JUST DONT JUDGE OUR PASSION
Halo Ibu-Ibu, ketemu lagi dengan curcolan saya tentang dunia sosial. Kali ini mau cerita tentang pertanyaan-pertanyaan dan sindirian mengganggu dalam kehidupan kita para wanita. Pertanyaan ini saya yakin sekali deh, pasti banyak yang sangat familiar. Bertanya dengan muka lugu sih boleh saja ya dengan catatan mukanya selugu anak saya. Haha. Ga, saya ga akan ambil hati pasti kalo begitu ceritanya. Tapi kalo yang nanya udah sekelas teman sosialita hingga keluarga sendiri itu pasti mak-jleb dah, apalagi jika musim PMS melanda. Wah, harus bawa boneka besar ya bun kayak Mama Nene di Sinchan itu. Ada yang tau? Baiklah saya laporkan aja gambarnya. 😂
Apa sih pertanyaan yang bikin kita segalau mama nene itu? Banyak ya.. Mungkin sih no problem bagi ibu-ibu yang dari sononya udah punya hati yang teguh dan kuat. Tapi gimana kalo Ibu-ibu yang dikit-dikit bawaannya baper. Yang paling parah itu jika pertanyaan itu sudah menjurus ke penyindiran passion sang Ibu. Wah, ini harus diluruskan. Memang semua Ibu punya sifat kayak dia apa ya? Punya Passion kayak dia? Nah, ini nih beberapa contoh pertanyaan dan sindiran yang paling Familiar didalam dunia sosialita Emak-emak
“Beli makanan terus, masak sendiri kan lebih murah. Akuu nih sebulan cuma habis segini.. (bla bla) “
Padahal kita tidak tau, Ibu tersebut memang tidak hoby memasak dan tidak punya waktu untuk memasak. Memasak menghabiskan banyak waktu. Kita tidak tau suaminya pun no problem dengan Passion sang Istri yang kebanyakan dihabiskan untuk membangun pendidikan. Kita tidak tau.
“Masak mulu, ga pernah aku liat dia keluar rumah. Dirumah mulu, apa ga stress ya? Lebih baik jualan kan dari pada kerjaan dirumah ga jelas gitu.. Kalo aku sih (bla bla)”
Padahal kita tidak tau. Passion sang Ibu memang memasak dan menyenangkan keluarga. Ibu Introvert tak butuh ruang sosial terlalu lama diluar. Cukup memasak, menulis, memoto makanan dengan hasil memuaskan, mendapatkan banyak like dimedia sosial sebagai bentuk penerimaan sudah merupakan kebanggaan tersendiri. Kita tidak tau.
“Moto Makanan Mulu, ssst.. Biasanya orang suka foto-foto itu tanda ia pengen dibilang ‘orang berada’. Lagian harusnya kalo moto itu paling tidak kan dia berbagi sama kita, bukan pamer ga jelas (bla bla)”
Padahal kita tidak tau kondisi keuangannya. Sanggupkah dia berbagi? Berbagi resep saja rasanya sudah senang baginya. Kita tidak tau.
“Lihat, buat anggaran make up sama perawatan aja dia habis segini. Kalo aku sih cuma segini sebulan.. (bla bla) “
Padahal kita tidak tau kondisi wajahnya yang diciptakan lebih dilematis dibanding dengan kita. Bisa jadi, ia mempercantik diri untuk bisa menyenangkan suaminya dengan maksimal. Bisa jadi, semua hal yang ia lakukan jauh bermanfaat dibanding kita karena ia berbagi pengalaman wajah dilematisnya kepada yang senasib dengannya. Kita tidak tau.
“Lihat, IRT aja padahal kerjaannya. Tapi punya pembantu. Kalo aku sih mending uangnya buat (bla bla) “
Padahal kita tidak tau kondisi keluarganya jauh lebih terkontrol dengan adanya Pembantu. Passion sang Ibu dan Ayah akan lebih tersalur kepada ‘hal yang seharusnya dikerjakan’ dibanding melakukan pekerjaan rumah. Kondisi keuangan pun jauh lebih stabil dengan adanya pembantu. Ya, kita tidak tau. Tapi suka sekali sok tau.
“Anaknya keduanya diminumin sufor loh, udah gitu operasi pula keduanya.. Kesibukan kerja sih ya..anak ga keurus. Masih mending aku yang (bla bla)”
Padahal kita tidak tau toh anaknya baik-baik saja. Memang ada beberapa kasus Ibu yang minim ASI. Kelancaran ASI bukan hanya didorong oleh faktor biologis namun juga psikologis. Ibu yang tidak bahagia dan mendapat tekanan stress bisa saja ASInya mandeg. Aku pernah mengalaminya. Beruntung lingkungan mendukungku. Tapi apa semua Ibu seberuntung aku? Kurasa tidak. Ketika Sufor adalah pilihan terdesak maka kita sebagai orang terdekat seharusnya tak menyalahkan langkahnya. Namun membimbing dengan bijak. Itulah fungsi dari Forum ASI sebenarnya.
Pertanyaan-pertanyaan diatas ini sifat dan tujuannya cuma dua. Pertama, ingin membanggakan diri sendiri. Kedua, ingin menyindir. Tanpa sadar sebenarnya pertanyaan itu tidak hanya berbahaya untuk passion sang Ibu namun juga Ibu yang mengalami Baby Blues dan Post Partum Depression. Kamu bisa melihat tulisanku tentang baby blues disini
Kondisi setiap orang itu sungguh unik. Ibarat angka 9 dan 6. Ibarat huruf b, d, p dan q yang kecil. Kau tau? Setiap sudut pandang berbeda akan menghasilkan pengertian yang berbeda pula. Kita tidak bisa memaksakan orang tersebut berada diposisi kita untuk mengerti huruf b, d, p dan q yang sama dengan kita. Kecuali kita menyeretnya dengan paksa.
Mari kita lihat bagaimana sebenarnya tangan Tuhan bekerja.
Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. Ia membutuhkan interaksi sedari kecil. Sejak kecil, anak berteman baik dengan Ibunya. Menjadikan Ibunya sebagai Rule Mode. Seiring berjalan waktu Rule Mode akan terpengaruh oleh lingkungan. Sebuah penerimaan dilingkungan akan mempengaruhi terbentuknya karakter anak.
Hal yang dibutuhkan seseorang untuk dapat diterima dilingkungan pertama kali adalah Bergabung pada Populasi. Populasi yang sama dengannya. Populasi didapat dari kumpulan orang yang mempunyai hoby, sifat, hingga pekerjaan yang sama. Apakah populasi cukup untuk memenuhi kepuasan ruang sosial manusia? Tidak. Itu tidak cukup.
Kita manusia. Kita berbeda. Akan beda ceritanya jika kita ini Sapi, Angsa, Ayam, dan lain-lain. Cukup dengan memakan rumput, beras dan bama yang sama hingga menikah dengan orang yang sama kita sudah merasa bahagia. Itulah jika kita sudah merasa puas dengan Populasi. Nyatanya? Batin kita selalu meminta lebih dari itu.
Namun anehnya terkadang sebagian manusia tidak dapat berhubungan dengan hal yang lebih jauh dibanding populasi. Terbiasa berkumpul dengan orang yang senasib membuat pikiran manusia terkadang terlalu dangkal. Mengira semua orang sama seperti kita. Mulai mengeluarkan nyinyiran yang saling menyinggung satu sama lain. Manusia tipe seperti ini lebih baik belajar dulu sebelum bergabung dengan komunitas ekosistem.
Atau lebih baik diam sebelum berbicara.
Dan Aku adalah salah satu orang yang lebih seharusnya diam.
Aku adalah salah satu Ibu yang bersifat melankolis. Mengejar kesempurnaan adalah kekuranganku, lebih tepatnya kekurangan terbesarku. Bisa dibayangkan jika Aku berada dilingkungan orang yang suka nyinyir? Aku akan berusaha menjadi seperti yang orang mau. Bahkan untuk benda seperti Buku-pun akan aku turuti kemauannya. Salahkah sifat sepertiku? Salah besar.
Bahkan karena mengejar kesempurnaan aku terkadang tanpa sengaja juga membanggakan diriku. Tanpa sadar mungkin saja orang lain tersindir oleh kalimat sempurnaku. Tulisan ini adalah sebagai pengingat untuk diriku sendiri. Bahwa ketika kita nyinyir dengan orang lain, tanpa sadar kita telah menjelek-jelekkan passion orang tersebut. Yang mana Passion tersebut adalah jalan hidupnya.
Tidak semua orang_tidak semua Ibu memiliki sifat Divergent sepertiku. Suka bereksplorasi sendiri, asik sendiri, ingin bisa semuanya dengan belajar sendiri, ingin bisa semua passion dan memilih mengorbankan hidup untuk mengembangkan passion suami di masyarakat. Cukup bersyukur mengabadikan semua passionku dengan menulis. Tapi tidak semua sepertiku. Beberapa memilih untuk mengembangkan satu Passion dalam dirinya agar dapat berinteraksi dengan komunitas yang lebih luas dan agar dapat mandiri dengan caranya sendiri.
Jika semua makhluk hidup diciptakan dengan passion serupa dengan kita maka Tuhan dengan senang hati hanya menurunkan keturunan dari rahim kita saja. Tapi tidak, Tuhan tidak sekejam itu. Ia tau bahwa semua makhluk yang ia ciptakan akan bekerja sama ketika sudah besar. Ia menitipkan anak pada jenis Ibu yang berbeda. Berbeda lingkungan, berbeda sifat hingga berbeda passion. Outputnya? Akan menghasilkan anak dengan sifat unik yang tidak jauh dari sifat kedua orang tuanya.
Maka jangan hambat passionnya dengan membandingkan kondisimu dan kondisinya. Manusia sudah diciptakan dalam kondisi berbeda_dengan orang tua yang berbeda. Itu adalah cara Tuhan mengatur keseimbangan hidup sosial manusia.
Kita tidak hidup dalam jenis makhluk yang sama. Kita manusia. Kita makhluk sosial. Maka jagalah mulutmu agar hidup ini menemukan keseimbangan sejati.
Tulisan ini aku dedikasikan untuk diriku sendiri dan setiap kamu yang merasa suka mengomentari hidup orang. Ini bukan hanya tentang sesuatu yang sudah terucap saja tapi sindiran dalam hatipun harus segera diobati. Sifat nyinyir itu luas cakupannya. Bukan tentang mulut namun juga hati. Bahkan merasa diri paling baik pun termasuk didalamnya.
Kaca tak dapat menggambarkan keseluruhan diri kita..
Sebagian besar Bakteri hanya dapat dilihat dengan Mikroskop..
Cahaya bukanlah petunjuk kebenaran..
Sebagian yang benar ditemukan setelah kegelapan..
Kita boleh saja berdoa untuk ditemukan pada jalan yang lurus..
Namun jika jalan lurus tak mengubah kita, Tuhan dengan senang hati akan membuat kita berbelok, berputar hingga terperosok kedalam sebuah lubang.
Boleh jadi, Lubang itu gelap.
Boleh jadi, Lubang itu pengap dan bau.
Namun dari Sakitnya Kita akan Belajar. Merenungi diri kita.
Kesendirian adalah perantara terbaik untuk berhubungan dengan Tuhan.
Hubungan terbaik dengan Tuhan memberikan Hubungan terbaik dengan sesama manusia.
Ditulis Oleh seorang Ibu yang tak sempurna dan hanya ingin belajar dari Kehidupannya.