Browsed by
Tag: memulihkan bibir yang dijahit

Pengalaman Menjahit Bibir yang Robek Pasca Kecelakaan

Pengalaman Menjahit Bibir yang Robek Pasca Kecelakaan

Serem amat judul blogpost kamu win? 

Well, menulis judulnya saja sudah membuatku merasakan lagi kejadian 2 minggu yang lalu itu. Apalagi kalian yang baru membaca, pastinya bingung.. Kok bisa bibirnya dijahit? Bukannya foto-foto di instagramnya update mulu.. Wkwk.. *narsis sekali aku ya. 

Tapi serius, ini bibir genks yang dijahit. Bukan kulit biasa, apalagi baju. Bukan. 

Sebuah kecelakaan kecil siang itu membuat lantai rumahku penuh dengan bercak darah. 

Iya, kecelakaan ini terjadi di rumah. Tepatnya di kamarku sendiri. Hiks_

Pertanyaannya? Bagaimana bisa? 

Bibir Robek dan Gigi Patah akibat Meremehkan Gejala Anemia

Pagi itu, aku sedikit terlambat bangun karena begadang marathon menonton drama korea. Kepalaku sedikit pusing. Aku mengabaikannya. Karena toh paling-paling juga karena bayi yang menyusu melulu. Paling juga kalau sudah sarapan bakal berhenti pusingnya. 

Bener juga, sehabis sarapan aku langsung merasa nyaman. Tidak pusing lagi. Akupun langsung mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasanya. Dan karena hari itu suamiku benar-benar free.. Akhirnya jam 10 pagi aku memutuskan untuk berbelanja keperluan mingguan keluar rumah memakai motor (ya eyalah kan belum ada mobil..haha). Yah.. You know lah.. Pandemi corona ini membuatku hanya berani keluar rumah seminggu sekali untuk berbelanja. 

Aku berbelanja beberapa buku untuk keperluan home schooling Farisha, aku juga sempat mampir ke toko bayi untuk membelikan beberapa keperluan Humaira, kemudian aku ke super market dan ke pasar. So far, tidak ada kejadian apa-apa. Kepalaku sungguh baik-baik saja. Dan perlu diketahui bahwa aku termasuk lihai sekali dalam berkendara. Aku sangat jarang kecelakaan. Hampir tidak pernah. Bahkan jujur saja aku dulu tipikal yang berkendara sangat cepat. Hanya butuh 1 jam untuk pulang kampung saat masa kuliah dulu. Padahal, rata-rata cewek seumuranku butuh waktu setidaknya 1,5-2 jam untuk sampai. Aku juga pengendara mandiri, selalu say no buat tukang ojeg karena aku selalu takut kalau dibonceng orang lain kecuali suami sendiri. *lah, kok malah menyombongkan diri begini ya? Haha

Tapi serius, ini cuma untuk meyakinkan kalian bahwa kacelakaan kali ini tidak terjadi di jalan. Kecelakaan ini bukan karena aku jatuh dari motor atau menabrak sesuatu. Bukan. 

Siang itu, sehabis selesai berbelanja aku pulang dan melakukan protokol kesehatan seperti biasa. Aku menyemprot barang-barang belanjaanku dengan disinfektan, langsung memasukkan bajuku ke mesin cuci, dan ooh waw.. Lihatlah Humaira yang langsung berlari menghampiriku. Sepertinya, dia sudah tidak sabar ingin menyusu. Oke, jangan peluk mama dulu. Mama mungkin sudah menjadi vektor virus. Maka, mama harus mandi. 

Apakah aku terpeleset ketika masuk kamar mandi? 

Oh tidak. Ceritanya tidak setidak keren itu. Maaf saja, kamar mandiku tidak pernah licin. (Narsis lagi kan.. Minta ditoyor.. Haha) 

Aku mandi seperti biasa. Dan aku baik-baik saja hingga keluar dari kamar mandi. Aku langsung mengganti baju dan memeluk Humaira lalu menyusuinya hingga tertidur. Oh yes, seperti biasa kalau menyusui bayi aku rasanya ikut mengantuk. Siapa suka begini juga? 

Aku melawan rasa ngantuk itu. Kubuka HP sambil asyik bersosmed ria. Lalu tiba-tiba aku disadarkan bahwa baterai HP ku hampir habis. Well, oke.. Aku langsung duduk dan meraih charger HP yang berada di atas meja belajar di samping ranjang. 

Adegan biasa saja? 

Anda salah. Disinilah kecelakaan itu terjadi. 

Kepalaku langsung berat mendadak. Aku jatuh. 

Dan sialnya. Wajahku jatuh terlebih dahulu. 

Aku merasakan bunyi ‘krek’ didalam mulutku. Aku tidak memperdulikan darah itu. Yang ingin aku yakinkan.. “Apakah gigiku masih utuh?”

Bergegas aku bangun hanya demi berkaca. Tanganku menutup mulut demi memangku darah yang bercucuran. Dan ditanganku tersebut, jatuhlah patahan gigi. Ya, gigi kelinci sebelah kananku patah. Sekitar 1/6 dari giginya. Dan ternyata, masalah gigi itu merupakan luka biasa. 

Aku melihat bibir bawahku yang terluka karena gigi atas yang menekannya. Bibir itu sobek. Benar-benar sobek. Bergegas aku mengambil HP. Eh ngapain? 

Selfie jeng.. Wkwkkwk

1 jepretan.. 2 jepretan.. Kabur.. 

Duh, ini tangan kenapa gemetar. 

Dan jepretan ke 4 sedikit sukses. Aku langsung mengirim gambar itu ke WA kakakku yang merupakan Dokter. Dan bertanya, “Aku harus apa?”

‘Itu harus dijahit’ balasnya..

(mendadak mau pingsan.. )

Ketika Harus Ke IGD untuk Menjahit Bibir ditengah Pandemi Covid 19

‘Jangan dijahit di RS xxx, jahit di RS zzz aja.. ‘

Ya kali sama aja. Gimana kalo ada orang positif covid 19 tapi melakukan keputusan yang sama? Itu pikiranku. 

Dan sekali lagi, aku meyakinkan kakakku.. 

“Serius harus dijahit ini? Kalau enggak dijahit kenapa?”

“Nanti bibirnya bisa bolong”

Aku langsung meringis. Membayangkan betapa menyeramkannya itu. Kan gak lucu ya.. Dimana-mana orang kalau stay at home aja mukanya tambah glowing.. Lah aku? Masa malah bibirnya bolong? Logika cuy logika mau ditaroh dimana? (Nyurcol sambil nangis..) 

Akhirnya, aku langsung menuju IGD bersama suami. Untunglah saat itu salah seorang iparku ke rumah untuk suatu urusan. Aku bisa menitipkan Humaira yang sedang tidur sejenak untuk ke IGD. 

Dan sesampainya di IGD… 

‘Omo.. Aku lupa bawa kartu BPJS Oppa Kapten Ri.. ‘

‘Tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja’

(Adegan saling pegang pipi) 

Salah woy.. Salah.. Mana ada begitu.. 

Yang bener begini.. 

“Waduh.. Aku lupa bawa kartu BPJS.. “

“Aduh gimana sih. Kan sudah tau mau ke rumah sakit.. “

“Balik lagi gimana.. Aku bener-bener lupa tadi.. Panik tau..”

Ya udahlah gak usah.. Nanti aku aja yang bayarin..”

(Ost DOTS playing.. Apa? Apa ketawa? Mirip tau adegannya..) 

Dan sesampainya di depan pintu IGD.. Kami langsung dijemput dengan 1 kertas. 

Aku lupa sih moto kertasnya. Yang jelas seingatku kertas itu bertulisan kurang lebih begini.. 

1. Apakah Anda pilek? 
2. Apakah Anda batuk? 
3. Apakah Anda demam? 
4. Apakah Anda sesak nafas? 

Dsb.. Rentetan pertanyaan yang menjurus kekewaspadaan akan pasien covid 19.

Wajar sih ya. Karena pandemi ini membuat para nakes waspada berkali-kali lipat. Semua dari nakes di IGD ber-APD lengkap. Dan saat mendengar ceritaku yang mendadak jatuh dari ranjang pun aku dapat merasakan sorot mata curiga dari semuanya. Mungkinkah mereka curiga kalau aku ‘pneumonia’? 

Akupun langsung menjawab sorot mata curiga itu dengan berkata, “Saya punya riwayat anemia.. Sering pusing mendadak. Kebetulan tadi langsung mandi dan menyusui bayi habis berbelanja keluar rumah. Saya tidak sempat minum bahkan. Mungkin karena itu saya pusing”

(Well, tentu saja aku tidak menceritakan kalau malam tadi aku marathon menonton drama korea. Itu memalukan.) 

Alhamdulillah aku langsung ditangani. Agak syok saat tahu kalau harus dijahit. Yaa.. Aku kan masih berharap ada keajaiban. Misalnya ada yang berkata enggak perlu dijahit, boleh di-lem aja. *loooh

Bukan tanpa alasan sih aku bilang takut. Aku itu takut banget sama jarum. Hiks. Pernah cerita disini kan kalau aku kecenderungan ada aichmophobia? Makanya dulu waktu SMA pernah mau vingsan gegara lama gak disuntik. 

(Tapi kalau dipikir lagi kenapa suntik TT sebelum nikah kemarin biasa aja ya? Haha) 

Dan masuklah aku keruangan operasi kecil di IGD. Aku sedikit menengok ke ruangan sekitar. Ya.. Kali aja ada yang batuk atau sesak nafas. Kan horor ya. Tapi, siang itu IGD sunyi sekali.

Then, aku melihat benang dan jarum. Sedikit mengernyitkan dahi. Oh well, jarumnya ternyata bentuknya kek pancing enggak lurus kek jarum jahit baju. Entah kenapa ya hal begini kok melegakan.. Haha.. 

Tapi… 

“Dibius dulu ya bibirnya.. “

“I.. Iya.. “

Dan keluarlah jarum suntikan itu jenk.. Huaaa.. Mau pingsaaan.. Tapi ditahan-tahan.. Mana dua kali pula disuntiknya huaaa..

Tapi harus tahan. Dari pada bibir bolong yee kan.. *obsesi mempertahankan kecantikan (huek)

Proses menjahitnya sendiri berjalan dengan biasa. Tidak sehoror proses membius sih. Sambil dijahit aku bahkan bertanya berkali-kali kapan bibirku bisa normal lagi.. 

“Mungkin 1 bulan proses penyembuhannya. Karena ini kan didalam. Jadi basah terus..”

Sebulan? Seriously.. Huaaa… 

Ada yang bertanya berapa jahitan? 

4 jahitan. Dan bagian luar satu jahitan. Hiks.. 

Dan sebelum pulang, aku mengambil resep obat bersama suami. Dan disinilah horor keduanya genks.. 

Tidak sengaja mata kami tertuju pada daftar tamu di IGD.. Dan mataku menatap nanar pada statusnya.. 

‘PDP’ (Pasien Dalam Pengawasan) 

*status ini dilekatkan pada pasien yang ke IGD dengan membawa salah satu gejala covid19

Yah, semoga pasca balik dari IGD ini kami tidak apa-apa. 

Pemulihan Jahitan Di Bibir, Akankan Bibirku Kembali Seperti Semula? 

Sesampainya di rumah aku langsung #mandilagi lalu makan dan menyusui Humaira. Oh ya.. Proses makannya bagaimana? 

Ya.. Ya begitu deh.. Hahah.. (Ketawa maksa) 

Dan sehabis makan Humaira langsung menangisiku lagi.. 

Ia pun langsung menyusu dan.. Huaaaa… 

Ia meletakkan dagunya dibibirku. Sontak 1 jahitan bagian luar langsung lepas. Can u imagine? 

Langsung deh aku menghubungi kakakku lagi. Hiks.. Ya masa aku harus balik ke IGD lagi? 

Untunglah kakakku bilang tidak papa. Dia hanya meresepkan obat untuk bibir luarku. Aloclair namanya. 

Singkat cerita, fase penyembuhan bibirku hanya diikhtiarkan dengan obat dan salep aloclair

Dalam seminggu, obat antibiotik sudah habis. Obat anti nyeri pun sudah tidak aku minum lagi. Yang aku minum hanya vitamin albumin yang bisa mempercepat penutupan luka. Dan untuk bibir luar yang lepas jahitannya itu.. Aku hanya mengoleskan aloclair secara rutin. Bisa 3x sehari bahkan lebih. Salep ini benar-benar membantu untuk memulihkan jahitan luar bibir yang lepas.

Oya, 3 hari pasca kecelakaan itu..  Aku kontrol jahitan dengan dokter umum yang terdaftar di bjpsku. Dan, tahukah kalian bagaimana ceritanya? 

Aku masuk ke ruangan dan bercerita kepada dokter tersebut dengan dibatasi dinding mika. Kalau tidak salah menyebut, dokter tersebut ber-APD level 3.. I mean, tidak memakai APD astronot. Namun hanya memakai baju medis hijau dengan masker dan faceshield. Dan saat aku ingin mengontrol jahitan di mulut dokter hanya melihat dari balik dinding mika itu saja. Mana ruangannya tidak terang. Aku sendiri saja tidak yakin beliau benar-benar melihat jahitannya. 

Lalu saat aku bertanya tentang jahitan luar yang lepas dan minta diperiksa lebih lanjut beliau keluar dari balik dinding mika itu. Lalu berkata padaku, “Jangan dibuka mulutnya ya”

Oh waw, jahitan yang urgent didalam mulut. Tapi gak boleh dibuka.. Dalem hatiku.. Hiks

Beliau hanya manggut-manggut melihat bibir luarku. Dan berkata tidak apa-apa. Jujur sih, aku bahkan ragu beliau memperhatikan itu. Karena ekspresi ketakutannya nampak sekali. Mungkin karena tau 3 hari yang lalu aku dari IGD ya dan sangat berpotensi menjadi carrier

Yaa.. Aku maklum sih. Banjarmasin adalah zona merah dengan tingkat kematian nomor 2 tertinggi di indonesia. 

Dan itu adalah kali terakhir aku ke dokter. Setelah itu aku lebih memutuskan konsultasi online dengan kakakku saja. Sungguh, pandemi corona ini mempersulit segalanya. Ini untuk kasus kecelakaan ringan loh. Bagaimana dengan kasus kecelakaan berat diluaran sana? I cant imagine.. 

Satu minggu kemudian.. Jahitan dibibirku sudah membaik. 

2 minggu kemudian.. Alhamdulillah aku masih sehat. Artinya, andai aku terpapar covid saat di IGD.. Maka aku sudah melalui masa inkubasi virusnya. Atau bahkan aku sehat tanpa terpapar. Mengingat aku tidak pernah demam atau flu dalam 2 minggu. Dan tentang jahitan bibirku.. Semuanya sudah hampir sembuh. Hanya ada daging berlebih yang terasa mengganjal di dalam bibir. Dan bisa dibilang bekasnya tinggal 20% saja. 
Dan berikut adalah proses penyembuhannya.

Satu hal sih yang paling aku takuti saat melihat bekas luka ini. Aku takut sekali akan muncul keloid di bibir. Tau keloid kan? Itu tuh bekas luka yang menghitam dan menebal. Duh, kan jelek banget ya kalau sampai begitu. Hiks. 

Semua sumber yang aku baca berkata bahwa keloid ini bisa muncul jika memiliki keturunan yang berkeloid. Aku pernah melihat bekas luka kakakku yang menghitam, juga bekas luka Ayahku. Tapi saat aku melihat bekas lukaku? Aku sedikit yakin bahwa aku bukan tipe yang memiliki bekas luka dengan keloid. Semoga saja ya… 

Dan ini foto bibirku setelah 2 minggu. 

Pembelajaran Berharga Tentang Anemia

Yah.. Kasus ini membuatku belajar bahwa please.. Aku memang harus selalu sedia obat penambah darah di rumah. Apapun itu. 

Dan dari kasus ini aku juga belajar.. 

“Kalo punya bayi.. Pas bayinya bobok kamu jangan ngedrakorrrr win.. “

🤣🤣🤣

Yah, soalnya aku punya kebiasaan. Kalau sudah liat episode 1..langsung marathon semalaman. Hiks.. 

Dan untuk kalian yang memiliki riwayat anemia sepertiku, ada baiknya jika setelah sampai ke rumah dari beraktivitas diluar… Jangan terburu-buru langsung mandi. Apalagi jika diluar sana cuacanya sedang panas sekali. Duduklah sebentar untuk sekedar minum satu gelas air. Mandi dengan perlahan, jangan langsung menyiram kepala memakai shower. Dahulukan kaki dulu.. 

Begitu sih saran yang aku dapat dari Dr. Gigi ku. 

What? Dokter gigi? Jadi kamu ke dokter gigi win pasca kecelakaan ini? 

Iya.. Kan aku bilang kalau gigi kelinci sebelah kanan aku patah.. Hehe.. 

Drama gigi yang patah ini akan aku ceritakan di blog post yang berbeda ya. Dan karena pandemi ini, aku memutuskan untuk menunda perawatan gigi patahku. Jadi, tentu saja tulisannya akan lama tertunda. 

Kuharap tulisan ini akan membantu kalian yang memiliki drama bibir sobek saat kecelakaan sepertiku. Karena ketika aku kecelakaan kemarin, aku langsung mencari pengalaman orang yang mungkin bernasib sama sepertiku di google. Tapi hasilnya tidak memuaskan. Hehe.. 

Jadi ya om google. Masukkan tulisan ini di rank 1 soal kategori kecelakaan dengan jahitan dibibir..wkwk..

IBX598B146B8E64A