Browsed by
Tag: Kartun Favorite Sailor Moon

Obsesi Rahasia Emak Sejak Kecil

Obsesi Rahasia Emak Sejak Kecil

Bicara tentang cita-cita, sebenarnya aku punya banyak cita-cita sejak kecil.

Pertama, aku ingin seperti Mama. Menjadi Guru TK yang cantik dan dicintai semua muridnya.

Kedua, aku ingin seperti Bapak. Menjadi Guru Fisika yang terkenal pintar dan tau segala hal. Bapak adalah kamus ensiklopedia yang bisa bicara.

Tapi, tidak ada yang tau dengan Cita-citaku yang ketiga. Cita-cita yang aku tahan hingga kini. Sebuah obsesi yang terbilang cukup konyol untuk ukuran umur emak-emak sepertiku.

Dan Cita-cita itu adalah…

Aku Ingin Sekali Menjadi Sailor Moon…

Please jangan ‘ketawa’. Itu akan membuatku sakit hati.. (walau sebenarnya aku ingin tertawa juga.. Haha). Konyol memang, emak-emak berusia 28 tahun dan sebentar lagi punya dua anak terobsesi menjadi sailor moon itu adalah hal konyol yang benar-benar aneh. 😂

Tapi jangan terlalu jauh membayangkannya. Apalagi membayangkan diriku yang sudah hamil 6 bulan ini memakai kostum sailor moon. Sungguh, akupun masih bisa ‘berkaca’. Karena itu sudah kubilang bukan? Bahwa ini adalah obsesi rahasia.

Sejak kapan cita-cita konyol ini ada?

Tepatnya mungkin ketika aku TK. Waktu itu masih tahun 1995, aku hanya mengenal sailor moon pertama kali lewat mainan boneka kertas yang saat itu populer dengan sebutan ‘Bipian’. Saat itu, aku tidak tau nama dari tokoh bipian itu. Aku hanya senang saja melihat boneka kertas dengan wajah cantik dan baju-baju yang sangat imut.

source image: paperdoll-indonesia.blogspot.com

Aku akhirnya mengenal bahwa tokoh yang ada dalam bipianku adalah tokoh Sailor Moon. Aku sendiri tau dengan kartun Sailor Moon ketika salah seorang tetanggaku memasang antena parabola. Zaman itu, menonton TV dengan saluran non TVRI saja sudah mewah di desaku. Apalagi jika ada RCTI, Indosiar, dll. Wah, satu-satunya rumah yang memasang parabola tentunya akan diserang para anak kecil untuk menonton kartun di hari minggu.

Sialnya, kartun Sailor Moon dan Dragon Ball saat itu tayang pada jam yang sama dengan saluran TV yang berbeda. Kalau tidak salah, Sailor Moon tayang di Indosiar dan Dragon Ball tayang di RCTI. Sebagai satu diantara 10 penonton, dimana aku adalah anak perempuan satu-satunya. Tentu saja aku kalah suara. Dan akupun sering pulang kerumah dengan berderai air mata. Hahaha.

Tapi aku tak pernah putus asa dengan imajinasi ‘tokoh-tokoh cantik’ pertamaku. Aku punya bakat menggambar sejak kecil. Jadi, aku membuat gambar-gambar sailor moon di atas kertas dari hasil tiruan pada bipian. Aku mengguntingnya, membuatkannya baju dan bermain dengan 12 sailor cantik kesayanganku. Bagiku, 12 Sailor Moon adalah Para Peri Imajinasi Pertama yang senang menolongku.

Sebenarnya, aku tidak pernah benar-benar tau Bagaimana Cerita Sailor Moon

Lalu, bagaimana cerita kartun sailor moon itu?

Well, sebenarnya aku tidak benar-benar tau bagaimana ceritanya. Hahaha.

Diatas sudah kuceritakan bukan? Bahwa aku tidak pernah benar-benar berkesempatan menonton kartun itu di masa kecilku. Mungkin pernah, hanya kilasan saat sesi iklan kartun dragon ball tidak berbarengan dengan iklan sailor moon. Itupun sebenarnya, aku tidak terlalu paham. Hanya saja aku mengetahui inti dari kartun sailor moon itu yaitu mereka adalah pembela kebenaran yang cantik. Sudah, itu saja. Haha

Aku Hanya Terobsesi untuk Bisa Menjadi Secantik Sailor Moon

Jika kalian bertanya siapa role mode pertamaku dalam berdandan? Maka Sailor Moon adalah jawabannya.

Ya ya.. Aku sekarang memang memakai jilbab. Tolong jangan mengernyitkan dahi seserius itu. Maksudku adalah role mode pertama saat aku masih kecil, bukan sudah besar begini.

Aku adalah anak kedua dikeluargaku. Kakakku adalah laki-laki. Mama dan Bapakku hanyalah PNS biasa yang saat itu berjuang jatuh bangun dalam membangun kesejahteraan ekonomi, sehingga aku tidak punya koleksi baju perempuan seperti anak-anak perempuan pada umumnya. Ya, aku hanya mewarisi baju laki-laki punya kakakku saat aku masih kecil. Potongan rambut yang kumiliki pun seperti laki-laki. Saat itu, aku masih bingung kenapa mama mendandani anak perempuannya seperti laki-laki begitu.

Kadang, aku merasa minder dengan teman-teman TK disekolah. Mamaku punya rambut panjang dengan dandanan yang selalu komplit. Teman-temanku bilang, aku dan mamaku sama sekali tidak mirip. Aku terlihat jauh lebih mirip dengan Bapakku karena potongan rambut dan kulitku yang exotis. Dalam hati kecilku, aku selalu menahannya dan ingin sekali bertanya pada Mama, “Kenapa aku tak boleh memanjangkan rambutku?”

Aku Sang Anak Itik Jelek yang Buruk Rupa, begitulah aku memandang diriku sendiri saat masih kecil.

Sampai suatu hari aku bertemu Sailor Moon dan akhirnya aku memberanikan diri bertanya pada Mama tentang ‘rambutku’. Dan kalian tau apa jawaban Mama?

“Rambut kamu kalau dipanjangin Mama susah nyisir dan kepangnya..”

Ya, hanya begitu. Aku akhirnya menyadari bahwa mama punya seribu kesibukan dipagi hari. Mama yang berjualan kue, mama yang menyiapkan sarapan, mama yang menyiapkan bahan ajar di TK, mama yang memandikanku, segalanya serba mama. Lalu, kenapa aku harus protes hanya karena potongan rambutku yang seperti laki-laki?

Sailor Moon bisa mengepang rambutnya sendiri. Dan akupun sejak itu bertekad bahwa aku bisa merawat rambutku sendiri tanpa mama. Sejak aku bisa menyisir dan merawat rambutku sendiri, mama memperbolehkanku untuk memanjangkan rambutku. Dari kelas 1-6 SD, rambutku sangat jarang dipotong. Aku membiarkannya terurai atau dikepang dua layaknya Sailor Moon. Moment-moment indah itulah yang membuatku mencintai diriku sendiri sebagai perempuan.

Suatu hari, mama pernah pergi kejawa untuk ‘penataran’ dan mama bertanya padaku, “Winda mau minta belikan apa kalau pulang nanti?”

“di Jawa ada apa Ma?”

“Ada apa aja, dan harganya enggak, semahal di kalimantan..”

“Winda mau minta belikan baju Sailor Moon..” Kataku riang.

Satu Minggu kemudian, mama datang dengan wajah penuh senyuman dan memberikanku oleh-oleh. Aku langsung tak sabar membukanya. Dan… Kalian tau apa isinya?

Adalah Baju dengan Gambar Sailor Moon..

Bukan Baju yang dipakai oleh Sailor Moon..

Meski agak kecewa, aku berusaha membalas senyum Mama dengan senyuman yang tak kalah lebarnya kemudian berkata, “Makasih Mama.. Sayang Mama.. Mmmuach..”

Ya, dulu aku sama sekali tidak malu mengucapkan ‘Terima Kasih’ seekspresif itu. Hihi…

Itu adalah obsesi masa kecilku. Ingin sekali berpenampilan layaknya Sailor Moon. Ketika sudah besar, aku mulai merasakan perasaan malu dan mengenal aurat jauh lebih baik. Namun, sebagai seorang perempuan tentu saja sebenarnya kenangan keinginan itu masih ada.

“Masih Pantaskah aku memakai baju Sailor Moon di rumah saja untuk menyenangkan suamiku?”

Ya, itulah yang masih ada dipikiranku. Hahaha.

Itu adalah Obsesi Rahasia yang kini bukanlah lagi Rahasia. Dan aku senang menceritakannya.. 😊

Tulisan ini dibuat untuk #FBBCollaboration bulan November dengan tema Kartun Favorite di masa kecil.

IBX598B146B8E64A