Mengupas Karakter: Siapakah Tokoh Antagonis pada Film Pendek Tilik?
Dunia sosial mediaku heboh dengan sebuah film pendek 3 harian ini.
Tahukah kalian film apa yang kumaksud?
Yup, Tilik.
Aku sendiri jujur awalnya biasa saja ketika satu dua temanku sharing tentang film ini di facebook. Pikiranku cuma berbisik sebentar saja, bisikan biasa seperti ini..
“Paling filmnya ebok ebok pada umumnya.. “
Apalagi ketika aku iseng menonton pada 5 menit pertama. Jempolku langsung auto-closed. Sambil berkata dalam hati, “Tuh kan, film ibu-ibu pada ghibah..”
Hari berikutnya, topik sosial media masih sama. Tilik lagi.. Tilik lagi.. Kali ini lengkap dengan pro dan kontra tentang film ini. Ada yang bilang film ini sama sekali gak bagus karena melecehkan perempuan berjilbab lengkap dengan bahasa yang tidak islami dsb. Tapi juga ada yang bilang kalau film ini memuat hal yang lebih luas.
Akhirnya aku pun melanjutkan menonton film pendek tersebut ketika Humaira sudah tertidur.
“Toh cuma buang waktu 30 menit doang.. ” Pikirku.
Ya.. 30 menit yang menyenangkan ternyata.
Ya Allah.. Film ini membuatku rindu pada dunia sosial. Dan film pendek ini mampu membuatku tersenyum di masa pandemi yang melelahkan ini. Setidaknya senyum hingga 5-6x dalam durasi 30 menit.
Mengupas Karakter Film Pendek Tilik
Film pendek berjudul Tilik yang ngetrend di sosial media emak-emak itu menurutku bukan sekedar film ngasal. Film ini kreatif dan apa adanya. Tidak dibuat-buat. Yang paling membuatku senang adalah karakter-karakter yang bermain dalam film ini. Semuanya natural adanya tanpa framing berlebihan.
Padahal loh artisnya satupun mamak enggak kenal. Wkwk..
Alur ceritanya pun sederhana. Bercerita tentang segerombolan ibu-ibu yang naik truk untuk menjenguk Ibu Lurah yang sedang sakit.
Terus, ramenya dimana dong?
Ya diproses perjalanan kesananya.
Ada yang ghibah gak berhenti-berhenti, ada adegan truk mogok, mau pipis di tengah sawah, sampai kena razia pak polisi dan adegan mom war. Ya ampun hidup banget sih ceritanya. Mamak life banget gitu.
E.. Tapi serius.
Diantara Film tersebut, karakter mana yang paling kalian senangi? Atau nih, kalian mirip siapa kalau di dunia sosial ibu-ibu begitu?
Bentar, aku angkat tangan. Aku ngaku mirip yang muntah di truk itu ya. Gak jarang aku juga sering banget senasib sama Yu Nah lho.. Hahaha
Oke, mari kita ulas 4 karakter yang ada di film Tilik ini. Karena menurutku karakter-karakter film ini nih yang bikin filmnya hidup.
Bu Tejo, Tukang Ghibah aka Influencer Deso
Keyword google sedang ramai dengan sosok Bu Tejo. Pun segala sosial media. Mulai dari twitter, fb, hingga meme Bu Tejo di instagram. Ulala.. Film pendek Tilik bikin sosok pemeran Bu Tejo jadi viral sekali.
Apa sih asiknya karakter Bu Tejo?
Ya.. Bu Tejo ini yang bikin filmnya jadi punya konflik ringan. Mulai dari ghibahnya tentang Dian, hingga kelakuannya yang aduhai.. Bikin gemes awal-awal nonton.. Sampe mikir Ih kok ada ya orang begini? Eh, kan emang banyak? Hahaha..
Kenyataannya ada kok orang begini. Banyak. Cari aja di berbagai kelompok dunia sosialita. Pasti ada deh sosok Ibu-ibu yang suka berbicara luwes dan menjadi perhatian semuanya. Dan lucunya sosok begini selalu punya banyak teman loh. Bahkan tidak jarang punya jiwa influencer yang luar biasa. Influencer? Iya jiwa mempengaruhi. Influencer bukan cuma di sosial media saja kok. Dunia nyata juga. Duh, gak kebayang sih kalo sosok Bu Tejo bakal jadi influencer sosmed beneran. Pasti banyak followernya. Kalah lambe turah mungkin..😆
Diberbagai info yang aku browsing, bahkan dikatakan bahwa sosok Bu Tejo ini tidak benar-benar menghafal naskah loh. Tuh kan, menjiwai banget sih ya. Karena topik pembicaraannya itu terlihat sekali perbincangan naturalnya. Sudah lah dengan mimik muka yang juga pas judesnya. Bikin tokoh Bu Tejo langsung di judge sebagai pemeran antagonis for the first sight.
Eh, apa iya tapi beliau pemeran antagonisnya? Atau… hmm..
Yu Ning si Positif Thinking namun Terpinggirkan
Ini dia nih, karakter yang selalu mamak manggutin ‘ceramahnya’.
Jujur aku gak ngerti dengan bahasa jawa sih. Kalau film ini gak ada translatenya mungkin aku cuma ternganga-nganga bingung saja.
Tapi dari medok-medoknya bahasanya. Terlihat kok kalau yang ini kasar, yang ini halus. Dan sosok Yu Ning ini bagaikan Ustadzah yang selalu remind dan remind.. “Eh, ga bole loh begini.. Nanti begini.. Astaghfirullah.. Bla bla.. “
Saat Bu Tejo sedang asyik berghibah ria dengan Yu Sam dan yang lain. Sosok Yu Ning selalu mengingatkan di belakangnya. Jujur sih, kupikir nanti si Yu Ning ini bakal dibenarkan kata-katanya. Kemudian berujung pada Bu Tejo yang kena akibatnya gara-gara ghibahnya enggak bener atau apa.
Etapi semakin kesini, sosok karakter Yu Ning makin terbongkar. Biarpun selalu remind tentang kebaikan, ternyata orangnya baperan juga. Dan suka berbalas-balasan judge juga kalo diserang. Duh ya.. Namanya juga manusia.. Lucu juga kalau melihat Bu Tejo dan Yu Ning bertengkar.
Seakan melihat pro dan kontra marshanda dan rina nose yang tetiba buka hijab. Bukan urusan kita tapi dibuat war sama netizen di kolom komentar.. *mamak-mamak selucu itu kalau berkaitan tentang mempertahankan argumen masing-masing.. 😌😅
Yu Tri si Pendukung Bu Tejo
Tukang ghibah selalu punya pasangan telinga dan mulut untuk diajak mendengar dan berpendapat. Dan disitulah sosok Yu Tri ada.
Sosok Yu Tri sendiri bukanlah karakter yang penting-penting amat di film ini. Ya.. Pemeran tambahan lah ya. Tapi bagi Bu Tejo sosok Yu Tri sih penting banget. Paling enggak saat dia sedang adu mulut dengan Yu Ning, ada Yu Tri disampingnya yang turut membelanya (lebih tepatnya ngomporin ya?). Sementara Yu Sam disampingnya terlalu labil untuk memihak siapa yang patut dibela.
Dalam dunia influencer, sosok Yu Tri ini sejenis ‘Top Fans’.. 😅
Dalam dunia nyata sosok begini nyata adanya. Orang yang senang mendengar berita dan memperbincangkannya bersama itu nyata. Dan percayalah sosok begini pun berperan besar dalam komunitas emak-emak. Wkwk
Mbak Dian Si Kembang Desa
Feeling emak-emak yang sering nonton sinetron ikan terbang pasti pada setuju kalau sosok Dian ini pasti sejenis pemeran bawang putih. Di injek-injek, digunjing-gunjing.. Padahal dia baik. Begitu?
Itu sih feeling aku waktu mendengar sosok Dian dighibahin. Pasti deh yang dighibahin ini orangnya baik sebenarnya. Orang-orang mah bisanya cuma gosip ria saja, kataku. Eh, mana sih sosok Dian nya kok gak muncul-muncul?
Hingga menit ke 20, sosok Dian yang di ghibahkan belum juga muncul. Padahal, mamak-mamak sepertiku mulai menebak nebak endingnya yang bakal bikin Bu Tejo malu.
Hingga akhirnya, di menit-menit terakhir.. Sosok Dian akhirnya muncul bersama Fikri. Anak Bu lurah yang katanya sedang berpacaran dengan Dian.
Dan endingnya… aku langsung ber hmmm…
“Oh begini toh sosok Dian.. ” Pikirku.
Jadi, Siapa Pemeran Antagonis dalam Film Tilik?
Hmm.. Siapa ya? Menurut kalian siapa?
Apakah Bu Tejo bisa dikategorikan sebagai pemeran antagonis karena mulutnya yang lambe turah? Apakah ghibahnya merupakan sejenis informasi positif atau negatif?
Apakah Yu Ning bisa dikategorikan sebagai pemeran antagonis ketika sifat aslinya keluar saat bertengkar dengan Bu Tejo?
Apakah sosok Dian yang hanya muncul di menit-menit terakhir juga bisa dikategorikan antagonis? Padahal kalau kita jeli menyimak percakapan Yu Ning dan Bu Tejo, ada sisi lain dari Dian yang perlu kita pertimbangkan.
Menurutku sendiri, hampir tidak ada pemeran antagonis di film ini. Dan inilah yang membuat film pendek ini masuk dalam kategori sukses dan berhasil.
Salut. Semua karakternya manusiawi. Jarang loh film indonesia ada yang begini. Atau mungkin cuma aku yang kurang tau?
Jujur salah satu alasanku suka dengan drama korea adalah karena karakter tokoh dalam drama korea itu tidak ada yang ‘jahat banget’. I mean, Jahat secara lahiriah. Di sela-sela film pasti dijelaskan kenapa karakter ini menjadi jahat. Dan itu membuat aku sebagai penonton selalu punya insight berbeda terhadap pemeran antagonis. Drama korea membuatku sadar akan warna warni karakter dalam kehidupan itu tidak sesederhana hitam dan putih.
Dan inilah yang aku lihat pada karakter di film pendek Tilik. Enggak ada kok karakter yang jahat banget dan baik banget.
Coba lihat sosok Bu Tejo. Sungguh di dalam kehidupanku.. Aku memiliki 3-4 orang dengan sifat serupa. Tapi aku tidak pernah kesal dengan gaya ghibahnya. Dibalik itu semua, telingaku selalu melebar setiap kali tukang ghibah berbicara. Aku selalu mengumpulkan informasi dari tukang ghibah (sambil berpura-pura main hape di pojokan). Dan percayalah informasi itu sungguh berguna. Paling tidak aku bisa berhati-hati dalam memutuskan sesuatu. Informasi-informasi demikian bahkan tidak jarang aku jadikan topik dalam menulis blog. I mean, untuk ide ceritanya. Bukan tentang topik ghibahannya yang belum di crosscheck.
Coba bayangkan, Bagaimana dunia sosialita bisa hidup tanpa adanya orang-orang seperti Bu Tejo? Bukankah terasa hampa? Orang seperti Bu Tejo memang kadang terasa menyebalkan. Tapi percayalah, penebar ghibah begini patut dijadikan pertimbangan dalam mencari sumber informasi..
Yah.. Seperti lyric lagu taylor swift yang berjudul new romantics..
“The rumors
Are terrible and cruel
But, honey most of them are true”
Taylor Swift
Aku sendiri tidak mau dekat dengan orang yang berkarakter seperti Bu Tejo. Karena aku sedikit baper. Haha.. Tapi kalau dilihat lagi, ternyata masih banyak sisi menyenangkannya. Terutama soal solutip.. Dari solutip minta empati dengan pak polisi dan solutip mengalihkan rasa kecewa dengan jalan-jalan ke pasar… 😀
Dan untuk sosok Yu Ning? Sadarkah kita bahwa tidak semua orang yang berpikiran positif itu bagus? Kadangkala, kita harus berpikir sedikit realistis dan menengah antara pikiran positif dan negatif tanpa memandang kepentingan yang lain.
Sosok Yu Ning sendiri selalu membela Dian karena ia masih merupakan keluarga jauh dari Dian. Yu Ning ini seperti tokoh yang menggunakan bahasa positif untuk melindungi keluarganya. Hatinya juga sedikit sensitif dan suka baper. Dan kurasa, dia juga tidak pantas dikategorikan pemeran antagonis karena topeng positif yang ia gunakan. Perannya manusiawi banget kok.
Nah, bagaimana dengan sosok Dian. Yang emm.. Ternyata pada endingnya Dian adalah ‘wanita kedua’ Ayahnya Fikri atau Pak Lurah, bukan pacarnya Fikri. Besar kemungkinan Dian lah yang menyebabkan Bu Lurah sakit. Bisakah kita men-capnya sebagai pemeran Antagonis?
“Iya dong win.. Gak ada asap kalau gak ada api.. Pantesan aja pada digosipin ibu-ibu.. Ternyata kelakuannya Dian tuh bla bla.. “
Coba deh tonton ulang filmnya. Ada loh pembicaraan yang menceritakan bahwa Dian ini ditinggal Ayahnya sejak kecil. I mean.. Seee? Dian ini kehilangan sosok ayah di masa kecilnya.
Sudah dapet sisi manusiawinya? Belum?
Ehm, jadi begini. Pernah gak kalian nemu kasus ada beberapa orang cewek yang suka banget pacaran sama ‘bapak-bapak’. Selalu jatuh cinta dengan yang umurnya 10, 15, 20 hingga 30 tahun lebih tua darinya? Kenapa sih ada orang begitu?
Besar kemungkinan karena ia bukan mencari pasangan. Akan tetapi mencari sosok ayah yang hilang pada masa kecilnya.
Aku punya banyak cerita kehidupan yang demikian. Dan itu nyata. Orang yang suka menjadi pelakor karena beneran butuh sosok ayah itu nyata adanya. Dan ya.. Walaupun itu jahat. Tapi sisi kehidupan Dian yang kehilangan Ayah sejak kecil membuatku berpikir ulang.. Pantaskah dia disebut pemeran antagonis?
Ah, siapapun pemeran antagonisnya.. Menurutku.. Film singkat ini layak diacungi jempol.
Karena saat penonton tidak bisa menebak siapa pemeran antagonis dan dapat merasakan karakter warna warni dalam film.. Disitulah sebuah film dikatakan sukses. Bagaimana menurut kalian?