Browsed by
Month: August 2020

10 Hal yang Aku Lakukan Agar Luka Operasi Cesar Lekas Sembuh

10 Hal yang Aku Lakukan Agar Luka Operasi Cesar Lekas Sembuh

“Gimana caranya mba supaya bisa cepet sembuh luka bekas cesarnya?”

“Mba kemarin minum obat apa aja?”

“Apa benar obat dari BPJS kurang efektif?”

“Apa jahitan bisa bernanah ya mba? Kok jahitanku jadi basah gini?”

Itulah beberapa pertanyaan yang sering ditanyakan pembaca blog kepadaku ketika aku curhat tentang operasi cesar dengan BPJS di blog. 

Awalnya, aku mencoba menjawab dengan membalas DM dan WA saja. Tapi, baru-baru ini salah seorang sahabatku juga menanyakan hal yang sama. Hmm, kupikir mungkin ada gunanya jika aku tulis di blog saja ya. 

Dan berikut ini adalah beberapa hal yang aku lakukan agar bekas luka cesar lekas sembuh. 

1. Nabung Buat Punya ART Sejak Hamil

Yup, menyembuhkan bekas cesar bukan cuma perkara sesudah cesar saja. Tapi tentang mempersiapkan segalanya sejak hamil, terutama tercukupinya finansial untuk menjaga kondisi fisik maupun psikologis.

Belajar dari pengalaman anak pertama dahulu yang mana lahirnya juga cesar, maka aku sadar sekali kalau sangat penting menjaga diriku sendiri agar tidak kelelahan pasca operasi. Maka, sejak hamil aku sudah rutin menabung khusus untuk keperluan memiliki ART selama 3 bulan. Aku menabung dari hasil job ngeblog dan instagram. Semuanya pure tidak dipakai demi memiliki ART. Karena aku sadar suamiku sangat sibuk dan tidak bisa membantu banyak. 

Dengan memiliki ART paling tidak aku menjadi sangat terbantu sehingga bisa lebih banyak beristirahat. Bulan pertama pasca cesar adalah masa krusial, sangat penting untuk memiliki seseorang yang bisa membantu.

Memang kondisi finansial orang tentunya berbeda, bagi sebagian yang lain mungkin bisa meminta bantuan suami atau keluarga lainnya untuk pekerjaan rumah tangga. Tapi yakinkan diri kalau bulan pertama pasca cesar paling tidak jangan kelelahan. Yakinkan ada yang menolong diri kita. Jangan mengerjakan semuanya serba sendiri. Dan persiapkan hal itu sebelum melahirkan ya. 

2. Berani Melawan Rasa Sakit

Yang kedua adalah beranilah melawan rasa sakit itu. 

Pasca operasi cesar pasti sangat tidak nyaman. Rasa perih dan sakit bekas sayatan di perut tentu sangat mengganggu. Apalagi jika sehabis Cesar kita langsung full menyusui bayi. Rasanya? Duh.. Luar biasa. Tapi jangan salah, justru dengan menyusui bayi.. luka cesar dapat lekas sembuh. Jadi yang pertama, jangan takut menyusui bayi pasca cesar ya.

Hari pertama pasca operasi dokter menyuruhku untuk jangan miring. Bayangkan betapa sulitnya aku menyusui bayi. Hiks. 

Hari kedua, pasca 12 jam sehabis operasi.. Badanku sudah diperbolehkan miring. Dan 12 jam berikutnya aku sudah disuruh untuk latihan duduk. Rasanya? Duh duh.. 

Tapi bagaimanapun juga harus berani. Kalau tidak, rasa sakit itu akan betah menempel kalau kita takut untuk bergerak. Justru dengan bergerak perlahan kita dapat sembuh. 

Dan entah karena aku operasinya dengan BPJS atau apa ya.. Aku merasa seperti disuruh cepat-cepat sembuh.. Wkwk..

Kalau aku mengeluh ‘masih tidak bisa duduk’. Para bidan dan perawat sontak mengomeliku. Ketika aku menyusui sambil rebahan, mereka juga memarahiku sambil berkata, “Menyusui jangan sambil rebahan nanti bayinya tersedak!”

(Duh sabar.. Baru juga 36 jam pasca operasi denk, sudah disuruh duduk melulu.. dalem hati aku.. Hahaha) 

Tapi begitulah, harus kuat dan berani dengan rasa sakit. 48 jam pasca operasi aku sudah bisa duduk dengan benar. Dan saat itu pula bidan dan perawat menyuruhku untuk segera latihan berdiri. 

Lalu, 6 jam berikutnya.. “Sudah bisa berjalan mba? Loh belum bisa? 3 hari harus sudah pulang loh..” Kata bidan. 

Aku melongo. Baru saja tertatih-tatih belajar berdiri. 😅

Alhamdulillah tepat 72 jam pasca operasi, aku sudah bisa berjalan sambil menggendong bayi. Kemudian berjalan menuju ruang bayi sendiri. 

Sontak si Bidan menegur, “Loh mba.. Bayinya jangan dibawa sendiri.. “

Aku langsung cengengesan. Dari kemarin berasa level lambat mulu sih. Kan ditinggiin satu level salah juga.. 🤣

Intinya, jangan takut bergerak pasca operasi ya. Harus sabar dengan petuah dokter dan bidan. Mereka melakukan itu supaya kita lekas sembuh loh. 

3. Tidak Malu Minta Tolong Pada Suami

Walau sudah memiliki ART, tapi jangan jaim minta tolong pada suami. Terutama di malam hari. 

Iya, jadi ART ku hanya bekerja dari pagi sampai siang saja. Malam harinya tetep begadang dong dengan bayi. 

Ada kalanya lelah bolak balik mengganti popok bayi yang selalu bentar-bentar pup. Tapi sesekali minta tolong suami tidak ada salahnya loh. Ini kan anak berdua, bukan anak emaknya doang.. Kan? 

Selain minta tolong di malam hari, aku juga minta tolong pada suami untuk mengeramasi rambutku 3 hari sekali. Karena aku masih tidak diperbolehkan untuk mandi. Waw, ini benar-benar menolong sekali loh. 

4. Rutin Konsultasi ke Dokter

Tiga hari pasca pulang dari RS, aku konsultasi jahitan ke dokter. Begitu pula seminggu kemudian. Lalu seminggu berikutnya lagi. 

Menurutku, rutin konsultasi ke dokter sangat penting untuk mengetahui sejauh mana tingkat kesembuhan luka. Apakah sudah mengering dengan baik? Apakah ada yang bernanah dan sebagainya? 

Karena ada loh kasus.. Karena sudah merasa lukanya kering dan tidak sakit lagi, dia melepas plesternya sendiri dan mandi. Akibatnya, lukanya basah dan semakin parah. Malah harus operasi ulang. 

Adapula kasus lainnya, yang malas konsultasi ke dokter dan memilih hanya mengandalkan jamu saja dan meninggalkan obat dokter. Ikut petuah mertua yang harus rajin di rumah dsb. Akhirnya jahitannya bernanah. 

Berkonsultasilah pada yang Ahli ya.. Bukan hanya dengan yang berpengalaman saja. Apalagi dengan seseorang yang tidak punya pengalaman operasi cesar. 

5. Rutin Minum Obat

“Apakah harus mengkonsumsi obat khusus supaya bekas luka cepat sembuh?

“Apakah obatnya mahal?”

“Perlu minum jamu gak?”

Pertanyaan ini juga sering masuk di DM instagramku. 

Well, sebenarnya koentji dari kesembuhan itu adalah disiplin dan patuh. Itu aja. 

Jujur saja aku hanya mengkonsumsi obat dari BPJS. Tidak memakai obat mahal lainnya. Menurutku, dari pada fokus memilih obat mahal.. Lebih baik uangnya untuk biaya aqiqah atau perpanjangan ART. *mamak ngirit 😅

Apakah obat BPJS efektif? 

So far, efektif saja sih. Bahkan saat operasi anak kedua ini aku sama sekali tidak mengkonsumsi obat diluar obat BPJS. Malah sembuhnya lebih cepat dibanding anak pertama dulu. Padahal ketika anak pertama kemarin aku beli obat paten yang sedikit mahal. Mungkin karena saking paranoidnya sama kata-kata orang. 

Nyatanya, dengan bermodal keyakinan dan sedikit percaya diri saat melahirkan anak kedua.. Proses kesembuhan justru lebih cepat. Kuncinya asal DISIPLIN MINUM OBAT dan PATUH sama petuah Dokter. 

“Tapi mertuaku bilang gak perlu obat bla bla.. Asal minum jamu bla bla.. “

Di ‘Iya’ in aja mertuanya. Namanya juga orang tua. Begitulah sifatnya. 

White lies pada mertua itu gak papa banget loh. Itu namanya adab. Tapi ingat, demi kesembuhan tetaplah patuh pada aturan dokter. 

Aku sendiri juga tetap minum jamu yang diberikan mertua. Asal kandungan bahannya aman-aman saja ya kenapa takut untuk mengkonsumsinya? Yang penting, jangan lupa minum obat sesuai dengan resep dokter. Walau obat BPJS saja sekalipun.. Asal disiplin dan yakin Insya Allah bisa sembuh. 

6. Tidak Memakai Plester Anti Air untuk Luka Cesar

“Dok, saya mau mandi sebelum pulang ke rumah. Boleh minta ganti plester luka cesarnya dengan plester anti air? Supaya saya bisa mandi?”

Itulah ucapanku kepada dokter 4 jam sebelum pulang. Dan beginilah jawaban dokter tersebut

“Sebaiknya jangan diganti dengan plester anti air mba. Perban biasa begini lebih bagus. Luka lebih cepat mengering. Disamping itu, dengan memakai plester anti air kadang banyak yang lengah dengan mandi. Plester anti air tidak menjamin 100% air tidak bisa masuk loh mba..”

“Jadi, pakai plester biasa aja dok?”

“Iya, tiap konsultasi baru diganti.. “

“Diganti dengan anti air dok?”

“Kita liat nanti ya.. “

“Jadi saya belum boleh mandi?”

“Belum boleh.. “

Doenkk.. 

Tapi aku memilih patuh pada dokter. Aku tidak memakai plester anti air dan.. Tidak mandi. 

7. Rela Tidak Mandi 2 Minggu

Berapa lama aku tidak mandi? 

2 minggu.. Bayangkan..! Hahahahha..

Kok bisa selama itu? 

Ya, begini ceritanya.. 

Tiga hari pasca pulang ke rumah, aku berkonsultasi ke dokter untuk memeriksa jahitanku. Perban jahitanku diganti. Iya, cuma diganti doang dengan perban biasa. Kemudian dibilang bekas jahitanku perkembangannya bagus dan belum boleh mandi. Itu saja. 

Tujuh hari sesudah itu, aku ke dokter lagi. Dokter bilang jahitanku bagus. Tidak bernanah dan sudah mulai mengering. Tersenyumlah aku berharap dokter mau mengganti perbanku dengan plester anti air agar aku bisa mandi. Namun kemudian dokter berkata, “Kalau bisa jangan dulu deh mba. Perban biasa aja ya.. “

Duh, ingin rasanya dokternya kusogok memakai duit agar mau mengganti perbanku. Tapi aku hanya senyum cengengesan sambil membatin.. “Gusti.. Kapan aku boleh mandi?”

Tiga hari kemudian aku konsultasi ke dokter lagi. Ya ampun, sudah gatal luar biasa badanku. 

“Jahitannya sudah kering sempurna mba. Ini bagus.. “

“Boleh mandi dok? Mandi tanpa perban?”

“Sudah boleh mba.. “

Yuhuu.. Ingin rasanya aku meloncat tinggi keatas saat itu. Hahaha. Akhirnya bisa mandi dengan normal lagi. 

Yup, 2 minggu aku tidak bisa mandi dengan normal. Aku hanya membilas kaki dan tanganku 2 hari sekali. Kemudian minta tolong suami untuk mengeramasi rambutku 3 hari sekali. Untuk badanku aku hanya berani menyekanya saja dengan air hangat dan kain. Sungguh aku ingin sekali bisa mandi secara normal. 

Pernah suatu malam aku menangis karena merasa badanku gatal sekali. Sungguh menyeka badan saja rasanya tidak cukup. Aku butuh sabun dan air segar untuk membilas. Semalaman aku tidak bisa tidur karena keringat yang tidak nyaman. Perban di luka cesar pun rasanya gatal sekali. Hiks

Tapi syukurlah sabar itu terjawab. Luka cesarku pulih dengan sempurna. Bahkan sampai sekarang tidak pernah cenat cenut. Aku merasa cesar yang kedua ini lebih cepat proses sembuhnya dibanding dengan yang pertama. 

8. Makan Halal dan Rajin Berdoa

“Apa mba mengkonsumsi obat cina? Yang mahal itu mba?”

Jujur, aku sempat ingin membeli obat cina yang kekinian di kalangan emak-emak cesar. Aku ingin membelinya sebelum operasi. 

Tapi, aku langsung mengurungkan diri ketika melihat komposisi di dalamnya..

“Beli gak sayang?” Tanyaku pada suami. 

“Jangan deh. Takutnya ngalir ke ASI. Terus ke anak deh..” Kata Suamiku. 

Ya.. Di dalam obat cina itu aku melihat ada beberapa komposisi yang ‘uhuk banget’. Memang khasiatnya terkenal manjur. Iparku bilang sehabis minum langsung berkurang sekali nyerinya. Tapi ketika melihat komposisinya aku jadi bingung. Dan akhirnya, aku tidak jadi beli. Heu. 

Tapi kalau dipikir-pikir lagi, melihat kondisiku sekarang ini.. Sepertinya ada baiknya juga aku tidak mengkonsumsi obat cina tsb. Dengan bermodal obat BPJS dan disiplin saja bisa sembuh total kok. Malah mungkin karena patuh pada suami untuk selalu mengkonsumsi yang halal.. Maka bekas luka sama sekali tidak ada keluhan. 

Jadi, tidak pernah ada salahnya menempuh jalan Halal. Meskipun aku juga tidak menyalahkan loh bagi yang ingin mengkonsumsi Obat Cina dsb. Karena proses penyembuhan orang kan berbeda-beda. Disini aku hanya menekankan, kalau tidak terpaksa banget lebih baik tidak usah beli obat yang macam-macam. Apalagi kalau obatnya tidak halal. 

Dan, jangan lupa untuk banyak berdoa juga. Selain itu, banyakkah berbuat baik agar orang lain juga turut mendoakan kita. 

9. Banyak Istirahat

Tips selanjutnya dariku adalah perbanyaklah istirahat terutama pada bulan pertama pasca melahirkan cesar. 

Melahirkan itu capek loh. Mau normal kek. Mau cesar kek. Capek karena kondisi bayi lagi labil-labilnya. 

Yang mana tiap malam ngajak begadang. Dikit-dikit nangis. Dikit-dikit pup. Dikit-diin minta gendong melulu. Makanya, kalau bayi bobok.. Kitanya bobok juga. 

Kerjaan rumah gimana? Nah, makanya aku cerita di awal kalau aku lebih baik giat nabung demi punya ART dari pada ujung-ujungnya kecapean terus jahitan bermasalah. Malah lebih banyak keluar duit juga kan? 

Terbukti banget loh dengan banyak istirahat maka bekas luka juga cepat sembuh. Asal jangan seharian aja diatas kasur. Salah juga begitu woy.. Hihi.. 

Intinya bergerak sewajarnya saja. Jangan terlalu capek dan juga jangan lupa perbanyaklah cemilan sehat di rumah. 

10. Jaga Kewarasan

Ngaruh gak sih kewarasan dengan menyembuhkan luka cesar? 

Ngaruh banget sih buat aku. Haha. 

Soalnya dulu aku kan pernah kena baby blues pas anak pertama. Terus pernah saking ‘enggak warasnya’ aku marah-marah sambil angkat kasur. Padahal itu 2 minggu pasca operasi. Mana kasurnya versi gede pula yang 120×180. Alhasil jahitan langsung sakit. Wkwk.. 

Kalau bisa nih.. Pasca melahirkan itu enggak usah banyak menerima tamu. Apalagi kalau kitanya agak sensian. Kek aku nih. Kalau habis melahirkan entah ada hormon apa itu.. Enggak bisa denger orang ‘ngasih nasihat’ pikiranku mesti agak negatif. 

Jadi penting banget menjaga kewarasan dengan mengurangi gangguan-gangguan silaturahmi dari luar. Itu cara waras versi aku ya. Cara waras versi kalian mungkin berbeda. 

***

Nah, itu dia 10 hal yang aku lakukan untuk menyembuhkan bekas luka pasca cesar. Jujur, cesar kedua ini lebih nyaman dan rileks. Saking nyamannya, 40 hari pasca operasi aku berani naik motor bawa bayi. Ya ampun, jangan ditiru sih. Ini pas kepepet aja kemarin. 

Tapi serius, sampai sekarang lukanya benar-benar biasa aja. Enggak ada cenat cenut atau apalah itu.

Mungkin juga ya gara-gara 2 minggu enggak mandi itu.. Wkwkkwk.. 

Punya pengalaman juga untuk nyembuhin luka cesar? Sharing denganku yuk! 

Kenapa Teori Konspirasi Covid 19 Bisa Tumbuh Subur di Indonesia?

Kenapa Teori Konspirasi Covid 19 Bisa Tumbuh Subur di Indonesia?

“Covid? Bull*hit lah.. Semua yang masuk rumah sakit dibilang covid semua..”

“Udah 3 bulan ini aku aktivitas normal. No masker. No jaga jarak. No cuci tangan. Liat deh, aku sehat-sehat aja.. “

“Masker adalah simbol berbudakan”

“F*ck WHO.. Jangan mau dibodohin Elite Global.. “

“Target utama covid 19 ini adalah melumpuhkan ekonomi negara-negara di dunia. Kita jangan terpengaruh. Harus dilawan!”

Ya ya.. Kalimat-kalimat diatas adalah hal yang paling sering aku dengar di media sosial akhir-akhir ini. 

Ada rasa gatal ingin ikut berkomentar dan adu argumentasi. Tapi kalau dipikir ulang dan membaca komentar-komentar yang kontra aku kembali menahan jempolku. Kemudian berpikir, “Percuma..”

Yah, setidaknya aku masih bisa menghindari pengaruh negatif dari media sosial dengan melakukan 4 hal: unfriend, unfollow, hide atau block sekalian. 

Tapi, jika teori konspirasi ini mulai berkembang kedunia nyata disekitarku.. Bahkan meracuni pemikiran orang-orang disekitarku hingga yang berkontak erat denganku.. Maka, aku tidak bisa diam saja. 

Yaaa.. Aku tidak bisa diam saja ketika melihat orang-orang dengan cueknya masuk ke rumahku tanpa memperdulikan protokol kesehatan. Aku juga tidak bisa diam saja ketika melihat salah seorang keluarga bersikeras berpendapat bahwa dokter dan tenaga medis lain menjadikan covid 19 sebagai lahan bisnis. Yah, semua orang punya bom waktu masing-masing bukan? 

Dan hari ini, aku akan belajar menuliskan covid 19 dari 2 sisi. Yaitu dari pandangan yang mempercayai teori konspirasi dan teori kesehatan. 

Benarkah Teori Konspirasi Covid 19? 

Pertama kali aku mengenal teori konspirasi adalah pada grup WAG. Pesan itu tersebar luas dibeberapa grup dan banyak yang mendukungnya. Sebagai ‘anak baik’, aku hanya bisa membaca sambil berdiam diri membaca komentar orang-orang di grup tersebut. Dan yaa.. Sekitar 30% teman-temanku sedikit mempercayai teori konspirasi. 

Jujur, akupun termasuk yang pernah mempertanyakan kebenaran teori ini. 

Tentang benarkah covid ini hanyalah penyakit flu yang diperparah dengan kecemasan berlebihan? 

Apakah benar tes PCR ini tidak akurat? 

Apakah benar ada sesuatu dibalik ini? Ada yang ditutup-tutupi? 

Dan bagaimana bisa Bill Gates hingga Om Mark ikut dikait-kaitkan sebagai ‘Elite Global’ yang menggunakan Covid 19 sebagai lahan bisnis? Bukankah mereka sudah cukup kaya? 

Apakah mereka punya tujuan “Controlling the World?”

Begitu? 

Aku juga pernah dengan seksama memperhatikan video viral dari youtube tentang teori konspirasi tersebut. Dan yaa.. Harus aku akui, narasinya tergolong HEBAT. Saking hebatnya, aku langsung sadar bahwa ini sangat mirip dengan narasi Teori Bumi Datar aka Flat Earth yang pernah booming dahulu. 

Dari situlah aku langsung melupakan racun konspirasi covid. Ayolah, ini konyol. Pikirku. Rakyat indonesia yang peka tidak mungkin langsung menelan mentah-mentah hal seperti ini. 

Dan ternyata, aku salah. 

Sudah sekitar 3 bulan ini aku mengikuti instagram Jrxsid. Hanya sekedar memantau ig storynya. Satu sisi, aku sedikit mengerti pola pikir drummer SID ini. Tapi sisi lainnya.. Ya ampun aku gemes sekali. Bahkan pernah rasanya aku ingin menyumpah-nyumpah. Tapi sudahlah, itu sosial media punya dia. Hak dia mau ngapain. Kalau tidak suka tinggal unfollow. Begitukan aturan bersosial media? 

Eh tapi kok ya enggak aku unfollow?

Simple. Aku pengen reframing lebih jauh tentang pikirannya. Kalau kata seorang Guru, baik jahatnya seseorang itu tergantung dari cara kita memandang. Dan sesungguhnya, kalau kita mau melihat dari berbagai sudut.. Tidak ada orang yang jahat banget atau baik banget. Tapi kalau ada orang yang tidak paham, bukannya harus diluruskan? 

Ya.. Harus diluruskan. 

Karena banyak sekali ternyata orang-orang yang sepemahanan dengan Jerinx ini. BANYAK BANGET. Setuju? 

Tapi semakin aku sering kepo dengan story jrx dsb ini.. Semakin aku sadar bahwa mereka memiliki alasan kenapa bersikeras berpendapat covid hanya konspirasi. Kenapa banyak follower yang mendukung mereka. Itu semua masuk akal jika dijabarkan alasannya. 

8 Hal Penyebab Teori Konspirasi Menyebar Luas Di Indonesia

Yup, setidaknya aku menyimpulkan ada 8 penyebab meluasnya teori konspirasi di indonesia, hal itu antara lain adalah:

1. Terdesaknya Situasi Ekonomi

“Lo sih enak ya bilang DI RUMAH AJA.. DI RUMAH AJA.. Lo kaya. Duit lo segudang. Pikirin nih masyarakat misquen yang duitnya sehari abis dan bingung besok masih bisa makan apa enggak!”

Jleb. Kata-kata itu langsung menusuk hatiku. 

Dan sejak itu, aku tidak pernah lagi mengkampanyekan #dirumahAja di sosial mediaku. Aku lebih sering berfokus pada menggaungkan protokol kesehatan. Terutama untuk mereka yang masih terpaksa bekerja di luar sana. Kupikir, tidak semua orang bernasib beruntung. Dan setidaknya dengan era new normal ini ekonomi akan sedikit memulihkan diri.

Kuharap, dengan menggaungkan protokol kesehatan yang ketat.. Setidaknya aspek kesehatan dan aspek ekonomi jadi seimbang.. 

Akan tetapi.. Tidak lama kemudian setelah New Normal diberlakukan..

“Masker simbol perbudakan.. “

“Maskerlah yang bikin sesak nafas. Bukan virus corona..”

Dan beberapa kafe dibuka. Masyarakatpun mulai tidak peduli lagi dengan social distancing dan memakai masker. Mereka mulai percaya teori konspirasi. Kemudian, muncullah kata-kata ini..

“Lo sih enak di rumah aja gak pake masker. Kami yang harus bekerja diluar.. Sesak kalau harus selalu memakai masker. Masker yang bikin corona. Virus corona cuma konspirasi..”

“Lo bayangin dah. Hampir tiap bulan kami para pedagang kena tes masal. Kalau hasilnya reaktif orang sekitar kami pada mengucilkan kami. Dagangan kami gak laku. Bagaimana kami bisa hidup?”

“Tes covid itu sengaja mempositifkan hasilnya. Supaya kami tidak bisa lagi mencari nafkah..”

“Kami lapar. Kami terpuruk. Bukan karena virus corona yang mematikan. Tapi kami dimatikan terlebih dahulu oleh stigma masyarakat. Kami tidak punya pilihan lain selain menganggap corona sebagai konspirasi untuk bisa bertahan hidup”

Masyarakat Kecil

Ekonomi down – Segala Teori Akhirnya Dibenarkan..

Ketika manusia kelaparan. Maka daging tikus yang sudah dimasakpun dianggap enak sekali. Bukankah begitu?

2. Aspek Psikologis Manusia

Well, bukan hanya faktor terpuruknya ekonomi yang menyebabkan teori konspirasi berkembang luas tapi juga faktor psikologis manusia. 

Iya, Banyak kok yang ekonominya menengah keatas tapi juga percaya teori konspirasi. Beberapa teman dan keluargaku mungkin bisa dijadikan contohnya. Mereka tidak dalam kondisi terhimpit ekonomi karena corona. Tapi, suka sekali bersikeras kalau corona hanya ‘mainan tenaga medis’

“Halah, semua yang masuk Rumah Sakit sekarang dibilang covid kok..”

“Konspirasi aja tuh. Alat tes nya memang bikin semuanya positif..”

“Yang meninggal kecelakaan aja dimakamkan gaya covid..”

“Kan tenaga medis dapet insentif lebih kalau ada pasien covid.. “

(Tahan tahan.. Yang punya keluarga tenaga medis pasti panas sekali mendengarnya bukan?) 

Yup, covid seakan dianggap remeh keberadaannya. Seiring meningkat tajam kasusnya, malah semakin sedikit yang takut dengan covid. Dan justru sudah dianggap hampir tidak ada. 

Seseorang pernah berkata kepadaku bahwa ada 2 tipe manusia ketika dihadapkan pada suatu masalah. Yang pertama, adalah ia yang menganggap masalah itu nyata. Kemudian memecahkan masalahnya dengan langkah yang realistis. 

Tipe yang kedua adalah ia yang mengubah bentuk masalah itu dalam perspektif yang berbeda. Kenapa begitu? Untuk mengurangi kadar kecemasan. Karena setiap manusia itu unik, ada yang memiliki tingkat kecemasan yang berlebihan dan berbahaya jika tidak dikurangi. Maka, ia lebih memilih untuk melupakan bahkan membenarkan teori yang lebih nyaman di pikirannya. 

Dan teori konspirasi membuat pikiran ‘beberapa’ manusia lebih rileks dalam menghadapi pandemi. 

Hal ini baik jika tidak merugikan orang lain tentunya. Masalahhya, teori konspirasi sangat merugikan beberapa pihak. Bukankah begitu? 

3. Rumitnya Mengenali Tingkah Polah ‘Si Virus Baru’

Jujur, baru kali ini sepertinya dalam sejarah hidupku sekolah dibubarkan sedemikian lamanya. 

Dan baru kali ini dunia dibuat pusing dengan peraturan WHO yang berubah-ubah. 

Masih ingat ketika awal pandemi terjadi? Sekitar bulan Februari di negara tetangga dan resmi di indonesia ketika bulan Maret. Banyak peraturan dan prosedur baru yang berubah-ubah. 

Awalnya, Para Dokter dan Pakar Kesehatan serta tentunya juga WHO menganjurkan hanya yang sakit saja yang memakai masker. Beberapa waktu kemudian, semua orang diwajibkan memakai masker karena dikhawatirkan carrier tanpa gejala bisa menularkan dropletnya hanya dari bernafas dan berbicara. 

Peraturan kesembuhan untuk pasien covid pun berubah-ubah. Dari yang awalnya harus melalui 2x tes negatif hingga akhirnya pasien dinyatakan sembuh jika sudah tanpa gejala dalam waktu 14 hari. Karena virus Covid 19 diyakini tidak infeksius jika sudah 14 hari walaupun tesnya masih positif. 

Saat membaca peraturan baru tersebut, jujur saja pikiran luguku mulai bermain. 

Jadi, apakah OTG selama ini bukan carrier yang infeksius? Bukankah pasien dinyatakan sembuh walau masih terdiagnosa positif? Bagaimana kalau ternyata aku sendiri pernah terpapar dan virusnya masih ada namun tidak infeksius? Ah entahlah.. 

Yang jelas INI VIRUS BARU dan sebagai masyarakat awam, patuhi saja protokol kesehatan yang ada. 

Tapi tidak semua orang berpikir sama sepertiku. Ada yang sudah mulai melonggarkan kewaspadaan mereka, lalu berpikir apakah virus ini sejatinya memang tidak ada? 

Karena virus ini memiliki seribu wajah. Kan aneh sekali? Ada yang diare saja, ternyata positif covid. Ada pula yang tidak demam dan sesak nafas, hanya tidak selera makan.. Ternyata positif covid. 

Sifat virus baru yang sungguh rumit ini akhirnya membuat beberapa orang percaya dengan teori konspirasi. 

4. Prosedur Kewaspadaan Rumah Sakit yang Tidak Bisa Dipahami Semua Orang

“Ya ampun masa menolong orang kecelakaan aja tim medis pakai hazmat suit.. Pasti dianggap corona tuh.. “

“Pokoknya jangan berani-berani ke Rumah Sakit pas masa pandemi gini. Nanti kamu di diagnosa corona.. “

Well, padahal kenyataannya.. Prosedur pelayanan masyarakat saat pandemi ini memang harus demikian. 

Tenaga medis harus selalu waspada. Karena setiap pasien bergejala maupun tidak akan berpotensi menularkannya kepada tenaga medis. Bukankah mereka adalah pahlawan garda terdepan dalam pandemi ini?

Sudah tau bahwa korban Tenaga Medis yang meninggal karena Covid 19 di Indonesia termasuk salah satu yang tertinggi di dunia? Kenapa sampai terjadi hal ini? 

Karena pada awal pandemi, tenaga medis kekurangan APD.

Pada awal pandemi corona, tenaga medis juga tidak sewaspada sekarang. Sehingga banyak dari mereka yang terpapar hingga meninggal dunia. Karena itu, mereka belajar dari kejadian terdahulu bahwa dalam masa pandemi ini APD lengkap adalah hal yang wajib. 

Sayangnya banyak masyarakat yang takut dengan tenaga medis yang memberlakukan mereka seperti pasien covid. Takut mengeluh bergejala kalau saja langsung didiagnosa covid 19. Apalagi kalau tiba-tiba meninggal dan harus melalui prosedur pemakaman covid. Banyak masyarakat yang tidak terima kemudian membenarkan teori konspirasi. 

Sepertinya, aku sudah sangat sering membahas hal ini di ig story hingga status WA. Banyak sekali masyarakat yang gagal paham dengan prosedur kewaspadaan yang diterapkan di rumah sakit. Dimulai dengan segala prosedur harus melalui tes hingga kebijakan tes masal dimana-mana.

Hal ini juga menciptakan konflik serius antara masyarakat dan tenaga medis. Tidak jarang aku melihat berita tentang tenaga medis yang dipukul oleh orang yang anggota keluarganya berstatus PDP sehingga terpaksa dimakamkan secara covid, hal ini karena hasil tes yang belum keluar. 

Aku harap, banyak masyarakat yang mengedukasi dirinya sebelum menghakimi para tenaga medis. Belajar dan terus belajar dengan reframing. Jika tenaga medis sedemikian jahatnya.. Mengapa banyak dokter dan perawat yang berguguran ditengah pandemi ini?

5. Dorongan Bersosialisasi secara Normal

Manusia itu makhluk sosial. Seintrovert apapun manusia, mereka butuh berinteraksi secara nyata dengan orang lain. 

Yah, akhirnya aku menyadari hal ini selama di rumah saja. Seintrovert apapun diriku, aku butuh berkumpul dengan teman yang satu passion denganku. Berkumpul secara nyata. Bukan hanya lewat online. 

Tapi aku tetap sabar menahan semuanya. Walaupun sudah era new normal. Terkadang merasa sangat bersyukur karena sudah memiliki keluarga dimana masih bisa tertawa bersama. Terbayang kalau aku sendiri masih single, bekerja diperantauan dan ngekos atau ngontrak rumah sendirian? How lonely! 

*eh kok jadi curhat. 

Yah, serius. Faktor dorongan bersosialisasi secara normal ini juga sangat mempengaruhi seseorang untuk percaya pada teori konspirasi. Apalagi jika kita berada di lingkungan sosial yang cuek bebek pada protokol kesehatan. Cepat atau lambat akhirnya dorongan sosial itu mempengaruhi pola pikir kita. 

6. Kurangnya Literasi

Well, ini related banget sama nomor 4. 

Yup, masyarakat kita itu banyak yang malas baca. Hobi nonton youtube dengan tayangan yang oke sama nalarnya aja. Makanya teori konspirasi sukses besar dalam penyebarannya di grup WA keluarga. Masyarakat indonesia lebih suka scroll sosial media dibanding baca. Lebih suka melihat aktivitas artis panutannya dibanding berguru yang benar. Laaah.. Yang diliat cuma sekelas jerinx doang.. 😅

Padahal kunci untuk melawan teori konspirasi itu simple loh. Banyakin baca. Berguru pada YANG AHLI. 

Covid 19 ini nyata, bukan halusinasi. Nyata secara penelitian, sudah jelas banyak yang tertular. Yang mati random. Gak cuma yang punya penyakit bawaan tapi juga yang sehat bugar. Tapi selalu saja ditolak kenyataannya hanya berdasarkan teori yang tidak jelas kebenarannya. 

Banyaklah belajar. Percayailah teori dari orang-orang yang valid keilmuannya. 

Dari Covid 19 aku banyak belajar, bahwa yang kita lawan bukan hanya virus.. Tapi kebodohan. 

7. Aturan Pemerintah yang Labil

Boleh gak ya nulis beginian? 

Boleh aja deh ya. Ini kan blog aku. Opini aku. Suka-suka. Haha

Jujur ya aku sedikit kecewa dengan lambatnya penanganan covid 19 di indonesia. Bahkan, pemerintah sempat menganggap remeh virus ini dengan membiarkan semua negara memiliki akses masuk ke Indonesia ditengah pandemi corona. Alasannya, covid 19 tidak mengerikan dan cuaca indonesia yang tropis bisa menangkalnya. Apalagi penduduk indonesia rajin minum jamu.. *eh.

Akibatnya, banyak sekali yang masih menggaris bawahi pernyataan pemerintah ini sampai sekarang. Menganggap bahwa covid 19 ini penyakit biasa saja. Bahkan, aku sepertinya sudah hampir 5x menonton video menkes di igs jrx tentang memakai masker untuk yang sakit saja. Padahal, video itu masa ketika awal covid melanda. Dan masih banyak pernyataan petinggi lainnya yang dijadikan acuan bagi masyarakat untuk menggampangkan virus ini. 

Belum lagi cerita tentang mudik vs pulang kampung. 😅

PSBB dilonggarkan, era new normal. Kupikir akan membuat masyarakat sedikit semangat untuk memperbaiki ekonomi dengan tingkat kewaspadaan yang tinggi. Ternyata? Aku salah. Himbauan pemerintah seakan diabaikan. Sebagian dari mereka masih saja percaya dengan statement awal pemerintah.

8. Berita Media yang Terlalu Banyak Menebar Ketakutan

Apakah dengan banyaknya berita ketakutan masyarakat akan lebih mentaati protokol kesehatan? 

Ternyata tidak, menurutku yang selama ini selalu kepo dengan ig story Jrx.. Media yang menebar ketakutan ini justru menjadi senjata bagi kaum pemercaya konspirasi untuk menggaungkan betapa hoax nya WHO dsb. 

Bahkan, akhir-akhir ini aku kembali kepo dengan akun @duniamanji atau anji yang sedang ramai diperbincangkan karena sempat mengunggah foto pasien covid meninggal yang dibungkus plastik lengkap dengan captionnya. 

Pada caption akhir Anji mengungkapkan

 “Saya percaya cvd (Covid-19) itu ada. Tapi saya tidak percaya bahwa cvd semengerikan itu. Yang mengerikan adalah hancurnya hajat hidup masyarakat kecil.”

Sontak Anji langsung diserang oleh para netizen karena dianggap menyepelekan covid dan mempercayai teori konspirasi. 

Well, aku lalu memperhatikan feed ig duniamanji. Menurutku sendiri, Anji ini bukan orang yang percaya teori konspirasi layaknya Jrx. Anji bahkan masih taat pada protokol kesehatan.

Adapun soal kata-kata Anji yang berkata bahwa Covid tidak semengerikan itu.. Kurasa kata-kata ini masih bisa ditoleransi. Apalagi Anji bukanlah tenaga ahli dalam hal ini. I mean.. Masih ingatkah kalian bahwa pada awal pandemi covid 19 ini.. Banyak para dokter yang juga mengatakan hal serupa dengan Anji. Itu Dokter loh. Dan tentu saja sekarang hampir tidak ada lagi dokter yang berkata demikian saat melihat kenyataannya.

Kepo dengan akun ig @duniamanji dan membandingkannya dengan akun @jrxsid.. Aku merasa si Anji ini tidak ada apa-apanya dibanding jerinx. Anji hanya menekankan pada media yang selalu membawa berita ketakutan. Aku tidak menemukan Anji yang bilang, “Jangan pakai masker, masker simbol perbudakan, covid konspirasi dsb.. ”

Apakah ada? Cmiiw ya.. Soalnya akupun baru-baru saja kepo dengan akun ig Anji ini. 

Kulihat Anji hanya tidak memakai masker dalam keadaan sunyi. Ia tidak menganjurkan memakai masker ketika berolah raga. Well, apa sih salahnya? Aku sendiri juga tidak pakai masker ketika berolah raga di depan rumah. Asal dalam keadaan sunyi. 

Dalam inti caption pada feed @duniamanji, Anji hanya menegaskan bahwa media terlalu ekstrem dalam menghujani masyarakat dengan berita ketakutan (cmiiw yaa). Dan terus terang, aku setuju. Berita ketakutan hanya akan membuat sebagian masyarakat melawan, bukan semakin takut dan taat pada protokol kesehatan. 

Oke, covid ini penyakit mengerikan. Aku setuju. Tapi please jangan terus menghujani masyarakat dengan berita negatif saja wahai media. Aku sangat setuju hal ini. Sejak melihat video dari Project Nighfall dan Prince Ea, aku sudah meredam sedikit ketakutanku dan menyisakannya untuk kewaspadaan. Tidak lagi bersikap paranoid berlebihan. 

Well, masyarakat pun perlu KESEIMBANGAN. 

Please tolong juga sampaikan bahwa banyak pasien covid 19 yang sembuh. 

Please tolong juga sampaikan tentang perkembangan vaksin dunia. Tentang inovasi obat untuk covid 19 yang telah dicoba dan berhasil. 

Please tolong juga beritakan tentang banyaknya pasien dengan penyakit bawaan yang sembuh. 

Masyarakat butuh itu untuk menyeimbangkan diri dengan berita negatif. Agar jiwanya tidak merasa takut berlebihan lalu mencari pelarian dengan membenarkan teori konspirasi. 

Dan please, untuk teman-teman yang memiliki pengaruh di sosial media. Yang memiliki ratusan like hingga engagement yang tinggi.. Mari mulai seimbangkan berita positif dan negatif. Tunjukkan fakta pahit dan manis. Agar covid 19 tak lagi dianggap main-main. Agar masyarakat waspada dan tetap menerapkan protokol kesehatan. Tidak cemas dan stress lalu berhalu-halu ria dengan teori konspirasi.

Yuk, Tidak Pernah Ada Salahnya Waspada dengan Memakai Masker dan Terus Mentaati Protokol Kesehatan

Kepo dengan ig jrx hingga duniamanji mengajarkanku untuk bisa reframing dengan sudut pola pikir manusia lainnya. Mereka membuatku sadar untuk bisa mengerti keadaan sudut dunia yang lain. Untuk itu, walau sedikit merasa gemes.. Tentu aku berterima kasih. Paling tidak aku bisa menulis dari tuangan ekspresi mereka. 

Dan yaa.. Bagaimanapun juga kita tidak bisa memaksakan pendapat semua orang untuk sesuai denganku. Tulisanku ini hanya sekedar sebuah insight berbeda dari diriku yang awalnya selalu berkata #dirumahsaja.

Didunia ini, setidaknya ada 4 golongan berbeda dalam memahami covid 19.

Dan penganut teori konspirasi adalah mereka yang berada pada golongan 3 dan 4. Entah tekanan psikologis, kurangnya literasi atau ekonomi yang membuat mereka membenarkan teori itu. Tapi bagaimanapun juga.. Please, tidak ada salahnya kok waspada dengan memakai masker. 

Aku tahu daya tahan tubuh kalian yang menganut teori konspirasi mungkin diatas rata-rata. Mungkin juga beberapa dari kalian adalah manusia super saiya. Sehingga para dokter pun tak berani menerima tantangan Jrx. 

Tapi, virus ini nyatanya bukanlah sebuah konspirasi. Korbannya sudah banyak. Bahkan orang sehat sekalipun bisa meninggal dibuatnya. Tolong, berempatikah sedikit. Aku tau kalian tidak punya rasa takut. Kalian kuat. Bersinar. Tapi tolong.. Berempatilah. 

Aku tau kalian sudah banyak menyumbang untuk masyarakat miskin. Kalian menciptakan semangat dan produktivitas dengan cara yang lain. Tapi tolong, berempatilah pada sudut yang lain. 

Terakhir, izin memuat kuotenya ya Bang Tere Liye. 

IBX598B146B8E64A