Browsed by
Month: April 2019

Perlukah Tes Kecerdasan Anak Sejak Dini?

Perlukah Tes Kecerdasan Anak Sejak Dini?

“Farisha sih enak, udah nemu bakatnya. Pasti emaknya gak bingung mengarahkan kemana nanti..”

Itulah celoteh salah seorang orang tua murid di sekolah Farisha kala itu. Mendengarnya aku hanya nyengir lebar. Yah, karena bingung juga mau berkata apa. Karena yang ia katakan sesungguhnya toh tidak sepenuhnya benar.

Ya, jika kalian sering membaca cerita tentang Farisha di blog ini maka tentu kalian tau bahwa anakku Farisha berbakat dalam skill mewarnai. Ia telah memenangkan berbagai piala dalam bakat mewarnainya ini. Bakat ini telah ia asah sejak berumur 3 tahun. Dan bakatnya mulai berkembang sejak mengikuti berbagai kompetisi mewarna mulai dari TK Nol Kecil.

Banyak yang bilang padaku,

“Wah, kalau sudah besar Farisha jadi pelukis aja..”

“Jangan, bikin komik aja Farisha..”

“Bikin Kartun Farisha..”

Sungguh, meski sudah banyak yang mengusulkan padaku tentang profesi apa yang cocok untuk Farisha di masa depan nyatanya sebagai Ibunya aku masih sedikit bingung untuk mengarahkan bakatnya. Banyak pertimbangan yang harus aku lakukan. Lagi pula, dunia tidak sesimple itu. Punya satu bakat lantas bisa dikembangkan dengan menjuruskannya pada satu profesi saja sementara mengabaikan skill lainnya. Hmm.. Itu bukanlah goals parenting-ku.

Anak Visual.. Apakah Bakatnya Hanya Mewarnai dan Menggambar?

Sejauh ini, aku meyakini bahwa Farisha adalah tipe anak visual. Anak yang mudah mengerti ketika belajar jika dia melihat gambaran nyata disertai dengan penjelasan. Farisha memiliki kemampuan auditori yang rendah, karena itu ia sangat sulit menghafal. Karena itu, jika sedang belajar dengan Farisha aku berusaha memvisualisasi segala penjelasan dari mulutku. Ya, anak visual selalu butuh kertas dan pulpen.

Karena itu dunia belajar Farisha sejauh ini selalu dipenuhi dengan gambar dan warna. Sampai suatu hari aku berpikir, “Hmm.. Apakah bakat anak visual itu memang hanya dibidang mewarna dan menggambar?”

Dan pemikiranku berkembang pesimis ketika suatu hari aku berkunjung ke TK Farisha. Aku melihat Guru TKnya bertanya kepada semua anak tentang Ejaan yang dilontarkannya. Aku shock ketika melihat anakku pulang paling terakhir karena tidak bisa menjawab pertanyaan Gurunya. Ya.. Aku sudah bilang kan.. Farisha lemah dalam auditori. Jika ia mendapatkan pertanyaan tidak tertulis maka ia bingung memecahkan jawabannya. Sejak itu aku bertekad bahwa anakku harus bisa menyamai standar kemampuan auditori pada umumnya. Ia harus mulai melatih hal ini. Bukan membiarkannya.

Karena Tidak Dipungkiri, Kecerdasan Multitalenta itu diperlukan

Banyak orang berkata bahwa setiap anak itu spesial. Mereka memiliki bakatnya masing-masing yang kita perlukan hanyalah mengarahkan bakat spesialnya itu.

Sesungguhnya, aku tidak terlalu setuju dengan pemikiran ini. Misalnya ketika kita tau anak hobi mewarnai, maka kita hanya memfokuskannya pada skill itu saja dan membiarkan kemampuan yang lainnya dibawah standar. Mungkin maksud hal ini adalah agar anak menyenangi dunianya tapi jika dibiarkan terus menerus maka ia sebenarnya tidak dapat mengembangkan bakatnya.

Kenapa? Karena untuk terjun ke level berikutnya dari hobi mewarnai maka anak harus dapat memiliki skill penunjang lainnya. Seperti kemampuan bercerita, membaca, menulis dan mendengarkan dengan baik. Kemampuan lainnya ini penting untuk dipelajari dan memenuhi standar kompetensi.

Jika anak dapat mempelajari skill penunjang dengan baik maka skill penunjang itu akan memperluas dunia hobinya. Tentunya ini akan berpengaruh terhadap pemilihan cita-cita dan profesinya kelak di masa depan.

Ketika Aku Mengalami Kesulitan Untuk Mengembangkan Skill Penunjang Anak

Sebelum ini, aku pernah bercerita tentang jatuh bangunku dalam melatih Farisha belajar membaca. Memang menurut psikolog anak, seumur Farisha toh jangan terlalu serius banget diajarin membaca. Tapi yang namanya orang tua, kadang kita tuh ingin selalu merangsang anak untuk bisa belajar dengan cara yang menyenangkan. Memakai metode inilah.. Itulah..

Inginnya sih menyenangkan ya.. Tapi, realitasnya kadang mengajari anak itu terbawa emosi juga. Kadang seorang ibu yang tergolong newbie sepertiku suka marah kalau anakku melupakan pelajaran yang selalu ku ulang-ulang. Sering aku bertanya pada diriku sendiri.. “Duh, aku kok begini banget ya sama anak ngajarinnya. Kalo dia bete n tertekan sama gaya ajarku bagaimana?”

Baca juga: Suka Duka Mengajari Anak Membaca

Walau akhirnya anakku berhasil juga menguasai skill membaca tanpa mengeja dan menulis kata-kata yang kusebutkan.. Rasanya masih ada sesuatu yang janggal. Ada pertanyaan-pertanyaan kecil dalam hatiku seperti..

“Metode belajarku sudah sesuai belum ya sama kemampuan Farisha?”
“Jangan-jangan aku terlalu memaksakan diri..”
“Aduh, di-point ini dan ini tuh kadang aku suka terbawa emosi..”

Hmm.. Sepertinya aku perlu mengenal kecerdasan anakku dulu agar aku dapat mengetahui metode belajar mana yang lebih bagus untuknya.

Anakku Butuh Tes Kecerdasan Sejak Dini Agar aku tau Bagaimana Cara Mengembangkan Bakatnya dengan Baik

Beberapa bulan yang lalu, ada tamu asing datang kesekolahan Farisha dan menawarkan untuk melihat tipe kecerdasan anak melalui sidik jari anak. Dengan biaya yang menurutku tidak murah itu, entah kenapa aku tidak terlalu percaya. Karena aku tidak pernah ya membaca jurnal atau apapun yang menjelaskan bahwa sidik jari dapat melihat tipe kecerdasan anak. Ah, entahlah terlihat tidak masuk akal saja bagiku.

Sampai suatu hari aku mengetahui tentang AJT CogTest. AJT CogTest merupakan Tes Kognitif pertama yang dikembangkan berdasarkan norma Indonesia dengan proses pengembangan yang sistematis melibatkan lebih dari 250 psikolog Indonesia dan hampir 5.000 anak Indonesia sehingga menghasilkan produk tes yang berkelas dunia.

Landasan teori psikologi yang dipakai merupakan teori paling mutakhir dan komprehensif di dunia saat ini. AJT CogTest mengukur delapan bidang kemampuan kognitif anak usia 5 sampai dengan 18 tahun sehingga kekuatan serta kelemahan kemampuan berpikir anak dalam belajar dapat teridentifikasi secara lengkap dan jelas. Inovasi tes kecerdasan terbaru ini dikembangkan oleh PT Melintas Cakrawala.

“Anak-anak memiliki keterampilan, minat, dan kekuatan serta kebutuhan belajar yang berbeda. Hasil laporan AJT CogTest yang pasti dan mudah dipahami, memungkinkan orang tua dan guru untuk mengarahkan anak dengan informasi yang komprehensif tentang kemampuan kognitif setiap anak, serta membantu memahami pembelajaran anak mereka.” Kata Chief Executive Officer PT MCI, Ari Kunwidodo.

Yah, kuakui aku sangat setuju dengan kalimat awal dari Ari Kunwidodo ini. Kebutuhan belajar anak memang berbeda karena itu sebagai orang tua kita perlu sekali mengenal seperti apa kecerdasan anak kita. Agar kita tidak terlalu over emosi dalam mengajari anak karena kesalahan metode juga tidak terlalu lengah karena terlena pada satu kelebihan saja.

Kenapa sih aku begitu percaya dengan #AJTCogTest ini? Karena Kebanyakan alat tes IQ yang banyak dipakai di Indonesia disadur dari luar negeri sehingga belum sesuai norma yang ada di Indonesia. AJT CogTest ini beda, ia adalah alat tes kognitif yang dirancang oleh psikolog dan ahli psikometri Indonesia maupun internasional untuk anak Indonesia.

Nah, Jenis paket Tes Kognitif AJT ini ada dua diantaranya adalah:

1. AJT CogTest Full Scale

AJT ini dapat Mengidentifikasi 8 kemampuan kognitif lengkap yang menampilkan profil lengkap kekuatan dan kebutuhan belajar anak. Biayanya sebesar 760.000

2. AJT CogTest Comprehensive

Nah, kalau yang ini khusus diperuntukkan ketika seorang anak memerlukan data lebih terperinci untuk dianalisis, psikolog akan merekomendasikan tambahan tes. Biayanya sebesar 1.200.000

Untuk hasil dari tes ini juga cukup cepat loh. Hasil AJT CogTest akan dikirimkan berupa softcopy melalui surat elektronik (email) dalam waktu 7 sampai dengan 14 hari kerja setelah tes dilakukan.

Bagaimana? Aku sih tertarik banget untuk mencoba AJT CogTest ini. Kalau kalian juga tertarik bisa kunjungi situs melintascakrawala.id atau hubungi melalui aplikasi WhatsApp di nomor 087883258354.

“Karena potensi anak sejak dini penting untuk diketahui agar kita dapat mengembangkan bakat mereka untuk kesuksesan di masa mendatang..”

#YukKenaliAnakKita

Bapukung, Cara Ampuh Menidurkan Bayi Dalam Sekejap Ala Emak Banjar

Bapukung, Cara Ampuh Menidurkan Bayi Dalam Sekejap Ala Emak Banjar

“Ya Allah Makk.. Itu anaknya diapain? Lepasin Mak, serem liatnya”

“Itu lehernya gakpapa?”

“Buruan lepasin, entar mati lagi bayinya..”

Yah.. Itulah komentar sebagian orang saat melihat ‘kelakuan’ emak suku banjar dalam menidurkan bayi.

Sekilas, penampakan cara menidurkan bayi ini terlihat kejam, tidak manusiawi eh.. Tidak bayiyi.. Apalagi kadang emak-emak banjar ini dengan santainya meninggalkan bayi mereka dalam kondisi seperti ini sambil melakukan pekerjaan rumah tangga. Sementara sang bayi terlihat tidur sambil tercekik.

Kenyataannya, sang bayi justru sedang tertidur nyenyak. Yah, bayi yang tadinya menangis tak henti-henti.. Langsung terlelap seketika ketika sudah ditidurkan dengan posisi duduk dan dililit kain diarea leher dan punggung oleh emaknya. Ingin tahu apa nama cara menidurkan bayi ini? Ya, mereka menyebutnya ‘Bapukung’

Apa itu Bapukung?

Bapukung adalah teknik menidurkan bayi dengan cara mendudukkan bayi dalam ayunan klasik (ayunan yang dibuat dari kain dan tali) kemudian melilit area punggung dan leher bayi dengan selendang agar bayi tetap dalam posisi duduk. Cara ini biasa dilakukan oleh suku dayak dan banjar agar bayi cepat tertidur lelap.

Para emak-emak suku banjar dan dayak meyakini bahwa dengan ‘memukung’ bayi maka bayi yang rewel dan tak kunjung berhenti menangis akan langsung terdiam dan tertidur lama. Karena posisi bayi dalam bepukung terasa mirip dengan posisi bayi saat dalam rahim.

Jadi, siapakah gerangan bayi yang dipukung pada foto diatas?

Ya, itu Humaira.. Anak keduaku.. Hihi

Jujur, saat memiliki anak kedua ini aku sangat terbantu dengan skill ‘bapukung’ ini. Skill ini aku pelajari dari ART-ku yang merupakan penduduk alalak (kampung klasik banjarmasin). Sebenarnya teknik bapukung ini sudah lama aku ketahui. Konon kata mama, pengasuhku dahulu juga ‘memukung’ aku saat masih kecil. Mertuaku juga termasuk golongan yang sangat lihai memukung bayi. Seluruh anaknya (yang berjumlah 8) selalu dipukung saat bayi.

Beliau berkata, “Amun Kada dipukung bayi nih.. Mamanya kada kawa begawian.. Handak diawak aja.. Lawan inya nyaman guring lawas.. Inya jua nyaman.. Mamanya jua nyaman kada pusang meharagu”

Yang artinya ‘Kalau bayi tidak dipukung, maka mamanya juga yang susah_enggak bisa mengerjakan apa-apa karena bayi mau digendong saja. Dengan bepukung maka bayi akan lebih lama tertidur, ini membuatnya nyaman. Dan lagi mamanya tidak stress dalam mengasuh bayi’

Bapukung, Cara Instan yang Terbukti Ampuh dalam Menidurkan Bayi

Jujur saja, awalnya aku juga merasa ngeri saat melihat anakku Farisha dipukung oleh neneknya saat kecil dulu. Tapi apa daya, Farisha kecil dulu sangat ketagihan digendong. Aku tidak bisa beraktivitas. Dan saat itu, suami memintaku membuat kue. Maka, aku dengan pasrah membiarkan Farisha kecil dipukung oleh neneknya.

Saat itu, Farisha menangis tiada hentinya. Lalu, neneknya mendudukkannya diayunan dan melilit area leher dan punggungnya. Dan mengayun ayunan itu secara perlahan. Tidak butuh waktu lama, Farisha yang awalnya amat sangat nyaring menangis tiba-tiba memejamkan matanya dan tertidur. Ya, hanya butuh waktu tak kurang dari lima menit.. Bayi secara instan langsung tertidur. Bahkan mungkin memasak mie instan lebih lama. Haha

Tapi tunggu dulu.. Ini benar-benar tertidur? Atau tercekik? Pikirku kala itu.. Dan saat mendengar farisha ngorok barulah aku yakin bahwa lehernya tidak apa-apa dan ia sedang tertidur lelap.Sejak itu, aku selalu membiarkan nenek Farisha memukung Farisha kecil saat aku ingin beraktivitas. Jujur, saat itu aku tak berani latihan untuk memukung bayi. Kurasa, hanya ‘tangan-tangan tertentu’ yang bisa lihai dengan skill memukung ini. Maka, aku mengurungkan niatku untuk belajar memukung dengan mertua. Selain itu, relationku dengan mertua sedikit awkward. Jadi, belajar dengan beliau itu… Ya, agak malu gitu.. Hihi..

Akhirnya Aku Terpaksa Belajar Skill Bapukung

Ya, terpaksa..Memiliki anak kedua yang lumayan sering mengalami kesulitan tidur dan selalu menangis membuatku mau tidak mau harus punya ‘jurus’ untuk TETAP WARAS. Karena keterbatasan budget untuk memiliki ART dalam jangka panjang maka aku memutuskan untuk belajar memukung dengan ART-ku. Ya, seperti yang aku ceritakan di pembuka tadi.

Terpaksa karena aku sadar jika bayi terus menangis maka pekerjaan rumah tanggaku tak akan selesai tanpa ART..

Terpaksa karena aku sadar bahwa memiliki riwayat babyblues dan PPD. Maka, aku harus waras dan tidak stress dengan tangisan bayi yang tak kunjung henti. Aku harus menghentikan tangisan itu agar bisa Waras.

Terpaksa karena aku hanya Ibu biasa yang kadang perlu mandi sedikit lama, bersosialisasi dengan sosial media, dan menulis agar ekspresiku terkeluarkan.

Ya, awalnya aku sangat terpaksa belajar memukung ini. Karena jujur saja, aku takut menyakiti bayiku kalau saja ada kesalahan dalam melilit selendangnya..Butuh waktu beberapa minggu untuk belajar memukung ini.

Sebenarnya, tekniknya simple sekali. Hanya saja aku terlalu takut dengan bagian melilitkan selendang kearea punggung dan lehernya. Karena kalau bagian ini tidak benar maka besar kemungkinan bayi akan tercekik.

Kalian penasaran bagaimana Cara Memukung versi Emak Banjar? Begini urutannya..

Bahan yang dibutuhkan:

1. Kain ayunan (tapih behalai) satu lembar

2. Tali untuk menggantung ayunan.

3. Selendang untuk mengikat punggung dan area leher bayi

Cara memukung:

Pertama, tempatkan bayi dalam ayunan seperti biasa.

Kedua, dudukkan bayi.. tahan bagian belakang badannya dengan lipatan paha kita..

Ketiga, atur posisi tangan bayi agar lurus bawah, tidak kebelakang maupun menghisap jempol.

Keempat, ambil selendang ikat bagian punggung, hingga tangan dan leher dengan sangat hari-hati. Tahapan ini sangat krusial. Harus benar-benar dijaga.

Kelima, ayun bayi.. Tidak butuh lama untuk membuatnya tertidur jika teknik memukung ini sudah benar.

Bagaimana? Terlalu berbelit-belit? Riweuh? Jangan khawatir, aku sudah punya videonya yang aku upload di Highlight Instagramku. Just Follow Instagram @aswinda utari dan lihat highlights dengan nama ‘menidurkan bayi’

Hal-hal yang Perlu Anda Perhatikan Sebelum Belajar Memukung Bayi

Hati-hati kalau Anda ingin belajar memukung bayi. Saranku, belajarlah secara langsung. Membaca dan melihat video cara bapukung yang telah aku sharing tidaklah cukup sebagai bekal belajar untuk teknik memukung ini. Anda harus BERGURU. Ini bukanlah seperti belajar memasak yang ada trial n error tapi coba lagi.. coba lagi.. Ini nyawa bayi taruhannya kalau teknik memukungnya gagal. Jadi, ingat JANGAN COBA2 BELAJAR MEMUKUNG BAYI SENDIRI DI RUMAH JIKA BELUM BERPENGALAMAN BERGURU PADA YANG BENAR. Oke?

Ya kan aku takut juga nanti gara-gara artikel ini maka Anda tertarik mencobanya sendiri di rumah. Jangan ya.. Kalau mau belajar jangan sendiri. Berguru pada yang Ahli atau mau kerumahku? Haha..Lalu, berguru kemana?Rata-rata emak-emak di banjar dan emak-emak dari suku dayak sudah sangat lihai dengan skill ini. Jadi, jika mau belajar.. Belajarlah pada mereka yang sudah berpengalaman.

Daaan.. Jikapun Anda sudah bisa saat belajar maka tetap harus hati-hati.Saranku, jangan meninggalkan bayi dalam kondisi bapukung ini jika baru belajar. Karena kadang kondisi selendang yang menutupi leher dan punggung bayi dari sang newbie ini bisa bergeser keatas dan menutupi hidung bayi. Jadi, tetap terus perhatikan bayi walaupun ia sudah tertidur dalam pukungan.

Kalau aku yang baru bisa belajar memukung ini maka aku lebih mencari jalan aman. Hanya memukung bayi ketika ia sudah lelap tertidur (sekitar 5-10 menit saja). Kemudian aku melepas lilitan pukungan itu dan mengayunnya lagi seperti biasa.

Hmm apakah dengan begitu bayi masih awet tertidur?

Ya, masih awet. Aku bahkan sulit sekali membangunkan Humaira untuk menyusui setiap 2 jam sekali. Bapukung dan baayun ini sungguh sangat ampuh dalam menidurkan bayi.

Terima Kasih Skill Bapukung, Aku Waras dengan Bayiku Meski Tanpa ART di rumah

Humaira sudah berumur 2,5 bulan. Sudah sekitar 15 hari aku di rumah tanpa ART. Pertanyaannya apakah aku masih waras?Ya, aku waras sekali. Bahagia.

Babyblues itu tak terulang lagi.

Aku malah memiliki semangat baru sejak tidak ada ART di rumahku. Semangat baru sebagai Istri dan Ibu dari 2 orang anakku. Semangat untuk memasak, semangat mencuci dan membersihkan rumah sambil mengayun dan menyusui bayi setiap dua jam sekali. Ada perasaan bangga tersendiri saat aku bisa melakukan semuanya dengan tangan ini. Ada perasaan senang sekali saat dapat menyambut suami dan anak pulang kerumah untuk makan siang dengan masakan yang kubuat.

Aku melakukan itu semua tanpa stress. Karena tidak ada tangisan bayi yang terlalu lama. Bayiku tertidur nyenyak. Hanya kubangunkan setiap 2 jam sekali untuk menyusu. Setiap selesai makan siang aku menghibur diri dengan bermain bersama bayi, suami, dan pica. Ya, saat itu bayi dalam kondisi bangun.

Skill memukung bayi ini seakan membuat bayiku ada tombol ON dan OF.. Haha.. Lebay ya?

Apakah Bapukung Ini Aman dalam Segi Kesehatan?

Ya, pasti kalian banyak yang menanyakan hal ini bukan?Jujur, akupun juga sering bertanya-tanya loh.

Bapukung ini.. Berbahayakah?

Aku pernah menanyakannya pada salah seorang dokter.Dan dokter tersebut menjawab,

“Sejauh ini belum pernah ada kasus bayi meninggal karena bapukung ya mba.. Hanya saja cara ini memang harus hati-hati. Tidak bisa sembarangan. Leher bayi ini kalau tidak sengaja terlalu maju akan tercekik. Dan kalau terlalu longgar ikatan selendangnya bisa naik keatas dan menutupi hidung bayi.. Secara posisi bapukung ini aman karena seumur Humaira toh sudah bisa didudukkan digendongan asal bukan newborn sekali.. Kasian..”

So, aku menarik kesimpulan. Bapukung ini aman tapi harus hati-hati, terutama bagi yang baru belajar. Lebih baik untuk terus mengawasi bayi saat masih dipukung. Kalaupun ingin meninggalkan bayi untuk beraktivitas di rumah lebih baik jika bayi dalam posisi diayun biasa.

Perlu diingat maksud diayun biasa disini hanyalah menggerakkan ayunan secara pelan, bukan dihentak-hentakkan keatas bawah seperti emak-emak zaman dulu ya. Kenapa?

Karena hentakan yang keras dan tiba-tiba saat mengayun bayi itu bisa mempengaruhi kepala bayi. Kalau terbiasa mengayun bayi seperti ini agar bayi tertidur maka hentikan kebiasaan itu ya.. Ini sangat berbahaya dan dapat berpengaruh buruk pada bayi. Sudah pernah mendengar istilah shaken baby syndrome? Ya itu adalah Kerusakan otak hingga kematian karena hentakan yang keras dan tiba-tiba tersebut.

So, punya bayi rewel dan tak kunjung berhenti menangis? Tertarik untuk belajar Skill Bapukung? Yuk, main ke Kalimantan. Kami punya banyak ahlinya.. 😉

Hadapi Mom Shaming dengan 6 Jurus Jitu Ini

Hadapi Mom Shaming dengan 6 Jurus Jitu Ini

“Wah, kok IRT aja pakai jasa ART.. Aku dulu loh..mana udah kerja..segalanya diurus sendiri di rumah habis melahirkan..”

“Aduh, anaknya kok dikasih sufor? Memang sih udah 7 bulan. Tapi sufor itu kan begini loh mom.. Bla bla..”

“Waduh, rumah kok berantakan sekali.. Padahal emaknya di rumah terus.. Masa ngurus anak n rumah aja keteteran..”

Dst dst..

Pernah mengalami hal ini? Di-nyinyirin sama emak-emak yang ngakunya nih paling sempurna. Bikin kita berasa jadi emak paling berdosa sedunia. Haha. Itu namanya adalah Tragedi Mom Shaming.

Mom Shaming ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Karena jika kita mengalaminya, besar kemungkinan kita akan rendah diri, tidak bersemangat bahkan juga depresi. Ya, mom shaming ini adalah salah satu pemicu Baby blues dan PPD.

Makanya, sebagai emak-emak pejuang kewarasan kita wajib tau apa saja jurus untuk melawan mom shaming ini. Nah, berikut adalah jurus-jurus yang biasa aku terapkan jika berhadapan dengan mom shaming.

1. Cuek, anggap saja pelaku Mom Shaming terkena Perfectionis Sindrom

Biasanya, Pelaku Mom Shaming adalah orang yang merasa dirinya paling sempurna sedunia dan dia selalu heran, Mengapa mama lain tak bisa seperti dirinya?

Hal yang harus kita lakukan jika bertemu mama semacam ini adalah cuek. Lalu, buat pikiran positif seperti..

Ah, mungkin mama yang satu ini lingkungannya menuntutnya untuk serba sempurna.

Ah, mungkin mama yang satu ini innerchildnya menuntut untuk selalu sempurna dan ia terbiasa dituntut sempurna sejak kecil.

Ah, mungkin mama yang satu ini kondisi ekonominya sedang down. Sehingga ia stress dan melampiaskan kesempurnaannya pada orang lain untuk mengharapkan pujian.

Pahamilah pelaku mom shaming itu juga mungkin tertular oleh lingkungannya. Jika kita tak bisa cuek dan menerima hal itu maka kita akan tertular. Apalagi jika kita sedang sensitif, besar kemungkinan kita juga menyebar aura negatif pada orang lain. Lantas, bagaimana caranya untuk menghentikan rantai mom shaming ini?

2. Fokus pada Passion Kita

Ya, selain CUEK kita juga harus FOKUS PADA PASSION KITA.Biarlah mereka bilang kita ibu pemalas yang tidak bisa memasak. Biarlah mereka bilang kita ibu yang boros karena suka travelling. Biarlah mereka bilang kita kecanduan gadget. Dikit-dikit liat hape.. Dikit-dikit senyum-senyum..

Yang penting, kita punya kesenangan yang dilakukan. Dan bentuk kesenangan itu berguna bagi orang lain. Mereka sih tau apa tentang dunia kita? Passion kita? Cara kita mencintai keluarga kita? Relationship khusus kita dengan gadget sebagai alat penghasil uang sampingan.

Oh.. U dont Know Nothing Jon Snow.. (Loh kok jadi begini? 😂)

Biarlah mereka bilang begini begitu. Yang penting, passion kita terus maju. Buktikan kepada mereka bahwa kita tuh bukan seperti yang mereka pikirkan.

3. Bentuk circle pergaulan yang satu arah dengan kita

“Tapi lingkunganku ini jelek mom.. Semuanya julid sama aku..”

Jawabannya, menjauh dari sana. Pindah ke circle pergaulan yang mendukung passionmu. Kita butuh itu. Kita butuh komunitas yang mendukung passion kita.. Suami yang memahami kita.. Teman-teman yang menggenggam tangan kita.. Fokuslah berteman dengan orang-orang yang memberikan semangat pada kita.

Mereka julid dengan Passion Memasak kita yang tidak bisa menghasilkan uang? Cari teman satu hobi.. Bersosialisasilah dengannya, bentuk bisnis bersama. Tidak bisa punya teman didunia nyata karena terlalu introvert? Buat blog memasak, cari circle yang mendukung didunia maya.

Mereka julid dengan kita yang hobi utak atik laptop dan gadget? Ngatain kita pemalas karena ini itu serba beli? Cuekin. Selama kita punya Suami yang mendukung di belakang kita dan teman komunitas yang satu hobi dengan kita.. Maka kita tidak sendirian.

Yah, yakinkan diri bahwa passion kita dihargai oleh circle pergaulan yang tepat.

4. Ingat.. Jika Pelaku Mom Shaming Ada di Status Sosial Media itu Sama Sekali Bukan Urusan Kita

Maksudnya? Apa? Maksudnya adalah.. Jika ada mama yang membuat status sok perfeksionis tentang kehidupannya.. Please JANGAN BAPER.

Misalnya:

“Menu hari ini: Sup Ikan bebas MSG.. Modal cuma 15ribu bisa buat makan satu keluarga..”

Lantas, Anda Baper karena hari itu menunya serba beli dan menghabiskan uang ratusan ribu untuk makanan yang belum tentu bebas MSG. Buat apa Baper? Itu adalah status orang. Kebahagiaan dia untuk memposting apa yang ia lakukan hari itu. Bisa saja ia melakukannya karena kurangnya apresiasi didunia nyata. Bisa saja ia melakukannya karena ia memang senang ‘pamer makanan’ dan bangga menjadi Ibu yang hemat. Dimana salahnya?

Contoh lainnya..

“Bahagianya jadi Ibu Rumah Tangga.. Bisa mengurus anak, dapur, dan berbisnis di rumah. Aku selalu takut saat bekerja dulu terutama saat menitipkan anakku pada mertua.. Bla bla.. Untuk itu aku akhirnya memutuskan resign.. Bla bla..”

Lantas, Anda yang bekerja dan menitipkan anak jadi Baper dengan status tersebut? Tidak ada gunanya. Itu adalah status mama yang butuh apresiasi. Bisa jadi ia tidak memperoleh pencapaian seperti saat bekerja dulu. Ia ingin membahagiakan diri dengan membuat status sok bahagia.

Kita tidak usah baper dengan drama-drama status mama lain di sosial media. Itu sama sekali bukan urusan kita.

Jika saja status mama lain tersebut amat sangat mengganggu solusinya sangat simple. Ada opsi unfollow, hide, mute supaya mata dan hati kita lebih terjaga. Sesimple itu. Beda halnya jika pelaku mom shaming didunia nyata.. Mau tidak mau harus bertemu setiap hari.. Bahkan serumah dengan kita.. Hihi..

Lantas, bagaimana jika pelaku mom shaming ada di komunitas sosial media? Menyerang kita secara blak blakan pada kolom komentar lalu begini dan begitu?

Aku sendiri pernah mengalami hal ini. Solusi yang kuambil adalah diamkan. Tidak usah melawan dan memperpanjang kolom komentar, terlalu keruh jadinya. Lebih baik lari kesolusi berikutnya yaitu menghibur diri sendiri.

5. Hibur Diri Sendiri dengan Cara yang Menyenangkan

Apa hiburan yang menyenangkan bagi kita? Lakukan!

Bagiku sendiri hiburan yang paling menyenangkan itu adalah menulis. Menulis kata-kata negatif maupun positif. Kenapa kata-kata negatif juga?Yah, bagaimana ya.. Sejak kecil menulis itu adalah candu buatku. Saat dibully temanku waktu kecil.. Aku menulis dibuku harianku. Mengatakan ujaran kebencian pada teman-teman yang membullyku dibuku harianku. Lantas, pada sore hari ketika mama menyuruhku untuk menyapu daun kering di halaman aku menyobek dan membakar kertas itu bersama daun-daun kering. Hatiku berkata, “Oke kita sudah berdamai.. Yang penting aku sudah menulis bahwa aku benci sekali. Besok, aku sudah berdamai dengan kalian..”

Seampuh itu the power of curhat dengan tulisan.

Makanya pada point sebelumnya aku berkata jangan baper dengan status mama lain di sosial media. Kita tidak tau bahwa mungkin saja status negatif yang ditulisnya adalah terapi bagi jiwanya. Yah, itu sih hiburan bagi mama introvert macam diriku. Menulis kata negatif untuk dapat ‘be positif’ dengan orang-orang di sekitar. Menulis kata negatif lalu menghilangkannya untuk dapat menulis kata positif yang abadi.

Mungkin, bagi mama yang lain hiburan untuk berhasil ‘cuek’ terhadap pelaku mom shaming adalah dengan traveling, membaca buku, olah raga dll. Apapun itu, lakukan mom. Make ur self Happy!

6. Anggap Pelaku Mom Shaming adalah Pelaku Pencitraan

Jujur, Ini adalah solusi yang baru saja aku temukan. Dan solusi ini terinspirasi dari akun instagram Mamambisius. Mungkin, para Mom Blogger dan Mom Influencer sudah tau dengan Akun Instagram ini. Sungguh, sejak memfollow akun instagram ini hatiku benar-benar terhibur.

Haha..Yaa.. Untuk diriku yang jujur saja pernah dikelilingi oleh pelaku mom shaming.. Aku sempat merasakan MINDER dan RENDAH DIRI tingkat akut.

Something like.. Ahh.. Apalah diriku ini cuma IRT biasa, beda sama dia yang bisa belikan ini itu buat anaknya. Perempuan kan harus mandiri secara Finansial katanya..

Ahh.. Apalah diriku ini suka masak tapi gak bisa ngebuka catering dan jualan kue. Ngurus anak aja kena babyblues sampai PPD.

Ahh.. Apalah diriku ini yang gak bisa kayak Mom A. Mom yang ngakunya gak punya ART tapi bisa Homeschooling anak-anaknya yang jumlahnya 5 orang, jarak dekat-dekat pula, bisa nulis buku pula, selalu aktif di sosial media pula. Aku? Dan instagram mamambisius ini muncul sebagai hiburan dengan kasus-kasus pencitraan versi dia. Captionnya yang menghibur membuat perutku sering sakit menahan tawa. Aku akhirnya bisa mengimajinasikan bahwa persaingan konyol antara mama mama dilingkunganku adalah terapi pencitraan semata (walau mungkin kenyataannya tidak).

Dari instagram itu aku dapat mengambil kesimpulan positif.Ah, kompetisi antar emak-emak itu konyol. Enggak usah diikuti. Cukup dibuat fun saja.Karena setiap Ibu punya cara masing-masing untuk membahagiakan keluarganya.Ibu yang baik tidak peduli pada persaingan antar mama yang membuat mom war berkepanjangan..

Ibu yang baik adalah ia yang dapat membahagiakan keluarganya dengan fokus pada kelebihannya. Ia percaya diri pada kemampuannya dan tidak minder saat melihat kelebihan Ibu yang lain.

Cause Everymom is Special.. Right?

IBX598B146B8E64A