Browsed by
Tag: dermatitis atopik

Pengalamanku Menghadapi Kulit Si Kecil yang Ruam dan Mengelupas

Pengalamanku Menghadapi Kulit Si Kecil yang Ruam dan Mengelupas

“Loh kenapa Farisha tangannya penuh bintik merah begini?”

“Pasti mamanya makannya sembarangan nih?”

Begitu kalimat yang sering muncul setiap kali aku membawa Farisha kecil ke tempat umum. Duh, mendengar judgemental demi judgemental para ibu di sekitarku itu, kadang aku merasa bersalah dan telah gagal melindungi kulit si kecil.

Farisha, anak pertamaku yang sekarang berumur 7 tahun itu dulu punya banyak sekali masalah kulit. Dari ruam popok, biang keringat, pengelupasan kulit, hingga yang terakhir dan paling membuatku stress adalah ia tidak bisa tidur kalau ruam itu tidak sambil digaruk.

Apakah aku tidak mengobatinya? Well, As a Mom.. I do my best. 

Selama memiliki Farisha dulu, aku tidak pernah memakan udang. Aku juga selalu mengoleskan pantatnya dengan baby cream. Sela-sela lipatan kulitnya selalu aku oleskan baby oil. Aku tidak tau juga kenapa semuanya susah sekali sembuh. Sampai stress aku dibuatnya.

Jika mengingat itu, rasanya mendadak tanganku ingin menggaruk-garuk. Aku berharap, anak keduaku nanti tidak memiliki kulit sensitif seperti kakaknya.

Ternyata Anak Keduaku Memiliki Masalah Kulit yang Sama, namanya Dermatitis Atopik

Jujur, awalnya aku senang sekali melihat anak keduaku hampir tidak pernah mengalami masalah kulit. Dari lahir, Humaira tidak pernah bermasalah dengan ruam popok. Pantatnya cenderung masih halus dan lembut walaupun sering memakai diapers. Aku sangat bersyukur karena tidak perlu repot memakaikan clodi seperti pada kakaknya dulu. Yaa.. Farisha dulu tidak pernah pakai diapers karena setiap kali memakai diapers ruam popoknya selalu semakin parah.

Ternyata, kesenanganku tersebut hanya sementara saja. Tepat ketika Humaira berumur satu tahun, tiba-tiba saja aku melihat bintik-bintik merah di bagian lipatan lengannya. Bukan hanya itu, bagian lutut Humaira juga mengelupas. Dan, ternyata itu gatal. Terbukti aku sering mendapati Humaira menggaruk lipatan lengannya sendiri. Kalau tidak digaruk, dia tidak bisa tidur.

Suamiku berkata, “Ini mungkin hanya biang keringat biasa. Nanti juga hilang.”

Ya ya ya.. Suamiku memang sesantai itu orangnya. Dia paling hanya berkata, “Kasih bedak bayi.. Bla bla..”

Dari salah seorang temanku, aku akhirnya tau kalau bintik merah pada kulit Humaira termasuk dalam kategori Dermatitis Atopik. Dermatitis Atopik adalah penyakit kulit yang biasanya muncul pertama kali saat bayi berusia di bawah satu tahun hingga satu tahun. Dermatitis atopik bisa terus kambuh hingga dewasa, meski bagi sebagian anak gejalanya dapat membaik atau bahkan hilang. 

Sebenarnya, bintik-bintik merah ini tidak terlalu mengganggu. Aku toh bisa saja membiarkan pemandangan biasa ini. Toh, anak pertamaku bintiknya jauh lebih parah dibandingkan ini. Tapi, proses menggaruk ini benar-benar menyebalkan. Masa setiap kali aku berhenti menggaruk, Humaira pasti nangis kejer. Please.. Kerjaan mamak juga banyak. Tanganku bukan hanya bertugas untuk menggaruk gatal saja bukan?

Atopiclair Cream, Jinakkan Monster Gatal

Belajar dari pengalaman anak pertama, maka aku sudah melakukan banyak eliminasi terhadap berbagai obat-obat salep. Karena melihat kemungkinan obat-obat tersebut tidak berpengaruh pada Humaira. Meski anak pertama dan kedua memiliki warna kulit yang berbeda, akan tetapi sepertinya basic kulitnya mirip-mirip saja.

Aku tidak mau memperberat efek samping dari obat obatan salep. Dulu, aku pernah melakukan kesalahan kepada kulit Farisha dengan mengoleskan salep sembarangan. Alhasil, kulitnya malah mengelupas. Padahal, saat itu dia masih bayi banget. Hiks. 

Sampai akhirnya aku bertemu dengan Atopiclair Cream.

Atopiclair Cream adalah krim hydrolipidic untuk memperbaiki barrier kulit yang bekerja dengan cara melapisi jaringan yang terluka, melembabkan dan mengurangi sensitifitas jaringan yang meradang serta membantu mengurangi rasa terbakar, gatal, dan nyeri dengan cara melindungi kulit dari iritasi berlanjut.

Well, paling tidak aku harus mengurangi aktifitas menggaruk yang tidak produktif bukan? 

Akupun langsung mengoleskan cream ini pada bintik merah di lipatan lengan Humaira. Aku juga mengoleskannya pada lutut Humaira yang mengelupas dan kering. Tipis-tipis saja dan dipijat dengan lembut selama 3x sehari.

Dan, setelah 3 hari aku memakaikan cream ini pada Humaira.. Aku merasakan kemajuan besar, diantaranya adalah

1. Tidak ada drama garuk-garuk lagi

Biasanya, sekitar jam 2 siang drama menggaruk ini dimulai. Akan tetapi, setelah memakaikan cream ini drama menggaruk ini frekuensinya mulai berkurang. Sampai di hari kedua aku tidak perlu menggaruk lagi. Cream ini sangat efektif untuk meredakan rasa gatal. Dan ini benar-benar Alhamdulillah.

2. Bintik merah pada lengan perlahan menghilang

Dihari ketiga aku mengoleskan cream ini, akhirnya aku speechless. Bintiknya mulai berkurang. Tinggal sedikit sekali sisa bintik merahnya. Dan kalau sudah begini, aku percaya diri sekali membawa Humaira kemana saja tanpa takut ditegur orang-orang. 

3. Kulit yang kering dan mengelupas menjadi lembut

Aku tidak begitu mengerti penyebab mengelupasnya kulit lutut kaki si kecil. Mungkin juga karena ia terlalu sering merangkak sehingga permukaan kulit lutut yang awalnya lembut menjadi sangat kasar, menghitam dan mengelupas. Memang bagian ini tidak gatal, hanya saja melihat kulit mengelupas itu sangat mengganggu pemandangan. Akhirnya, aku juga iseng mengoleskan atopiclair di lutut si kecil.

Dan setelah 3 hari, permukaan lututnya tidak begitu kasar lagi. Bagian yang mengelupaspun seakan terganti dengan skin barrier yang baru. Duh, aku senang sekali. 

Kemudian, pikiran isengku muncul. Akankah cream ini juga bisa menghaluskan lututku yang juga super kering ini? Hahaha..

Mengapa Memilih Atopiclair untuk Si Kecil? Apakah aman?

Well, ketika melihat kemajuan pada gatal-gatal Humaira.. Suamiku berkata, “Apakah cream ini punya efek samping? Jangan-jangan kulitnya bisa mengelupas kayak Farisha dulu?”

Iseng, akupun memeriksa komposisi pada atopiclair cream ini. 

Komposisi:

Aqua, Ethylhexyl palmitate, Butyrospermum parkii butter, Pentylene glycol, Arachidyl Alcohol, Behenyl Alcohol, Arachidyl Glucoside, Butylene glycol, Glyseryl stearate, Glycyrrhetinic acid, Capryloyl glycine, Bisabotol Tocopheryl acetate, PEG-100 stearate, Carbomer, Ethylhexylglycerin, Picoctone olamine, Sodium hydroxide, Allantoin, DMDM hydantoin, Sodium hyaluronate, Vitid vinifera seed extract, Disodium EDTA, Ascorbyl tetraisopalmitate, Propyl gallate, Telmesteine.

Ternyata atopiclair terbuat dari bahan alami seperti ekstrak biji anggur dan aman digunakan dalam jangka panjang. Bahannya memang berbeda jauh dengan cream yang biasa aku oleskan pada Farisha. Creamnya juga tanpa bahan pewangi.

Produk yang diformulasikan khusus untuk penderita dermatitis atopik ini sejak lama telah direkomendasikan oleh para ahli kesehatan di Dunia untuk mencegah kambuhnya dermatitis atopik. Dan aku sendiri merasakan sekali khasiatnya. Skin barrier kulit terpelihara bahkan juga memiliki efek hidrasi pada kulit. Seperti yang aku terangkan pada poin sebelumnya, cream ini melembutkan permukaan lutut Humaira yang kering dan mengelupas. Yaa..  Kualitas memang enggak pernah bohong ya.

Namun, untuk penderita yang memiliki alergi terhadap shea butter (B. parkii) dan memiliki riwayat hipersensitifitas terhadap komposisi diatas aku sarankan untuk berkonsultasi ke dokter dulu sebelum menggunakan produk ini.

Jenis atopiclair ini juga ada yang berupa lotion loh. Untuk kalian yang memiliki kondisi kulit serupa mungkin bisa membeli varian lengkap cream dan lotionnya. Lotionnya sendiri memiliki fungsi yang tidak kalah bagus. 

Bagaimana? Punya pengalaman dengan dermatitis atopik juga mom? Cerita yuk tentang cara kalian menghadapinya…

Oya, Atopiclair cream dan lotion ini bisa  didapatkan di berbagai apotek dan toko obat di indonesia ya. Bisa juga dengan beli di berbagai market place seperti shoope, tokopedia, lazada dan bukalapak.


IBX598B146B8E64A