Browsed by
Tag: Gigi Seri Patah Sebagian

Gigi Seri Patah Akibat Kecelakaan, Bagaimana Mengatasinya?

Gigi Seri Patah Akibat Kecelakaan, Bagaimana Mengatasinya?

Oppa! Kamu kenapaaa? Jatuh dari mana? Kecelakaan atau kelahi ngerebutin akuh? 

Plaaak (Mukul Muka..Sadar Woy!)

*Mon maap anaknya lagi kegeeran bentar ya.. 🤣

Oppa Kim Soo Hyun baik-baik aja kok, jangan gempar dulu. Ini bukan cerita tentang dia kok. Ini cerita tentang aku.. Hahaha.. 

Inget cerita bibir sobek aku yang dijahit pasca kecelakaan kemarin? 

Yup, ini seri lanjutannya. Seperti janjiku kemarin kalau aku akan menulis cerita gigi patah yang ditambal jika pandemi covid 19 sudah usai. 

But wait, bukannya pandemi belum reda win? 

Kok kamu nulis cerita tambal gigi pas pandemi gini? 

Kamu ke dokter gigi? 

Hmmm… Begini ceritanya.. 

Gigi Seri yang Patah Sebagian Karena Kecelakaan

Kenapa ya kecelakaan kecil gitu aja bisa bikin gigi patah dan bibir sampe dijahit? 

Ya.. Akupun enggak tau. Hiks.. 

Yang jelas gigi kelinci sebelah kiriku patah begitu saja setelah menghantam bibir dan lantai kamarku. Bahkan, hingga sekarang aku masih sering terbayang dengan rasa nyerinya. Saking horornya, dari tanggal 29 Mei sampai sekarang.. Sudah sekitar 5 kali aku bermimpi gigiku copot. Bangun tidur langsung pegang gigi sendiri. Alhamdulillah masih ada. Tapi separo.. Hiks.. Kadang, disitu aku pengen nangis.. 

Yup, ini memang bukan kasus patah total. Tapi patah sekitar 1/4 atau 1/5 bagian. Tapi buatku, karena gigi seri yang patah.. Tentu saja ini sangat amat mengganggu penampilan. Mana aku kan cewek ya, kan minder banget kalau gigi aku patah begini. Gak bisa ketawa dikit langsung keliatan kek nenek-nenek. Hiks. 

Selain soal penampilan.. Gigiku yang patah ini rasanya sedikit nyeri. Dan nyeri berlangsung hingga 1 minggu. 

Pertolongan Pertama Pada Gigi yang Patah

Ketika menyadari gigi patah saat terjatuh.. Aku langsung menyimpan patahan gigi itu ditanganku. Lalu, aku langsung mencari artikel di google yang berhubungan dengan penanganan gigi yang patah. Bertemulah aku dengan artikel alo dokter yang berkata bahwa.. 

Jreng jreeeng.. 

Langkah pertama tentu sudah aku lakukan. Tapi, percuma. Mana bisa nempel lagi gigi patah itu. Patah ya patah aja maah.. 

Lalu, jujur ya.. Sempat-sempatnya aku melirik lem alteco yang bertengger manis di lemari kecilku. Pikiranku mulai error. Kalau saja bibirku tak henti-hentinya berdarah.. Mungkin saja aku sudah mengeksekusi langkah konyol itu. Hahaha.. 

Tak mau error terlalu lama, aku akhirnya merendam patahan gigiku di air susu seperti kata artikel tersebut. Sialnya, susu UHT habis. Dan aku tidak ada waktu untuk belanja. Akhirnya, gigi tersebut aku rendam di perahan ASI. Duh, konyol kan? Tapi aku optimis sih ASI merupakan pengganti yang baik ketika tidak ada susu UHT. Setelah urusan gigi ini selesai.. Aku bergegas ke IGD untuk menjahit bibir. 

Kenapa tidak sekalian saja menangani gigi di IGD win? 

Nah, itu dia. Pikiranku konslet teman-teman. Sama sekali tidak terpikir untuk langsung ke dokter gigi untuk memikirkan tindakan penyambungan gigi yang patah. Mungkin karena bibirku yang robek dan terus mengeluarkan darah itu membuatku sedikit panik. Aku bahkan lupa membawa kartu BPJS ku. 

Sore harinya, atau sekitar 4 jam pasca kecelakaan.. Barulah aku berinisiatif untuk ke dokter gigi. Aku memilih untuk mengunjungi praktek Dr Gigi, bukan di RS. Selain karena pandemi yang membuatku galau, kurasa kalau ke Dr Gigi langsung maka tidak memerlukan antri. 

Dan benar saja, beruntung sekali aku menemukan praktek Dr. Gigi yang mau menangani keadaanku. Padahal rata-rata praktik dokter gigi di sini tutup karena pandemi. Dr Gigi yang aku kunjungipun sebenarnya tutup. Tapi, karena kasusku urgent. Maka beliau bersedia untuk membantu. 

Saat itu, aku sangat optimis gigiku bisa disambung lagi dengan lem khusus. Apalagi, pasca kecelakan tersebut aku langsung merendam patahan gigiku di perahan ASI dan memasukkannya ke kulkas. 

PASTI BISA. PASTI TIDAK APA-APA. Pikirku optimis saat itu. 

“Sudah berapa jam pasca kecelakaan mba?” Tanya Dokter gigi ketika melihat botol rendaman patahan gigiku. 

“Terhitung 5 jam dokter. Bagaimana dok? Bisa disambung aja kan?”

“Kita lihat dulu ya.. “

Dan aku pun membuka mulutku.. 

“Wah.. Masih berdarah-darah jahitannya ya.. ” Kata Dokter. 

“Iya dok.. Giginya bagaimana dok?”

“Waduh.. Ini gak bisa disambung mba giginya..”

“Kata artikel alo dokter yang saya baca.. Bisa menggunakan lem khusus dok.. Enggak bisa ya dok?”

“Enggak bisa mba.. Kondisi gigi mba ini.. Bla bla.. “

Beliau menjelaskan padaku sambil mengambil gambar gigi dan akar gigi. Sepenangkapanku, gigiku tidak bisa dilem karena bagian yang patah tidak memenuhi prosedur untuk bisa dilakukan penyambungan. Entah karena terlalu sedikit yang patah, atau karena terlalu banyak dengan kondisi menipis didalam. 

“Ini harus ditambal mba.. “

“Bisa ditambal sekarang dok?”

“Sayangnya enggak bisa mba, karena jahitan dibibir mba masih berdarah-darah. Takutnya proses penambalan ini akan memperparah jahitannya. Sebaiknya, 2 minggu lagi kesini ya mba. Sembuhkan jahitan di bibirnya dulu.. “

Yah.. Begitulah. 

Akhirnya, aku pulang begitu saja. Pertolongan pertama untuk gigi patahku hanya bisa sampai disini. Aku harus bersabar. 

Dan akupun  menatap botol rendaman patahan gigiku. Huft.. Selamat tinggal patahan gigiku.. 😔

Haruskah Menambal Gigi Seri Demi Estetika? Ditengah Pandemi Covid 19 Begini? 

Bulan Juni, kasus corona di banjarmasin kian meningkat. Bahkan pernah dalam sehari memecah rekor, kasus penambahan pasien positifnya tertinggi seindonesia. 

Ya, memang di banjarmasin sedang gencar-gencarnya tes masal di berbagai pasar. Sehingga banyak pedagang yang terdeteksi positif meski tanpa gejala. 

Para ahli dan WHO menjelaskan bahwa OTG pun berisiko menularkan. Dan entah kenapa penjelasan itu membuatku sangat amat parno. Sehingga, aku memutuskan untuk TIDAK MENAMBAL GIGI sebelum pandemi selesai. 

Tapi apa daya. Dua minggu pasca kecelakaan, bibirku yang sobek memang sudah membaik. Namun, gigiku yang patah mulai nyeri luar biasa. Rasa nyeri inilah yang sering kali membuatku khawatir. Bahkan sering bermimpi buruk kalau gigiku tercabut. Akhirnya, aku memutuskan untuk menghubungi Dr Gigiku kemarin. 

“Di rontgen saja mba, takutnya patah di dalam giginya.. “

“Tapi saya takut ke RS dok. Ada saran rontgen gigi dimana yang aman?”

“Apakah giginya goyang?”

“Tidak dok. Hanya ngilu luar biasa.. “

“Minum paracetamol dulu ya mba. Kalau beberapa hari ini tidak hilang juga maka sebaiknya rontgen..”

Duh, rontgen di RS? Itu horor sih di masa pandemi begini. Akupun memutuskan untuk minum obat saja setiap kali merasakan ngilu tak tertahankan. Aku juga sempat menghubungi temanku yang suaminya merupakan dokter gigi. Dia menyarankan untuk menunda ke dokter gigi, katanya.. Tunggu hingga pandemi usai saja. 

Ajaibnya, 3 hari kemudian rasa ngilu itu hilang begitu saja. Rasa khawatirku mulai hilang. Senang sekali. Aku bahkan merasa percaya diri hingga iseng berselfie ria kemudian menguploadnya di instagram dengan caption curhat tentang gigiku yang patah. Dan.. 

Salah seorang teman bloggerku di instagram menanyakan tentang gigiku. Kemudian ia menceritakan masalah yang sama. Ia berkata bahwa pernah membiarkan masalah gigi yang patah hingga akhirnya harus dicabut karena akarnya yang mati. Dan, disitulah aku merasa horor. Mimpi burukku terasa kembali lagi.. Hahaha.. 

Untunglah, aku sudah menginstall aplikasi halo doc di smatphoneku. Dengan memanfaatkan konsultasi gratis, Akupun langsung bertanya pada Dokter Gigi disana tentang keadaanku. Dan hasilnya adalaah.. 

“Harus segera ditambal mba.. Secepatnya.. Mumpung tidak sakit lagi.. “

Rasa takut akan corona pun hilang seketika, idealismeku untuk tidak akan ke dokter gigi sebelum pandemi berakhir cuma tinggal cerita pembuka. Dua jam setelah konsultasi di Halodoc, aku langsung mengunjungi Dr Gigi. 

“Giginya harus segera ditambal. Karena bagian yang patah itu semakin hari akan semakin mengalami kerusakan karena makanan yang masuk. Menambal gigi tidak hanya soal memperbaiki estetika, tapi juga mencegah kerusakan lebih lanjut.. “

Pengalaman Menambal Gigi Seri yang Patah ditengah Pandemi Covid 19

“Wah.. Akhirnya ditambal juga ya mba.. ” Sambut Dokter Gigi ku.. 

“Iya dok, saya mimpi gigi ompong terus. Berasa dihantui. Apalagi kemarin konsultasi di halodoc, katanya harus segera ditambal. Soalnya semakin hari bagian gigi yang patah ini terpapar makanan dan berpotensi rusak. Hororlah saya dok, enggak mau jadi nenek terlalu dini.. “

Dokter tersebut langsung tertawa. Hari itu, genap sebulan pasca kecelakaan. Dan bibirku sudah sangat pulih. Hanya ada benjolan sedikit dan itu tidak sakit. Sehingga, dokter bisa memasang penyangga pada bibirku untuk bisa menambal gigi seriku. 

Well, selama dokter menambal gigi.. Aku memperhatikan APD yang digunakan dokter tersebut. 

Bukan hazmat yang seperti biasa kulihat di TV. Tapi mungkin termasuk ‘temannya’. Entahlah apa itu tapi kulihat ini sudah termasuk APD level 3. Beliau juga memakai masker medis berlapis N95, tak lupa kaca mata pelindung. Sambil menikmati proses tambal gigi, aku tak henti berdoa semoga kami berdua baik-baik saja. 

Tambal gigi depan sedikit berbeda dengan tambal gigi biasa. Kalian mungkin kenal dengan tambal estetik bukan? Yups, tambal estetik bukan cuma untuk memperbaiki gigi yang berlubang tetapi juga untuk mengembalikan fungsi estetik dari gigi. 

Penambalan gigi estetik merupakan tehnik penambalan gigi yang aman karena tidak menggunakan merkuri. Penambalan gigi dilakukan menggunakan bahan resin komposit sehingga warna dapat disesuaikan warna gigi asli. Dengan menggunakan tehnik penambalan gigi estetik keindahan warna gigi asli kita dapat dikembalikan sealami mungkin. Dokter gigi yang berpengalaman sudah paham untuk menggunakan bahan resin yang sesuai dengan warna gigi kita. 

Tambal gigi estetik yang aku lakukan, memakan waktu kurang lebih 1 jam.. Yup, tidak begitu lama karena gigiku tidak memerlukan perawatan saluran akar gigi. Kondisi gigiku saat itu tidak ngilu dan tidak goyang sehingga dapat langsung dilakunan penambalan estetik. 

Kalau dibandingkan dengan tambal gigi biasa, kurasa tambal estetik ini lebih sulit. Aku beberapa kali melihat dokternya mengambil alat sejenis kuas mungil dan dioles dengan (mungkin) resin komposit yang sewarna dengan gigiku. Kemudian, sebelum finishing.. Beliau mengambil kaca dan memperlihatkan warna giginya kepadaku. Berkata apakah sudah pas? Meski awalnya merasa seakan gigiku sedikit maju dan agak putih.. Lama kelamaan aku merasa biasa saja. 

Gigi Seri yang ditambal before-after

Terakhir, tentu ada yang bertanya berapa biaya menambal gigi ini bukan? 

Biayanya adalah 375.000. Menurutku, sebanding sekali dengan hasilnya. Aku bahkan bersyukur loh ketika melihat pengalaman tambal gigi orang lain di internet. Ada yang memerlukan perawatan saluran akar hingga total satu gigi saja hampir 2 juta. Sebenarnya, mungkin aku juga akan menghabiskan biaya yang sama jika saja aku tidak sabar saat mengalami ngilu kemarin. Jika kita menambal gigi dalam keadaan ngilu, maka kita memerlukan 2 biaya tambahan. Biaya itu adalah biaya rontgen, juga perawatan saluran akar yang mungkin tidak bisa hanya sekali saja. 

Sekarang, sudah hampir sebulan berlalu sejak aku menambal gigi di Dr Gigi. Alhamdulilah, aku dan Dr Gigi masih sehat. 

Bagaimana Rasanya Memiliki Gigi Seri Tambalan? 

Wow.. Rasanya? 

Teteplah gigi asli tidak tergantikan.. Hahaha.. 

Memiliki gigi tambalan ini seakan terlihat baik-baik saja. Tapi sebenarnya, sampai sekarang aku merasa sekali gigi seriku ini masih separo. Dan jujur ya, kalau diperhatikan lebih seksama.. Terlihat kok warnanya sedikit berbeda. Karena gigi asliku ini warnanya putih gading. Aku yakin sih dokter gigi sudah memberikan warna yang sangat mirip, tapi memang gigiku saja yang warnanya begitu. Hehe

Apakah gigi seri ini bisa dipakai untuk menggigit normal? 

TIDAK. BIG NOOO..! 

Dokter bahkan langsung memperingatkanku usai menambal kemarin, bahwa gigiku tidak bisa dipakai untuk menggigit secara normal lagi. Bahkan untuk menggigit roti pun tidak. Aku memakan roti dengan cara menyobeknya dengan tanganku dan langsung mengunyah dengan geraham. 

Sedih sih ya.. Tapi sadar banget kalau aku enggak boleh denial sama keadaanku. Gak boleh bilang, “Coba deh kemarin hati-hati.. ” Atau “Coba deh hari yang kemarin bisa diulang lagi..”

Harus menerima keadaan. Inilah aku yang sekarang. Gigi seri tambalan dan bibir sedikit belah. Ya mau bagaimana lagi? Life must go on right? 

Dokter gigi bahkan berkata kepadaku bahwa selain patah, sebenarnya gigiku ini juga retak. Bahkan gigi seri sebelahnya juga, hanya saja retakannya tidak terlihat. Jadi, dari sekarang harus menghindari makanan yang asam dan harus sangat rajin menggosok gigi. 

Dan tau gak kalian sisi lucunya apa? 

Sejak peristiwa ini, aku malah suka sekali tersenyum dengan memperlihatkan gigiku. Bahkan difoto juga begitu. Pamer? Oh tidak. Bukan begitu. 

Lebih tepatnya, aku baru saja sadar bahwa gigi kelinci yang aku miliki ini ternyata SANGAT BERHARGA. Jujur ya, dulu aku sedikit denial dengan gigiku ini. Apalagi sisi gingsulnya itu, kalau difoto dengan angle yang salah.. Otomatis aku terlihat boneng. Ditambah dengan gigi kelinciku yang besar ini.. Thats why dulu minder pake banget senyum kalau keliatan gigi.. Hiks.. 

Sekarang.. Ya ampun.. Ternyata aku baru sadar gigi akutuh (lumayan) cantik.. Coba dulu aku lebih sering senyum lepas dengan gigi yang terlihat.. Kan mungkin oppa pun kesengsem.. Hiks.. *lebay.. 

Okay, sekian deh curhatan bombay aku tentang gigi patah dan proses penambalannya. Moral story is.. Hargai yang kita miliki sekarang, sejelek apapun itu.. Syukuri aja deh. 

Jangan seperti aku, baru merasakan sesuatu itu sangat berharga ketika sudah kehilangan.. 

IBX598B146B8E64A