Mengulas Novel Selamat Tinggal-Tere Liye

Mengulas Novel Selamat Tinggal-Tere Liye

Pernah gak sih kamu kalo baca novel tetiba ngerasa ‘ih, kok bener’ atau ‘ih, iya juga’ bahkan ‘kok mirip aku’ dsb..

Kalau kamu pernah merasakan hal tersebut. Berarti, penulis telah sukses membawakan pesannya dalam novel tersebut.

Artinya apa?

Artinya, buku tersebut menjadi bagian yang akan merubah hidupmu kelak.

“Untuk apa kita mengungkapkan kritik dalam sebuah tulisan? Toh paling-paling yang dikritik tidak akan berbuat lebih baik.”

Anda lupa hakikat sebuah tulisan yang sebenarnya. Tulisan itu bukan untuk membuat si A menjadi lebih baik. Ah itu terlalu kecil. Tapi untuk mengubah pola pikir generasi menjadi lebih baik. Itu jauh lebih besar efeknya

Selamat Tinggal, Novel Karya Tere Liye yang JLEB

Pernah gak sih kamu merasa kalau sebagian dari hidupmu dipenuhi kepalsuan?

Palsu untuk mendapatkan sebuah penerimaan.

Palsu karena itulah penawar saat susah.

Harus palsu karena circle yang mendorong.

Jika iya, maka novel ‘Selamat Tinggal’ akan membuat pikiranmu tertembak dan merasakan penyesalan yang indah. Karena sejatinya.. Semua orang pernah memasang topeng untuk melindungi dirinya. Dan itu, tidak sepenuhnya salah.

Tetapi semuanya akan menjadi salah ketika kepribadian kita terlanjur membenarkan yang salah lantas tak mau belajar.

Itulah yang aku rasakan ketika selesai membaca novel ‘Selamat Tinggal’ karya Tere Liye. Entahlah, aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Karena sungguh banyak pembelajaran yang ‘Jleb’ saat membaca novel ini.

Well, novel ini bercerita tentang apa win?

Ehm, Aku tidak begitu pandai membuat sinopsis. Lebih tepatnya ‘aku malas’ menulis sinopsis yang bagus seperti penulis pada umumnya. Aku lebih suka menulis sesuka jariku saja.

Adalah Sintong Tinggal. Seorang remaja yang kuliah di jurusan sastra dimana kehidupannya terasa ‘stuck’ ketika memasuki semester 7. Tanpa disadari ia hampir menjadi mahasiswa abadi karena kepingan puzzle kehidupannya berjalan berlawanan dengan hati kecilnya. Ia adalah seorang penjaga toko buku bajakan, padahal dia sendiri memiliki bakat menulis. Sepotong kehidupan cintanya yang kandas juga telah mengikis semangatnya.

Sampai suatu hari seorang mahasiswi bernama Jess memberi warna baru di kehidupannya. Ia mulai melupakan masa lalu suramnya. Kemudian belajar membuat lembaran yang baru. Termasuk pada skripsinya.

Siapa sangka penelitian pada tokoh penulis ‘Sutan Pane’ di masa lalu untuk skripsinya telah membuat percikan semangat menulisnya bangkit lagi? Dan karena asyik berburu sumber penelitian, ia mendapatkan jejak-jejak yang seru dan bermakna dalam hidupnya.

Dari Berburu Jejak Sutan Pane hingga Pencarian Jati Diri

Karakter Sintong Tinggal digambarkan Tere Liye sebagai remaja yang memiliki bakat menulis, namun merasa kehilangan semangat ditengah-tengah kuliahnya.

Well, Siapa yang sering mengalami hal berikut:

Merasa diri tidak berkembang, ingin berubah takut dijauhi. Ingin maju dan berkata benar takut disalahkan dan menjadi benar-benar salah. Tapi diam juga jadi salah karena memendam kebenaran. Terasa sangat sulit untuk mengucapkan ‘selamat tinggal’ pada kesalahan karena sudah menjadikan kesalahan tersebut sebagai hal yang biasa saja.

Toh, semuanya menganggap hal itu adalah hal biasa saja.

Zona nyaman yang salah kadang membuat kita stuck. Begitupun sebuah kesalahan. Kesalahan yang sudah berlaku umum maka terasa bukan lagi sebuah kesalahan. Tetapi menjadi, Ah.. Biasalah. B aja gitu.

Sintong Tinggal terperangkap pada zona yang demikian. Sampai akhirnya ia menemukan sebuah buku dari Sutan Pane. Tokoh penulis di zaman revolusi. Tokoh tersebut menginspirasinya. Membuat semangatnya untuk menulis kembali bangkit. Bukan hanya semangat untuk menyelesaikan skripsinya tapi juga semangat untuk menjadi penulis.

Sintong sendiri digambarkan merupakan sosok generasi milenial sepertiku. Yang mana keseharian dan circlenya hampir sama dengan generasi milenial pada umumnya. You know lah.. Something like menyukai hal murah, berburu barang prestise. Generasi yang suka dan bangga sekali berburu barang murah untuk jenis-jenis yang tidak bisa dipamerkan. Lantas kemudian bersedia bayar mahal untuk sesuatu yang bisa dipamerkan.

Dari berburu jejak Sutan Pane, Sintong mendapatkan hal-hal baru. Bukan sekedar untuk penyelesaian skripsinya. Ia juga banyak belajar dari tokoh Sutan Pane. Dan pembelajaran itu membuatnya bisa menulis dengan baik lagi. Mungkin itulah hal yang dinamakan ‘terinspirasi’.

Pesan Buku Selamat Tinggal: Dunia ini Dipenuhi dengan Hal Palsu

Jujur, kalau membaca status Tere Liye di FB sekilas cepat saja tanpa melihat dari sisi lain. Pasti ada yang berpikir bahwa Tere Liye ini memiliki pola pikir sempit. Seperti, “Apa sih, dikit-dikit nyinyirin orang pamer. Beda tau antara pamer dan menginspirasi. Bla bla”

Well, aku yakin sebagian besar pembaca setia buku Tere Liye pasti tidak setuju dengan kalimat tersebut. Termasuk aku. Tere Liye selalu sempurna dalam mengulas sebuah karakter. Layaknya drama korea, karakter yang diciptakannya pada novelnya tidak ada yang ‘uh jahat banget’ atau ‘uh baik banget’. Semuanya manusiawi.

Dan tahukah? Palsu pun juga manusiawi. Karena itulah bentuk adaptasi diri. Walau Tere Liye benci dengan kepalsuan, buku bajakan dsb. Tapi dia menempatkan kekecewaan tersebut pada tokoh Sintong dengan cara yang manusiawi.

Dalam buku ini aku sedikit banyak belajar dari karakter Jess, Bunga, Mawar, dan Sutan Pane. Dari dunia Endorser, Percetakan Buku Bajakan, Obat Palsu hingga fakta kelam dibalik dunia penulis terbaik. Semua penuh kepalsuan yang manusiawi.

Mama Jess yang merupakan seorang influencer. Ternyata hidupnya penuh dengan kepalsuan. Suaminya pergi, segala yang dijualnya disosial media adalah produk palsu. Kemewahan itu, terasa tidak menyenangkan di mata Jess.

Nasib sama dengan Bunga, teman Jess. Ayahnya yang merupakan pemilik percetakan buku bajakan, namun ia tidak bisa menghentikannya. Bunga dan Jess adalah sahabat yang sama-sama ingin keluar dari dunia yang palsu.

Tidak hanya buku dan sosial media yang bisa berujar kepalsuan. Bahkan dunia farmasipun juga memiliki musuh. Obat palsu, waw.. Luas sekali pemikiran penulisnya. Dan cara menghubungkannya dalam tokoh Mawar itu keren. Hanya saja, aku sedikit kecewa kenapa Sintong begitu setia pada cinta pertamanya. Layaknya novel Sunset Bersama Rosie.. Fix, penulisnya suka sekali pada karakter yang setia. Padahal.. Cinta dan Realitas itu bukannya harus seimbang. Ehm. Apakah penulis merupakan golongan ‘cinta ini kadang-kadang tak ada logika?’ Hihi.

Dan akupun belajar dari kehidupan Sutan Pane. Kalian tahu apa yang aku pelajari dan sangat aku garis bawahi dari kehidupan Sutan Pane?

Bahwa kadang, penulis terlalu sibuk menuliskan hal-hal baik. Mengkritik sana dan sini. Sibuk dengan produktivitas di dunia kertas. Sampai kemudian lupa, bahwa dunia ini harus seimbang.

Dalam ending kehidupan Sutan Pane, ia menjual 5 buku terbaiknya untuk menutupi hutang adiknya. Memilih menghilang dari kehidupan karena malu dengan dirinya sendiri. Penulis terbaik itu, memiliki kisah nyata yang suram. Dan sungguh, sebenarnya.. Ini banyak terjadi.

Dibalik kata-kata bijak itu terdapat inspirasi dari melihat ketidakadilan dan kejahatan diluar sana. Tapi kadang-kadang, penulis lupa dengan orang terdekatnya. Kenapa penulis bisa hilang begitu saja? Karena prinsip hidupnya sendiri yang membantingnya.

“Hidup adalah kesesuaian antara perkataan, tulisan dan perbuatan. Apalah arti kehormatan seorang manusia saat tiga hal ini tidak sesuai lagi. Apalah arti martabat seorang manusia ketika hal tersebut bertolak belakang.”

“Dan kita bertanggung jawab tidak hanya terhadap diri kita sendiri, tetapi juga orang-orang disekitar kita. Atasan bertanggung jawab atas anak buahnya. Orang tua bertanggung jawab atas anak-anaknya. Memastikan perkataan, tulisan dan perbuatan itu selalu sama.” (Selamat Tinggal,Tere Liye: 337) 

Sungguh, inilah kepalsuan yang sangat membuatku belajar hingga aku selalu mengingatkan pada diriku sendiri. Family first, healing with curhat. Baru belajar dan menulis hal yang ‘sesuai’. Karena lucu sekali kalau di blog aku menulis ‘ceramah’ tapi aslinya aduh, jauh sekali.

Every Novel Just Like a Horchux

Menurutku, setiap kepribadian tersembunyi Penulis seperti terpecah di karakter beberapa novelnya. And Damn.. I like it. Aku selalu suka setiap karakter yang dia bangun. Dari Bujang, Thomas, hingga Ali. And the Last, I feel like Sintong is half of Tere Liye.

Kadang saat membaca buku selamat tinggal ini aku mencoba flashback dengan status-status Tere Liye di fb. Maklum, aku adalah salah satu follower setianya. Jadi, kadang aku sedikit tertawa kalau dia ‘memanfaatkan’ novelnya untuk menyampaikan pesan-pesan dan ‘nyinyirannya’. Wkwk. I know.. Bagi sebagian orang mungkin suka sekali mencerca gaya menulis yang begini. Tapi, itulah ciri khasnya. Bukankah setiap penulis punya branding yang unik? Hargailah.

Dan setiap membaca novel Tere Liye, aku jadi ingat dengan istilah Horchux pada buku Harry Potter. Kalian tau? Horchux adalah benda-benda yang merupakan bagian dari nyawa Voldemort. Hilang satu, masih ada yang lain. Horchux adalah benda yang berasal dari ilmu hitam dimana didalamnya ada bagian nyawa dari pemiliknya. Jadi, si pemilik selalu bisa hidup abadi.

Buku karya sendiri membuat kita bisa abadi. Bukankah begitu?

Aku selalu percaya bahwa penulis memiliki banyak dunianya sendiri. Setiap buku yang dibaca menjadi akar yang baru. Setiap buku yang ditulis menjadi dunia yang baru. Setiap buku memiliki kode uniknya, dan memiliki karakternya. I feel it. Entahlah kapan aku bisa memecah karakterku menjadi seperti itu. Supaya tidak begitu labil didunia nyata. Wkwk.

NB: Buku Selamat Tinggal telah banyak mencerahkan. Kuakui aku pernah tak sengaja dan sungguh bodoh membeli buku Tere Liye yang bajakan di market place saat era jahiliyah hidupku. Hiks. Semoga itu yang terakhir. Dua tahun terakhir aku sudah berhenti dan membeli buku asli. Kini, aku adalah seorang pemburu buku diskon. Maaf, bagaimanapun juga aku Mamak beranak dua yang ingin hemat tapi tidak pelit dan masih baik hati. Terima kasih sudah berani mengajarkan arti kepalsuan dalam hidup ini lantas mengakui kepalsuan lalu keluar dari itu semua.

Untuk kalian yang ingin membeli buku Tere Liye Original dan mendapatkan tanda tangan aslinya bisa banget. Karena Tere Liye punya toko di shopee. Just klik ‘Tereliyewriter’.

Komentar disini yuk
0 Shares

16 thoughts on “Mengulas Novel Selamat Tinggal-Tere Liye

  1. mengenai tere liye qoutes maupun novel nya emang selalu juarak. Punya ciri khas tersendiri memang.

    Bener banget mbak, sering tu las baca novel beh ini hampir sama dengan aku, atau kok pesan nya sama jalan cerita ku hihi.

  2. novel-novelnya tere liya selalu kena banget di hati buat aku, bikin baper wkwkwk… jadi g bisa berhenti baca kalau belum selesai. semoga ada rezeki nih bisa baca novel selamat tinggal ini segera. review nya mba aswinda bikin penasaran..

  3. selama ini aku baca novel tere liye selalu mengena dihati. bikin baper dan bikin ga bisa berenti baca.. semoga dapat rezeki baca novel ini, penasaran banget setelah baca review nya dari mba aswinda.

  4. Jadi kangen baca novelnya bang Tere. Aku baru baca 3, “Hujan”, “Negeri di Ujung Tanduk”, “Negeri Para Bedebah”. Semoga bisa ketemu cerita dari novel bang Tere yang menurutku keren, karena dari 3 novel yang kubaca itu memang keren banget.

  5. Tak apa membeli buku diskon Mbak yang penting bukan bajakan XD dan Tere Liye pasti senang sekali mendengar Mbak sudah berkomitmen untuk menjadi pembeli buku-buku asli. Tetap konsisten. Two thumbs up!

  6. banyak juga yang suka terjebak alam kepalsuan dan pencitraan diri, yang istiqomah, susah banget ditemukan, tapi kita berusaha dulu ya buat gak palsu2 amat

  7. Bahwa kadang, penulis terlalu sibuk menuliskan hal-hal baik. Mengkritik sana dan sini. Sibuk dengan produktivitas di dunia kertas. Sampai kemudian lupa, bahwa dunia ini harus seimbang.. Aku suka banget sama kutipannya Mba. .. Memang beberapa kita dia banyak yg menohok sih, cuma sayang aku baru baca 1 buku itupun yg dulu bgt saat kami pernah sepanggung untuk rilis novel udah lama bgt, 2010 klo ga salah

  8. novelnya tere liye nih emang menarik menarik banget ceritanya yaaa.. jadi pensaran juga pengen baca novel tere liye yang ini nih, nanti cari ah di tokbuk online

  9. Pernah banget merasa seprti di tokoh sebuah cerita baik buku atau film, hebat ya penulisnya bisa bikin pembaca masuk ke dalam ceritanya.
    Terinspirsi dari sebuah buku jadi bisa semangat lagi.

  10. saya suka banget dengan novel-novel karya Tere Liye. Beneran tokoh-tokohnya nggak jahat banget, tapi juga nggak baik banget, manusiawi gitu, sewajarnya. Jadi pengen punya juga novel Selamat tinggal ini

Komentari dong sista

Your email address will not be published.

IBX598B146B8E64A