adalah pasif. Ketika mereka selesai membaca content maka mereka hanya akan ‘closed’ tanpa meninggalkan jejak ataupun ucapan terima kasih.

Mungkin saja itu karma. Sebelum mendalami dunia blog aku juga begitu. Silent Reader. Jadi anggap saja impas. Haha..

Berbicara mengenai traffic. Maka traffic blogku sudah ‘lumayan’ dibanding bulan pertama ngeblog. Terlebih sekarang aku juga punya komunitas dalam menunjang aktivitas ngeblog. Tapi jujur saja, aku butuh alasan lebih.. lebih.. dan lebih lagi supaya bisa tetap konsisten dalam membuat tulisan. Bagaimana cara memperbaiki mood ku yang tidak stabil sehingga blogku pun menjadi terkesan labil.

Itulah alasanku menghadiri ‘Meet and Greet’ penulis Ahmad Fuadi, yang diadakan di Aula Perpustakaan Daerah di Banjarmasin. Ya, siapa yang tidak kenal dengan Ahmad Fuadi? Penulis Novel ‘Negeri 5 Menara’? Aku bahkan terpikat saat pertama kali membaca bukunya.

Apah? Tidak pernah membaca Negeri 5 Menara? Tenggelamkan!

Hahaha.. 😂

***

Sebenarnya saat pertama kali aku menyelesaikan membaca buku Negeri 5 Menara aku tidak mendapat pembelajaran nyata. Aku terpikat, tapi aku iri. Ya, seperti biasa aku hanya bisa bilang “Ya iya dong dia bisa nulis buku keren soalnya ini buku tentang ‘dirinya sendiri’ dengan pengalaman hebatnya”

Lah, aku? Dimana pengalaman hebatku? Apa yang harus aku tulis? Aku kan tidak punya pengalaman hebat? Tidak pernah travelling? Tidak pernah belajar dipesantren? Tidak pernah merantau sejak kecil? Duniaku kotak, mataku hanya belajar pada kertas dan otakku hanya bisa berimajinasi.

Karena itulah sewaktu kecil aku sangat ‘malas’ membaca buku dengan pengalaman ‘nyata’. Aku iri. Aku lebih suka membaca buku imajinasi. Aku suka penulis yang terinspirasi dari buku dan suka mengkhayal. Ya, seseorang seperti JK. Rowling, Rick Riordan, dan Stephanie Meyer serta para pencipta karakter anime. Mereka mungkin lebih masuk akal dijadikan penulis idola untuk orang sepertiku.

Namun, sejak menjadi Ibu Rumah Tangga aku mulai merubah pandangan hidupku. Aku mulai tak suka mengkhayal berlebihan. Sejak menikahi introvert nyata, aku lebih suka membaca buku yang realitas. Sehingga genre novel yang kubaca mulai berubah. Ya.. Ya.. Aku suka Tere Liye dan Ahmad Fuadi. Aku juga mulai suka dengan gaya penulisan klasik oleh Lucy M. Mortgomery.

Karena itu, kenapa tidak belajar menjadi salah satu dari mereka?

***

Sebenarnya, ini bukan pertama kali aku bertemu dengan Ahmad Fuadi. Ini kedua kalinya.

Pertama kali bertemu dengan Ahmad Fuadi adalah saat aku diundang untuk menonton ‘Negeri 5 Menara’ oleh Bank Indonesia. Ya, saat itu aku masih menjadi mahasiswi magang. Aku menonton Negeri 5 Menara secara gratis saat itu. Dan saat selesai menontonnya, penulis novelnya kemudian hadir didepan bioskop sambil bergantian bersalaman dengan kami.

Tapi apa peduliku saat itu? Jujur saja saat melihat Ahmad Fuadi pertama kali dan menonton filmnya aku hanya bisa membatin, “sepertinya orangnya narsis” hahaha..

***

Namun semua pendapatku tentangnya luntur seketika ketika aku bertemu langsung dengannya untuk yang kedua kali dan mendengarnya berbicara.

Aku memang sengaja mengambil tempat duduk ‘lumayan didepan’ walau sadar diri bahwa aku mungkin satu-satunya Ibu Rumah Tangga yang absen dari kegiatan hariannya saat itu untuk menghadiri moment ini. Aku cukup sadar bahwa aku dikelilingi oleh puluhan mahasiswa berbaju almameter dan para dosennya.  Tapi, peduli amat? Ini undangan untuk umum kan? Lagian aku kesana ‘menyamar’ kok. 😆 #bukan pakai daster ya..

Terbukti penyamaranku cukup berhasil kok saat ada yang bertanya, “Mahasiswi mana?” dan aku menjawab singkat “alumnus kok udah” 😂😂

Okeh, kok jadi aku yang narsis? Ehm, bukannya kamu barusan bilang Ahmad Fuadi itu yang narsis?

Ya, ternyata Ahmad Fuadi itu Penulis Narsis yang beralasan.

Jika dia tidak narsis mana mungkin dia bisa menulis buku negeri 5 menara?

Jika dia tidak narsis, siapa yang tidak akan iri mengikuti jejaknya berkeliling dunia hanya karena dia hoby membaca dan menulis?

Jika dia tidak hoby pamer, siapa yang tau tentangnya?

Maka ketahuilah, narsis itu anugerah.

Orang narsis, kita terinspirasi dari narsisnya. Itulah narsis yang benar.

Terlebih seperti Ahmad Fuadi. Selama 1 jam disana terbukti para penonton ternganga lebar melihat foto-fotonya berkeliling dunia. Bagaimana bisa??

Konsisten macam apa yang dia miliki? Pikirku.. Mungkin dia konsisten karena cerita hidupnya memang sangat banyak yang seru dan menantang. Ah.. Seharusnya aku memang tak cocok mendengarnya berbicara, nanti aku minder. Seharusnya aku menanti Tere Liye saja yang datang. *Loh

Sebenarnya aku tidak tertarik mendengar cerita Ahmad Fuadi yang sudah jelas merupakan kisah dari Alif, tokoh utama novel Negeri 5 Menara. Tapi seperti yang kuduga, dia pasti menceritakan itu. Dan aku bosan. Lalu seakan bisa membaca kebosananku beliau berkata..

“Saya heran, kenapa buku Novel ‘Negeri Lima Menara’ menjadi bacaan wajib di beberapa sekolah dan univeritas di luar negeri. Salah satunya di sekolah Xin Min Singapura dan Lote Secondary School di New South Wales Australia. Juga jadi bagian dari mata kuliah di Universitas California Berkeley”

Dan Dosen dari Universitas California Berkeley menjawab, “The Land of 5 Tower is the story about Human Being

Human being.. Itulah rahasia kenapa orang suka sekali dengan buku negeri 5 menara. Ia menceritakan tentang kisah perjalanan manusia. Nyata dan sangat indah. Tiba-tiba aku mulai merasakan dejavu saat membaca buku itu. Ya, harus diakui buku itu luar biasa. Aku hanya iri karena tak bisa berusaha mewujudkan semangat dari man jadda wajada dari buku itu.. 

“Buku adalah Karpet Terbang” Katanya..

“… Jika kalian pernah memimpikan karpet terbang dari film disney Aladin maka bangunlah mimpi itu dari membuat buku, maka buku akan membawamu kemana saja”

Aku langsung merinding. Benar. Ahmad Fuadi dapat berkeliling dunia karena buku. Dia menulis buku dan buku telah menerbangkannya kesegala penjuru dunia. Dia memiliki ‘Karpet terbang’ karena usahanya yang sungguh-sungguh. Man Jadda Wajada.. 

“Buku.. Lebih Tajam dibanding peluru”

“.. Peluru hanya bisa menembus kulit dan daging. Tapi buku dapat membangun gagasan pemikiran seseorang. Buku dapat mempengaruhi seseorang. Satu peluru buku pada satu orang mungkin akan berdampak pada seratus, bahkan seribu

“Buku.. Adalah Keabadian yang dapat kita ukir didunia. Maka, selagi hidup cobalah berusaha menulis walau hanya satu buku saja” 

Aku merinding. Benar. Semua yang dia katakan benar. Satu buku. Satu buku untuk menciptakan sejarah.

Tapi bagaimana? Sulitkah membuat satu buku saja?

“… Saya menyelesaikan buku Negeri 5 Menara dalam waktu satu tahun. Saat itu saya bekerja dan pulang dari bekerja saya menyempatkan diri untuk menulis satu halaman sehari.. Satu tahun menjadi 365 halaman”

“… Kemudian edit, edit, edit dan dalam waktu 2 tahun akhirnya buku Negeri 5 menara berhasil dicetak”

Dan kalian tentu tahu kalimat berikutnya yang bla bla bla.. *bikin iri banget. Okeh, pokoknya bisa cari informasi di google lah ya untuk perjalanan Ahmad Fuadi. 😂

***

Saat sesi tanya-jawab, banyak sekali peserta yang bertanya. Dari Dosen hingga mahasiswanya. Namun banyak juga yang tidak terlalu memperhatikannya. Kupikir sepertinya menghadiri Meet & Greet Ahmad Fuadi ini merupakan kewajiban bagi mereka. Hihi..

Sebenarnya aku juga ingin bertanya tapi karena pertanyaanku mirip dengan penanya pertama kurasa niatku lebih baik kuurungkan. Daripada aku ditanya “mahasiswi mana?” dan aku hanya menjawab “ibu rumah tangga (yang haus ilmu)” 😂

Salah satu pertanyaan yang kuingat adalah “Bagaimana kita dapat konsisten menulis satu halaman perhari sementara kita tidak punya pengalaman ‘nyata’ seperti anda..”

Saat itu beliau langsung menjelaskan..

“Saat saya menulis saya melakukan 5 hal”

Pertama, “Saya masuk kedalam diri dan bertanya kenapa saya menulis? Apa sebenarnya tujuan dari tulisan saya”

Kedua, “Saya memutuskan untuk menulis APA”

Ketiga, “Saya melakukan Riset dari APA yang ingin saya tulis”

Keempat, “LAKUKAN SEGERA, atau ide itu akan hilang begitu saja”

Kelima, “Tulis saja. Tulis segala yang ingin ditulis. Tiap penulis punya gayanya sendiri. Maka, jadilah diri sendiri. Saat anda menikmati proses menulis dan tidak terbebani maka itulah cara bagaimana anda menulis”

Akhir kata, aku benar-benar mendapat pelajaran berharga dari ‘Meet and Greet with Ahmad Fuadi’. Jika suatu saat aku bisa bertemu lagi semoga saja aku dapat kesempatan untuk bertanya.

Sebenarnya aku pulang sebelum acaranya diakhiri. Maklum, emak-emak.. Harus jemput anak sekolah. Hiks..

Tanda tangan pun tak dapat.. 😭

Tapi aku sudah mendapatkan sebagian dari semangat Ahmad Fuadi. Aku akhirnya mengerti kenapa ia bisa terus konsisten menulis. Bukan, ini lebih dari tentang Man Jadda wajada. Ini juga tentang Man Shabara Zhafira. Dan Ini juga tentang menjadi diri sendiri. 😊

Disclaimer: kutipan kata-kata dari Ahmad Fuadi mungkin terdapat sedikit kesalahan. Karena metode dokumentasi penulis hanyalah catatan kecil saja. Harap dimaklumi. 😅

Mendidik Anak Generasi Milenial dengan CERDIK bersama So Good

Mendidik Anak Generasi Milenial dengan CERDIK bersama So Good

Suatu hari aku berkumpul dipojok ceria ’emak-emak’ saat menjemput anakku pulang sekolah. Biasanya aku jarang sekali mengikuti pembicaraan emak-emak yang berkumpul ria seperti ini. Tapi untuk kali ini aku sengaja mengikuti pembicaraannya dengan cukup lama karena topik dari pembicaraan bukanlah tentang gosip. Ya, mereka berbicara perkara anak-anak zaman now. 

“Seharian main handphone mulu si Kaka, ya adeknya ikut-ikutan jadinya”

“Iya, beda banget sama zaman kita kecil dulu ya.. Kalo kita dulu ga kayak mereka”

“Apalagi anakku, kalau udah buka youtube ga bisa dipanggil-panggil. Asik sendiri”

Terus aku ikut nyurcol, “Kok sama yah, suami aku kerjaannya dirumah ‘enemy has been slayed’ dan itu jadi bahan ejekan anakku” 😂

Bisa ditebak betapa konyolnya wajah para ibu-ibu itu mendengar kata-kataku yang ‘sok nyambung’. Hahaha..

Tapi serius, aku mengerti sekali perasaan mereka. Mengasuh anak generasi milenial seperti sekarang itu tidak gampang. Hal ini ditambah dengan situasi lingkungan perkotaan yang menuntut para ibu-ibu menjadi individualis dirumah. Apa efeknya? Ibu-ibu sekarang haus akan kewarasan dan membiarkan anaknya berlama-lama bermain gadget ‘tanpa’ didampingi olehnya.

Salahkah?

Tidak bisa dipungkiri di zaman sekarang adalah hal yang mustahil jika ingin menjauhkan total gadget dengan anak. Kenapa? Karena emaknya sendiri juga beraktivitas dengan gadget. 😂

Ya bagaimana tidak? Emak-emak zaman now ya.. Masa ga ngerti gadget alias gaptek? 😅

Emak melihat anak sakit langsung browsing. Emak kehabisan inspirasi buat masak langsung berburu resep di internet. Emak kurang piknik tapi enggak punya waktu piknik, akhirnya main sosmed. Emak kurang sosialisasi dirumah tapi tetangga pada enggak suka keluar rumah, akhirnya main WA dan BBM. Emak kekurangan duit sementara anak masih kecil-kecil, akhirnya memilih jualan online. Ya, semua aktivitas emak sekarang butuh gadget!

Sebagai rule mode pertama dari anak maka sangat tidak mungkin emak yang hidup dengan gadget menjauhkan anak dari gadget. Tidak mungkin, karena generasi dimana emak hidup sekarang adalah generasi milenial. Karena itu, apa solusi terbaik untuk anak pada generasi milenial?

Yaitu dengan mencukupi kebutuhannya dengan CERDIK sesuai zamannya. Ya, kita tahu bahwa gadget bagi anak memiliki dampak negatif tapi ada pula dampak positif yang didapat dari gadget. Asalkan kita sebagai orang tua dapat mengawasi, membimbing serta mengajarkan nilai kebaikan dari gadget.

Jujur saja dulu aku juga anti gadget. Sewaktu anakku Farisha masih berumur 2 tahun aku sering sekali membacakannya buku cerita sebelum tidur. Buku cerita sangat membantuku untuk menidurkannya yang saat itu dalam proses menyapih. Tadinya, aku berpikir bahwa dengan membacakan buku cerita maka aku telah mencukupi kebutuhan hiburannya setiap hari. Ternyata aku salah, lambat laun aku pun lengah dengan turut menyodorkan gadget padanya.

Awalnya menyenangkan. Ia tak lagi mengganggu aktivitasku. Aku dapat mengerjakan pekerjaan rumah dengan bebas tanpa gangguannya. Namun lama kelamaan aku merasa menjadi nomor dua baginya. Ia mulai mengacuhkan panggilanku. Ia asik dengan ‘mainan’ barunya. Ia tidak perduli lagi dengan asiknya kegiatan membentuk dough roti dengan tangannya. Parahnya, ia lebih suka melihat video di youtube dibanding dibacakan dongeng olehku.

Ini salah.. Ini salah.. Pikirku.

Saat itu aku memutuskan untuk menjauhkan gadget dari hidupku. Dia harus meniruku yang dapat survive tanpa gadget. Kebiasaan ini berhasil tapi mulai pudar saat Farisha mulai kenal arti berteman diluar.

Ya, kupikir dengan mengajaknya bermain diluar bersama teman dia akan senang dan melupakan gadget. Ternyata sejak berteman dia malah menjadi iri dengan temannya yang asik dengan gadgetnya dan tidak memperdulikannya. Dia berkata padaku, “Ma, Farisha jua mau main hape seperti teman Farisha” 😑

Kejadian ini memberiku pembelajaran bahwa menjauhkan anak dari gadget sepenuhnya bukanlah tindakan bijak. Aku akhirnya mulai menerapkan 3 aturan dalam memberikan pinjaman gadget bagi anakku. Tiga aturan itu antara lain:

  1. Tidak membiarkan anak meminjam gadget dalam kondisi online.
  2. Tidak boleh bermain gadget lebih dari 15 menit.
  3. Hanya permainan edukatif yang boleh dilakukan anak dalam bermain gadget.

Tiga aturan tersebut telah sukses aku terapkan selama ini. Sejak itu aku merasa kehidupanku normal kembali. Farisha mulai senang membantuku didapur untuk membuat kue maupun memasak, senang setiap kali aku bacakan buku cerita, dan hadiah dari sikapnya baik tersebut aku memberinya kepercayaan untuk meminjam smartphone-ku dalam waktu 15 menit sebanyak 3x sehari.

***

Bicara tentang hoby anakku dalam memasak, ia paling menyukai kegiatan membentuk. Baik itu membentuk dough roti, membentuk cookies, hingga menata persentasi makanannya sendiri. Aku membiarkan imajinasinya berkembang dari kegiatan itu. Dan yang terpenting, ia bangga dengan karyanya sendiri dan dapat dengan lahap memakan hasil dari olahan tangannya.

Namun kini Farisha sudah sekolah. Ia tidak memiliki banyak waktu didapur seperti dahulu. Ia kini memiliki lingkungan baru, teman baru dan pola hidup yang baru. Aku sebagai Ibunya pun kini memiliki rutinitas baru setiap pagi untuknya. Yaitu membuat bekal.

Membuat bekal itu sebenarnya mudah. Tapi membuat bekal yang terlihat menarik itu sulit. Sementara anakku sendiri sudah terbiasa dimanjakan lidahnya oleh masakanku. Aku tidak bisa membuat imajinasinya mulai pudar dengan bentuk bekal yang itu-itu saja. Ditambah lagi, aku tidak punya waktu cukup untuk menyiapkan semuanya serba sempurna dipagi hari yang sibuk.

Akhirnya suatu malam aku memutuskan untuk membeli makanan praktis disupermarket. Kebetulan besok aku punya banyak kegiatan dan tidak ingin berlama-lama dalam membuat bekal sekolah anakku. Aku akhirnya memutuskan untuk membeli Nugget karena Farisha suka sekali dengan Nugget. Dan pilihanku jatuh pada Nugget So Good.

Kenapa So Good ya? Karena aku termasuk mommy yang suka pilih-pilih dalam membeli makanan. Sebenarnya merk nugget lain juga banyak. Tapi So Good ini sudah terjamin kualitasnya dan paling enak rasanya. Dan nilai plus lagi dari So Good ini adalah bentuknya bervariasi sekali. Anakku pasti suka bentuk-bentuk makanan yang lucu untuk bekalnya disekolah.

Aku akhirnya memilih So Good Nugget Ayam Dino Bites. So Good varian ini adalah nugget yang berbentuk dinosaurus. Aku memilihnya karena Dinosaurus adalah binatang yang hanya hidup di imajinasi Farisha dan aku ingin membuatnya terlihat nyata. Hal ini karena dia sering sekali bertanya tentang dinosaurus seolah-olah ingin benar-benar melihatnya.

Aku pun pulang dan langsung bertanya padanya.

“Farisha mau lihat Dinosaurus?”

“Bukannya Dinosaurus sudah musnah ma? ditabrak batu besar? ” Katanya

“Dinosaurus sudah musnah sayang, sekarang cuma ada fosil dinosaurus daaan Dinosaurus Goreng” Kataku

“Dinosaurus goreng?” Farisha bertanya heran.

Aku lalu mengeluarkan So Good Nugget Ayam Dino Bites berukuran 400 gr yang aku beli lalu membuka isinya. Dan aku terkejut, ternyata didalamnya ada hadiah kartu So Good Cerdik dengan Framenya. Wow, ini keren. Pikirku.

Sementara aku menginstal aplikasi So Good Cerdik di Playstore, Farisha mulai memilih dinosaurus apa yang akan digoreng. Dia memilih Brontosaurus dan T-Rex untuk makan malamnya nanti. Dan menyisakan Dua T-Rex untuk bekal sekolahnya besok. Saat melihatku asik mengutak atik kartu dan smartphoneku akhirnya dia bertanya, “Apa itu ma? Mainan baru?”

Aku tersenyum dan mengajaknya masuk kekamar. Ya, aku senang sekali malam itu. Aku punya dongeng baru untuk Farisha. Siapa kira smartphone begitu berguna untuk dongeng kita malam ini.

Dongeng? Dengan kartu itu?

Ya, ternyata kartu ini bukan kartu sembarangan. Kartu ini adalah kartu ajaib yang dapat berbicara dan mendongeng dengan aplikasi So Good Cerdik. Kartu ini di olah dengan teknologi Augmented Reality atau AR. Hanya dengan melakukan scan pada kartu ini di kamera smartphone maka akan terjadi keajaiban.

Mau tau cara lebih lanjutnya? Yuk, aku kasih tau.. 😊

Pertama, kita harus install aplikasi So Good Cerdik di Playstore.

Dan mari kita buka aplikasinya.

Pilih cerita yang tersedia. Karena aku mendapatkan seri Chika dan Chiko part 2 maka aku memilih gambar Chika dan Chiko part 2.

Kemudian klik mulai dan arahkan kamera smartphone pada kartu So Good Cerdik berhadiah tadi. Lalu klik mulai cerita. Dan lihatlah, smartphone juga bisa bercerita loh. Seperti aku. Tapi aku tidak bisa membuat tampilannya sekeren ini. Serius, tampilannya tiga dimensi dan tokohnya dapat bergerak. 😆

Bisa dibayangkan betapa senangnya anakku melihat keajaiban dari aplikasi So Good Cerdik ini. Dia langsung bilang, “Lagi ma.. Lagi…”

Dan sampai sekarang cerita ini diulang-ulang hingga tiada bosannya. Kemudian dia berbisik padaku, “Ma, nanti beli lagi ya.. Aku mau cerita yang lain juga”

“Hihi.. Baiklah, tapi nanti minta belikan so good dengan papamu saja ya sayang..” 😝

***

Bercerita bersama aplikasi So Good Cerdik membuatku tersadar. Bahwa mendidik anak generasi sekarang tidak bisa disamakan dengan generasi sebelumnya. Kita harus peka dengan teknologi, bukan melarang perkembangan teknologi masuk kedalam keluarga kita. Karena teknologi yang dipergunakan secara positif maka akan menghasilkan output yang positif pula.

Berbagai permainan digital edukatif seperti aplikasi So Good Cerdik dengan cerita pengantar tidurnya telah mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada anakku. Diantaranya untuk bisa berbagi, kreatif, dan tidak berprasangka buruk dengan orang lain.

Aku kini dapat membangun bonding lebih erat dengan anakku berkat So Good Cerdik ini. Bentuk Dinosaurus dari Nugget So Good benar-benar membangkitkan imajinasinya sehingga kami dapat bermain bersama. Setelah lelah bermain, kami menonton dongeng bersama. Benar-benar moment yang menyenangkan.

Keesokan harinya, Farisha langsung mengajak temannya bermain dirumah. Ya, dia semangat sekali mengajak temannya. Awalnya, temannya tidak menghiraukannya dan asik dengan gadgetnya. Namun akhirnya ia tertarik mendekat ketika melihat Farisha bermain So Good Cerdik dengan Kartu Augmented Reality milik Farisha. Saat melihat keduanya, hatiku senang. Kini Farisha mulai meniru gaya cerita sang story teller di aplikasi itu.

Ya, siapa tau ketika besar kamu biasa jadi pendongeng hebat berkat So Good Cerdik ya nak!

***

Pagi harinya aku membuka kulkas untuk membuatkan Farisha ‘Dinosaurus Goreng’ lagi. Namun, secara iseng aku membuka aplikasi So Good Cerdik lagi. Karena aku pernah melihat kata-kata resep pada menu utamanya. Dan benar saja, ternyata banyak resep kreasi nugget disana. Wow.. 😱

Saat asik membaca aku baru sadar kalau bahan-bahan untuk membuatnya tidak ada dikulkas. Sepertinya aku perlu resep yang lain. Eh, sayangnya kategori resep yang sudah di unlock cuma satu. Hiks..

“Baiklah, mungkin aku akan membeli So Good lagi besok” Pikirku.

*loh, kok emaknya jadi ikut keracunan.. 😂

Ya, ini ceritaku saat bangkit membangun semangat mendidik anakku di generasi milenial dengan CERDIK. Mana ceritamu?

Happy Parenting! 😊

Review BB Cake Wardah 03 (Natural) 

Review BB Cake Wardah 03 (Natural) 

Halo.. Udah lama banget ya aku ga nulis. Ada kali ya satu minggu. Maklum, emak sedang dilanda gundah gelisah dalam kehidupan. *tsah.. 😌

Ya, problematika kehidupan emak-emak itu ternyata begitu kompleks. Mulai dari mengurus anak yang mulai bosan main itu-itu saja. Suami yang pasif sehingga istrinya suka bikin drama dirumah biar rame. Sampai adegan boikot hape suami karena bosan mendengar ‘alley has been slayed’ seharian. FYI ya, kalau kamu suka cari suami cuek kayak aktor drama korea percayalah endingnya kamu juga bakal jadi cewek norak dirumah. 😂

Hal ini juga yang mendasari emak mulai suka dandan supaya menarik perhatian suami. Soalnya aku mulai mikir asik kali ya kalau sesekali dandan model anime (yaelah.. Cosplay lg win😂). Bukan, bukan cerita dandan yang ribet ini. Ini cerita tentang bagaimana caranya supaya waktu dandan emak dirumah sangat simple dengan seribu kerempongan dirumah. Tentunya dengan hasil natural dan tidak menor. 😅

Ya, tau ga sekarang waktu dandan aku dirumah itu simple banget. Cuma modal 5 menit doang udah lumayan keceeeh (ngaku-ngaku.. 😅). Ya, Cukup 4 langkah mudah untuk tampil cantik dan sederhana dirumah.. Yuk simak..

1. Pakai pelembab harian

2. Pakai lipbalm

3. Pakai BB Cake Wardah

4. Pakai lipstik

Prok-prokk… 👏

Simple amat bukan? Ini juga bisa diaplikasikan buat kepasar pagi-pagi. Cukup pakai BB Cake Wardah dan Lipstik udah lumayan keceh. 😉

Baca juga: Tutorial make up sederhana saat menyambut Suami dengan penuh cinta

Nah, By the way.. BB cake itu apaaaa? Ini dari wardah? Baru ya? Apa bedanya sama TWC itu? Apa? Apa? 

Ehm, menurut informasi BB lightening cake powder adalah Bedak Padat yang mengandung banyak skin care juga didalamnya terutama oil-balancing beads dan UV light filter agents. Bedak ini mengklaim bahwa dapat membantu kulit wajah normal-berminyak tampak bebas kilap, matte, cerah alami sepanjang hari. Selain itu formula multifungsinya bekerja secara tepat untuk melembutkan, meratakan, serta mengurangi tampilan pori yang besar.

Jadi, kalian tau kan kenapa aku ngebet banget pengen beli ini kemarin. Soalnya ini bedak pas banget buat kebutuhan aku. Aku itu kalau memakai bedak padat pasti deh diarea hidung itu agak mengkilap kayak baru nyium minyak. Ah, pokoknya ini yang bikin aku kadang males banget pake bedak padat. Udah gitu kalau ga cocok bisa ketebelan pulaaaa. Hiks.. 😭

Nah, FYI aku juga baru tau wardah ngeluarin BB cake ini pas ngikut Beauty Class. Saat liat packagingnya pertama kali aku langsung jatuh cinta. 😍 Ini sumpah cute banget warna dan designnya. Putih dan biru muda yang dipadu itu emang ciri khas wardah ya. Tapi untuk packaging bedak padat, BB cake ini juara lah pokoknya.. 😘

Nah, karena kulitku ini enggak putih, enggak kuning, tapi juga enggak hitam-hitam amat maka aku pilih yang varian 03, natural. Aku senang sih karena ini pas banget buat kulit wajah aku, kelihatan menyatu banget dan ga keliatan dempul. 😘

Tau yang bikin aku ngerasa ini produk wajib dimiliki emak-emak? Yaaa.. BB cake ini mengandung licoride extract plus Vitamin E yang bisa membantu proses pencerahan kulit wajah secara natural. Wowww.. (ini kale ya alasan kenapa akhir-akhir ini ngerasa muka rada cerahan walau bare face) 😝

Kenapa aku bilang diawal ga perlu pake BB cream lagi kalo udah punya ini? Karena ini udah mencukupi kebutuhan aku kalau mau dandan cepet dirumah. 😂

Serius lah, coba liat before-after aku pake ini. Pokoknya berasa udah lumayan coverage buat nutup pori dan meratakan warna kulit wajah aku.

Maaf ya, beforenya bener2 bare face.. Ah ketauan jeleknya.. Haha

Kalau pergi keluar rumah gimana? Masa cuma pake BB cake ini ajah?

Nah, kalau kalian mau pergi keluar dengan durasi lebih dari satu jam aku saranin sih pake yang lengkap lah yaa.. Hehe.. Kalian bisa baca step by step tutorial make up sederhana di Beauty Class bareng Wardah kemaren.

Bedak ini maksimal banget kalau dipakai sesudah DD Cream Wardah dan bedak tabur. Pokoknya luar biasa banget jadinya tampilannya. Kece banget… Ga bikin kilap sama sekali walau udah 2-3 jam diluar.

Baca juga: Review DD Cream Wardah Natural

Sama sekali tidak terlihat perbedaan kan setelah 2 jam diluar. Mungkin ada ya tapi yang penting bebas kilap. 😘

Overall yang aku suka dari BB Cake Wardah adalah:

  • Coverage banget
  • Benar-benar bebas kilap
  • Formulanya ringan
  • Bisa dipake tanpa BB cream dirumah
  • Packaging juara.. 😍
  • Harga terjangkau, aku beli dengan harga 55.000 yang didiskon menjadi 48.000.😘

Nah yang aku ga suka??

Tidak ada.. 😂

Repurchase?? Of course!!

Tunggu apa lagi! Yuk beli!

Cuss ah emak dandan lagi.. Hehe
😊

IBX598B146B8E64A