Browsed by
Tag: Cemburu Mertua

Untuk Apa Aku Harus Membenci Mertuaku? 

Untuk Apa Aku Harus Membenci Mertuaku? 

Mertua. Ya, satu kata yang berarti adalah mama dari suami ini adalah nama yang entah kenapa selalu berkonotasi negatif dikehidupan emak-emak. Dimulai dari cerita mertua galak, mertua sok ngatur, mertua bla bla bla. Hingga tidak jarang karena hubungan complicated antar menantu dan mertua ini maka kehidupan mereka terlihat selalu tidak damai. 

Nah, soal mertua. Kenapa pula tanaman satu ini diberi nama lidah mertua? Aku pikir tadinya cuma orang indonesaah yang menamai tanaman ini begitu kejam. Ternyata nama versi bahasa inggrisnya juga mother in law tonge. Seolah-olah lidah mertua itu diibaratkan terlihat tajam dan panjang seperti tanaman ini. 

Semua tentang mertua selalu dipandang negatif. Dulu saja ya, kalau anak cewek macam aku gini ga bisa masak mama pasti bilang “gimana nanti kamu nih kalo satu dapur sama mertua?”. Hingga hal sepele seperti duduk didepan pintu aja diledek, “kada disayangi mertua nanti” padahal kan waktu itu aku masih single yak, apa hubungannya si calon mertua ini dibawa-bawa. Hihihi. Ini pengaruh juga ke inner child dari kita tentunya. Kita sudah terlanjur menempatkan kata mertua dengan konotasi negatif dilubuk pikiran kita_bahkan jauh hari sebelum menikah. 

Kebencian kepada mertua disebabkan oleh banyak faktor namun aku meyakini faktor utama yang beranak-pinak menjadi berbagai faktor penyebab lainnya adalah adanya rasa cemburu. Apakah wajar kita cemburu kepada Mertua? Apakah wajar Mertua juga cemburu kepada kita? 

Tentu saja wajar. Cemburu sangat manusiawi. Cemburu adalah perasaan tidak nyaman dimana orang yang sangat kita sayangi menomor dua-kan kita, lebih memperhatikan yang lain. Cemburu boleh-boleh saja, sebagian lelaki suka jika kita ketahuan cemburu padanya. Namun, jika cemburu salah obyek kemudian menimbulkan perasaan iri hingga dengki maka cemburu jenis ini harus segera diobati.

Cemburu yang berasal dari perasaan ingin lebih baik dari pada obyek adalah cemburu yang positif_tidak berbahaya. Sebaliknya jika cemburu dilandasi oleh perasaan benci maka akan menciptakan monster kecil dihati kita. Semakin kita memberi makan monster tersebut, ia akan tumbuh semakin besar dan menggerogoti hati kita. Ibarat Api yang tiba-tiba memakan habis kayu bakar. 

Kebencian_apapun asalannya, adalah hal negatif. Namun sangat manusiawi jika kita pernah membenci. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana cara kita menghilangkan kebencian tersebut dan mengubahnya menjadi kecemburuan yang positif? 

Jujur saja, Mertua adalah orang pertama yang aku cemburui setelah aku mengenal kehidupan Rumah Tangga. Segala yang aku lakukan sejak berumah tangga tak lepas dari pengawasan mertua. Dia yang aku pikir tadinya sebagai orang kesekian dalam kehidupanku tiba-tiba saja harus aku nomor satukan. Monster dalam diriku tentu sering merasa protes. “Emang dia siapa? Mau menggantikan posisi Mama dikehidupanku.. Tiba-tiba saja jadi si nomor satu dikehidupanku” 

Oh, rupanya hadis ini yang menjadi senjata ya. “Huh” Pikirku.

Kehidupan berumah tangga sungguh proses yang tidak mudah. Hal yang pertama kali harus kau terima adalah meninggalkan rumah mama. Mengganti peran Mama yang merupakan sosok paling dicintai menjadi suami. Aku perlu beberapa kali berkonflik untuk mengakhiri dengan damai keputusanku dengan mama. Kau bisa membaca tulisanku di sini

Memutuskan untuk berbakti kepada suami dan belajar menggantikan peran Mama adalah hal yang tidak sederhana. Suami bukanlah orang nomor satu pengatur hidupku. Dibelakang layar, sang mertua bagaikan dalang wayang yang turut mengatur pergerakan suamiku, membuatku mau tak mau harus mematuhinya pula. Jadi, bila kau bertanya siapa orang nomor satu pengatur hidupku? jawabannya adalah mertua. Dan saat itulah awal kebencian itu muncul. 

Awal kebencian muncul ketika cita-citaku kandas begitu saja karena larangan mertuaku kepada suamiku untuk meninggalkannya merantau di Pelaihari. Aku sudah sangat positif ingin sekali bekerja disana, aku pikir bukanlah jarak yang jauh antara Pelaihari dan Banjarmasin. Kami masih bisa seminggu sekali menengok beliau. Namun kemudian beliau menangis ingin anaknya tetap disini saja. Aturan darinya mengontrol tujuan hidupku. Sudah jelas tentu, suamiku selalu menomor satukan mamanya. Berarti segala langkah hidupku akan selalu dibayang-bayangi olehnya_Mertuaku. Kebencianku sangat beralasan. 

Kebencian semakin bertambah subur ketika aku kemudian harus serumah dengan mertua. Saat itu anakku masih berumur 3 bulan, sering menangis dan begitulah. Aku yang saat itu mengalami Post Partum Depression hanya menginginkan satu hal “jangan atur lagi hidupku”. Apa aku mengucapkannya? Tentu saja tidak. Kebanyakan dari pelampiasanku hanya menangis. Jika tak sembuh juga kadang aku meledak dimedia sosial dan menghapus ledakan itu dipagi harinya. 

Rasa cemburu, iri dan tak suka diaturku telah menggelapkan hatiku. Sebagai Ibu dengan anak yang sering terbangun dimalam hari dan memakai popok kain untuk menghemat keuangan aku cukup kelelahan. Kadang dipagi hari aku tertidur lagi sehabis sholat subuh. Terkadang juga aku bangun telat. Siapa yang menyiapkan sarapan? Aku cuma sesekali. Kebanyakan adalah mertuaku dan iparku. Penyakit anti-sosial dan introvert tingkat akut-ku membuatku sulit beradaptasi didapur yang sudah mempunyai 2 chef andalan. Aku lebih suka dikamar. Berpura-pura terlalu sibuk dengan bayiku. 

Kegelapaan hatiku telah menghapus segala kebaikan mertuaku. Aku hanya melihat segala tentang mertua dari sisi gelap saja, sang pengatur_pikirku. Dalang Suami pikirku. Kapan aku bisa terbebas dari kontrol mertua dan berada di ruang bebasku sendiri? 

Setiap malam aku mengadu kepada suamiku. Tentang ketidaksukaanku pada Mamanya. Dia berusaha mendamaikan perasaanku. Tapi itu selalu tidak berhasil. Hatiku gelap. Aku tak bisa melihat sedikitpun kebaikan dari mertuaku. 

Setiap pagi, siang dan malam. Mertuaku selalu menyetok bayam dan katu dikulkas. Dia menyuruhku untuk selalu memakan sayur agar ASI ku lancar. Jika aku tak membuat karena malas maka mertuaku pasti membuatkannya. Sepanci penuh. Aku tak protes, memang benar Katu melancarkan ASI, tapi apa jadinya jika itu dijadikan seperti cemilan yang harus kau konsumsi setiap saat? Ya, muak. Bosan. Terlebih kondisi Ibu Menyusui sebenarnya bukan hanya butuh sayur, tapi karbohidrat. Aku sukses menjadi anak super kurus disana. 

Sejak kecil aku anti sekali berbicara dengan orang yang lebih tua. Tapi sejak berumah tangga aku harus bisa agar terlihat normal. Sayangnya pembicaraanku kadang tak selalu berjalan mulus. Alasan Pertama adalah aku amatiran dalam berbicara. Alasan Kedua, mertuaku sudah tua, perasaannya tentu mudah tersinggung jika menerima kritik. Maka, diam dan pura-pura setuju adalah pilihan terbaik.

Setiap hari Mertuaku memasak untuk suamiku. Aku yang masih menyusui kadang membantu sesekali. Aku tak terlalu suka dengan sistem dapur ala mertuaku. Setiap pagi harus memasak air dikayu bakar, kuno sekali. Padahal kompor gas sudah tersedia disana. Beliau bersikeras tentang peraturan yang satu itu walau banyak anak yang membantah. Aku sebenarnya alergi dengan bau asap. Dan kamar adalah tempat teraman dari asap. 

Semakin hari aku semakin mengerti bahwa suamiku tergila-gila dengan masakan Mamanya. Segala masakan yang dimasak oleh mertuaku selalu berhubungan dengan asap_ikan panggang, wadai bikang. Akupun diam-diam mengingat segala bahan dan cara memasak ala mertuaku didapur. Aku bertekad, aku harus bisa nanti. 

Bermalas-malasan dirumah mertua adalah hal yang dinamakan serba salah. Aku adalah anak tercanggung dalam penyesuaian dilingkungan yang baru_terlebih jika pada lingkungan itu banyak sekali orangnya. Iparku banyak dan masih berkumpul. Setiap pagi masing-masing memiiki job description tersendiri. Tinggallah aku melongo atau berpura-pura sibuk dengan bayi. 

Ketika anakku menginjak usia satu tahun 2 bulan kami memberanikan diri mengambil rumah secara kredit. Suamiku Sepertinya mengerti dengan aku yang serba salah dirumah mertua. Aku benar-benar bersyukur dapat memiliki rumah dan merenovasinya dengan uang tambahan dari pekerjaan sampingan suamiku. Aku mulai mantap untuk mengganti peran pelayan yang selama ini selalu diambil alih oleh Mertuaku. Sebenarnya, jauh dilubuk hatiku aku ingin melakukannya juga, ingin dapat pujian juga.

Aku mulai belajar memasak. Semua masakan favorit suamiku mulai aku tekuni prosesnya. Dari mulai menyalakan api tanpa minyak gas, membuat bikang, membersihkan ikan sungai hingga mencoba memberi penilaian plus pada diriku dengan mengeksplorasi skill baking. Aku terobsesi untuk melebihi Mertuaku. Aku cemburu setiap kali disebut masakan Mertuaku lebih baik dibanding masakanku. Lihatlah, tanpa disadari aku menjadikan Mertuaku sebagai Rule Mode dalam kehidupan pertama Rumah Tanggaku. 

Hubunganku dengan mertua semenjak berpisah rumah berangsur-angsur membaik. Walau Aku sebenarnya masih agak kesal jika kerumah beliau selalu bertanya “Makan apa tadi? Kalo bikin anu tu begini begini jangan begini nanti bisa begini…. Bla bla”. Sebenarnya aku sudah lumayan memperhatikan cara memasak beliau kan? Dan suamiku selalu bilang enak kok. Aku sudah berusaha melayani suamiku melebihi mertuaku. 

Hal yang lebih menyebalkan adalah jika aku sudah capek-capek menyiapkan makan untuk suamiku, tiba-tiba saja sang mertua memberi makanan untuk dimakan suamiku pula. Seolah-olah tak mau kalah denganku. Aku, dengan sifat kekanakanku sering sekali ngambek dirumah. Ngambek dengan kekalahan. Merajuk dan tak mau memasak. “Makan ditempat mama aja sudah sana” kataku. 

Butuh waktu lama untukku agar bisa memahami apa sebenarnya yang ada dalam pikiran Mertuaku. Mengapa mertuaku tak henti-hentinya mencuri perhatian suamiku. Rasa Cemburu dan obsesi untuk melebihinya telah membuatku lupa. Lupa akan Bagaimana rasanya menjadi Ibu tua yang Janda. 

Suamiku, sepertinya adalah salah satu anak yang memiliki ikatan erat dengan Mamanya_melebihi saudara lainnya. Sejak Ayah suamiku meninggal, suamiku adalah salah satu anak yang mengisi kebahagiaan batin Mamanya_Mertuaku. Dan bagaimana mengisinya? 

Yaitu dengan memasak. Mertuaku memiliki passion memasak. Rasa cinta tersalur untuk orang-orang yang disayanginya melalui memasak. Menerima pujian dari Suaminya adalah hal yang paling membahagiakan. Sejak suaminya meninggal, pujian dari anaknya_lah yang diharapkan untuk membuatnya merasa senang. 

Aku kemudian menyadari bahwa semua pujian dari suamiku_semua pujian yang dilebih-lebihkannya dihadapan mertua ku sama sekali tak layak untuk aku cemburui. Pujian itu adalah salah satu bentuk rasa bakti yang ditunjukkan suamiku untuk Mamanya. Orang yang merawatnya sejak bayi, membesarkannya dan menyayanginya hingga sekarang. Ah, lantas siapa aku ini, yang selalu cemburu buta dan memasang wajah cemberut setiap kali pujian itu ada. Aku hanya orang yang baru beberapa tahun mengenal suamiku. 

… Namun ia telah memutuskan untuk hidup serumah denganku..


Aku menatap tanaman lidah mertua dibalik jendela kamarku. Tanaman dengan bentuk daun menyerupai lidah yang terkesan tajam. Yah, lidah mertua. Memang sesuatu sekali tanaman ini. Dengan namanya terdengar negatif namun ia telah menyerap udara racun yang ada disekitarku, menciptakan udara segar untuk kuhirup. Mertua memang ikatan unik yang kusyukuri karena telah merubah hidupku. 

Dari rasa Cemburu aku akhirnya belajar untuk lebih baik. 

Dari Cemburu aku memiliki cita-cita baru, ingin menjadi seperti-nya. 

Dari Cemburu aku mengenal arti cinta yang sebenarnya. 

Terima kasih telah mengenalkanku pada rasa Cemburu ‘yang benar’ Mertuaku.. 

IBX598B146B8E64A