Browsed by
Month: August 2023

Pengalaman Menjaga Skin Barrier di Usia 30an

Pengalaman Menjaga Skin Barrier di Usia 30an

“Kenapa ya, semakin tua mulai ngerasa banget kalau kulit makin kering dan sensitif.” Keluhku pada suami malam itu.

“Gakpapa, itu artinya normal. Mana mungkin kulit kita bagus selamanya.” Jawab Suamiku

“Iya, tapi kan umurku baru 30an.”

“Iya itu artinya kan udah gak kayak remaja lagi..”

“Usia 30an itu periode keemasan tau gak sih..”

“Wkwkwk.. Keemasan..” Suamiku Nyengir

“Iya, aku kan baru aja menemukan arti hidup di umur 30an ini. Jadi ini tuh periode keemasan buat aku.. Jangan lupa bulan depan ulang tahun aku loh” #KodeKeras

Usia 30:  Menyadari Skin Barrier Mulai Rusak

“Makanya jangan sering pakai AC, entar kulitnya kering..” Celoteh salah seorang teman padaku.

“Tapi kan aku kerja di ruangan ber AC. Gimana gak kena AC..” Kataku membela diri

“Yhaa.. ini mah bukan saatnya nyalahin AC. Ini nih faktor U” Celoteh temanku yang satu lagi..

HAHAHAHA..

Kami pun tertawa bersama. Yang satu mengeluh kulitnya sensitif, yang satu mengeluh pori-porinya besar, sementara aku sendiri mulai merasakan kulit yang mulai kering dan kasar dibagian tertentu.

“Apalagi kalo pakai produk xxxx tuh, duh langsung berasa panas membakar” (Topik beralih membicarakan berbagai produk skincare). 

Kami pun menyadari, kulit kami masing-masing memiliki tipe yang berbeda dan sensitif pada kandungan yang berbeda pula. Tapi dari sekian banyak obrolan. Satu hal yang aku yakini, yaitu skin barrier kami tak seperti dulu lagi.

Apa itu Skin Barrier? 

Skin barrier, atau disebut juga sebagai skin barrier function atau fungsi penghalang kulit, merujuk pada lapisan pelindung alami yang terdapat pada permukaan kulit manusia. Fungsi penghalang ini penting untuk menjaga kesehatan dan keseimbangan kulit, serta melindungi organ dalam tubuh dari lingkungan eksternal yang dapat merusak.

Komponen utama dari skin barrier adalah lapisan pelindung kulit yang dikenal sebagai “lapisan penutup kulit” atau stratum corneum. Lapisan ini terdiri dari sel-sel mati yang mengandung keratin, protein, lemak, dan lipida yang disebut ceramides.

Nah, aku akan bahas lebih lanjut lagi tentang skin barrier ini paragraf lain. Sekarang aku mau cerita tentang kondisi kulit aku dan teman-temanku.

Temanku yang satu, sebutlah Si A.. dulu memiliki kulit yang cenderung normal. Paling normal diantara kami bertiga. Ia mengaku, kekurangannya hanya satu. Tubuhnya yang terlalu kurus. Tapi menurutku, untuk standar korea yang disenanginya. Tubuhnya itu ideal. Kulitnya ideal meski tak putih layaknya korea. Namun sekarang, tak menyangka kulitnya mulai sensitif dan sering kemerahan. Apalagi kalau memakai produk yang tak cocok. Padahal sewaktu remaja, semua produk kulit apapun cocok untuknya.

Temanku yang satunya, sebutlah Si B.. dulu memiliki kulit yang lembut dan putih. Meski ia merasa sedikit gemuk dibanding aku dan Si A. Namun kulitnya terbaik diantara kami. Namun sekarang, entah kenapa pori-porinya membesar. Ia mengaku tak sempat merawat diri dan hanya memakai skincare apa adanya.

Tapi diantara dua temanku, sepertinya kulitkulah yang dilanda kekeringan dan sensitif. Sudahlah baru 2 minggu yang lalu aku terjatuh dari kendaraan dan meninggalkan bekas luka menghitam di kaki. Kecerobohan selanjutnya adalah lupa memakai matras sewaktu workout dan meninggalkan kulit kasar di area siku. Parah sekali. Padahal, sewaktu remaja kulitku begitu cepat beregenerasi dan mulus kembali jika terluka. Belum lagi jika ada nyamuk atau semut yang menggigit atau bekas bercukur. Astaga, aku tak bisa berhenti menggaruknya.

Sepertinya jika aku dan kedua temanku tidur bersama dan memakai baju pendek. Badankulah yang seperti dalmatian dan kasar dibagian tertentu. Wkwk

Iseng, aku mencari tau ciri-ciri skin barrier yang rusak. Dan ternyata, berikut adalah ciri-ciri skin barrier yang rusak:

  1. Kulit Kering dan Kasar: Salah satu tanda paling umum dari skin barrier yang rusak adalah kulit yang terasa kering, kusam, dan kasar. Ini dapat disebabkan oleh hilangnya kelembapan alami kulit akibat gangguan pada lapisan lipid yang melindungi kulit.
  2. Kemerahan dan Iritasi: Skin barrier yang rusak dapat membuat kulit lebih rentan terhadap iritasi dan meradang. Kulit mungkin terlihat kemerahan, terutama pada area yang sensitif seperti pipi, dahi, dan sekitar hidung.
  3. Sensitivitas Tinggi: Kulit yang rusak cenderung lebih sensitif terhadap bahan kimia, produk perawatan kulit, atau lingkungan eksternal. Anda mungkin merasakan sensasi terbakar, gatal, atau perih ketika menggunakan produk yang sebelumnya tidak menyebabkan reaksi.
  4. Pori-Pori Terlihat Besar: Skin barrier yang rusak dapat membuat kulit terlihat tidak merata dan pori-pori terlihat lebih besar dari biasanya.
  5. Kulit Terasa Panas: Jika skin barrier rusak, Anda mungkin merasa kulit terasa panas atau terbakar tanpa penyebab yang jelas.
  6. Peningkatan Sensasi Gatal: Skin barrier yang lemah dapat membuat kulit lebih mudah gatal. Yang mana menyebabkan kita lebih sering menggaruk kulit dan dapat lebih memperburuk kondisi.
  7. Reaksi Negatif terhadap Produk: Kulit yang rusak cenderung memberikan reaksi negatif terhadap produk perawatan kulit yang sebelumnya cocok. Ini dapat mencakup kemerahan, gatal-gatal, atau perburukan masalah kulit.
  8. Kulit Terlihat Lebih Tua: Kesehatan skin barrier yang buruk dapat membuat kulit terlihat lebih kusam, berkeriput, dan lebih tua dari usia sebenarnya.

Dari semua ciri-ciri diatas, banyak yang sudah aku alami. Tapi paling amit amit deh nomor terakhir. Paling anti dibilang kulit terlihat lebih tua dibanding umur aslinya. HAHA

Yhaa, aku sih menerima saja soal kulit yang gak akan selalu bisa seperti layaknya remaja. Tapi setidaknya, bagaimana caranya kulit berkembang sesuai umur bahkan lebih sehat.Yhaa kan?

Caraku Fokus Menjaga dan Merawat Skin Barrier

Sebelum menulis blogpost ini, aku juga sempat menulis tentang cara menjaga kulit agar tetap lembab dan sehat. Yha.. sekitar 6 bulan yang lalu. Saat itu kulitku juga sempat kering dan berhasil berubah menjadi lembab dan sehat. Namun, akhir-akhir ini pada bagian siku kulit sering kali mengalami kekeringan tak biasa. Apalagi aku kadang lupa memakai matras untuk melakukan plank saat workout sehingga kadang kulit siku sedikit kasar. Ah, belum lagi bekas luka yang menghitam akibat kecelakaan itu. Duh!

Padahal, Kulit kita adalah pelindung alami tubuh kita dan memiliki lapisan yang disebut skin barrier atau penghalang kulit. Skin barrier berperan penting dalam menjaga keseimbangan kelembaban, melindungi dari kerusakan lingkungan, dan mencegah iritasi. Namun, faktor seperti polusi, produk perawatan yang salah, dan cuaca ekstrem dapat mengganggu kesehatan skin barrier.

Makanya menjaga dan memperkuat skin barrier itu penting banget. Dalam 1 bulan ini aku menerapkan habbit berbeda untuk fokus menjaga dan merawat skin barrier kulit aku. Nah, cara-cara yang aku lakukan antara lain:

1. Memilih Produk Perawatan yang Tepat: Penting banget untuk menggunakan produk perawatan kulit yang sesuai dengan jenis kulit kita. Cari produk yang bebas dari bahan kimia keras dan pewangi yang dapat merusak skin barrier. 

2. Menghindari Pembersihan Berlebihan: Tahukah kalian bahwa pembersihan kulit yang berlebihan dapat menghilangkan minyak alami dan merusak keseimbangan pH kulit. Dulu, aku suka banget memakai bodyscrub saat mandi. Ternyata, dosis 2-3x seminggu itu termasuk terlalu sering buat kulit aku. Sekarang, aku justru hanya melakukan scrub seminggu sekali saja.

3. Memakai Tabir Surya Setiap Hari: Ini WAJIB. Karena sinar UV dapat merusak skin barrier. Gunakan tabir surya dengan SPF yang sesuai setiap hari, bahkan saat cuaca mendung. Ini akan membantu melindungi kulit dari kerusakan akibat sinar matahari.

4. Menjaga Keseimbangan Kelembaban kulit: Skin barrier yang sehat membutuhkan kelembaban yang cukup. Gunakan body lotion dan body serum yang cocok untuk jenis kulit kita. Cari body lotion yang mengandung bahan seperti ceramides dan shea butter. Karena dua bahan ini dapat membantu memperkuat skin barrier.

6. Mengonsumsi Makanan Sehat dan Cukup Air: Nutrisi yang baik dan hidrasi yang cukup akan mendukung kesehatan kulit dari dalam. Memakan makanan kaya antioksidan seperti buah-buahan dan sayuran serta minum air yang cukup sepanjang hari adalah kunci skin barrier terawat dari dalam.

7. Menghindari Stres Berlebihan: Nah, tahukah kalian kalau stres dapat mempengaruhi kesehatan kulit. Makanya terkadang aku juga meditasi. Workout sebenarnya juga membantu namun yang terpenting lagi adalah.. Yuk ah, ketika menjadi Ibu hindari memaksakan diri untuk bisa sempurna. Apalagi kalau hanya sekedar sempurna dimata orang lain.

8. Cegah Peradangan dan Iritasi: Hindari menggaruk kulit saat terasa gatal, karena ini dapat merusak skin barrier. Aku sendiri mulai sadar bahwa ketika kulit gatal, sepertinya jauh lebih baik menyegarkan kulitnya dengan es batu atau gel aloe vera yang aku simpan di kulkas. Dibanding melakukan hal instan tapi merugikan kulit seperti menggaruknya.

9. Rutin Perawatan Kulit: Memiliki rutinitas perawatan kulit yang baik adalah kunci menjaga skin barrier. Tak cukup hanya memakai body lotion setiap hari. Tapi kulit juga harus dibersihkan, memakai body serum, body lotion hingga body cream saat benar-benar kering.

Dan terpenting lagi, ternyata dalam merawat kulit itu konsisten adalah kuncinya. Alhamdulillah setelah memakai skincare dengan kandungan yang cocok. Aku bisa ngerasain perubahan pada permukaan kulitku.

Kandungan Skincare yang Cocok untuk Menjaga Skin Barrier

Nah, apa aja sih kandungan skincare yang cocok untuk menjaga skin barrier? Aku akan ulas dibawah ini ya!

  1. Ceramides: Ceramides adalah lipid alami yang ada di lapisan atas kulit. Ceramides membantu menjaga kelembaban dan mencegah kehilangan air dari kulit. Penggunaan produk yang mengandung ceramides dapat membantu memperkuat skin barrier.
  2. Hyaluronic Acid: Asam hialuronat adalah bahan yang menarik dan mempertahankan kelembapan kulit. Ini membantu menjaga kulit tetap terhidrasi dan membantu dalam membangun kesehatan skin barrier.
  3. Niacinamide (Vitamin B3): Niacinamide memiliki sifat anti-inflamasi dan dapat membantu meningkatkan kelembapan kulit serta memperkuat skin barrier. Ini juga dapat membantu mengurangi kemerahan dan iritasi.
  4. Glutathione : Glutathione adalah Antioksidan paling kuat untuk mencerahkan dan melembapkan kulit. Fungsi lainnya adalah untuk melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas dan oksidasi. 
  5. Titanium Dioxide : Titanium dioksida adalah zat yang sering digunakan dalam produk tabir surya (sunscreen). Ia bekerja dengan memantulkan atau menyerap sinar matahari ultraviolet (UV), yang membantu melindungi kulit dari efek berbahaya sinar UV seperti kulit terbakar, penuaan dini, dan risiko kanker kulit.
  6. Shea Butter : Shea butter adalah lemak yang diekstrak dari biji pohon karité, yang tumbuh di Afrika Barat. Shea butter digunakan dalam produk perawatan kulit dan kosmetik karena memiliki kemampuan melembabkan kulit secara alami. Ini membantu menjaga kelembaban kulit dengan membentuk lapisan pelindung di permukaan kulit. Shea butter juga dikenal memiliki sifat anti-inflamasi dan dapat membantu dalam mengatasi masalah kulit seperti peradangan, iritasi, dan bahkan luka kecil. Kandungan vitamin dan nutrisi dalam shea butter juga dapat membantu mempercepat proses penyembuhan kulit yang rusak.
  7. Vitamin E / Tocopherol: Vitamin E adalah antioksidan yang membantu melindungi kulit dari kerusakan lingkungan dan membantu memperkuat skin barrier.

Scarlett Loving Series: Kandungan Complete Untuk Menjaga Skin Barrier

Pada tau kan kalau aku tuh termasuk yang selalu update kalau ada produk scarlett yang baru. Kayaknya ini udah blogpost ke 5 deh yang aku tulis tentang produk scarlett. Pertama nyoba itu adalah rangkaian Body Care Scarlett. Dari sabun, scrub sampai body lotion. Kedua yaitu nyoba facecarenya yang Scarlett Brightly Series. Ketiga nyoba Body Care Varian Jolly lengkap satu paket. Sampe yang keempat nyoba Sunscreen Scarlett. Waw, apa lagi nih yang belum aku coba. HAHA

Walau udah nyoba berbagai varian dari body care scarlett. Tapi, aku tetap penasaran sama varian loving yang terbaru dari scarlett. Kenapa? Karena ini adalah body care pertama dengan kandungan 7x Ceramide. Sebelumnya aku udah bahas bukan? Bahwa ceramide bisa merawat skin barrier secara optimal. Tentu saja, untuk seseorang yang ingin menjaga dan merawat skin barrier sepertiku maka body care varian terbaru ini harus aku coba.

Daaan, mari aku review!!!

Packaging

Untuk packaging, series ini sama saja dengan series jolly sebelumnya. Body serumnya memiliki kemasan agak tinggi dan ramping dibanding dengan Body Lotionnya. Dengan packaging demikian, aku gak khawatir lotionny bakal gampang tumpah. Yang aku suka sih varian loving ini punya warna pink yang kesannya graceful and hopeless romantic. Jadi suka aja melihat dan membawanya kemana-mana. Hihi

Tekstur dan Wangi

Tiap varian body care scarlett, menurutku teksturnya sama tapi tiap wanginya tuh berbeda. Dan masing-masing unik. Dari varian freshy, jolly dan loving.. Kalau boleh membandingkan dari segi kemewahan.. Varian loving ini lebih terasa mewah karena dominan wangi rose dan berries. 

Tekstur Body Serum lebih cair dibanding Body Lotion. Body Serum lebih cepat menyerap di kulit dan sensasi segarnya langsung terasa. Sedangkan Body Lotion lebih terasa thick namun setelah menyerap maka kulit akan terasa lebih lembab.

Komposisi

Scarlett Body Care varian loving ini memiliki keunggulan pada komposisi Ceramide. Pada kemasan covernya tertulis 7x Ceramide for Healthy Skin Barrier. Ditambah lagi dengan 3 komposisi utama lainnya seperti glutathione, niacinamide, dan vitamin E.

Senang banget dengan komposisi body care varian loving ini. Karena kandungannya benar-benar pas dengan kandungan yang aku cari untuk menjaga dan merawat skin barrier aku.

Kesan Pemakaian setelah 1 bulan

Jujur, aku tidak berharap banyak 2 rangkaian body care dari scarlett ini akan membuat kulitku mendadak lembut dan tidak kering lagi. Karena, andai rutin dipakai pun aktivitasku yang harus antar jemput anak sekolah, mengaji dan karate setiap hari.. Pasti setidaknya tak bisa membuat kulit tanganku tetap cerah dan lembut. Mana kadang aku lupa pakai sarung tangan pula. Hiks.

Terbukti setelah 2 minggu memakai bodycare loving ini, tetap saja kulitku terasa terbakar kalau menjemput anak di siang hari. Huft!

Tapi, bukan aku namanya kalau mau ganti produk hanya dalam waktu 2 minggu saja. Ikhtiar utama yang harus diingat adalah konsisten. Konsisten reapply body lotion. Konsisten memakai sarung tangan setiap keluar rumah. 

Dan apa yang terjadi setelah 2 minggu lagi berlalu? Alhamdulillah, mulai terlihat perubahan. Kulit yang bertekstur di area jempol tangan sebelumnya mulai memperlihatkan sisi lembutnya.

Meskiii, ya meski kalau kalian salaman sama aku, tetap saja tanganku tidak selembut yang dipikirkan. Karena ya.. Begini-begini yang cuci baju dan cuci piring di rumah semuanya aku. Hahaha. Jadi tetap saja, kadang telapak tanganku agak kasar. Heu

Boleh dong Scarlett keluarin produk handcream juga.. Ckck..

Oya, kalau kalian mau beli produk Scarlett bisa ke link ini ya:

https://linktr.ee/scarlett_whitening

Dan kalo pengen cek keaslian produk bisa ke link ini:

https://verify.scarlettwhitening.com

Btw, kalian punya pengalaman juga gak gimana ngatasin skin barrier yang rusak?

Sharing denganku yuk!

Tentang Beropini di Sosial Media, Apakah Bisa Setransparan Mungkin?

Tentang Beropini di Sosial Media, Apakah Bisa Setransparan Mungkin?

Jujur, sudah sekitar 2 bulan ini aku tidak terlalu memantau sosial media. Aku katakan ‘tidak terlalu’ bukan berarti lepas sepenuhnya. Hanya saja, aku hanya memprioritaskan untuk melihat apa yang ingin aku lihat. Teman-teman dekatku saja misalnya. Atau akun instagram yang menghibur saja contohnya.

Aku memang bukan tipe orang yang suka melihat tiktok. Karena reels di instagram sudah amat mewakili konten yang aku butuhkan untuk keseharianku. Aku juga tidak terlalu memantau twitter. Capek melihatnya. Itu aku. Mungkin karena kebutuhanku sekarang juga sudah berbeda dengan aku yang dulu.

Namun, ada satu sosial media lagi yang kadang iseng aku buka. Berandanya muncul secara abstrak. Kadang teman dekat bisa muncul, kadang juga tidak. Entah kenapa hari itu aku melihat salah seorang temanku (yang juga sebenarnya tidak terlalu dekat) me-share status facebook orang ini (yang nama akunnya tak ikut aku screenshot)

Baca dulu, dan aku yakin kalau yang membaca teman bloggerku, mindset dalam memahami sebuah opini pun bisa lebih bijak. Ya kan?

Ini Sosmedku, Bukan Sosmed Kalian

Hal pertama yang aku lakukan setelah membaca status itu adalah kepo pada komentar-komentarnya. Pikiranku sibuk mengkalkulasi opini. Mana yang lebih banyak? Yang julid atau yang memiliki pemikiran serupa?

Ada 200++ akun facebook yang bereaksi dengan tertawa. Namun, ada ratusan pula yang bereaksi dengan love. Selebihnya adalah reaksi suka dan komentar pro dan kontra. Kalau aku kalkulasikan secara abstrak berdasarkan ‘sekali lihat’. Status Ibu ini memiliki pro kontra yang seimbang. Sebagian menyukainya, sebagian lagi menertawai mindset dan mengkritik status ibu ini.

Kepo, aku pun mengklik akun Ibu tersebut. Dan mendapati beberapa statusnya memiliki jumlah like yang lumayan ‘banyak’. Serta ribuan follower. Itu artinya, Jauh hari si Ibu sudah membangun branding sebagai seorang ibu pembisnis yang cukup frugal living dalam hidupnya. Selama itu pula banyak akun yang memfollow dan menyukai statusnya.

Pertanyaan berikutnya, apakah salah menyinggung dan menyindir konsumen dan pembisnis setarbuk pada sosmed pribadi? 

Mungkin beberapa temanku akan menjawab tidak salah. Karena ini sosmedku, bukan sosmed kalian. Jika ingin beropini kontra, buatlah status sendiri. Bukan menumpang pada ‘rumah orang lain’. Beberapa temanku yang lain mungkin juga akan menjawab bahwa itu salah. Karena saat kita membuat status dan menyindir pihak lain, maka itu sudah termasuk dalam hal yang tidak baik dilakukan. 

Bagaimana denganku? Apakah aku berada pada pihak yang pro atau kontra?

Setiap Orang Pernah Terpeleset di Sosial Medianya Sendiri

Jujur, aku tak bisa pro. Tak bisa pula kontra. Mungkin karena duniaku sekarang bukan lagi duniaku yang dulu.

Dulu, jujur aku memiliki mindset yang mirip sekali dengan ibu ini. Aku sering membuat status di WA tentang masakanku dan berapa modal untuk membuatnya. Mungkin itu bisa menginspirasi pikirku. Tapi pada suatu hari, aku juga pernah mengkritik betapa mahalnya makan di restoran A, B, C. Padahal rasanya ‘Beh’ aja. “Ah, hidup itu memang tentang memilih lifestyle agar bisa maju..” Pikirku.

Aku juga pernah mengkritisi tindakan manusia yang suka mengoleksi barang-barang ‘itu-itu saja’ dengan harga yang tidak masuk akal. Pada mindsetku saat itu, kenapa harus beli barang yang mahal dengan kualitas yang mirip saja dengan barang yang standar harganya. Kan kita sebagai konsumen harus bijak dan hemat.

Pada status-status yang pernah aku lontarkan. Ada beberapa yang terinspirasi. Kebanyakan dari mereka yang memiliki ekonomi menengah hingga menengah kebawah. Aku senang, statusku bisa membuat perekonomian mereka berjalan lebih bijak. Dari situ, aku pernah dalam fase semakin semangat mengunggah ‘cara hemat’ dalam hidupku.

Tapi disisi lain, ternyata statusku itu merupakan kata-kata yang menyakitkan bagi mereka yang memiliki ekonomi keatas. Atau mereka yang memiliki ekonomi sama sepertiku namun ingin memprioritaskan hal yang berbeda.

Dari situ aku sadar, bahwa keangkuhan dan perasaan ‘paling benar’ yang aku miliki membuatku terpeleset di sosial media. Fenomena terpeleset di sosial media ini pun jujur tak hanya 1 sampai 2 kali aku alami. Sering. Namun, apakah aku menjadi jera membuka sosial media?

No. Karena sosial media membuatku banyak belajar. Hanya saja, aku mulai mengurangi itensitas untuk membuat status di ruang yang lebih publik. Aku menyadari, saat membuat tulisan atau apapun itu.. Ada banyak kepala yang menyimaknya dalam cara yang berbeda.

Algoritma Pengumpul Circle

Aku anaknya ‘baperan’. Jujur, baperan banget. Saat beberapa kali terpeleset di sosial media. Aku akan mengobati luka terpeleset itu dengan durasi yang ‘sangat lama’. Dulu, aku memulai sosial mediaku dengan masakan dan frugal living. Saat terpeleset. Aku off lama di sosial media. Lantas saat memulai lagi, aku muncul dengan diri yang berbeda. Tak lagi sering membahas cara hemat dalam hidup. Namun lebih sering memposting tentang parenting. Karya anak-anakku dll. Bagiku, its a new start.. Namun aku tidak sadar, bahwa saat itu pula, algoritma sosial mediaku pun berubah. Aku kehilangan view oleh orang-orang yang dulu menantikan cara dan tips hematku. Tapi aku memiliki follower baru yang memperhatikan cara parentingku.

Dalam membuat konten parenting pun aku pernah terpeleset dalam mom shaming. Tanpa sadar aku jadi sering menyindir mereka yang masih menganut patriarki garis keras. Banyak yang menyukai pembelaanku dan insight feminis yang mulai aku koarkan. Ada masanya, aku merasa benci sekali dengan orang-orang yang memaksa para ibu untuk serba sempurna. Namun, rasa-rasa demikian tak aku teruskan lagi. Karena aku tau, aku sedang terpeleset dan mulai melakukan hal tidak baik. Aku off lagi membuat konten demikian. Banyak merenung. Banyak koreksi diri,

Aku sadar, ‘rasa lebih baik dari pada orang lain’ itu toxic sekali. Karena itu, sosial mediaku belakangan menjadi sosial media yang ‘damai’. Aku hanya berani ‘bersuara’ lewat review drama korea. Berani menampilkan diri yang sekarang lewat job endorse produk. Sesekali curhat, namun itu pun di edit berkali-kali dan durasinya menjadi sebulan sekali. Sesekali aku lebih fokus untuk belajar. Belajar hal baru dan baru lagi. Algoritmaku pun mulai bingung menentukan prioritas karena begitu banyak hal yang aku pelajari belakangan ini

Belajar Investasi. Lalu muncullah berbagai akun reksadana dan saham yang bagus.

Belajar membuat konten perusahaan. Lalu muncullah berbagai akun edukasi membuat konten dll.

Lalu, apa hubungannya heading kali ini dengan tulisan ibu-ibu diawal tadi?

Jujur, aku SALUT dengan akun ibu-ibu itu. Aku melakukan scroll dan scroll atas akunnya. Aku mendapatkan ilmu baru. Bahwa sejelek apapun tulisan atau konten yang kamu buat… KONSISTEN IS KOENTJI.

Kalau boleh beropini, tulisan ibu-ibu tersebut enggak begitu aku sukai. Karena banyak yang berbau ‘yang aku lakukan ini lebih baik lo dibanding kalian’. Namun, karena Ibu-ibu ini konsisten dalam mempromosikan mindsetnya. Maka follower yang ‘satu mindset’ pun berdatangan secara konsisten. Karena itulah, meski ada satu tulisan yang ‘jelek’ dimata sebagian orang. Masih banyak yang menyukai tulisan mode demikian. 

Aku belajar banyak dari Ibu ini bahwa untuk membangun personal branding, janganlah menjadi orang yang ‘baperan’. Sedikit-sedikit tersinggung. Off lama. Dan tak konsisten. Membuat algoritma sosial media pun bingung memandang kita sebagai ‘orang yang suka apa sih?’

Aku memperhatikan kolom komentar yang mengkritik tulisan ibu diatas. Tak ada satupun hate comment yang dibalas. Namun, hate comment tersebut juga tidak dihapus. Bagaimanapun mindset si Ibu. Dia punya batas dan pagar sendiri dalam menanggapi orang lain. Ia hanya fokus pada komentar yang bagus dan tetap fokus membangun dirinya apa adanya.

Damage Tulisan vs Lisan yang Berbeda

Sadarkah bahwa.. tulisan Ibu dalam statusnya tersebut sebenarnya mungkin sering kita dengarkan. Jujur, orang-orang disekitarku sering loh berbicara tentang hal demikian.

“Makan di rumah makan A, mahal banget. Padahal makanannya gak enak. Heran banyak orang kesana. Duitnya berapa banyak. Tapi aku sekarang duitnya banyak juga gak mau kesana.. Mending buat..bla bla”

Saat mendengar kata-kata demikian, kita sih ‘Beh’ aja. Bahkan mungkin bisa memaklumi meski itu terasa salah. Kenapa? Karena menyindir secara lisan dibanding menyindir melalui tulisan di sosial media.. damagenya memang berbeda. 

Dan berikut alasannya:

Pertama, karena saat berbicara secara lisan. Kita lebih tau dengan lawan bicara kita sendiri. Lawan bicara kita yang memiliki latar belakang sama dengan kita dan memiliki pola pikir ekonomi yang sama, cenderung merasakan hal serupa. Lawan bicara yang tak memiliki latar belakang dan ekonomi yang sama namun lebih memahami kita pun bisa ‘maklum’ karena dalam pikirannya.. ya setiap orang berbeda bukan. 

Kedua, karena saat berbicara secara lisan.. Lawan bicara kita bisa merasakan emosi yang terkandung dalam mimik dan nada bicara. Bercanda kah. Atau ingin merasa diakui kah… sehingga prasangka negatif lebih nyaman ditepis dibanding secara tulisan.

Ya, entah kenapa dengan maraknya sosial media. Manusia sekarang kebanyakan lebih suka mengekspresikan apapun di sosial media dibanding secara lisan. Padahal, lisan adalah penyaring pertama yang low risk. Karena sifatnya lebih privasi. Bukan publik.

Tapi kembali lagi, jika orang tak pernah terpeleset secara publik. Ia tak pernah tau dimana letak kesalahannya karena privasi satu circle cenderung meloloskan kesalahan. Jika kita tak pernah punya keberanian mengungkapkan diri pada publik. Tak akan ada follower satu value yang didapatkan, tak ada kesempatan untuk koreksi diri. 

Diluar sana, banyak orang-orang yang memiliki pemikiran sama dengan kita. Sosial media, algoritma yang mengumpulkan circle serupa menjawab itu semua agar dibenarkan, agar diakui. 

Sosial media, adalah pisau bermata dua. Yang jika digunakan dengan bijak akan mendatangkan banyak rejeki dan manfaat. Namun, jika digunakan dengan kebablasan. Akan mendatangkan banyak kritik yang menguji apa yang sudah kita yakini selama ini.

Kembali lagi, siapkah kita menerima risiko dan memperbaiki diri saat terpeleset di sosial media? Karena sebenarnya.. setiap opini yang tak bagus-bagus amat pun..memiliki pasarnya masing-masing. Seperti contoh kasus ibu tsb.

Pertanyaan terakhirku.. Saat sadar bahwa opini kita dikritik.. mana yang lebih dipilih.. ?

Memperbaiki diri dan membangun circle baru?

Atau mempertahankan branding personal apa adanya?

IBX598B146B8E64A