Browsed by
Tag: bagaimana jika anak tidak mau sekolah? Coba tips ini!

Tips Membuat Anak Merasa Senang di Sekolah 

Tips Membuat Anak Merasa Senang di Sekolah 

Ada beberapa Ibu yang mengalami problematika dan beberapa drama dalam menyekolahkan anaknya? 

Aku yakin pasti ada ya.. Apalagi kalau hari pertama sekolah..

Kenapa? Karena bagi anak kecil Sekolah adalah lingkungan baru. Dia belum terbiasa untuk merasa ‘nyaman’ dengan lingkungan barunya. Yang dulunya hanya mengenal Mama, Ayah, keluarga hingga tetangga dan tinggal dirumah saja. Kini ia harus berkenalan dengan dunia yang baru dan tinggal disana selama beberapa jam. 

Bagaimana sih cara menumbuhkan minat anak agar dia senang bersekolah? Agar dia mengerti bahwa si emak ga perlu masuk kelas untuk terus memperhatikannya. Bagaimana cara dia untuk bisa beradaptasi di lingkungan baru dengan teman dan guru?

Oke, terlebih dulu saya mau bercerita tentang hari pertama Farisha di sekolah. Kuharap kalian menyimaknya dan tidak bosan.. Hihi.. 

Tepat tanggal 17 Juli 2017 anakku memulai rutinitas pagi yang tidak seperti biasanya. Hari apakah itu? Ya, hari pertama sekolahnya. 

Jam 6 pagi aku sudah semangat untuk membangunkannya agar mandi. Kemudian berbaju rapi hingga sarapan. Biasanya? Tidur? Sesekali sih.. Hehe.. Tapi beberapa bulan ini dia jam segitu masih main-main diluar rumah sambil nyiram tanaman atau_lari diam-diam ketempat tetangga untuk bermain dengan temannya. 

Tentu saja dia semangat sekali di hari pertama sekolahnya. Terlebih ketika hari itu dia punya alasan tepat untuk memakai seragam, tas dan sepatu barunya. Sepertinya kecenderungan anak seumur Farisha adalah hobi show. Aku tak masalah, selama hal itu dapat meningkatkan kepercayaan dirinya. Masih terlalu dini bagiku untuk mengajarinya tentang konsep sederhana. 

Aku kemudian bertanya padanya, “Farisha pakai Jilbab?” 

Dia menjawab, “Mmm.. Diikat aja deh rambutnya.. Jadi cantik” 

Aku membujuknya sedikit agar kepercayaan dirinya berubah, “Pakai Jilbab cantik juga loh, Farisha kan biasanya pakai jilbab?” 

Dia terdiam. Memang beberapa hari ini dia agak malas untuk memakai jilbab. Sejak berteman dengan tetangga dan suka bermain ‘Putri Dongeng’ dia lebih suka menguncir rambutnya. Bahkan beberapa hari ini dia meminta kepadaku untuk dibelikan mahkota. 😅

Aku tak protes. Memang begitulah dunia anak kecil. Bagiku pemakaian jilbab toh ada prosesnya. Dia butuh alasan kuat dibalik itu. Bahkan ketika aku membujuknya tadi dia dengan mantap berkata ingin rambutnya dikuncir saja. 

Kamipun berangkat. Hari pertama hingga entahlah.. Aku kok rasanya ingin melihat tumbuh kembangnya terus? Tak ingin melepasnya disekolah begitu saja. 

Aku sengaja berangkat agak pagi. Kupikir sebelum semuanya lengkap datang lebih baik Farisha mencari teman dulu supaya tidak canggung. 

Benar saja, saat Farisha datang kesekolah sudah ada beberapa murid disana. Aku memutuskan untuk membujuknya berkenalan dengan 2 teman yang mirip dengannya. Mereka kakak-adik, satu di Nol Besar dan satunya di Nol Kecil. Mereka mirip sekali. Seperti kembar, kata Farisha. 

Hanya selang beberapa saat Farisha langsung akrab. Mungkin dia merasa percaya diri dengan kunciran dan jenis rambut yang sama. Kemudian upacara perkenalan pun dimulai dengan sangat lama. 

Aku sempat melihat rona wajah suntuk dan bosan Farisha saat disuruh berdiri dan memperhatikan saja ketika perkenalan guru-guru dan upacara bendera. Aku sendiri bahkan sempat mendengus kesal dalam hati, “Ibu Gurunya kok nyuruh anak baru berdiri segini lama? Pasti capek lah mereka.. Harusnya kaaan..” 

Yah begitulah.. Sampai-sampai para murid baru mulai menangis. Ada pula yang merengek tak mau jauh dari Orang tuanya. Dan Farisha? Sukses berwajah merah tanda ‘mau menangis’,  kenapa? karena bosan. 

Aku sudah sering meninggalkan Farisha agar tak melulu didekatku saja. Kadang jam 8-10 pagi aku membiarkannya bermain dengan tetangga. Malam sebelum sekolah aku bercerita kepada Farisha tentang betapa menyenangkannya sekolah. Dan dari rona wajah Farisha yang terlihat sekarang..aku tau, dia lebih suka aktivitasnya dirumah. 

Untunglah sebelum tangisannya ‘meledak’ karena dia pikir punya cukup banyak alasan untuk menangis (melihat teman sekitarnya mulai menangis)_Ibu Guru mulai mencairkan suasana dengan membagikan susu kotak. 

Wajahnya sontak berubah menjadi bahagia kembali.. Hahaha.. 😂

Kemudian saat waktu istirahat tiba, dia pun kembali berteman dengan dua teman barunya. Senang sekali. Loncat kesana kemari, main kejar-kejarkan. Sampai kemudian dia mulai gelisah menggaruk-garuk kepalanya. 

“Ma.. Kepala Farisha gatal.. ”

“Kenapa gatal?” 

“Ga tau nah gatal!! ”

“Kan Farisha sendiri yang mau rambutnya dikepang dua?” 

“Ga enak ma.. Makai kerudung aja dah besok”

Aku cekikikan, sambil bergumam “Apa ga kebalik yak?” hihihi.. 

Malamnya aku bertanya pada Farisha, “Rame ga sekolah tuh?” 

Farisha bermanggut-manggut biasa saja. Lalu kemudian bertanya, “Ma.. Kenapa Ibu Guru itu ga cerita-cerita kayak mama?” 

“Kan baru hari pertama sayang.. Farisha baru perkenalan sama teman yang baru dan kenalan sama ibu gurunya.. ”

“Tapi Farisha maunya Cerita aja.. Mainan aja..kenapa Ibu Gurunya ga nanyain Farisha?” 

“Ibu Gurunya belum kenal Farisha, makanya kalo disuruh Ibu Guru Farisha harus angkat tangan supaya Ibu Gurunya kenal”

“Tapi Ibu Gurunya nyanyi lagu Syahadat beda sama mama.. Farisha bingung.. ”

“Farisha jadi diri sendiri aja.. Ibu Guru senang loh dengar lagu syahadat versi Farisha..”

Farisha terdiam. 

“Farisha senang ga sekolah?” 

Farisha menjawab, “Farisha senang dapat teman baru..banyaak temannya” 

Aku tersenyum. Sementara ini dua teman berambut ikal yang baru ia temui telah membuatnya semangat untuk sekolah. 

Oke, aku kebanyakan opening. Langsung aja yah aku curcol tips membuat anak senang disekolah yang aku dapatkan dari pengalaman hari kedua disekolah Farisha yanh terbilang sukses besar membuatnya bersemangat. 

1. Biarkan anak menjadi dirinya sendiri

Diawal artikel aku sudah bercerita bahwa Farisha awalnya merasa percaya diri dengan menguncir rambutnya. Aku membiarkannya selama ia merasa itu adalah style-nya dan membuatnya merasa nyaman. Tapi ia akhirnya sadar sendiri bahwa ia tidak cocok seperti itu. Dia punya style sendiri yang membuatnya merasa nyaman dihari keduanya bersekolah. 

Ia memakai kerudung, dan yang penting dia senang memakainya. Merasa bahwa itu membuatnya menjadi dirinya sendiri. Karena Adaptasi bukan membuat diri menjadi bunglon dengan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Tapi dengan konsisten terhadap style diri sendiri. 

2. Tanamkan pemikiran bahwa Sekolah adalah tempat bermain

Aku hanya bisa tersenyum setiap kali mendengar para emak membujuk anak-anaknya untuk sekolah, “Ayo Sekolah sayang masa mau dirumah aja. Sekolah itu biar belajar. Jadi bisa nulis, bisa baca, bisa bla bla bla…” 

Kesannya sekolah TK saja seperti UAN. Hihi.. Bikin si anak panas dingin dengan huruf dan angka. 

Padahal? Padahal siapa bilang TK buat belajar baca dan nulis? 

Sekolah TK sejatinya adalah tempat bermain. Bukan tempat belajar ‘kaku’ dengan media pensil, penghapus dan buku. Namanya juga Taman Kanak-kanak. Iya ga? 

Ketika membujuk anak untuk sekolah jangan katakan bahwa disana adalah tempat untuk belajar. Katakan bahwa disana adalah tempat bermain. 

“Di Sekolah Farisha nanti banyaaaak punya teman, nanti Ibu Gurunya ngajarin Farisha main sambil gambar-gambar. Farisha liat kan diluar banyak mainan? Ada Ayunan, Perosotan, Panjatan. Itu buat mainan semuaa”

Begitulah kiranya caraku membujuknya untuk menyenangi sekolah barunya. 😊

3. Bujuk anak masuk kelas dengan menanamkan pemikiran bahwa Kelas adalah tempat “Anak Ibu Guru Tampil”

 

“Terus kenapa Farisha disuruh masuk kelas? Ga mainan aja?” tanya Farisha kemudian. 

Aku menjawab, “Karena kelas itu sama kayak ‘kamar’ dirumah sayang.. Coba kalau dirumah? masa Farisha kerjaannya main diluar terus? coba.. Farisha ngapain tadi dikelas?” 

“Nyanyi.. Baca doa.. Baca Syahadat.. Nyanyi lagi.. ”

“Ia.. Sama kayak Farisha dikamar sama mama kan? Nyanyi.. Bercerita..” 

“Tapi.. Ibu Gurunya ga kayak mama”

“Sayang.. Kalau dirumah Farisha jadi anak mama.. disekolah, Farisha jadi anak Ibu Guru. Karena Farisha sudah besar dan akan teruss besar. Karena itu, Farisha harus punya Guru yang lain dan punya banyak teman supaya jadi anak berguna bagi orang banyak nanti.. Jadi, anggap aja Ibu Guru itu sama dengan Mama dirumah. Dihormati dan dituruti terus kalau bisa Farisha jadi anak kebanggaan Ibu Guru juga”

“Gimana cara jadi anak pintar kebanggaan Ibu Guru? ”

“Kalau Ibu Gurunya bertanya Farisha angkat tangaan. Kalau Farisha ga ngerti Farisha angkat tangan. Kalau nyanyi Farisha paling nyaring. Kalau berbaris Farisha paling rapi.. Ibu Guru suka dengan anak yang suka bertanya dan menjawab pertanyaan. Seperti Farisha bertanya sama Mama”

Kebanyakan anak baru sulit sekali untuk masuk kelas. Anak baru lebih suka bermain diluar dengan Mamanya. Percakapan diatas bisa dijadikan solusi. Jangan pernah menyebut kelas sebagai ‘ruang belajar’. Ingat bunda anak itu ga suka dengan kata ‘belajar’. Dia lebih senang dengan kata ‘bermain’. Bercakaplah dengan anak yang intinya mengajarkan bahwa ‘Dikelas anak menjadi anak Ibu Guru’ jelaskan padanya bahwa seiring bertambah umur anak_kewajiban sang mama kini beberapa jam dihandle oleh Ibu Guru disekolah.

Jadi, “Sudah siap jadi Anak Ibu Guru dikelas? Yuk, buktikan bahwa Anak Mama bisa membanggakan Ibu Guru dengan tampil dikelas” 

4. Cari teman karib untuk dapat bermain bersamanya

Hari pertama Farisha masuk sekolah aku sengaja berangkat agak pagi karena ingin mencarikannya teman karib. Agar saat disekolah dia tidak kesepian bermain sendiri. 

Alhamdulillah, dari menit pertama menginjak sekolah dia sudah dapat akrab dengan teman barunya. Bagi anak seumur Farisha keberadaan teman adalah salah satu aspek terpenting untuk membuatnya betah berada disekolah. Kenapa? 

Agat dia merasa tidak sendirian.. 

Semangat kebersamaan akan membuat kobaran api tersendiri pada anak untuk bersekolah. Bagaimanapun juga manusia sudah dianugerahi insting sosial bukan? 

Jangan cemas jika dengan memiliki banyak teman maka anak tidak akan memperhatikan Ibu Guru saat dikelas Bunda. 

“Asik main aja sih. Ga perhatiin Ibu Guru!”

Beri pengertian padanya bahwa saat dikelas, dia adalah anak Ibu Guru. Jika point ketiga tadi berhasil maka anak akan memahami bahwa berteman berlebihan dikelas tidak akan membuat dirinya bersinar saat tidak memperhatikan Ibu Guru. 

Well, itulah 4 tips sederhana agar anak dapat senang berada dilingkungan sekolah. Semoga dapat membantu.. 😊

IBX598B146B8E64A