Browsed by
Category: Tentang Aku

Move On Ngeblog bersama Komunitas Female Blogger Banjarmasin

Move On Ngeblog bersama Komunitas Female Blogger Banjarmasin

I think I’m just the Only One Who have ‘Strange Hobby’.. 
But now.. I know.. I’m not Alone..

Sejak kecil aku merasa memiliki hoby yang aneh. Saat teman-temanku asik bermain dengan sesama, aku lebih suka diam di kelas sambil menghisap permen lolipopku. Salah satu temanku kemudian bertanya, “Kamu ngapain?” dan aku menjawab, “Sedang mengkhayal”

Aku tidak terlalu suka dengan keramaian. Tapi aku suka berpura-pura ramai dipikiranku sendiri. Jikapun aku butuh teman_aku hanya butuh SATU. Ya, cukup satu saja yang mengerti diriku dan paham denganku maka aku akan menjadikannya SEGALANYA.

Nyatanya, menemukan satu teman yang mengerti dirimu itu sulit. Sejak itu aku berpikir, “Aku kah yang terlalu aneh?”

Ketika Guruku bertanya mengenai Cita-cita, aku hanya bisa menjawab menjadi Guru. Namun ketika ditanya, “Apa Hobymu? ”

Aku menjawab, “Mengkhayal”

Lantas seisi kelas mentertawakanku.

Aku tidak mengerti dimana sisi lucu dari jawabanku. Itu benar, aku hoby melamun. Kadang ketika selesai membaca satu buku_aku bisa tersenyum-senyum sendiri. Kemudian aku berbaring dengan wajah berseri-seri hingga berjam-jam lamanya. Ya, sudah terlalu sering orang tuaku mengira ekspresi itu adalah ‘Jatuh Cinta’. Kenyataannya, tidak. 😂

Aku memiliki hoby aneh sejak kecil. Aku suka berimajinasi. Aku bahkan memiliki ‘sebutan lain’ dalam versiku sendiri untuk setiap teman dikelasku.

Kemudian, suatu hari hoby menulis itu muncul begitu saja ketika Sekolah Dasar. Aku suka ‘menulis’ berbagai fenomena disekitarku. Mulai dari keluhan dengan berbagai omelan mama, bertengkar dengan kakak, rasa iri dengan adik kembarku, rasa senang ketika ayah membela segala egoku hingga bully yang dilakukan teman-temanku.

Tadinya, aku menyebut buku itu sebagai buku harian. Sampai suatu hari buku itu ditemukan oleh kakakku dan dibaca ditengah-tengah anggota keluargaku. Memang, aku berharap suatu hari ada yang membaca buku harianku_tapi tidak dalam moment yang memalukan seperti itu. 😅

Aku sempat jera menulis hingga kemudian Ayahku membelikanku kado ulang tahun berupa ‘istana buku’. Ya, itu adalah kado yang tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku. Kado istana buku merupakan sebuah istana kertas yang didalamnya berisi buku-buku dongeng mungil. Imajinasi liarku menjadi-jadi.

Sejak itu aku punya ide aneh yang terlintas begitu saja didalam otakku. Aku menulis cerita singkat dengan panjang tiga paragraf. Sangat jelek namun aku senang. Paragraf pertama menceritakan karakter antagonis. Paragraf kedua menceritakan kedatangan tokoh protagonis. Dan paragraf tiga aku mematikan salah satunya atau mendamaikannya. Ya, sesimple itu. 😂

Namun salah seorang teman SD ku menyukainya dan kau tau? Itulah saat pertama aku merasa memiliki ‘fans’ dan teman satu passion.. 😄

***

Kekurangan dari kepribadian melankolis-plegmatis sepertiku adalah tidak percaya diri dengan kemampuan sendiri, butuh rule mode dalam kehidupan, serta memiliki perasaan yang halus. Ya, kekurangan itu telah membuatku pensiun dengan kegiatan menulis. Hal ini terjadi begitu saja ketika teman sepassionku hilang, nilai pelajaranku tidak bagus, dan aku dinilai sebagai anak kuper dilingkunganku. Setiap remaja butuh sedikit rasa penerimaan bukan? 

Aku pensiun menulis selama 5 tahun lamanya. Kemudian bersambung menulis novel ketika kelas 3 SMA_yang tidak jelas rimbanya kemana sekarang. Lalu hoby menulisku hilang total ketika kuliah. Sampai kemudian aku bertemu dengan dia yang suka menulis. Dan aku mulai melanjutkan menulis lagi. Walau bukan jenis novel tapi hanyalah catatan renungan-renungan kelabu. 

Sepertinya hoby menulisku tak pernah berkembang ke arah yang positif. Karena itulah aku akhirnya berpikir bahwa menulis tidak akan membawaku kemana-mana. Saat menikah dan memiliki anak, suamiku mendorongku untuk terus menulis. Ia membelikan diary, menyuruhku menulis di kompasiana, menyuruhku rajin membaca tapi aku mengabaikan segala ceramahnya. Aku berpikir, “Siapa yang akan menerimaku dengan tulisan? Bukankah aku lebih baik menghabiskan waktu belajar memasak, membersihkan rumah, dan bermain dengan anak?” 

Saat itu aku masih menjadi Ibu Rumah Tangga yang idealis. Menganggap semua pekerjaan rumah harus perfect dan tidak perlu me time. Kenyataannya aku menjadi ibu mengerikan dibalik gaya perfeksionisku. Aku sering kali marah tidak jelas, menangis tidak jelas dan mulai menyalahkan keluargaku atas segala punyusutan dalam diriku. Itulah saat pertama kali aku sadar telah terkena gejala post partum depression. 

Kemudian, bulan January 2017 aku memutuskan membuat blog di wordpress. Aku pikir blog akan membuat kondisi psikologisku membaik pasca beberapa tahun menjadi stay at home mom. Suamiku mendukung secara positif dan dia menekankan padaku betapa pentingnya ‘konsisten’ dalam menulis. Konsisten berarti harus menulis secara terjadwal dan sering. Minimal 3 hari sekali. 

Aku melakukannya. Menulis berbagai hal yang aku pendam selama ini. Jika kehabisan inspirasi, aku akan menulis resep masakan. Namun bulan maret 2017 aku mulai galau dalam menulis. Karena statistik blogku yang tak kunjung naik, follower yang sedikit, dan tidak ada komunitas. Ngeblog itu hanya self healing. Pikirku. 

Tapi dimana serunya ngeblog jika itu hanya berputar pada diriku sendiri saja? Bukankah inti dari ngeblog adalah berbagi? Dimana tempat berbagi? Bagaimana aku bisa move on dengan ngeblog? 


***

Tidak ada yang lebih menyenangkan dibanding menemukan ‘seseorang yang begitu mengerti dirimu’.

Ya, itu benar.

Itulah yang terjadi saat aku bertemu dua orang perempuan ketika seminar Dancow “Katakan, IYA-BOLEH untuk mendukung eksplorasi si kecil” di Hotel Golden Tulip Banjarmasin bulan Februari lalu. Singkat cerita, disana aku diundang sebagai blogger untuk meliput acara Dancow. Aku pikir tadinya mungkin aku disana akan sendirian saja_seperti biasa. 😂

Ternyata aku bertemu dengan dua blogger perempuan lainnya. Mereka bernama Shovya dan Leha. Aku duduk berjejer dengan mereka dan mendengarkan ‘kata-kata yang tidak aku mengerti’. Sebut saja itu niche, tld, hingga monetize dan job. Ya ampun, begitu mengasyikkan-kah dunia ngeblog itu? Pikirku.

Leha, Shovya, dan Aku

Aku memutuskan untuk bertanya tentang komunitas blogger yang ada diindonesia hingga yang khusus di Kalimantan Selatan. Dan mereka antusias. Shovya adalah member dari Blogger Banua dan Leha adalah member dari Female Blogger Banjarmasin. Berhubung aku lebih suka dengan ‘komunitas khusus perempuan’ maka aku memilih bergabung di Female Blogger Banjarmasin.

Saat pertama kali bergabung hanya ada beberapa member disana. Aku pikir jelas alasannya, karena tidak banyak orang yang memiliki passion dibidang menulis. Kenyataannya, sejak aku bergabung hingga sekarang_anggota Female Blogger Banjarmasin semakin bertambah dan kami semakin serius dengan membentuk sistem kepengurusan hingga secara khusus mengelola sosial media kami.

Aku benar-benar bersyukur tergabung dalam komunitas ini. Aku pernah tergabung dalam komunitas ’emak-emak’, komunitas agamis, komunitas ‘alay’ namun tidak pernah merasa secocok dan senyaman ini. Ya, seseorang pernah berkata padaku bahwa, “Kita tidak bisa menjadikan semua orang sebagai teman kita berpijak, kita butuh beberapa topeng dibalik itu semua agar diterima. Tapi yang menerimamu apa adanya_hanyalah keluarga dan mereka yang satu passion denganmu”

Itu benar, dan akhirnya aku memutuskan untuk menjadi member Female Blogger Banjarmasin selamanya. 😂

Anggota famale blogger banjarmasin memiliki jenis niche yang berbeda untuk blog yang dikelolanya. Ada yang memiliki niche Lifestyle, Beauty, hingga Travelling. Tadinya, aku adalah satu-satunya member yang memiliki niche Food didalamnya. Namun sekarang jujur saja niche blogku memuat banyak post lain selain Food. Dan yang paling lucu itu adalah aku mulai suka menulis di label kecantikan bertema lipstik. Dan terakhir, aku sekarang mulai suka berganti-ganti BB Cream. 😂

Itulah yang terjadi ketika dalam komunitas ini banyak Beauty Bloggernya. Maklum, aku memiliki sedikit beberapa sifat plegmatis sehingga suka sedikit terbawa arus.

Tapi itu benar, selama ngeblog aku tidak pernah berpisah dengan skincare maupun make up. Jika beberapa orang berpendapat bahwa make up adalah alat untuk bernarsis ria maka bagiku sendiri make up (khususnya lipstik) merupakan alat penunjang percaya diri saat ngeblog.

Nulis aja perlu lisptik win? Kamu waras?

Katakan saja aneh, tapi inspirasiku datang selalu dari luar rumah.. Sehingga lipstik selalu menemaniku saat mencari inspirasi.. 😂

Contohnya saat aku mengunjungi anakku pada jam istirahat sekolah untuk membawakannya kue. Aku suka sekali mendengar pembicaraan emak-emak dan menjadikannya inspirasi tulisanku. Eits, tapi jangan salah. Aku tidak pernah menulis gosip secara gamblang. Aku hanya menulis dan menangkap kesimpulan agar mendapat pembelajaran. Bukankah itu yang namanya terinspirasi?

Nah, bicara soal lipstik aku punya brand favorite yang bener-bener kece soal make up. Siapa lagi kalau bukan Wardah? I’m so in love with Wardah. Mulai dari Bedak, lipstik, blush on, eye shadow semua dari wardah. Kenapa? Karena aku terlanjur jatuh cinta sama make up wardah sejak acara ‘behantaran’ saat pernikahanku dulu. Wardah merupakan make up pertama yang membuatku jatuh cinta. 😍

Baru-baru ini yang membuatku sangat luar biasa ketagihan adalah mengoleksi berbagai warna lipcream wardah. Ya, sejak pertama kali membeli Wardah Ekslusive Matte Lip Cream No. 5 (Speachless) aku akhirnya mulai mencoba warna lain. Aku sudah memiliki lipcream wardah no. 3, 4, 5 dan 10. Menurutku produk lipcream wardah ini kece banget. Warnanya pigmented dan selalu bikin aku merasa cantik saat mencari inspirasi diluar.

Dan warna yang paling menyenangkan dan membuat wajahku fresh adalah no. 05 (Speachless). Aku selalu ketagihan dengan berbagai warna nude hingga orange karena warna itu bisa ‘sedikit’ menyamarkan usiaku sebenarnya.. 😂

Lipstik adalah senjata percaya diriku dalam mencari inspirasi

***

Oke, itu sekilas cerita tentang Female Blogger Banjarmasin dan hal yang membuatku ‘teracuni’ dengan produk kecantikan hingga brand favorite aku, Wardah. 😘

Sekarang bagaimana kabar Female Blogger Banjarmasin?

Alhamdulillah, Female Blogger Banjarmasin telah berumur satu tahun dan kita sudah banyak kemajuan didepan. Tepatnya tanggal 6 Oktober 2016 (06-10-2016) Female Blogger Banjarmasin berulang tahun yang pertama. Aku berharap komunitas ini akan lebih maju dan lebih bersemangat sehingga memberi keberkahan untuk setiap member dan memberi manfaat untuk setiap orang dengan tulisan. 😊

Oya, Kami sudah memiliki Struktur Organisasi yang jelas untuk kepengurusan. Siapa saja sih? Yuk, kepoin..

  • Ketua: Ruli Retno Mawarni (www.ruliretno.com)
  • Wakil Ketua: Vina Jihan Faheera (www.reistilldoll.com)
  • Sekretaris: Siti Zulaeha Barsieh (www.syunamom.com)
  • Bendahara: Rima Melaty (www.rima-angel.com)
  • PJ Sosmed: Dina Yulini Fahdina (www.dinalangkar.com)
  • Humas: Antung Apriana (www.ayanapunya.com)

Dan beberapa member lainnya. Saat ini member kami sudah mencapai 20 orang. Dikit ya? Eh banyak kok.. 😂

Soal angka itu tak masalah bukan? Yang penting kami kece dan konsisten nulis setiap bulannya dan dapat job. Hehe..

Berbicara tentang konsisten, hal yang paling membuatku bersemangat bergabung dalam komunitas Female Blogger Banjarmasin adalah kami memiliki jadwal untuk share link setiap hari selasa dan sabtu. Pada jadwal share link kami diwajibkan untuk saling blog walking. Bagaimana jika kami tidak blog walking dan ada yang terlewat meninggalkan komentar? Secara tegas sudah ada sanksi khusus untuk itu, yaitu tidak boleh mengikuti kegiatan share link selama 2 minggu. Ngomong-ngomong, aku juga pernah kena sanksi loh satu kali. Oh, semoga itu yang terakhir. 😂

Oh iya, kami sudah pernah meet up loh. Dan luar biasa menyenangkan bertemu dengan orang-orang yang satu passion denganmu. Rata-rata dari kami memang pendiam tapi siapa sangka kami bisa seriang ini jika berkumpul bersama?

Meet up kedua adalah saat kami menghadiri HP Notebook Gathering Media di Swiss Bell Hotel. Ini ketiga kalinya aku meet up dengan member Female Blogger Banjarmasin. Sayangnya hanya Aku, Rima, dan Kak Pita yang hadir. Tapi tidak apa-apa, aku sangat senang sekali. 😊

Kak Pita, Aku dan Rima

Jika tidak bertemu dengan komunitas kece ini mungkin saja aku tidak bisa begini. Mungkin aku kini hanya Ibu Rumah Tangga biasa yang sangat moody ngeblog karena tidak ada pembaca, komunitas pendukung, job, dan berbagai event blogger. Mungkin kini aku hanya menggerutu dengan berbagai pekerjaan rumahku tanpa bisa move on. Tapi komunitas ini merubahku, benar-benar merubahku

Well, ulang tahun ga ada event spesial?

Ah, siapa bilang..! Ada Kok! 😆

Event spesial berikutnya dari Female Blogger Banjarmasin adalah mengadakan Beauty Class spesial dengan Wardah di Street Food Banjarmasin. Acara ini akan berlangsung pada 22 Oktober 2016. Penasaran dengan acara ini? Bagaimana sih Beauty Class bareng wardah? Tenang saja, aku pasti akan menulis pengalamanku pertama kalinya  mengikuti beauty class di blog ini. 😊

Jadi, Anda perempuan dan seorang blogger yang berdomisili dibanjarmasin? Bingung bagaimana cara move on dalam ngeblog? Tertarik ingin bergabung dengan komunitas Female Blogger Banjarmasin? Yuk, kepo’in tentang kita di instagram dan twitter kami.

Karena komunitas satu passion adalah wadah yang bisa membuatmu move on. Jadi, mari segera move on! Tunggu apa lagi!

Nostalgia masa kecil dengan “Anne of Green Gables”, Novel Klasik berusia lebih dari 100 tahun

Nostalgia masa kecil dengan “Anne of Green Gables”, Novel Klasik berusia lebih dari 100 tahun

Anne of Green Gables, novel tentang cerita kasih sayang, persahabatan dan imajinasi. Ditulis oleh Lucy M. Montgomery tahun 1908.

Ya, novel yang sudah cukup tua. Tapi aku memutuskan untuk membelinya dicuci gudang 2 minggu yang lalu saat melihat kata imajinasi dan membaca tulisan dibelakang novel tersebut. Wow, sepertinya ini bakal seru. Pikirku. 

Memang ya, jika melihat cover dari novel ini kesannya seperti kuno sekali, tidak ada unsur modern sama sekali. Aku bahkan tidak ingin membelinya sebelum benar-benar memastikan buku ini bagus dengan membaca tulisan-tulisan pertimbangan didepan dan belakang buku. Jujur saja, mengingat pengalamanku membaca novel klasik milik Ayah dulu membuatku agak selektif memilih novel klasik. 

Keinginanku untuk membelinya bertambah kuat saat melihat tulisan diatasnya “Novel klasik yang penjualannya mengalahkan Harry Potter, To Kill a Mockingbird dan Gone with the Wind“. Ya, pasti ada alasan bukan kenapa novel ini begitu laku? 

Berapa harganya? Cuma 20ribu dicuci gudang. Dan ini satu-satunya seri pertamanya yang ada disana dari serial buku Anne. Aku langsung membelinya. 

Agak terkejut ketika membuka sampul plastiknya dirumah. Astaga, alangkah tuanya umur novel ini pikirku. Benarkah ini ditulis tahun 1908, pasti didalamnya bakal kuno sekali gaya penulisannya, keluhku. 

Sempat bosan membaca novel ini hingga chapter ke-6. Saat itu aku berpikir penulisnya hanya mengandalkan karakter Anne yang imajinatif dan ekspresif dalam segala tindakan dan cara berbicaranya. Alurnya biasa-biasa saja dan tidak ada tantangan spesial, pikirku. Tapi kemudian aku memutuskan untuk terus membacanya. Kenapa? Karena karakter Anne mirip denganku dimasa kecil. Dan lama kelamaan aku mulai suka dengan sudut pandang gaya penulisnya yang menerapkan ‘pengarang serba tau’, aku sudah lama ingin belajar bagaimana cara menulis dengan gaya begini. Menurutku cara menulis Lucy memang patut diacungi jempol, apalagi untuk novel setua ini. 

Novel ini menceritakan Anne yang merupakan seorang anak Yatim-Piatu yang diadopsi oleh kakak beradik Matthew dan Marilla. Ya, ya.. Aku tau aku bukan sepertinya. Yang mirip denganku adalah imajinasinya dan segala sudut pandang caranya berpikir. Dia bahkan mengaku kepada Marilla_yang mengadopsinya bahwa ia memiliki teman imajinasi saat dipanti asuhan. Mirip sekali denganku, pikirku. 

Tentu saja Novel ini bukan tentang cerita imajinasi yang didalamnya ada tokoh imajinasi seperti Harry Potter. Sejak berumur 20an aku lebih suka membaca buku yang realistis. Seperti cerita Anne ini, ceritanya natural sekali tanpa dibuat-buat dengan konflik yang lebay seperti skenario pada sinetron di TV itu. 

Entahlah darimana sang penulis mendapatkan inspirasi tentang Anne. Apakah ini tentang masa kecilnya? Atau dia terinspirasi dari anaknya (aku ga tau juga dia punya anak atau enggak). Yang jelas pribadi Anne dalam novel ini begitu menyentuh hati. Hingga aku sebagai seorang Ibu berharap anakku akan tumbuh seimajinatif dan seekspresif Anne. 

Apa saja karakter unik Anne dalam cerita ini yang membuatku selalu terngiang dengan kisahnya dan kata-kata inspiratif didalamnya? Ini dia.. 

1. Kepolosan. Anne adalah anak yang sangat polos dan pandai berbicara atau mungkin Marilla lebih senang menyebutnya Cerewet. Salah satu contohnya adalah Ketika Anne bertanya tentang cara berdoa yang benar. Ya, Aku tau Anne bukan pemeluk agama Islam dalam novel ini. Tapi caranya bertanya tentang sebuah doa adalah pertanyaan yang benar-benar polos. Secara tidak langsung dia mengajari tentang arti doa yang tidak melulu sesuai dengan ‘buku’ dia bahkan berdoa dengan sangat lucu dan polos. Mengingatkanku akan diriku_mengingatkanku akan Farisha. Selain itu, Anne juga gadis yang gampang tersinggung saat ada seseorang yang meledek bintik-bintik diwajahnya hingga menyebut rambut merahnya ‘Wortel’. Lucu sekali, kepolosan dan kemarahan dari anak kecil ini mengingatkanku dengan diriku sendiri. 

2. Imajinasi, ya.. Anne adalah anak periang dan sangat ekspresif yang tak sungkan mengeksplorasi imajinasinya. Dia bahkan memberi nama semua tempat permainannya. Dulu, dia pernah bercerita dengan Marilla orang tua angkatnya bahwa ketika dipanti asuhan bahkan dia punya teman imajinasi. Segala Imajinasi Anne benar-benar mengingatkanku dengan masa kecilku didesa. Aku dengan kesendirianku menamai segala macam pepohonan dan memiliki setidaknya 3 teman imajinasi. Dan aku benar-benar iri melihat begitu ekspresifnya penggambaran sosok Anne bahwa ia tak sungkan mengumbar imajinasinya dimanapun. Terkadang aku berharap bisa kembali kemasa lalu dan menjadi seperti Anne.. Ya, kuharap aku memiliki Diana. Teman yang bisa menangkap segala imajinasiku dan tak menganggapku anak yang aneh. 

3. Ambisi. Novel Seri pertama Anne ini benar-benar sebuah panutan bagi kehidupan seorang anak perempuan. Mungkin nanti Aku akan bersikeras menyuruh Farisha membacanya saat dia sudah remaja. Bagiku, karakter Anne cocok untuk dijadikan Rule Mode untuk anak-anak karena ia selalu bisa membuat hidupnya berwarna dan penuh akan ambisi. Sesulit apapun pilihan didalam hidup Anne, dia selalu dapat membuat jalan yang inspiratif sebagai solusinya. 

Buku ini menonjolkan karakter unik Anne yang begitu hidup didalamnya. Aku tak heran kenapa buku ini tak lekang oleh zaman. Bagiku sekarang, buku ini lebih bagus dibanding Harry Potter. Bahkan, untuk gaya penulisannya aku jatuh cinta. Bagaimana bisa, kisah yang memiliki alur konflik biasa saja akan menjadi seindah ini? Ya, hanya Lucy yang bisa melakukannya. Ini benar-benar buku klasik yang indah dan cocok dibaca disegala zaman. 

Moral cerita Anne juga terbungkus dengan sangat rapi dan elegan. Ceritanya mengalir dengan polos dan jernih. Dan moral yang paling berkesan dalam buku ini adalah menanamkan semangat pada kasih sayang. Benar-benar buku yang sangat menginspirasi. 

Overall, aku sangat luar biasa suka dengan buku ini, mungkin aku akan mengoleksi ketujuh seri yang lain. Buku ini hampir tak memiliki kekurangan kecuali covernya yang benar-benar terlihat kuno. Aku pikir versi cover pertamanya jauh lebih baik, terlihat lebih elegan. Iya kan? 


I Dont Have any Passion. I’m Divergent. 

I Dont Have any Passion. I’m Divergent. 

Sudah 4 tahun lamanya Aku menjadi seorang Ibu. Sungguh, bukanlah peran yang mudah ditengah Rutinitas full time yang aku lakukan dirumah. Yah, aku memborong semua pekerjaan rumah dengan mengabaikan ‘me time’ ku demi Suami dan Anak. Sudah cukup lama aku memperbaiki atau lebih tepatnya mengganti passionku yang dulu. 

Apa Passionku? Passionku adalah haus ilmu. Aku suka diajari, aku suka dengan dunia pendidikan, aku menyukai suasana kelas, aku suka menjadi yang terbaik dikelas, aku ingin menjadi Guru. Sementara memiliki anak telah mengubah hidupku. Aku menyingkirkan semua bukuku dan menggantinya dengan sapu, spatula, kain pel, dan kayu bakar. Aku bahkan lupa dimana aku menaruh pulpenku. Aku mengabaikan laptopku hingga handphoneku. Percayalah aku bahkan tidak membuka sosial mediaku kecuali Facebook untuk sekedar berbagi Foto Anakku. Hanya dua tahun terakhir aku aktif diinstagram, bbm, WA dan terakhir blog ini. 

Didalam komunitas teman kampus dan teman SMA aku termasuk yang paling Dini memutuskan menikah. Jadi, membuka sosial media kadang bukanlah hal yang bijak mengingat aku terkadang iri melihat teman-temanku bekerja, jalan-jalan, kuliner kesana kemari. Sementara aku hanya disini menyusui bayiku, memasak, membersihkan rumah, membuat cemilan, dan seterusnya hingga tak ada waktu untuk mengupgrade bahkan mempertahankan ilmu diotakku. 

Hidup terpisah dengan Orang Tua tentu bukan hanya sekali ini aku rasakan. Aku sudah terbiasa mandiri. Aku bisa memasak, membersihkan rumah, dan mengatur uang belanja sejak mengontrak dengan kakakku. Jadi, ketika menikah Jujur saja Aku tidak terlalu terkejut dengan pekerjaan rumah. Yang membuatku terkejut adalah bayi yang selalu menyusu dan duniaku yang mendadak sunyi senyap. 

Tidak ada nilai, tidak ada penghargaan, tidak ada tantangan untuk membuat tujuan hidup yang lebih berguna. Inilah yang kurasakan. Kemana aku membuang semua energi positif ini? Apakah ini hanya akan habis begitu-begitu saja dengan invisble job ini? Aku perlu tantangan. Pikirku. 

Dunia masak adalah satu satunya pekerjaan yang kusukai saat masa menyusui. Aku menyukai Baking, karena suami dan anakku menyukai semua kueku. Disamping itu, jika sesekali aku gagal maka aku dengan rela menghabiskan kue yang kubuat karena menyusui sungguh membuatku lapar. 

Dunia membersihkan rumah adalah pekerjaan yang membuat aku pemarah. Yah, mau tak mau jika kau menyukai memasak kau harus rela membersihkan peralatan memasak. Sementara aku sudah terbiasa menjadi anak pembersih. Oh Tuhan, begini-begini saja waktuku kuhabiskan, Pikirku. 

Malapetaka besar adalah ketika Farisha mulai kreatif dalam bermain. Aku harus berusaha sabar menahan mental pembersihku. Pada akhirnya aku tak bisa menahan kekesalanku juga kalau tiba-tiba ada tamu berkunjung dan melihat rumahku tidak waras. Yah, Aku terbiasa dipandang sebagai Perfect luar dalam. Aku tak tahan menghadapi kritik tentang kebersihan dan kerapian. 

Bukan hanya itu kritik yang menggangguku. Beberapa ‘yang terdekat’ ada yang mengkritikku untuk memulai usaha. “Dari pada dirumah ja, kada beapa-apa, baik bejualan wadai”. Well, baiklah, aku sih kerjaannya apa juga ya? Makan-tidur, makan-tidur mungkin ya. Mungkin mereka pikir aku punya Jin karena jelas-jelas sudah aku tak punya ART dirumah untuk membantuku. Iyes lah, aku mencoba jualan Kue. Untuk apa? Untuk membuktikan Aku juga bisa. 

Akupun berjualan kue dengan menitipkan kue kepada Adikku di Fakultas Kedokteran. Lumayanlah hasilnya, bisa buat membeli oven sendiri. Semangat? Mm.. Iya, semangat hanya sebentar. Kenapa? Karena berjualan tak menambah ilmu apapun😂. Hanya sekedar menitipkan kue dan aku dapat untung selesai. Ini kegiatan yang tidak terlalu asik dilakukan. Aku lebih suka menerima pujian langsung dari Suami dan Anakku tentang kue yang kubuat. Aku lebih suka mendapatkan foto yang luar biasa bagusnya dibanding mengemas puluhan kue yang kubuat. 

99 Pintu Rejeki ada pada Berdagang… 

Well, kupikir itu benar. Tapi tidak bijak. Jika semua orang berdagang lalu siapa yang menjadi Guru? Dokter? Perawat? Bidan? Jurnalis? dan Pengelola-pengelola aset negara??? Siapa? Pedagang? 

Jika kau ingin berhasil maka berkonsistenlah dengan yang kau lakukan. 

Yah, itulah yang tak bisa kulakukan. Konsisten, aku tak bisa konsisten dalam berdagang. Aku sangat pembosan. Aku tak bisa melihat tepung, susu, santan, gula yang sama setiap harinya dan membuat kue sama setiap harinya. Itu membuatku seolah-olah seperti robot. Robot mungkin bisa konsisten dalam menjaga moodnya. Aku sangat tidak bisa. Dan jika aku tetap bersikeras melakukannya pasti ada yang salah dengan kue yang kubuat. Entah itu tiba-tiba bantat atau tiba-tiba kemanisan/hambar. 

Aku secara mantap menghentikan jualanku. Masih banyak hal yang jauh lebih menyenangkan dibanding berjualan yang memakan banyak waktuku untuk kegiatan seputar tepung, gula, dan telur. Walau baking adalah salah satu Passionku namun aku tak menyukainya secara berlebihan. Apalagi jika karena baking dan ingin uang tambahan aku harus mengorbankan Passionku yang lain, yaitu Nyurcol. 

Nyurcol didunia maya adalah salah satu hobyku. Aku bukan orang yang hobi pamer, tapi aku tipe pengabadi segala moment. Mungkin inilah yang dinamakan hoby menjurnal. Yah, sejak kecil hoby menjurnal hanya dicurahkan pada buku harian yang kemasannya sungguh kuno dan tidak awet. Tapi dunia maya? Tulisan kita abadi, bisa diubah2 jenis fontnya, bisa diedit kapan saja, dan secara tak langsung dapat merasakan kita tak sendiri ketika ada yang membaca tulisan kita. Ada kebanggaan tersendiri didalamnya. Seakan-akan kau sudah menjadi penulis walau tak satupun buku yang pernah diterbitkan. (ini benar-benar narsis ya) 

Kupikir kegiatan menjurnal adalah satu-satunya jenis konsisten yang bisa kulakukan.

Ide membuat blog sudah lama diusulkan oleh suamiku. Namun, secara bahasa aku mengerti bahwa suamiku ingin blog ini berisi hal ‘khusus’. Entah itu khusus tentang resep, khusus tentang rumah tangga, khusus parenting, khusus tentang kecantikan. Tapi aku? Aku hanya ingin menulis semuanya. 

Memasak-belajar berjualan, belajar parenting, belajar merangkai ilmu ekonomi rumah tangga, belajar cantik didalam rumah, belajar segalanya. Dari awal aku sudah bercerita bukan? Duniaku adalah belajar dan menggurui. Anakku yang masih kecil tentu tak cukup untuk menjadi bahan ajarku. Aku membutuhkan media lain untuk membuat otakku tersalur. Bukan, ini bukan tentang Passion. Aku tak punya Passion Khusus. Aku mencintai semuanya, aku ingin mencoba semuanya. Aku Ibu yang Divergent. 

Mungkin bagi beberapa orang akan mengklaim bahwa aku tidak tetap pendirian, peniru, dan sebagainya. Tapi aku tak merasa begitu. Aku hanya ingin menjalani hidup dengan mencoba dan menjurnal semuanya. Aku tidak terlalu tau persis apa tujuan dari catatan-catatan ini. Aku hanya ingin membuat remahan roti disepanjang jalan hidupku seperti pada dongeng Hansel and Gretel. 

Karena dalam perjalanan hidup tak selamanya kita akan bahagia. Susah senang hadir bersamanya. Menulis adalah salah satu media yang membuatku merasa bersyukur. Aku tak sungkan mencatat kepedihanku disini karena aku memiliki kesenangan yang aku abadikan. Saat kepedihan itu aku simpan dalam draft aku cukup tau diri untuk tak mempublishnya. Inilah kekuatan dari menulis. Ia mengingatkanmu. Mengabadikan moment bahagiamu dan menghadirkannya kembali saat kesedihan melandamu. 

Disinilah Aku. Aku membagi sebagian diriku pada tulisan. 

Jika kau bertanya apa Pekerjaanku? Apa Hobyku? Apa Style ku? 

Jawabannya tak cukup satu. 

Aku Ibu Rumah Tangga yang terlihat sangat santai dirumah. Tak pernah keluar. Jarang sekali. 

Tapi dirumah adalah tempatku belajar. 

Aku memasak, Aku menjadi Koki andalan di Rumah

Aku mencuci dan membersihkan semuanya.. Aku Tukang Loundry dan Cleaning Service. 

Aku Senang mempercantik diriku, terlebih dengan lipstik, Aku Sang Perias Amatir

Aku Senang Mendidik Anakku berdasarkan caraku dan mempelajari Ilmu Parenting..Aku senang melihat dan belajar Bagaimana Manusia berkembang dan bersifat, Aku pecinta Ilmu Psikologi. 

Aku Senang Memanagement ekonomi di Rumah Kami. Aku senang dapat mengelola segala kebutuhan ekonomi keluargaku dengan uang yang sebagian keluarga lain tentu merasa kurang. Aku Sang Manager Keuangan. 

Terakhir, Aku senang masih memiliki waktu untuk menulis agar semua passion warna warniku dapat tersalur baik dan diabadikan dengan rapi di blog. 

Aku Senang.. Aku menjadi serba bisa untuk mereka berdua. 

Jadi, jika kau tanya Apa sih Passionku? Aku tak punya Passion yang bisa membawaku ke Tingkat Diferensiasi Sosial yang lebih tinggi dimasyarakat. I’m just Nothing, Invisible. 

But, I’m Divergent. 😊

IBX598B146B8E64A