Browsed by
Tag: cerita belajar perkalian

Cara Sederhana Mengajarkan Anak Perkalian dan Pembagian 

Cara Sederhana Mengajarkan Anak Perkalian dan Pembagian 

“Jadi, berapa 45:9 Pica?”

((Geleng-geleng)) 

“Kok gak tau? Sudah dikurangkan belum? Dihitung jumlahnya. Dikurangkan berapa kali.. Kan kemarin sudah mama ajarin..”

“Tapi enggak kunjung 0 ma hasilnya.. Malah minus..”

Dan akupun melihat hasil pengurangan Farisha. Ya ampun, ada yang salah. Pantas saja tak kunjung mendapat hasil 0.

“Pica, makanya kan mama sudah bilang.. Pokoknya selama Pica belum berhasil memecahkan misteri perkalian.. Maka Pica juga akan kesulitan belajar pembagian.. Ketidak-telitian ini akan berulang. Terus-terusan..”

“Tapi Pica sudah paham kok sama perkalian..”

“Oh ya.. Sini mama jelaskan.. Kenapa paham tentang konsep saja belum cukup..”

Tentang caraku mengajarkan pada anak konsep dasar perkalian

PJJ ini benar-benar menguras kesabaranku. Terutama kesabaran mengajarkan Pica perkalian dan pembagian. Duh, pusing kepalaku dibuatnya. Belum lagi soal bayi yang kadang datang mengganggu. Rasanya kok mau tekan tombol OFF sebentar.

Eh iya lupa, bayi bukanlah robot. 

Tapi serius, ngajarin anak perkalian itu enggak mudah. Apalagi belum juga belajar satu minggu, tapi guru di sekolah sudah menyuruh mengirim video hapalan perkalian 1-5. Jiwa parenting perfeksionisku memberontak seketika. 

Perkalian? Menghapal? Dalam tempo waktu sesingkat ini? Sungguh ku mengutuk kejam dalam hati. Hahahaha.. 

Bukan tanpa alasan aku menggerutu. Menurutku sendiri, mengajarkan konsep tentang perkalian jauh lebih penting dibanding menghafal. Dan mengajarkan itu tidak mudah loh. Ya setidaknya tidak mudah untuk Pica. Karena aku paham kemampuannya sampai mana. Cara belajar yang pas untuknya bagaimana. I mean.. Waktu seminggu itu cuma bisa buat memberikan konsep pemahaman perkalian. Bukan buat menghapal. 

Tapi ya sudahlah. Karena ini sistem belajar kilat mari diusahakan. Langsung deh aku memutar video belajar di youtube. Menyuruh pica menonton dan mempelajarinya. Maklum, SD Pica tidak memakai sistem pembelajaran lewat zoom dsb. Jadi memang orang tua harus berinisiatif sendiri soal ini. Dan ya ampun.. Ternyata anaknya kalau disuruh nonton doang ya begitulah.. Huft

Jadi, aku akhirnya membangun konsep perkalian dari cara Pica belajar membaca dahulu. Karena Pica ini anak yang lebih mudah mengerti kalau dia belajar dengan menulis langsung. Dulu, pica belajar membaca dengan menulis huruf kapital dan hidup di ruas jarinya. Sekarang, pica belajar perkalian dengan menulis angka urutan hitungannya pada jarinya. Dan ini berhasil. 

flashback tentang cara mengajari pica membaca dahulu

Baca juga: Cara mengajari Anak membaca dengan menyenangkan

So far, dalam waktu 2 hari Pica mengerti bahwa Perkalian adalah penjumlahan berulang. Dalam waktu 4 hari pica bisa menghitung dengan teknik jari untuk memecahkan perkalian. 

Aku tersenyum lega sekali. Aku berhasil.

Lalu, aku teringat deadline menghapal perkalian Pica. Duh, bagaimana ini pikirku. 

Aku cuek. Dengan angkuhnya jiwa parentingku berkata, “Yang penting anak paham konsepnya. Ngapain sih harus menghapal?”

Dan aku tidak mempedulikan tugas itu. Aku bersikeras bahwa perkalian bukan soal menghapal tapi soal mengerti. Lagi pula, saat aku melihat standar kompetensi di buku tematik tersebut.. Tidak ada loh tentang ‘anak harus hapal perkalian, yang ada adalah anak harus paham tentang perkalian’

Menghafal perkalian? Yay or Nay?

Ternyata, di kelas cuma Pica saja yang belum hapal perkalian 1-5. Semua anak sudah menyetorkan hapalannya kepada Ibu Guru. Dan aku pun bengong. 

Berpikir.. Wah, semua teman Pica kok pintar sekali ya.. 

Akupun sedikit intropeksi diri. Aku kah yang terlalu egois atau bagaimana? 

Sambil membuka instagram, mataku pun terpaku pada sebuah video di beranda ig. Salah seorang temanku memposting hapalan perkalian anaknya. Kebetulan anaknya seumur dengan Pica. Tapi, ada yang lain dari video itu. Seakan-akan anak itu sedang membaca perkalian di depan. Bukan menghapal.

Aku pun langsung ber ‘Oooo.. ‘ 

Dan jujur saja, karena didesak aku juga terpaksa melakukan hal yang sama. Hiks.

Yup, curang. 

Aku pun menyuruh Pica membaca perkalian di depan kamera seakan-akan ia sudah hapal. Padahal tidak. 😌

Duh, jahat ya aku? 

“Tidak, aku tidak jahat. Aku ibu yang punya prinsip.. ” Kataku dalam hati

Alasanku mendorong anak agar hapal perkalian

Aku Ibu yang punya ideologi. Aku punya prinsip. Prinsipku adalah menuruti passion anak. Prinsipku adalah follow your child. Bla bla.. 

Kenyataannya segala prinsip itu ambyar ketika pelajaran pembagian tiba. 😑

Dan percakapan di awal artikel ini adalah salah satunya. 

“Tapi Pica sudah paham kok sama perkalian..”

“Oh ya.. Sini mama jelaskan.. Kenapa paham tentang konsep saja belum cukup..”

Pica sudah paham tentang konsep perkalian. Perkalian adalah penambahan yang berulang. Pica juga paham tentang konsep pembagian. Pembagian adalah pengurangan yang berulang. 

Tapi Pica tidak tahu bahwa.. 

“Kadang konsep saja tidak cukup. Karena otak bisa melakukan kecerobohan. Bagaimanapun juga hapalan itu penting.”

Dan aku pun berkata pada Pica, 

“Pica, andai saja Pica hapal perkalian 5.. Maka pica bisa dengan mudah tau hasil dari 45:9..”

“Kenapa ma?”

Karena konsep dari pembagian bukan saja tentang pengulangan berulang. Konsep singkat dari pembagian adalah ‘kebalikan dari perkalian’. 

Pica pun tertegun mendengarku. 

“45:9 adalah 5.. Karena 5×9=45.. Selama Pica tidak hapal perkalian, maka kecerobohan yang sama rentan terjadi berulang-ulang. Tapi jika Pica sudah hapal perkalian maka kecerobohan itu akan berkurang kemungkinannya.. “

“Jadi, Pica memang harus hapal perkalian ya ma?”

“Iya.. Maaf nih sepertinya kali ini Mama salah. Mungkin Guru Pica benar bahwa perkalian harus dihapal.”

“Tapi Pica paling benci menghapal..”

“Kalau begitu, Pica mau pakai konsep pengurangan berulang terus ya?”

Pica terdiam. 

“Berapa 36:4?”

Pica pun mengangkat jari-jarinya. Kemudian berkata.. 

“Susah ma.. “

“Karena itu perkalian harus dihapal.. “

Cara mengajarkan anak hapal perkalian

Jujur, aku adalah Ibu yang sangat payah dalam mengajarkan hapalan. Aku tidak sabaran. Aku termasuk tidak telaten soal ini. Aku jauh lebih memilih membacakan anak 10 buku dongeng atau menggambar dsb. 

Karena itu, saat tau bahwa perkalian harus dihapal aku seakan kembali pada masa kecilku dulu. Dimana aku terpaksa harus menghapal perkalian, kalau tidak maka tidak boleh masuk kelas. 

Tapi, itu kan dulu. Dan itu ketika sudah SD kelas 4. Setidaknya aku sudah lebih tua 2 tahun dibanding Pica saat ini. Duh, pelajaran SD zaman now ternyata lebih horor ya. Pikirku. 

Aku mencoba berpikir positif. Dulu, aku tidak punya support sistem seperti Pica. Tidak ada youtube, orang tuaku sibuk, kakakku terlalu pintar, dsb. Sedangkan Pica punya aku yang selalu mendampinginya. Jadi, ya kenapa harus menyerah? Pelajaran anak zaman sekarang memang levelnya lebih tinggi karena support sistemnya lebih mendukung. 

Jadi, sambil mengeluh kesah dengan suami akhirnya kami mencoba mengajak Pica berdiskusi. Berbekal sebuah kerja sama akhirnya Pica bisa juga perlahan menghapal perkalian. Cara-cara yang aku terapkan antara lain adalah:

Tanam Motivasi

Ini adalah tugas Abah Pica. Suatu malam Pica mendengar Abahnya bercerita bahwa dalam otak Pica, ada sebuah pohon yang tumbuh. 

Pohon itu bernama pohon pikiran – Mind Tree

Pohon pikiran terdiri dari berbagai cabang. Diantaranya ada 3 cabang besar yang bisa membangun sebuah kastil pikiran. Cabang itu bernama:

Cabang belajar

Cabang bermain

Cabang kasih sayang

Tiap cabang terdiri dari berbagai daun. Daun akan bertambah banyak seiiring banyaknya belajar, bermain dan berbagi kasih sayang. 

Akan tetapi, jika cabangnya tidak seimbang maka pohonnya akan kehilangan tujuan atau tidak berbuah. 

Buah itu bernama Passion. Passion itu akan tumbuh dari Bunga yang bernama Hobi. 

“Jika Pica terlalu sering bermain maka hanya daun dari cabang bermain yang tumbuh. Cabang belajar jika tidak dirawat akan rapuh.. Maka selamanya tidak akan sempurna berbuah. Karena buah tanpa ilmu tidak akan menghasilkan passion yang sempurna..”

Pica tertegun mendengarnya. 

“Apa yang terjadi jika bunga dan buah tumbuh karena dipaksakan abah?”

“Maka berakhirlah menjadi orang dewasa yang tumbuh hanya karena mencari uang. Pica mau kalau sudah besar hanya menjadi tukang parkir, pengisi bensin dsb? Passion akan melahirkan cita-cita yang tinggi dan bisa membantu orang sekitar menjadi apa yang ia inginkan.. “

Wah, tidak kusangka pencerahan itu menjadi motivasi bagi Pica. Pica semangat belajar perkalian. Karena ia tau bahwa tanpa ilmu maka segala hobinya tidak berarti. 

Membeli Poster dan Buku

Ini adalah tugasku. Membeli poster perkalian hingga buku. Aku menempel poster perkalian itu di samping tempat tidur Pica agar selalu ia baca sebelum tidur dan sesudah bangun tidur. 

Aku juga membeli buku perkalian di BBW, buku ini bisa menjadi latihan untuk Pica. Karena isian dari hasil perkaliannya bisa di tarik ulur sehingga hasilnya tidak kelihatan dan kelihatan. 

Sering Latihan

Selain membeli poster dan buku, Pica juga sering latihan. Menurut salah seorang temanku di instagram, latihan sangat membantu sekali. Karena anak-anak yang les di kumon pun tidak disuruh menghapal loh. Hanya sering latihan saja. 

Dan ini benar. Sering-sering memberi anak latihan sangat membantu. Setidaknya anak bisa ingat dengan pola yang sering ia kerjakan. 

Sering Mengulang hapalan

Sebelum beraktivitas seperti makan, tidur dsb aku selalu mengetes hapalan Pica. Dan Alhamdulillah hasilnya terasa sekali semingguan ini. Pica benar-benar hapal. Hiks terharu. 

Syaratnya, konsistenlah dalam menyuruh anak mengulang hapalannya.

Berikan hadiah

Untuk menghapal perkalian 2-5 saja butuh waktu 2 minggu loh. Dan itu tidak mudah bagi anak seperti Pica. Seketika aku langsung menghela nafas ketika ada tugas lagi bahwa anak harus mengirim video hapalan perkalian 6-9. Haruskah aku curang dulu? Hahaha.. 

Tapi serius, akupun akhirnya memakai jurus terakhir. Yaitu jurus hadiah. 

“Pica mau dibelikan sepatu kets warna pink kayak mama kan? Pica udah dapet nih. Tapi sebelah kiri doang. Kalau mau sebelah kanannya juga berarti Pica harus hapal perkalian 6-9” Kataku. 

Dan Pica pun bergegas ke kamar untuk menghapalnya.. Hahahaha.. 

Astaga ternyata beginilah caranya menemukan motivasi instan.. 😂

Itulah kenapa kadang mamak juga selalu semangat ketika dapat hadiah dalam menulis atau dapat endorse.. 😂

((Ternyata anak dan mama sama saja)) 

***

Well, ceritanya terlalu lebar di mengajarkan perkalian ya? Lalu bagaimana dengan pembagian win? 

Ketika Pica sudah hapal perkalian 2-5 maka secara perlahan ia juga sudah bisa pembagian. Karena pembagian adalah kebalikan dari perkalian. Jadi, intinya memang harus hapal perkalian dulu. 🙂 

Bisa sih ya pembagian dihitung dengan pengurangan berulang lalu dihitung jumlah berapa banyak proses pengurangannya. Akan tetapi, bagi anak pengurangan berulang ini rentan sekali terjadi kesalahan. Jadi memang yang terbaik adalah memahami perlahan tentang perkalian hingga menghapalnya terlebih dahulu. 

Nah, para moms sekalian punya cerita apa nih tentang suka duka ngajarin anak perkalian dan pembagian? Sharing denganku yuk! 

IBX598B146B8E64A