Kenapa Teori Konspirasi Covid 19 Bisa Tumbuh Subur di Indonesia?
“Covid? Bull*hit lah.. Semua yang masuk rumah sakit dibilang covid semua..”
“Udah 3 bulan ini aku aktivitas normal. No masker. No jaga jarak. No cuci tangan. Liat deh, aku sehat-sehat aja.. “
“Masker adalah simbol berbudakan”
“F*ck WHO.. Jangan mau dibodohin Elite Global.. “
“Target utama covid 19 ini adalah melumpuhkan ekonomi negara-negara di dunia. Kita jangan terpengaruh. Harus dilawan!”
Ya ya.. Kalimat-kalimat diatas adalah hal yang paling sering aku dengar di media sosial akhir-akhir ini.
Ada rasa gatal ingin ikut berkomentar dan adu argumentasi. Tapi kalau dipikir ulang dan membaca komentar-komentar yang kontra aku kembali menahan jempolku. Kemudian berpikir, “Percuma..”
Yah, setidaknya aku masih bisa menghindari pengaruh negatif dari media sosial dengan melakukan 4 hal: unfriend, unfollow, hide atau block sekalian.
Tapi, jika teori konspirasi ini mulai berkembang kedunia nyata disekitarku.. Bahkan meracuni pemikiran orang-orang disekitarku hingga yang berkontak erat denganku.. Maka, aku tidak bisa diam saja.
Yaaa.. Aku tidak bisa diam saja ketika melihat orang-orang dengan cueknya masuk ke rumahku tanpa memperdulikan protokol kesehatan. Aku juga tidak bisa diam saja ketika melihat salah seorang keluarga bersikeras berpendapat bahwa dokter dan tenaga medis lain menjadikan covid 19 sebagai lahan bisnis. Yah, semua orang punya bom waktu masing-masing bukan?
Dan hari ini, aku akan belajar menuliskan covid 19 dari 2 sisi. Yaitu dari pandangan yang mempercayai teori konspirasi dan teori kesehatan.
Benarkah Teori Konspirasi Covid 19?
Pertama kali aku mengenal teori konspirasi adalah pada grup WAG. Pesan itu tersebar luas dibeberapa grup dan banyak yang mendukungnya. Sebagai ‘anak baik’, aku hanya bisa membaca sambil berdiam diri membaca komentar orang-orang di grup tersebut. Dan yaa.. Sekitar 30% teman-temanku sedikit mempercayai teori konspirasi.
Jujur, akupun termasuk yang pernah mempertanyakan kebenaran teori ini.
Tentang benarkah covid ini hanyalah penyakit flu yang diperparah dengan kecemasan berlebihan?
Apakah benar tes PCR ini tidak akurat?
Apakah benar ada sesuatu dibalik ini? Ada yang ditutup-tutupi?
Dan bagaimana bisa Bill Gates hingga Om Mark ikut dikait-kaitkan sebagai ‘Elite Global’ yang menggunakan Covid 19 sebagai lahan bisnis? Bukankah mereka sudah cukup kaya?
Apakah mereka punya tujuan “Controlling the World?”
Begitu?
Aku juga pernah dengan seksama memperhatikan video viral dari youtube tentang teori konspirasi tersebut. Dan yaa.. Harus aku akui, narasinya tergolong HEBAT. Saking hebatnya, aku langsung sadar bahwa ini sangat mirip dengan narasi Teori Bumi Datar aka Flat Earth yang pernah booming dahulu.
Dari situlah aku langsung melupakan racun konspirasi covid. Ayolah, ini konyol. Pikirku. Rakyat indonesia yang peka tidak mungkin langsung menelan mentah-mentah hal seperti ini.
Dan ternyata, aku salah.
Sudah sekitar 3 bulan ini aku mengikuti instagram Jrxsid. Hanya sekedar memantau ig storynya. Satu sisi, aku sedikit mengerti pola pikir drummer SID ini. Tapi sisi lainnya.. Ya ampun aku gemes sekali. Bahkan pernah rasanya aku ingin menyumpah-nyumpah. Tapi sudahlah, itu sosial media punya dia. Hak dia mau ngapain. Kalau tidak suka tinggal unfollow. Begitukan aturan bersosial media?
Eh tapi kok ya enggak aku unfollow?
Simple. Aku pengen reframing lebih jauh tentang pikirannya. Kalau kata seorang Guru, baik jahatnya seseorang itu tergantung dari cara kita memandang. Dan sesungguhnya, kalau kita mau melihat dari berbagai sudut.. Tidak ada orang yang jahat banget atau baik banget. Tapi kalau ada orang yang tidak paham, bukannya harus diluruskan?
Ya.. Harus diluruskan.
Karena banyak sekali ternyata orang-orang yang sepemahanan dengan Jerinx ini. BANYAK BANGET. Setuju?
Tapi semakin aku sering kepo dengan story jrx dsb ini.. Semakin aku sadar bahwa mereka memiliki alasan kenapa bersikeras berpendapat covid hanya konspirasi. Kenapa banyak follower yang mendukung mereka. Itu semua masuk akal jika dijabarkan alasannya.
8 Hal Penyebab Teori Konspirasi Menyebar Luas Di Indonesia
Yup, setidaknya aku menyimpulkan ada 8 penyebab meluasnya teori konspirasi di indonesia, hal itu antara lain adalah:
1. Terdesaknya Situasi Ekonomi
“Lo sih enak ya bilang DI RUMAH AJA.. DI RUMAH AJA.. Lo kaya. Duit lo segudang. Pikirin nih masyarakat misquen yang duitnya sehari abis dan bingung besok masih bisa makan apa enggak!”
Jleb. Kata-kata itu langsung menusuk hatiku.
Dan sejak itu, aku tidak pernah lagi mengkampanyekan #dirumahAja di sosial mediaku. Aku lebih sering berfokus pada menggaungkan protokol kesehatan. Terutama untuk mereka yang masih terpaksa bekerja di luar sana. Kupikir, tidak semua orang bernasib beruntung. Dan setidaknya dengan era new normal ini ekonomi akan sedikit memulihkan diri.
Kuharap, dengan menggaungkan protokol kesehatan yang ketat.. Setidaknya aspek kesehatan dan aspek ekonomi jadi seimbang..
Akan tetapi.. Tidak lama kemudian setelah New Normal diberlakukan..
“Masker simbol perbudakan.. “
“Maskerlah yang bikin sesak nafas. Bukan virus corona..”
Dan beberapa kafe dibuka. Masyarakatpun mulai tidak peduli lagi dengan social distancing dan memakai masker. Mereka mulai percaya teori konspirasi. Kemudian, muncullah kata-kata ini..
“Lo sih enak di rumah aja gak pake masker. Kami yang harus bekerja diluar.. Sesak kalau harus selalu memakai masker. Masker yang bikin corona. Virus corona cuma konspirasi..”
“Lo bayangin dah. Hampir tiap bulan kami para pedagang kena tes masal. Kalau hasilnya reaktif orang sekitar kami pada mengucilkan kami. Dagangan kami gak laku. Bagaimana kami bisa hidup?”
“Tes covid itu sengaja mempositifkan hasilnya. Supaya kami tidak bisa lagi mencari nafkah..”
“Kami lapar. Kami terpuruk. Bukan karena virus corona yang mematikan. Tapi kami dimatikan terlebih dahulu oleh stigma masyarakat. Kami tidak punya pilihan lain selain menganggap corona sebagai konspirasi untuk bisa bertahan hidup”
Masyarakat Kecil
Ekonomi down – Segala Teori Akhirnya Dibenarkan..
Ketika manusia kelaparan. Maka daging tikus yang sudah dimasakpun dianggap enak sekali. Bukankah begitu?
2. Aspek Psikologis Manusia
Well, bukan hanya faktor terpuruknya ekonomi yang menyebabkan teori konspirasi berkembang luas tapi juga faktor psikologis manusia.
Iya, Banyak kok yang ekonominya menengah keatas tapi juga percaya teori konspirasi. Beberapa teman dan keluargaku mungkin bisa dijadikan contohnya. Mereka tidak dalam kondisi terhimpit ekonomi karena corona. Tapi, suka sekali bersikeras kalau corona hanya ‘mainan tenaga medis’
“Halah, semua yang masuk Rumah Sakit sekarang dibilang covid kok..”
“Konspirasi aja tuh. Alat tes nya memang bikin semuanya positif..”
“Yang meninggal kecelakaan aja dimakamkan gaya covid..”
“Kan tenaga medis dapet insentif lebih kalau ada pasien covid.. “
(Tahan tahan.. Yang punya keluarga tenaga medis pasti panas sekali mendengarnya bukan?)
Yup, covid seakan dianggap remeh keberadaannya. Seiring meningkat tajam kasusnya, malah semakin sedikit yang takut dengan covid. Dan justru sudah dianggap hampir tidak ada.
Seseorang pernah berkata kepadaku bahwa ada 2 tipe manusia ketika dihadapkan pada suatu masalah. Yang pertama, adalah ia yang menganggap masalah itu nyata. Kemudian memecahkan masalahnya dengan langkah yang realistis.
Tipe yang kedua adalah ia yang mengubah bentuk masalah itu dalam perspektif yang berbeda. Kenapa begitu? Untuk mengurangi kadar kecemasan. Karena setiap manusia itu unik, ada yang memiliki tingkat kecemasan yang berlebihan dan berbahaya jika tidak dikurangi. Maka, ia lebih memilih untuk melupakan bahkan membenarkan teori yang lebih nyaman di pikirannya.
Dan teori konspirasi membuat pikiran ‘beberapa’ manusia lebih rileks dalam menghadapi pandemi.
Hal ini baik jika tidak merugikan orang lain tentunya. Masalahhya, teori konspirasi sangat merugikan beberapa pihak. Bukankah begitu?
3. Rumitnya Mengenali Tingkah Polah ‘Si Virus Baru’
Jujur, baru kali ini sepertinya dalam sejarah hidupku sekolah dibubarkan sedemikian lamanya.
Dan baru kali ini dunia dibuat pusing dengan peraturan WHO yang berubah-ubah.
Masih ingat ketika awal pandemi terjadi? Sekitar bulan Februari di negara tetangga dan resmi di indonesia ketika bulan Maret. Banyak peraturan dan prosedur baru yang berubah-ubah.
Awalnya, Para Dokter dan Pakar Kesehatan serta tentunya juga WHO menganjurkan hanya yang sakit saja yang memakai masker. Beberapa waktu kemudian, semua orang diwajibkan memakai masker karena dikhawatirkan carrier tanpa gejala bisa menularkan dropletnya hanya dari bernafas dan berbicara.
Peraturan kesembuhan untuk pasien covid pun berubah-ubah. Dari yang awalnya harus melalui 2x tes negatif hingga akhirnya pasien dinyatakan sembuh jika sudah tanpa gejala dalam waktu 14 hari. Karena virus Covid 19 diyakini tidak infeksius jika sudah 14 hari walaupun tesnya masih positif.
Saat membaca peraturan baru tersebut, jujur saja pikiran luguku mulai bermain.
Jadi, apakah OTG selama ini bukan carrier yang infeksius? Bukankah pasien dinyatakan sembuh walau masih terdiagnosa positif? Bagaimana kalau ternyata aku sendiri pernah terpapar dan virusnya masih ada namun tidak infeksius? Ah entahlah..
Yang jelas INI VIRUS BARU dan sebagai masyarakat awam, patuhi saja protokol kesehatan yang ada.
Tapi tidak semua orang berpikir sama sepertiku. Ada yang sudah mulai melonggarkan kewaspadaan mereka, lalu berpikir apakah virus ini sejatinya memang tidak ada?
Karena virus ini memiliki seribu wajah. Kan aneh sekali? Ada yang diare saja, ternyata positif covid. Ada pula yang tidak demam dan sesak nafas, hanya tidak selera makan.. Ternyata positif covid.
Sifat virus baru yang sungguh rumit ini akhirnya membuat beberapa orang percaya dengan teori konspirasi.
4. Prosedur Kewaspadaan Rumah Sakit yang Tidak Bisa Dipahami Semua Orang
“Ya ampun masa menolong orang kecelakaan aja tim medis pakai hazmat suit.. Pasti dianggap corona tuh.. “
“Pokoknya jangan berani-berani ke Rumah Sakit pas masa pandemi gini. Nanti kamu di diagnosa corona.. “
Well, padahal kenyataannya.. Prosedur pelayanan masyarakat saat pandemi ini memang harus demikian.
Tenaga medis harus selalu waspada. Karena setiap pasien bergejala maupun tidak akan berpotensi menularkannya kepada tenaga medis. Bukankah mereka adalah pahlawan garda terdepan dalam pandemi ini?
Sudah tau bahwa korban Tenaga Medis yang meninggal karena Covid 19 di Indonesia termasuk salah satu yang tertinggi di dunia? Kenapa sampai terjadi hal ini?
Karena pada awal pandemi, tenaga medis kekurangan APD.
Pada awal pandemi corona, tenaga medis juga tidak sewaspada sekarang. Sehingga banyak dari mereka yang terpapar hingga meninggal dunia. Karena itu, mereka belajar dari kejadian terdahulu bahwa dalam masa pandemi ini APD lengkap adalah hal yang wajib.
Sayangnya banyak masyarakat yang takut dengan tenaga medis yang memberlakukan mereka seperti pasien covid. Takut mengeluh bergejala kalau saja langsung didiagnosa covid 19. Apalagi kalau tiba-tiba meninggal dan harus melalui prosedur pemakaman covid. Banyak masyarakat yang tidak terima kemudian membenarkan teori konspirasi.
Sepertinya, aku sudah sangat sering membahas hal ini di ig story hingga status WA. Banyak sekali masyarakat yang gagal paham dengan prosedur kewaspadaan yang diterapkan di rumah sakit. Dimulai dengan segala prosedur harus melalui tes hingga kebijakan tes masal dimana-mana.
Hal ini juga menciptakan konflik serius antara masyarakat dan tenaga medis. Tidak jarang aku melihat berita tentang tenaga medis yang dipukul oleh orang yang anggota keluarganya berstatus PDP sehingga terpaksa dimakamkan secara covid, hal ini karena hasil tes yang belum keluar.
Aku harap, banyak masyarakat yang mengedukasi dirinya sebelum menghakimi para tenaga medis. Belajar dan terus belajar dengan reframing. Jika tenaga medis sedemikian jahatnya.. Mengapa banyak dokter dan perawat yang berguguran ditengah pandemi ini?
5. Dorongan Bersosialisasi secara Normal
Manusia itu makhluk sosial. Seintrovert apapun manusia, mereka butuh berinteraksi secara nyata dengan orang lain.
Yah, akhirnya aku menyadari hal ini selama di rumah saja. Seintrovert apapun diriku, aku butuh berkumpul dengan teman yang satu passion denganku. Berkumpul secara nyata. Bukan hanya lewat online.
Tapi aku tetap sabar menahan semuanya. Walaupun sudah era new normal. Terkadang merasa sangat bersyukur karena sudah memiliki keluarga dimana masih bisa tertawa bersama. Terbayang kalau aku sendiri masih single, bekerja diperantauan dan ngekos atau ngontrak rumah sendirian? How lonely!
*eh kok jadi curhat.
Yah, serius. Faktor dorongan bersosialisasi secara normal ini juga sangat mempengaruhi seseorang untuk percaya pada teori konspirasi. Apalagi jika kita berada di lingkungan sosial yang cuek bebek pada protokol kesehatan. Cepat atau lambat akhirnya dorongan sosial itu mempengaruhi pola pikir kita.
6. Kurangnya Literasi
Well, ini related banget sama nomor 4.
Yup, masyarakat kita itu banyak yang malas baca. Hobi nonton youtube dengan tayangan yang oke sama nalarnya aja. Makanya teori konspirasi sukses besar dalam penyebarannya di grup WA keluarga. Masyarakat indonesia lebih suka scroll sosial media dibanding baca. Lebih suka melihat aktivitas artis panutannya dibanding berguru yang benar. Laaah.. Yang diliat cuma sekelas jerinx doang.. 😅
Padahal kunci untuk melawan teori konspirasi itu simple loh. Banyakin baca. Berguru pada YANG AHLI.
Covid 19 ini nyata, bukan halusinasi. Nyata secara penelitian, sudah jelas banyak yang tertular. Yang mati random. Gak cuma yang punya penyakit bawaan tapi juga yang sehat bugar. Tapi selalu saja ditolak kenyataannya hanya berdasarkan teori yang tidak jelas kebenarannya.
Banyaklah belajar. Percayailah teori dari orang-orang yang valid keilmuannya.
Dari Covid 19 aku banyak belajar, bahwa yang kita lawan bukan hanya virus.. Tapi kebodohan.
7. Aturan Pemerintah yang Labil
Boleh gak ya nulis beginian?
Boleh aja deh ya. Ini kan blog aku. Opini aku. Suka-suka. Haha
Jujur ya aku sedikit kecewa dengan lambatnya penanganan covid 19 di indonesia. Bahkan, pemerintah sempat menganggap remeh virus ini dengan membiarkan semua negara memiliki akses masuk ke Indonesia ditengah pandemi corona. Alasannya, covid 19 tidak mengerikan dan cuaca indonesia yang tropis bisa menangkalnya. Apalagi penduduk indonesia rajin minum jamu.. *eh.
Akibatnya, banyak sekali yang masih menggaris bawahi pernyataan pemerintah ini sampai sekarang. Menganggap bahwa covid 19 ini penyakit biasa saja. Bahkan, aku sepertinya sudah hampir 5x menonton video menkes di igs jrx tentang memakai masker untuk yang sakit saja. Padahal, video itu masa ketika awal covid melanda. Dan masih banyak pernyataan petinggi lainnya yang dijadikan acuan bagi masyarakat untuk menggampangkan virus ini.
Belum lagi cerita tentang mudik vs pulang kampung. 😅
PSBB dilonggarkan, era new normal. Kupikir akan membuat masyarakat sedikit semangat untuk memperbaiki ekonomi dengan tingkat kewaspadaan yang tinggi. Ternyata? Aku salah. Himbauan pemerintah seakan diabaikan. Sebagian dari mereka masih saja percaya dengan statement awal pemerintah.
8. Berita Media yang Terlalu Banyak Menebar Ketakutan
Apakah dengan banyaknya berita ketakutan masyarakat akan lebih mentaati protokol kesehatan?
Ternyata tidak, menurutku yang selama ini selalu kepo dengan ig story Jrx.. Media yang menebar ketakutan ini justru menjadi senjata bagi kaum pemercaya konspirasi untuk menggaungkan betapa hoax nya WHO dsb.
Bahkan, akhir-akhir ini aku kembali kepo dengan akun @duniamanji atau anji yang sedang ramai diperbincangkan karena sempat mengunggah foto pasien covid meninggal yang dibungkus plastik lengkap dengan captionnya.
Pada caption akhir Anji mengungkapkan
“Saya percaya cvd (Covid-19) itu ada. Tapi saya tidak percaya bahwa cvd semengerikan itu. Yang mengerikan adalah hancurnya hajat hidup masyarakat kecil.”
Sontak Anji langsung diserang oleh para netizen karena dianggap menyepelekan covid dan mempercayai teori konspirasi.
Well, aku lalu memperhatikan feed ig duniamanji. Menurutku sendiri, Anji ini bukan orang yang percaya teori konspirasi layaknya Jrx. Anji bahkan masih taat pada protokol kesehatan.
Adapun soal kata-kata Anji yang berkata bahwa Covid tidak semengerikan itu.. Kurasa kata-kata ini masih bisa ditoleransi. Apalagi Anji bukanlah tenaga ahli dalam hal ini. I mean.. Masih ingatkah kalian bahwa pada awal pandemi covid 19 ini.. Banyak para dokter yang juga mengatakan hal serupa dengan Anji. Itu Dokter loh. Dan tentu saja sekarang hampir tidak ada lagi dokter yang berkata demikian saat melihat kenyataannya.
Kepo dengan akun ig @duniamanji dan membandingkannya dengan akun @jrxsid.. Aku merasa si Anji ini tidak ada apa-apanya dibanding jerinx. Anji hanya menekankan pada media yang selalu membawa berita ketakutan. Aku tidak menemukan Anji yang bilang, “Jangan pakai masker, masker simbol perbudakan, covid konspirasi dsb.. ”
Apakah ada? Cmiiw ya.. Soalnya akupun baru-baru saja kepo dengan akun ig Anji ini.
Kulihat Anji hanya tidak memakai masker dalam keadaan sunyi. Ia tidak menganjurkan memakai masker ketika berolah raga. Well, apa sih salahnya? Aku sendiri juga tidak pakai masker ketika berolah raga di depan rumah. Asal dalam keadaan sunyi.
Dalam inti caption pada feed @duniamanji, Anji hanya menegaskan bahwa media terlalu ekstrem dalam menghujani masyarakat dengan berita ketakutan (cmiiw yaa). Dan terus terang, aku setuju. Berita ketakutan hanya akan membuat sebagian masyarakat melawan, bukan semakin takut dan taat pada protokol kesehatan.
Oke, covid ini penyakit mengerikan. Aku setuju. Tapi please jangan terus menghujani masyarakat dengan berita negatif saja wahai media. Aku sangat setuju hal ini. Sejak melihat video dari Project Nighfall dan Prince Ea, aku sudah meredam sedikit ketakutanku dan menyisakannya untuk kewaspadaan. Tidak lagi bersikap paranoid berlebihan.
Well, masyarakat pun perlu KESEIMBANGAN.
Please tolong juga sampaikan bahwa banyak pasien covid 19 yang sembuh.
Please tolong juga sampaikan tentang perkembangan vaksin dunia. Tentang inovasi obat untuk covid 19 yang telah dicoba dan berhasil.
Please tolong juga beritakan tentang banyaknya pasien dengan penyakit bawaan yang sembuh.
Masyarakat butuh itu untuk menyeimbangkan diri dengan berita negatif. Agar jiwanya tidak merasa takut berlebihan lalu mencari pelarian dengan membenarkan teori konspirasi.
Dan please, untuk teman-teman yang memiliki pengaruh di sosial media. Yang memiliki ratusan like hingga engagement yang tinggi.. Mari mulai seimbangkan berita positif dan negatif. Tunjukkan fakta pahit dan manis. Agar covid 19 tak lagi dianggap main-main. Agar masyarakat waspada dan tetap menerapkan protokol kesehatan. Tidak cemas dan stress lalu berhalu-halu ria dengan teori konspirasi.
Yuk, Tidak Pernah Ada Salahnya Waspada dengan Memakai Masker dan Terus Mentaati Protokol Kesehatan
Kepo dengan ig jrx hingga duniamanji mengajarkanku untuk bisa reframing dengan sudut pola pikir manusia lainnya. Mereka membuatku sadar untuk bisa mengerti keadaan sudut dunia yang lain. Untuk itu, walau sedikit merasa gemes.. Tentu aku berterima kasih. Paling tidak aku bisa menulis dari tuangan ekspresi mereka.
Dan yaa.. Bagaimanapun juga kita tidak bisa memaksakan pendapat semua orang untuk sesuai denganku. Tulisanku ini hanya sekedar sebuah insight berbeda dari diriku yang awalnya selalu berkata #dirumahsaja.
Didunia ini, setidaknya ada 4 golongan berbeda dalam memahami covid 19.
Dan penganut teori konspirasi adalah mereka yang berada pada golongan 3 dan 4. Entah tekanan psikologis, kurangnya literasi atau ekonomi yang membuat mereka membenarkan teori itu. Tapi bagaimanapun juga.. Please, tidak ada salahnya kok waspada dengan memakai masker.
Aku tahu daya tahan tubuh kalian yang menganut teori konspirasi mungkin diatas rata-rata. Mungkin juga beberapa dari kalian adalah manusia super saiya. Sehingga para dokter pun tak berani menerima tantangan Jrx.
Tapi, virus ini nyatanya bukanlah sebuah konspirasi. Korbannya sudah banyak. Bahkan orang sehat sekalipun bisa meninggal dibuatnya. Tolong, berempatikah sedikit. Aku tau kalian tidak punya rasa takut. Kalian kuat. Bersinar. Tapi tolong.. Berempatilah.
Aku tau kalian sudah banyak menyumbang untuk masyarakat miskin. Kalian menciptakan semangat dan produktivitas dengan cara yang lain. Tapi tolong, berempatilah pada sudut yang lain.
Terakhir, izin memuat kuotenya ya Bang Tere Liye.
24 thoughts on “Kenapa Teori Konspirasi Covid 19 Bisa Tumbuh Subur di Indonesia?”
ckckckck, saya sendiri jg sampai bengong mbacanya. Kok ya kepikiran bikin pemikiran kayak gitu ya. Apalagi yg komen menyesatkan mengajak utk ga patuh protokol kesehatan. Lemes dan speechless.
saya termasuk yang gak percaya sih sama konpirasi covid, secara saya meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah kehendakNya yang sudah tertuang dalam Al Qur’an
sip banget nih pembahasannya. intinya apapun teori yang diyakini, sebaiknya tetap melakukan protokol kesehatah. ya kalo selama ini sehat-sehat aja, tanpa masker, males cuci tangan, suka berjubel, bisa jadi memang individu tersebut memiliki imunitas yang kuat dan bisa jadi dia adalah OTG yang berpotensi sebagai carrier virus. Dia gak kenapa-kenapa tapi dropletnya mampu menulari orang lain yang imunitasnya lemah.
Aku sih tetap jaga diri deh, karena sebagai pengidap alergi pada ISPA nggak berani ngambil resiko macem-macem.
Wah panjang ya pembahasannya. Jadi brainstorming sendiri habis baca ini. Poinnya, jangan lupa pakai masker, nggak ada salahnya.
Setuju sih,kadang pun ngerasa serba salah yaa bingung jua percaya atau tidak intinya jaga kebersihan diri dan keluarga kita mba semoga dijauhkan dari wabah ini. amin
Aku tinggal menunggu bagaimana ending dari kisah ini, bagaimana ending dari si A dan si Jrx, sambil terus menjaga kesehatan diri dan keluarga.
sebenarnya memang complicated
antara yang care dengan virus ini dan ada yang memang perlu makan
cuma sangat disayangkan ketika mereka lalai dan abai dengan protokol kesehatan
sebenarnya aku kurang respek sama Jrx hehehe. Aduuuh maaaf kalau ada fans Jrx. Tapi mungkin karena dia tinggal di Bali. Dia merasa masyarkat di sana ekonominya merosot. sedang menyuarakan suara masyarakat disana yang mungkin tidak seberani dia. sayangnya waktu dia demo ternyata masih ada social distancng (jaga jarak sekitar 1-2 meter perorang saat jalan untuk orasi)
well mari kita doakan segala kebaikan dan kesehatan
Lelah rasanya mendengar berbagai hal yang terjadi akhir-akhir ini.
Kadang kalau mikir Indonesia yang rudet, jadi kangen sama orde baru yaa..
Yang semua diatur harus nurut pemerintah.
hehehee…payah juga siih…kalau gitu.
Dari awal pemerintah pusat ga serius menangani covid. Terkesan menyepelekan wabah ini. Dan sekarang keliatan banget pemerintah bingung mengambil kebijakan
Nah yg gk sadar ya kalau Covid 19 ini nyata, Bukan halusinasi. Nyata dengan penelitian, sudah jelas banyak yang tertular. Yang mati . Gak cuma punya penyakit bawaan tapi juga sehat bugar Juga kena dan odp Ada dimana2 yg pnting Kita tetap aware sama protokol kesehatan
kalo baca or nonton berita konspirasi ini ngeri-ngeri sedep tapi bikin penasaran ya mba, jangan 100% dipercaya juga kalo gak valid sumbernya
hmmm, i dont know why. the important i dont believe this statement. Actually i am and my family still keep healthy and try do best in my life.
Di masa Pandemi seperti ini informasi bisa tumpang tindih memborbardir alam fikiran kita sehingga sangking banyaknya informasi yang masuk kita kebingungan sendiri apa yang sebenarnya fakta atau mana pula yang hoax. Kejernihan fikiran, berfikir positif dan mengkaji ulang setiap informasi yang masuk merupakan benteng agar kita tidak ikut arus.
Detail banget mbkkkk… Aku beberapa lihat berita viral Jerix ttg teori konspirasi. Pusing juga ya kalo ngurusin berita online. Yang penting mah, jaga diri dan keluarga..
Jujur sih aku termasuk orang yang gak pernah mau tau tentang teori konspirasi itu. Kebetulan beberapa keluarga ada yang dokter jadi ya memang aku lebih percaya mereka, yang penting kita bisa menjaga kesehatan diri sendiri dan keluarga.
Quote bang Tere ini sempat aku kopas untuk status WA juga, mbak. Saking gemes bin kesel sama mereka yang cuek tak pakai masker dan bilang covid itu hasil konspirasi. Terima kasih udah menuliskan kesebalanku pada orang yang mencetuskan teroi konspirasi ini. Tulisannya detil dan komplit, semoga banyak yang baca
Alasan kenapa muncul banyak teori konspirasi bahkan menganggap covid ini ga berbahaya emang ‘kena’ banget sih…edukasi untuk yang ‘menggampangkan’ covid ini memang perlu berkali-kali bahkan mungkin sampai ngomel berbuih-buih..
tapi aku males follow orang yang bikin isu-isu dan ga percaya sama covid ini…sebel soalnya 😀
Sedih rasanya masih banyak orang yang menganggap covid ini konspirasi, padahal sudah banyak orang positif covid yang meninggal, tak sedikit juga para medis yang akhirnya meninggal juga.
Semoga kita semua selalu diberikan kesehatan ya dan semoga cepat berakhir pandemi ini.
Untuk poin 1 dan 2 itu kejadian kok di org2 sekitarku. Yg poin 1 tetangga belakang yg punya toko kelontong positif covid, walaupun dinyatakan sembuh ga seorang pun yang mau beli disana. Karena khawatir. Asli saya kasian banget. Saya pun termasuk yang takut belanja disana. Padahal penghasilan mereka itu dr berjualan. Hal ini justru membunuh mereka secara perlahan lewat psikis dan fisik.
Dan utk poin 2 saya awalnya ga percaya kalau trnaga medis mengambil kesempatan utk dpt dana dr pemerintah. Tapi tetangga temen bemer2 kejadian wkt dirawat di rumkit dia ditawarkan utk menyatakan kalau dia kena covid. Padahal tetangga tersebut ga kena covid. Bahkan ia ditawari sejumlah uang buat mengaku kalau dia covid.
Jadi saya lebih memilih.. ya terserah kalian saja. Percuma kita berkoar2 kalau merek ga menanggapi. Kita capek sendiri dan efeknya kepancing emosi, daya tahan tubuh turun. Kena deh covid. Mending berpikir positif dan bahagia aja.
Aduh samaan aku pun berasa capeek mba ama yang lain tuh. Merasa covid nggak ada. Hiks. Dan padahal ini bener bener berbahaya bagi kondisi bangsa kita. Smoga kita terlindungi deh sekeluarga
Setuju banget sama pemikiranmu mbak, terutam soal pemerintah yang labil.
Dari awal bilang A, minggu depan berubah lagi. Belum lagi di awal terkesan menyepelekan, ditambah lagi pintu2 keluar masuk orang tidak ketat, ya gimana virus tidak merajalela…
Iya ih, gemes banget kalau udah baca postingan-postingan tentang konspirasi ini. Kebayang gimana perasaannya teman-teman yang dia atau keluarganya terinfeksi Covid-19. Atau gimana juga perasaannya para tenaga medis yang berjuang mati-matian di garda terdepan sana.
Daripada capek dan kesal sendiri, aku gak ngikutin teori konspirasi apa pun. Ikuti protokol kesehatan yang ada dan tetap berpikiran waras
Maakkk, aku bisa merasakan aura “Capek deeehhh” kezel, mangkel dll dalam artikel ini 😀
Setujuuu banget ama dirimu, Mak.
Dan ofkorss, seruju ama Bang Tere Liye!