Gigi Susu Seri Anak 20 Bulan Patah? Aku Harus Bagaimana?

Gigi Susu Seri Anak 20 Bulan Patah? Aku Harus Bagaimana?

BRAK

Humaira jatuh dibelakangku ketika hendak menaiki kursi kerja Ayahnya. Biasanya, ia tidak pernah jatuh. Tapi lihatlah hari itu? 

Rupanya ia menaiki kursi itu dari atas kasur. Karena si kursi memiliki roda, maka kursinya maju ke depan saat ia naiki. Berakhir dengan suara bruk dan tangisan Humaira yang kencang. 

Aku langsung menghampiri Humaira sambil melihat kearah wajahnya. Ia memegang mulutnya. Tidak ada darah waktu itu. 

Tapi saat kubuka mulut Humaira. Aku shock. 

Gigi serinya patah. Patah membentuk huruf V dengan pola membelah giginya. Gusinya berdarah. Patahan gigi itu langsung aku amati, kemudian aku lihat lagi kearah giginya yang patah. 

Ya Allah. Goyang. 

Sebuah Penyesalan: “Kenapa Kamu Harus Jatuh Humaira?”

*tak kusangka ini adalah foto kecil Humaira dengan gigi seri cantik dan sehat yg terakhir..hiks*

Akupun langsung berteriak memanggil suamiku. Ayah Humaira langsung datang dan melihat kearah gigi Humaira. Melihat ekspresi panikku, ia lantas berkata, “Gakpapa.. Gigi susu juga. Nanti bakal tumbuh lagi..”

“Tapi giginya goyang pah, Humaira masih belum 2 tahun bahkan. Masa sudah ompong. Gigi susu ini jangan dianggap remeh. Bakal ngaruh ke pertumbuhan gigi permanennya nanti.”

“Enggak papalah.. Udah gak usah panik. Kan cuma patah doang.”

“Harus ke dokter pokoknya..”

“Kalau kedokter bisa diapain juga? Anak kek Humaira gini paling ngamuk-ngamuk kalau disuruh buka mulut..”

Akupun mencoba berpikir logis. Benar juga, kalau dibawa ke dokter memangnya bisa diapakan? Toh tidak bisa ditambal. Paling-paling hanya dibersihkan. 

Sambil memeluk Humaira erat dan menyusuinya. Aku menyesali kelengahanku dalam menjaganya hari itu. Andai saja aku tidak lengah. Andai aku melihat. Andai.. Andai.. Andai.. 

Mungkin Humaira tidak akan jatuh andai saja aku saat itu tidak memegang handphone. 😭

Baca juga: Ketika Gigi Seri Emak Patah

Pertolongan Pertama Ketika Gigi Susu Anak Patah

Saat hatiku ingin sekali melempar smartphoneku demi menyalahkannya maka aku menatapnya kembali. Pikiran logisku masih bekerja. 

Aku langsung menghubungi dokter gigi langgananku, memoto gigi Humaira dan meminta saran darinya. Kalau harus ke dokter maka aku akan bersiap dan segera ke dokter. Aku tidak peduli dengan pandemi, yang jelas ini urgent. 

Akan tetapi.. 

Yah, begitulah balasan dari Dokter. Satu sisi aku sedikit lega karena mungkin trauma gigi Humaira tidak seserius yang aku pikirkan. Tapi disisi lain, aku merasa harus banyak confirm pada dokter selain ini. Maka, akupun menanyakan pada temanku yang kebetulan suaminya adalah seorang Dr Gigi. Dan.. jawabannya seperti sebelah kiri gambar diatas. Hiks

Ya.. Tak cukup hanya bertanya kepada 2 Dokter Gigi, aku juga bertanya pada google. Membuka berbagai artikel yang related. Dan tentu saja mencari artikel blogger dengan pengalaman serupa. Namun hasilnya nihil. 

Sepertinya memang harus aku blogger yang menuliskan pengalaman pertama agar menjadi pembelajaran bagi yang bernasib sama. 

Sebagai pertolongan pertama saat anak jatuh dan cedera pada gigi. Maka rincian hal yang aku lakukan adalah:

-Segera menyusui anak untuk meredakan tangisan dan rasa sakitnya

-Konsultasi dengan Dr Gigi secara online. Bisa melalui WA atau aplikasi Halodoc. 

-Tidak memberikan makanan bertekstur keras, hanya memberikan susu dan bubur

-Membersihkan gusi dan gigi anak dengan cotton bud dan air garam saat ia tertidur. Jangan ditanya bagaimana caranya. Sulit sekali. Tapi harus berjuang. 

-Mengobati luka pada gusi (jika ada) dengan aloclair

-Kontrol kondisi gigi dan gusi anak dari hari ke hari. 

3 Hari Pasca Gigi Patah, Anakku terkena Radang Gusi

Hari kedua pasca jatuh, aku merasakan ada yang lain pada bau mulut Humaira. Terasa berbeda. Dan bau itu lengket pada payudaraku pasca ia menyusu. Akupun menepis kekhawatiranku. 

“Ah.. Namanya juga pasca jatuh.. ” Pikirku mencoba rileks. 

Aku selalu rutin membersihkan gigi Humaira. Walau jujur saja, pasca jatuh Humaira sangat takut disentuh bagian bibirnya. Termasuk adegan sikat gigi. Dulu, dia sangat suka sikat gigi. Karena itu giginya putih dan bersih. Pasca jatuh, dia jadi trauma kalau ada makanan atau benda yang menyentuh giginya. Akhirnya, segalanya penuh dengan tangisan. Hiks. 

Akupun tidak mau menyerah. Saat Humaira tertidur, aku sigap menyiapkan cotton bud dan larutan listerin+air untuk membersihkan giginya. Kadang ia terbangun karena sadar, kalau sudah begitu aku hanya bisa menyusui lagi lalu mengulanginya lagi saat dia tertidur. Sungguh sebuah perjuangan. Heu. 

Dan sedihnya, diatas semua perjuangan itu. Dihari ketiga pasca jatuh aku mendapati Gusi Humaira yang bengkak, bau mulutnya tambah parah. Dan sedihnya lagi, dia tidak mau makan.. 😭

Aku langsung sigap menghubungi Dokter langganganku, juga temanku. Menanyakan kepada mereka apakah anakku terkena radang Gusi? Karena dari gejalanya sangat mirip sekali. Gusinya bengkak, disentuh sedikit saja langsung berdarah, mulutnya bau, bahkan gigi sisanya terlihat mengecil saking besarnya bengkak digusinya. Gusinya sudah sebesar gigi disebelahnya. Mengerikan. 

Aku sangat sedih saat aku ingin ke dokter langgananku ternyata beliau tidak bisa. Saat sedang pandemi seperti ini rasanya aku tidak tega kalau membawa Humaira ke puskesmas atau ke RS dengan mengantri. Aku juga tidak mau hanya membawanya ke dokter anak karena toh dokter anak tidak bisa menangani giginya. Jangan tanya kenapa tidak dibawa ke dokter gigi yang lain. Karena sedihnya, praktik dokter gigi lain yang dekat dengan rumahku tutup selama pandemi. 

I feel so hopeless. Haruskah aku membawa ke dokter yang jauh dari rumah dan mengantri disana? Ditengah pandemi ke dokter gigi? Sendirian berkendara? 

Ketika Anak Terkena Radang Gusi di tengah Pandemi

Entah kenapa, saat sedang kalut begitu aku malah membuka instagram. Tidak sengaja aku melihat ig live tentang perawatan gigi susu pada anak. Nara sumbernya adalah seorang Dokter Gigi. 

Tanpa ba bi bu.. Aku langsung bertanya pada dokter tersebut tentang kondisi anakku. 

Saat mendengarkan penjelasanku sekaligus melihat foto gigi Humaira, Dokter tersebut langsung menyarankanku untuk segera ke dokter gigi. Akupun langsung menceritakan keadaanku. 

“Anaknya harus diberi antibiotik bu..”

“Boleh gak saya minta resep antibiotiknya saja dok?”

“Wah, harus dengan resep dokter langsung bu.. Soalnya saya tidak melihat kondisinya secara langsung.”

“Tapi dok, ini urgent. Dan dokter gigi saya tidak bisa menangani. Saya takut antri di RS kalau dengan bayi, kalau saya sendiri tidak papa. Praktik didekat sini tidak ada yang buka dok..”

Akhirnya, dengan segala rayuanku.. dokter tersebut mau memberikan resep antibiotik. 

I know.. I know cara aku ‘salah’. 

Tapi setelah berdiskusi cukup panjang tentang efek samping dsb. Aku yakin bahwa memberikan antibiotik pada Humaira adalah jalan satu-satunya agar ia bisa sembuh. Karena radang gusi hanya bisa sembuh dengan antibiotik. Dan jika terlambat dan dibiarkan maka akan menyebabkan intrusi gigi. Hal ini bisa membuat gigi sisanya lepas begitu saja hingga terubahnya struktur gusi. Dan of course mempengaruhi tumbuhnya gigi permanen. 

Aku sangat beruntung dipertemukan lewat instagram dengan seorang dokter gigi yang sangat komunikatif. Ditengah kekalutanku begini. Saking komunikatifnya, aku jadi punya banyak ilmu baru tentang gigi anak. Dan Dokter ini luar biasa sekali, dia bahkan rutin menanyakan kondisi anakku lewat DM Instagram. Hiks, speechless kan? 

Siapakah dokternya win? Aku jadi mau kepoin ignya. 

Aku tidak akan memberikan nama dokternya, karena terkait dengan pemberian resep ya. Takut niat baik malah jadi buruk nantinya. Hehe

Tapi serius, gimana kondisi Humaira setelah diberi antibiotik? 

Drama Memberikan Antibiotik pada Bayi dibawah 2 tahun

Gimana kondisinya Humaira?

Aku tidak akan bercerita seinstan itu. Karena cerita selanjutnya bukan seperti dongeng begini.. 

Beberapa hari setelah Humaira menghabiskan antibiotik, maka bengkaknya sembuh dan mengecil. Bau mulutnya hilang dan ia hidup bahagia selamanya.. 

Oh ferguso, hidup bahagia tidak seinstan itu. Tentu ada drama didalamnya. 

Hal yang lebih sulit dibanding membersihkan gigi Humaira pasca jatuh adalah meminumkan obat. Sungguh ini perjuangan sekali. 

Ditambah dengan sifat obat antibiotik yang horor. Yaitu harus dihabiskan dan sesuai dosis, kalau tidak maka bakterinya akan resisten. Artinya bakal makin parah. Horor kan? Orang gede aja susah on time minum obat. Yang ini bayi woy.. Bisa dimuntahin pula. Hiks. 

Hari pertama pemberian antibiotik sirup, Humaira langsung sigap memuntahkannya. Untungnya tanganku sudah bersiap menengadah muntahannya. Untungnya tidak ada makanan disana. Pure hanya obat. Sehingga bisa diminumkan lagi. 

Aku lalu bersiasat untuk mencampur obatnya dengan air putih di gelas. Namun percuma, Humaira tau rasa airnya berbeda. 

Trik terakhir, ya memang mau tidak mau bayi harus dipaksa. Apalah itu ilmu parenting yang bilang bla bla.. Aku tidak peduli. Ini urgent. 

Saat meminumkan obat aku perlu bantuan suami untuk membuka mulut Humaira dan menahan tangannya. Sedih jika mengingat adegan itu. Tapi bagaimana lagi, sebagai orang tua kami hanya ingin anak sembuh dari sakitnya. 

Hari kedua pasca minum antibiotik, bengkak gusi Humaira sudah berkurang, begitupun bau mulutnya. Ia juga sudah mulai mau makan. Meski masih sangat amat sulit untuk menggosok gigi. Gusinya masih sensitif ketika dibersihkan, terkena cotton bud saja langsung berdarah. 

Gigi Patah Pada Bayi hingga Radang Gusi? Bisa sembuh kok! 

Oke langsung lanjut hari terakhir pemberian antibiotik saja ya. Karena kalau drama terlalu panjang nanti jadi ‘terjatuh 1,terjatuh 2,terjatuh 7..’ kan panjang kayak sinetron. Jadi loncat aja. 😌

Pasca antibiotik sudah habis, bengkaknya sudah hilang. Hanya menyisakan sedikit benjolan gusi. Dan aku berharap ini tidak akan mempengaruhi pertumbuhan gigi permanennya. Amiin. Dan berikut bisa dilihat proses perubahan pada gusi dan giginya.

Seiring dengan hilangnya radang gusi, gigi Humaira yang patah dan goyang sebelumnya juga menjadi sedikit menguat. Awalnya goyang sekali loh. 

Walau giginya tidak bisa dipakai untuk menggigit tapi aku bersyukur sekali karena bau mulut Humaira sudah hilang. Yang menjadi peer sekarang ini adalah bagaimana cara merawat giginya yang patah itu? 

Iya, karena tidak bisa digosok. Aku takut goyangnya tambah parah. Dan hanya bisa dioles lembut memakai cotton bud. Dan itu tidak maksimal membersihkan. 

Akhirnya, kami hanya bisa menjaga saja. Dengan tidak memberikan Humaira makanan yang manis-manis hingga sering-sering menyuruhnya minum air putih. 

Giginya yang goyang itu, sekarang warnanya sedikit coklat dibanding gigi yang satunya. Tetapi, ah yang namanya bayi.. Tetap saja senyumnya lucu sekali. 

Semoga gigi permanenmu akan baik-baik saja ya Humaira. 

Maafkan mama. 

PS: Kalian tau? Humaira tidak jera-jeranya naik kursi kerja Ayahnya. Bahkan sekarang lanjut menaiki meja kerjanya. Ajaibnya anak kecil itu.. Mereka tidak mengenal trauma dan terus mencoba menjawab rasa ingin tahunya. 

Komentar disini yuk
0 Shares

14 thoughts on “Gigi Susu Seri Anak 20 Bulan Patah? Aku Harus Bagaimana?

  1. Saya baru ngalamin hari ini, anak sy jatuh pas sedang lari2an. gigi depan nya patah?? kt sbg ibu nyesel se nyesel2nya kalau tau dia mau jatuh kt bakal jagain tp inikan musibah gada yg tau?? kalau bisa dituker mending orgtua nya yg sakit drpda anak kasian, semua org blng ibu yg gak becus ngurus anak padahal semua ibu gak ada yg mau anaknya kenapa napa? anaknya sih selepas jatuh gak rewel tp kdng dia gak nyaman sama gigi yg patah itu, mau di tambal pun udh pasti anaknya gkmau ?

  2. Mom ini kejadian barusan dialamin anakku usia baru 15 bulan. Giginya patah 1 dan ompong. Sedih dan merasa bersalah banget 🙁

  3. Memang mb merawat gigi susu anak itu susah gampang deh. Anak kadang susah gosok gigi lah, suka makan manis lah, gak bisa diamlah…kayak anakku gigi depannya patah

  4. Kalau anakku sering banget kejedot bibirnya, tapi gak sampai ke gigi. Pernah sekali hanya berdarah setelah itu sembuh. Memang gigi susu itu tidak bisa disepelekan ya Mba. Semoga gigi Humaira baik-baik saja.

  5. Degdegan banget kalau yang ada kaitannya sama anak.
    Mana aku orangnya gampang nangis, heuheu…alhamdulillah dengan semuanya tenang, anak juga jadi gak trauma yaa.. Bisa tetap menjawab keingintahuan sang anak.

  6. Ya Allah kok aku pedih banget ya lihat giginya Humaira. Ternyata efek dari jatuh bisa sampai radang gusi. Perkara gigi susu memang bisa bikin emaknya stress abis, ya, Mak? Bukan lagi “Terjatuh 1-2-3” tapi bisa sampai “Tergores 13”. Sehat selalu ya, Humaira.

  7. Ya Allah, salut baca perjalanan merawat gigi susu anak yang patah, mamanya sabar sekali. Apalagi proses pemberian antibiotiknya, perjuangan sekali ya, Mbak. Semoga semua sehat selalu, ya…

  8. Alhamdulillah, Humaira sudah sembuh. Punya anak kecil memang harus ekstra menjaganya ya mbk. Karena usia usia seperti Humaira bebar benar masa aktif dan suka explore benda yang ada di sekitarnya.
    Sehat selalu Humaira

  9. Luka pada gigi atau mulut anak tuh jadi pr banget. Biasanya memang jadinya radang. Jadi ortu juga kudu siap mental. Alhamdulillah Mbak juga gercep buat cari pertolongan

  10. Huhu, bacanya aja ikutan nyeri mbak. Gak kebayang sedih dan nyeselnya. Dulu ponakanku jatuh dan giginya patah saat usia 2 tahun, ditambalin ke dokter gigi spesialis anak.

  11. Waktu umur 2,5 tahun anakku jatuh dan gigi depannya pun patah dong, akhirnya langsung aku bawa ke dokter gigi dan dikasih perawatan untuk menjaga supaya tidak rusak.

  12. Ya Allah mba sebagai sesama Ibu tau banget gimana panik dan sedihnya ya Mba. Alhamdulillah sekarang udah sembuh walau harus melalui banyak dramaaa…Emang ngasih obat atau antibiotik atau apapun ke anak apalagi kurang dari 2 tahu itu butuh perjuangan banget ya. Sehat sehat ya adeeek…

  13. Keponakanku pernah juga mengalami pas usia 2tahunan, lari2 jatuh bahkan sampai 2 giginya yang patah. Inget kejadian ini juga rasanya masih ikut merasa nyeri. Untungnya sekarang sudah 8 th dan gigi tumbuh normal. Terimakasih sudah share cerita mbak… ?

Komentari dong sista

Your email address will not be published. Required fields are marked *

IBX598B146B8E64A