Gerakan Sederhana Muda Mudi untuk Mitigasi Perubahan Iklim
“Ma, apakah dulu banjir memang semengerikan ini?”
Pica bertanya padaku dengan keheranan sambil melihat tayangan banjir yang terjadi di Barabai awal tahun lalu.
“Hmm.. Gak juga Pica, dulu ya banjir juga. Tapi, gak sampai merobohkan jembatan dan menghanyutkan banyak rumah begini..”
“Kenapa bisa gitu ya ma?”
“Banyak faktor sih Pica, yang nyata terjadi itu pepohonan ditebang tanpa reboisasi. Tambang dimana-mana. Hutan udah gak kayak dulu. Manusia butuh itu tapi lupa untuk merawat lagi. Air hujan gak terserap. Dan kita belum bicara soal pemanasan global akibat itu semua. Perubahan iklim nyata terjadi akhir-akhir ini. Hiks”
“Perubahan iklim? Maksudnya besok panas hari ini hujan gitu ya Ma?”
“Bukan Pica, lebih rumit dari itu.. Yang jelas ini tanggung jawab kita bersama.”
Perubahan Iklim, Salah Siapa?
Sebenarnya, perubahan iklim di bumi itu salah siapa? Apakah memang bumi kita sudah terlalu tua? Atau, memang kita sebagai manusia harus sedikit intropeksi diri?
Perubahan iklim terjadi diawali dengan adanya pemanasan global yaitu kondisi dimana terjadi peningkatan konsentrasi gas rumah kaca yang diantaranya terdiri dari karbondioksida, metana, nitrogen dsb. Sehingga membuat konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer semakin meningkat.
GMKG
Kita bisa melihat kenaikan air laut mulai berubah sehingga mengurangi wilayah permukaan pantai, bahkan suhu udara pun juga mulai meningkat. Dan bencana yang begitu membekas di awal tahun 2021 adalah peningkatan curah hujan yang menyebabkan banjir terparah di Kalimantan Selatan. Bahkan, banyak korban tanah longsor di daerah Pelaihari, kampung halamanku dahulu. Sedih sekali jika mengingat kembali. Tak cukup sampai disitu, jembatan yang bertahun-tahun kokoh pun ambruk ditengah bencana banjir.
Wabah penyakit pun juga turut disebabkan oleh adanya perubahan iklim. Setelah banjir mulai surut, ramai wabah demam berdarah melanda berbagai daerah. Dampak perubahan iklim memang tidak main-main.
Lantas, salah siapa semua ini?
Ya.. Zaman semakin maju, manusia yang awalnya hanya butuh sandang pangan papan kini mulai meningkat kebutuhannya. Lama kelamaan, hal yang dulunya hanyalah kebutuhan sekunder meningkat menjadi kebutuhan primer. Karena zaman semakin maju, manusia tak bisa hanya diam di tempat dan ketinggalan. Maka, berbagai inovasi pun terjadi.
Manusia butuh listrik, transportasi dll. Maka, pertambangan minyak bumi, batu bara dan penebangan hutan pun dilakukan untuk memenuhi segala kebutuhan manusia.
Perubahan iklim memang disebabkan oleh peningkatan gas rumah kaca. Tapi, peningkatan itu terutama berasal dari proses industrialisasi, pembakaran bahan bakar fosil dari kendaraan bermotor, penggundulan hutan dan perubahan tata guna lahan, bahkan hal kecil seperti penggunaan aerosol pun ikut berperan.
Sesungguhnya, tidak akan jadi masalah jika saja inovasi diiringi dengan perbaikan. Namun, kadang manusia lupa akan perbaikan. Ia hanya tertarik dengan produktifitas yang tinggi. Atas nama kebutuhan bersama dan adanya keserakahan segala hal menjadi dibenarkan. Kesalahan pun dilakukan terus menerus sehingga menyebabkan hal yang besar. Termasuk itu perubahan iklim.
Nah, Kalau diperhatikan, kesalahan manusia tak melulu diawali oleh hal yang besar. Biasanya, kesalahan besar diawali oleh kesalahan kecil yang dimaklumi. Sebut saja hal kecil seperti membuang sampah di sungai atau pinggiran pantai. Mereka melihat, oh tidak apa-apa. Toh cuma sampah kecil. Besoknya, sampah-sampah ini bertambah banyak.
Itu baru permasalahan sampah. Masalah yang sering terjadi di kalimantan atau tempat tinggal ku adalah permasalahan yang lebih dari itu. Setiap musim kemarau, kami harus ‘rela’ menghirup wangi asap pembakaran lahan selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Atas pembenaran lahan sawit yang dibutuhkan oleh banyak manusia di bumi.
Kami para warga kalimantan juga harus merelakan hutan-hutan yang digunduli demi pertambangan. Hal yang konon lebih banyak manfaatnya bagi seluruh dunia. Tapi kadang, manusia lupa akan manfaat hutan baginya.
Dan banjir besar pun datang. Hutan kalimantan sudah rusak, tak mampu menampung air hujan.
Aku menyadari bahwa tak hanya penduduk kalimantan yang merasakan dampak dari perubahan iklim. Diluar sana, banyak daerah yang mengalami kerusakan akibat gas buang industri. Banyak pula daerah yang langitnya tak secerah langit kalimantan akibat adanya kerusakan ozon. Aku juga melihat dan membaca keluhan teman-teman yang berada diluar Kalimantan.
Dari hal itu aku menyadari satu hal.
Sungguh perubahan iklim adalah tanggung jawab kita bersama.
Indonesia Mulai Sadar dan Berusaha Untuk Mitigasi Perubahan Iklim
Jika dampak perubahan iklim bagi kita adalah adanya bencana alam maka bagi petani Indonesia hal ini berpengaruh pada mata pencaharian mereka. Dan tentunya, jika tidak diatasi maka sumber pangan kita suatu saat juga dapat berpengaruh.
Dulu, petani Indonesia berpegangan pada pengetahuan lokal yang disebut pranoto mongso. Pranato mongso adalah penanggalan yang berkaitan dengan musim menurut pemahaman suku Jawa, khususnya dari kalangan petani dan nelayan. Dengan adanya pranato mongso petani jadi memiliki sedikit panduan terkait waktu tanam, jenis tanaman dan berbagai hal tentang budidaya pertanian lainnya.
Namun perubahan iklim ini nyata. Dan petani tidak bisa berpegangan pada pranato mongso lagi. Ketika masuk waktu tanam, malah tidak bisa dilakukan karena tidak turun hujan.
Maka, Indonesia terus memperbaiki teknologi pemantauan iklim dan cuaca. Dan berkat pembaruan teknologi pemantauan, prediksi yang awalnya hanya bisa dalam jangka waktu 3, 4 hingga 10 harian berturut turut maka kini bisa dilakukan hingga tiga bulan ke depan. Indonesia kini juga bisa membangun sistem peringatan dini cuaca dan iklim mulai dari prediksi terjadinya banjir, kekeringan, hingga kemungkinan mewabahnya penyakit demam berdarah akibat perubahan iklim.
Ya, pemerintah sudah berusaha untuk mengatasi dampak perubahan iklim. Pemerintah juga sudah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dengan cara memberikan penundaan bagi yang ingin membuka lahan, restorasi lahan gambut, pembangkit listrik tenaga terbarukan, serta rehabilitasi hutan untuk tujuan sosial. Dan apakah kalian tau? Program langit biru pun sedang ramai dilakukan. Dimana program ini juga memberikan kesadaran kepada kita untuk sadar akan pentingnya memakai BBM ramah lingkungan.
Tak cukup sampai disitu, berbagai program pun sering diadakan pemerintah. Namun, kita tidak mengetahui persis tentang itu karena tertutup informasi lainnya. Lantas, kita sebagai generasi muda dan tergolong biasa saja bisa melakukan apa sih untuk gerakan mitigasi perubahan iklim?
Tak Melulu Tentang Hal Besar, Banyak Hal Kecil yang Dapat Kita Lakukan untuk Mitigasi Perubahan Iklim
Pemanasan global mustahil untuk dihentikan 100%. Tapi, kita bisa melakukan hal kecil untuk menguranginya. Ya, hanya hal kecil.
Apakah aku sudah bercerita diatas? Bahwa Kesalahan-kesalahan besar yang dilakukan manusia biasanya diawali oleh hal kecil dan tergolong receh.
Contoh nyatanya adalah tanpa sadar kita membuang sampah kecil. Plastik bekas permen mungkin. Atau sekedar limbah sisa permen karet. Kecil sekali, bahkan mungkin kita tak sadar melakukannya. Tapi, sungguh kita telah berbuat salah pada bumi. Sudahkah kita meminta maaf?
Kita pun sering menggunakan sumber daya berlebihan. Lupa mematikan lampu, menutup keran air, membuang limbah sembarangan, jajan dan jajan kemudian lupa untuk membereskan segalanya.
Kita sudah sering mendengar tentang Zero Waste. Namun, atas nama ‘sok sibuk’ maka kita hanya mengabaikannya. Berdalih hanya orang-orang yang tak punya pekerjaan saja yang dapat melakukan itu. Lalu, kita berusaha menghemat pengeluaran hidup dengan dalih bahwa kita tak mampu. Kita merasa sakit hati ketika membeli pertamax, dompet kita menipis. Tapi tak pernah merasa sakit hati ketika mengapresiasi diri dengan setumpuk sampah jajanan online.
Lalu, ketika bencana datang kita cenderung menyalahkan pihak lain. Merasa hanya orang lainlah yang bersalah atas semua ini. Padahal, tanpa sadar kita juga adalah penyebabnya. Kita turut menikmatinya. Menikmati hasil dari penjajahan terhadap bumi kita sendiri.
Jika kau ingin mengubah dunia, mulailah dengan merubah dirimu sendiri.
Maka, yuk.. Dari sekarang kita mulai berbenah diri. Mari lakukan hal-hal kecil sederhana yang bisa dilakukan untuk mitigasi perubahan iklim.
Aku pun juga memutuskan. Mulai sekarang aku hanya akan berusaha semampuku saja. Dimulai dari merubah kebiasaan diriku sendiri. Dan tentu aku akan memulainya dengan hal yang paling aku senangi. Dimulai dari hobi. Apa saja itu?
Saatnya Muda Mudi Bergerak untuk Mitigasi Perubahan Iklim, Begini Hal Kecil yang Aku Lakukan bersama dengan Hobi dan Kegiatan Sehari-hari
Apa kalian tau? Bahwa sudah sekitar 1 tahun ini hobiku sudah berubah. Tak lagi hanya menulis di rumah, tak lagi hanya memasak dan mencoba mengulas skincare dan make up. Aku kini sangat menyukai aktivitas bersepeda. Saking sukanya, aku melakukannya setiap hari. Jika aku tak memiliki waktu di siang hari maka aku akan melakukannya di malam hari.
Kupikir, aku adalah tipe karakter introvert yang menyukai dunia bulat. Aku masih suka kesunyian tentu. Tapi, aku sangat menyukai pemandangan bumi ini. Aku sayang dengan bumi ini. Aku ingin mengelilinginya suatu hari nanti. Dan tentu saja aku ingin mengelilingi Indonesia terlebih dahulu. I loved Travelling!
Berikut ini adalah hal sederhana yang aku lakukan untuk mitigasi perubahan iklim sesuai dengan hobiku:
1. Menggunakan sepeda kemanapun
Sejak pandemi, mungkin hanya sekitar 2x aku pernah keluar kota. Padahal, kalian tau? Aku sangat suka jalan-jalan. Jadi, aku mengganti hobiku dengan membeli sepeda.
Sepeda ini benar-benar bermanfaat. Aku bisa memakainya setiap hari. Meski iya, aku memang memiliki anak 1 tahun. Jadi, kemana-mana aku harus menggendongnya. Termasuk saat bersepeda. Tapi, aku menikmatinya.
Aku ke pasar dengan menaiki sepeda, begitupun untuk membeli hal-hal receh di supermarket. Sepeda membuatku merasa lebih mencintai bumi. Karena setidaknya aku bisa mengurangi efek dari penggunaan BBM.
Hal kecil, tapi bermakna bagi bumi. Kalian juga bisa mencobanya. Tak melulu harus dengan bersepeda. Kalian juga bisa memulainya dengan berjalan kaki ke warung.
2. Membawa botol minum dan makan sendiri
Saat bersepeda, aku biasanya membawa tas kecil selempang yang spacenya pas untuk membawa bekal dan botol minum.
Mungkin terkesan begitu pelit dan hemat karena tak mau jajan di luar. Tapi, sungguh membawa bekal dan minum sendiri membuatku berhenti merasa berdosa karena membeli jajanan yang menggunakan plastik untuk membungkusnya.
Zero waste saat jalan-jalan bagiku penting untuk diperhatikan para traveller. Karena belakangan aku sering sekali melihat sampah berserakan di tempat wisata.
Aku ingat, sebelum pandemi aku pernah mengunjungi salah satu pantai. Saat ingin berfoto. Aku baru sadar bahwa disampingku begitu banyak sampah. Hiks sedih sekali. Kenapa para wisatawan harus membuang sampah di pinggir pantai begini?
Zero waste saat traveling memang terlihat receh. Kita sering memikirkan bahwa mungkin ada saja petugas kebersihan yang membersihkan. Tapi, kita tidak pernah tau sampah itu mungkin saja terus tertumpuk tanpa dibersihkan. Sudahkah meminta maaf kepada bumi?
3. Jika terpaksa bepergian jauh, gunakan transportasi umum
Belakangan, bepergian dengan transportasi umum sering dipandang sebelah mata atas nama gengsi. Padahal, transportasi umum adalah solusi terbaik untuk menghemat penggunaan BBM yang dampaknya bagi bumi itu bisa menyebabkan perubahan iklim.
Jadi, kenapa harus gengsi menggunakan transportasi umum? Selain lebih hemat, transportasi umum juga membuka pandangan kita akan dunia. Kita bisa melihat berbagai karakter orang dalam transportasi. Kita bisa terkoneksi satu sama lain.
Aku sangat ingat perjalananku berwisata ke yogyakarta 5 tahun yang lalu. Di dalam bus, aku bisa mengenal sedikit banyak bahasa Jawa. Aku juga tidak merasakan kesunyian karena di dalamnya sungguh ramai sekali. Bahkan, sepertinya perjalanan paling bermakna itu adalah di bus, kereta api, dll. Karena kita jadi bisa melihat banyak hal.
So, kenapa harus gengsi naik transportasi umum? Kita bisa menjaga bumi dari hal kecil begini, kita juga bisa merasakan kesenangan dari belajar arti keramaian.
Nah, itu adalah bentuk kepedulianku kepada Bumi dalam hal hobi travelling. Tentu dalam keseharianku juga ada beberapa hal yang aku ubah. Diantaranya adalah
1. Berhenti menggunakan aerosol untuk kehidupan sehari-hari
Penggunaan aerosol mungkin terlihat sederhana. Tapi, hal ini turut berdampak pada perubahan iklim. Maka, aku sudah lama tidak memakai aerosol dalam kehidupan sehari-hariku. Termasuk untuk disinfektan aerosol di masa pandemi begini.
Aku lebih memilih deodorant non aerosol untuk sehari-hari, begitu pun dengan obat nyamuk hingga parfum. Dan kalian tau? Ternyata ini berefek positif pada rhinitis yang aku alami.
Ya, aku adalah penderita rhinitis yang sering kambuh ketika mencium debu maupun merasakan dingin. Ternyata, aerosol juga pemicu rhinitis yang aku alami.
Berhenti menggunakan aerosol memberi perubahan positif baik bagi bumi maupun bagiku.
2. Mematikan listrik saat tidak dibutuhkan
Butuh waktu lama bagiku membiasakan diri untuk mematikan lampu sebelum tidur. Karena aku sudah terbiasa dengan suasana terang sejak kecil. Mematikan lampu membuatku tidak bisa tidur dan merasa selalu kepanasan. Tapi, suamiku mengajariku untuk terus belajar. Akhirnya terbiasa.
Sudah lama keluarga kami menggunakan lampu hemat energi. Aku juga sudah move on menggunakan kipas angin dibandingkan AC. Selain lebih hemat, kipas angin selalu membuatku ingat untuk mengatur timer sehingga kami hanya memakainya di waktu awal ingin tidur saja.
Kita tidak mungkin menghentikan penggunaan listrik. Sampai kapanpun listrik selalu dibutuhkan. Tapi, kita bisa mengurangi penggunaannya.
3. Mengurangi apresiasi diri dengan belanja, lalu menggantinya dengan membeli bibit tanaman dan belajar menanamnya
Sebenarnya ada satu hal lagi yang ingin aku lakukan baik itu ketika travelling maupun dalam kegiatan sehari-hari. Yaitu, membeli bibit tanaman dan menanamnya.
Aku melihat banyak para traveller yang mulai membiasakan diri untuk menanam satu tanaman ketika jalan-jalan ke suatu tempat. Selain berharap dengan begitu bumi akan menjadi lebih baik ada kepercayaan tersendiri dari keberhasilan menanam saat jalan-jalan. Kata mereka, mungkin saja kita bisa diberi kesempatan kedua untuk mengunjungi tempat yang sama. Karena tanaman itu memanggil kita. Wah, sebuah kepercayaan yang sangat positif menurutku.
Well, menjelang Sumpah Pemuda, mungkin aku harus mulai konsisten melakukan semua hal diatas untuk mencintai bumi dan mengurangi dampak perubahan iklim. Maka, aku akan membuat sumpah pemuda versi ku sendiri. Karena aku adalah #MudaMudiBumi
“Aku putri Indonesia bersumpah.. Mulai sekarang aku akan konsisten mengurangi belanja online. Dan mulai menggantinya dengan membeli bibit tanaman. Aku ingin belajar lebih serius untuk menanam tumbuhan. Terutama saat traveling. Semoga aku bisa konsisten melakukan hal positif untuk mencintai bumi seperti yang aku kemukakan diatas..”
Aswinda Utari
Nah, kalian mulai sadar juga kan akan pentingnya mengurangi dampak perubahan iklim? Yuk, sharing denganku hal apa saja yang sudah berusaha kalian lakukan #UntukmuBumiku ? Sekecil apapun itu jika dilakukan dengan konsisten dan bersama-sama maka tentu akan berdampak positif pada bumi. Yuk, #TimeforActionIndonesia !
Sumber referensi tulisan:
Channel Youtube InfoBMKG: https://youtu.be/29jyaPIWzFI
Sumber gambar:
Instagram @habarbanua._
19 thoughts on “Gerakan Sederhana Muda Mudi untuk Mitigasi Perubahan Iklim”
Setuju banget!
Semua orang bisa berkontribusi untuk mitigasi perubahan iklim.
Mulailah dari diri sendiri!
Mulailah dari hal-hal kecil.
Mulailah sekarang.
Iya saat ini juga!
Karena berasal dari hutan, dan cinta banget dunia mendaki gunung saat SMA dan kuliah, saya diajarkan untuk zero waste dari kecil
Itu sebabnya kadang elus dada melihat betapa oh betapaaaa kita tidak aware pada sampah 🙁
Botol minum dan kotak bekal makan ini wajib banget. Kemudian reusable bag dan transportasi umum. Oh ya, saya juga mulai memilah sampah. Alhamdulillah jumlah sampah berkurang drastis semenjak mulai memilah sampah organik untuk dibuat kompos.
Sedih sekali kalau meihat sampah di mana-mana.
Dan efeknya buat jangka panjang bagi bumi yang kita wariskan ke anak-cucu.
Semoga langkah-langkah kecil kita ini bisa bermanfaat untuk keberlangsungan hidup bumi.
Memang bukan pekerjaan mudah mengatasi dampak perubahan iklim..Tapi memang harus dikenalkan sejak dini ya… Ngarep banget generasi muda juga berperan besar ..
Penting banget mu ini dipelajari tipis. Apalagi kayak aku nih yang baru aja kebanjiran, huhuhu. Kadang tuh sedih sendiri liat lingkungan sekitar dan ngedumel. Wajar aja sih terjadi banjir
mengurangi banyak hal yang merugikan alam memang butuh sesuatu hal nyata dan ga bisa seorang harus bareng biar bumi tetap sehat. kan kasian kalau anak cucu ga merasakan indahnya bumi alam kayak sekrg huhuhu
soal sampah ini selalu jadi PR ya, Mak… masih banyak banget orang2yang membuang sampah sembarangan.
sementara soal petani dan mongso, wah didaerahku ngalamin banget nih…bertani sudah enggak bisa kayak dulu lagi…ya karena perubahan iklim berpengaruh pada mongso itu tadi
Udah lama juga gak baca tentang Pranoto mongso. Iya ya karena perubahan iklim jadi petani tidak lagi menggunakan Pranoto mongso untuk memulai proses penanaman padi.
Seringkali kita baru menyadari ketika sudah terjadi bencana besar. Padahal ancaman perubahan iklim semakin nampak. Perubahan-perubahan kecil memang perlu dilakukan. Karena kalau seluruh manusia di dunia sadar akan hal ini, perubahan kecil juga bisa berdampak besar.
Mulai kita rasakan ya dampak perubahan iklim mulai dari serangan hama hingga cuaca yang keterlaluan semoga kita segera sadar dan mau berubah vlebih peduli lingkungan ya
Yes yes bener, kita tu gak bisa mengubah perilaku orang tapi minimal kita ubah perilaku kita ya. Walaupun terlihat kecil bayangin kalau banyak yang mulai peduli lingkungan, mengubah gaya hidupnya sedikit2 lama2 juga akan jd trend.
Dari kitanya jg kalau udah nyaman dgn gaya hidup yg lbh cinta lingkungan mungkin bisa mulai dengan mempengaruhi keluarga, saudara, tetangga, teman gtu kali ya
Demi meninggalkan bumi yang tetap bagus buat anak cucu kelak
makin kesini makin kerasa banget ya mbak perubahan iklim. Dulu kayaknya banjir nggak di banyak tempat, sekarang tiap musim hujan banjir dimana-mana. Suka sedih kalau lihat sampah plastik di sungai 🙁
Aku selalu berusaha untuk membawa botol minum sendiri mba. Jadinya nggak perlu pakai gelas sekali pakai. Harus dilakukan segera sejak dini ya mba
Bismillah bisa, Indonesia pelan2 bisa. Aku padamu mbaa. Walau masih merangkak, meminimalisir plastik, pembalut udah nggak jg. Malah jadi lebih enak nyaman, semoga bumi sehat selalu. Sedih klo ada bencana alam. Teguran buat kita supaya lebih baik lagi.. Poin ke 3 cakep banget.
Memang semuanya harus diawali dari diri sendiri yah mbaak
Hal kecil walo kelihatan kayak yang sepele, tapi kalo semua orang melakukannya semoga bumi ini akan tetap lestari yaaah
Aku juga mulai sediki2 nih mbak, kalo belanja bawa tote bag dari rumah dan rajin bawa botol minum sendiri nih
Sebagai petani, saya merasakan betul dampak perubahan iklim ini mbak. Panas dan hujan silih berganti tak bisa diprediksi.
Hal besar memang selalu berawal dari hal kecil. Jika setiap individu memahami hal ini, lalu mengambil peran, maka kerusakan di bumi bisa diperlambat
Saya merasa punya tim nih kalau ada yang memilih mengalokasikan dana belanja untuk kebutuhan lifestyle, diganti ke belanja bibir dan menanam pohon. Soalnya sejak dulu saya dan suami melakukan hal itu, banyaknya tetangga mencemooh.
Padahal sekarang gak perlu menanam sendiri juga bisa ya. Tinggal ikut donasi saja. Nanti komunitas yang akan menjalankan
Tentang perubahan iklim terutama pemanasan global aku pernah dengar waktu SD dulu, tapi gak ngerti bisa semengerikan ini jadinya.
Dari kesalahan kecil yang berulang & dilakukan banyak orang akhirnya makin menumpuk ya. Di dekat daerahku ada tuh gunung sampah. Untuk memperbaikinya yuk dimulai dari diri sendiri