Browsed by
Tag: Resolusi 2018 bersama The Ragran

Resolusi 2018: Menjadi Pribadi yang Seimbang

Resolusi 2018: Menjadi Pribadi yang Seimbang

sumber: job-like.com

Desember.

Apa arti bulan Desember bagimu? 

Mereka berkata bahwa desember adalah bulan ‘Tutup Buku’. Ibarat akuntan, maka bulan desember adalah bulan sibuk karena seluruh transaksi yang telah dicatat akan diperjuangkan pencatatannya pada bulan ini. Yah, mereka yang berjuang pada usaha bisnis dan membutuhkan laporan keuangan setiap tahunnya tentu setuju bahwa bulan desember adalah bulan super sibuk. 

Namun, apa arti bulan desember bagiku?

Sewaktu remaja, zaman kuliah tepatnya, tahun 2008 lalu, aku yang masih bercita-cita menjadi akuntan atau banker dengan baju dan dandanan ‘kece’ belajar cukup giat. Berharap dengan IPK yang lumayan tinggi maka aku dapat memperjuangkan cita-citaku menjadi orang kaya nan bergengsi. Bulan Desember bagiku adalah bulan tutup buku nantinya. Dan aku mengkhayal dapat membuat banyak laporan untuk menyenangkan ‘atasan’ ku saat bekerja nanti.

Lambat laun pola pikirku mulai berubah. Aku yang saat itu kuliah di Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah mulai mengikis cita-citaku dulu. Tujuanku yang mulanya ingin menjadi banker kaya nan bergengsi kini berubah menjadi hanya ingin bekerja sebagai Guru. Aku belajar giat saat kuliah untuk mencari perhatian Dosenku agar suatu hari nanti dapat bekerja membantu atau menggantikan beliau.

Kenapa ingin menjadi Guru? Karena pekerjaan Guru itu mulia. Ilmu yang aku dapatkan menular kepada muridku dan muridku akan menularkan kepada temannya dan anaknya dan anaknya kepada anaknya lalu anaknya lagi. Yah, sebuah ladang amal yang tiada habisnya. Aku ingin tampil menjadi sebuah inspirasi dengan caraku dan ilmu yang kudapat. 

Mamasuki semester 5 perkuliahan aku berkenalan dengan salah seorang asisten dosen yang baru memasuki kelas kami.  Hubungan kami berlanjut hingga membuatku menikah dengannya bahkan sebelum aku lulus kuliah. Aku menikahinya saat semester 8 saat masa pembuatan Tugas Akhir. 

Aku hamil. 

Sebenarnya aku sedikit shock dengan kehamilanku. Padahal Kami berencana menundanya. Namun karena ilmu pengetahuan yang kurang mengenai cara pemakaian KB, akhirnya malah berdampak pada penyuburan rahimku sehingga aku langsung hamil. 

Saat lulus kuliah usia kandunganku sudah 4 bulan. Dan 5 bulan lagi akan ada bayi mungil dipangkuanku. Namun peduli apa aku saat itu? Aku ingin BEKERJA!

Ayolah aku sudah lulus. Saatnya ‘memanen’ apa yang sudah aku tanam di kepalaku. Saatnya melamar pekerjaan. Aku ingin bekerja secepatnya, kalau tidak aku akan malu. Aku tidak mau dibilang sebagai sarjana pengangguran. Atau yang lebih sakit lagi, “Susah-susah di kuliahkan, eh ujung-ujungnya cuma jadi Ibu Rumah Tangga”

Alhamdulillah, aku memiliki suami yang pengertian. Ia memperbolehkanku melamar program beasiswa S2 di salah satu kampus di Pelaihari. Aku sangat bersemangat dan berapi-api. Namun belum lagi lamaran itu diantar, tangisan mertuaku membuat suamiku bimbang.

“Apa mama akan ditinggalkan disini saja? Apa kau akan bekerja di Pelaihari? Memiliki rumah disana?”

Perkataan itu membuat surat lamaranku berakhir di bawah setumpuk baju dilemari pakaian. Dan saat itu perasaanku benar-benar sedih. 

***

5 bulan kemudian, anakku lahir. Benar, aku hanyalah Ibu Rumah Tangga tulen saat itu. Mimpi untuk kuliah lagi telah kuhapus menjadi “Ayolah.. Cepat bekerja supaya membanggakan orang tua”

Tentu kalimat itu beralasan. Saat aku menyusui, mengganti popok dan mencuci tak habis-habisnya namun otakku saat itu dipenuhi dengan rasa iri. Iri melihat status teman-temanku yang satu per satu mulai bekerja. Mereka mulai ‘memanen’ hasilnya. Dan aku? Aku menjadi apa? Aku tidak mendapatkan apapun dari IPK-ku dulu. Hanya bayi, ya.. Bayi yang selalu menangis. Aku memutuskan berhenti bersosial media untuk menghapus rasa iri itu. 

Selama 2 tahun aku menjadi Ibu Rumah Tangga yang baik. Belajar skill memasak, baking, dan parenting. Sosial media kini mulai berteman lagi denganku setelah sekian lama aku ‘hibernasi’. Dulu, baby blues sindrom sempat singgah didalam kelamnya kehidupanku. Sehingga aku memutuskan untuk memiliki me time dengan bersosialisasi di dunia maya.

Namun ternyata dunia maya lebih kejam. Aku sempat memasuki grup parenting, grup ASI dan grup berbau emak-emak yang lain. Ketika aku memberanikan diri untuk terbuka dan mempertanyakan keadaan psikologisku tidak sedikit  para member yang menyindir hingga membully. Sejak itu aku berpikir, “Tak adakah tempat yang benar-benar pas denganku?”

Aku Ibu Rumah Tangga sejati, tinggal di kota dengan sedikit ruang sosialisasi, memiliki suami yang sibuk dan mulai menjadi gila dengan segala sifat perfeksionisku. Ya, anakku adalah saksi atas setiap kegilaanku saat itu. Dalam perasaan yang ‘kosong’ aku mencoba mencari sensasi dalam hidupku dengan berjualan kue.

Aku senang mencoba membuat kue dan berbagai masakan lain, apalagi jika hasilnya bisa menyenangkan keluargaku. Saat itu aku meyakinkan pada diriku sendiri bahwa ‘inilah rejekiku, rejekiku diperut suamiku’. Saat mencoba berjualan aku senang dengan keuntungan yang aku dapatkan. Aku senang memiliki passion yang bisa tersalur. 

Sebulan, dua bulan, tiga bulan. Aku mulai merasakan perasaan itu lagi. Perasaan bahwa hidupku standar, tidak terlalu berguna. Dan rasa bosan melihat tepung, gula, telur dan mentega mulai menghantuiku. Sekali, kue yang ku buat gagal total. Dua kali, aku mengerjakannya dengan berteriak membentak anakku. Tiga kali, aku membuat kue yang gagal dan menyalahkan anakku atas kegagalanku. Saat itu aku sadar, aku tidak bisa mengerjakan sesuatu yang sama setiap hari tanpa peningkatan apapun.

Saat itulah aku gelisah. Aku tidak tau perasaan apa persisnya itu. Yang jelas, aku tidak bisa tidur. Tengah malam, aku membuka facebook dan menemukan blog post diberanda facebookku. Sebuah tulisan yang dipublikasikan oleh Dosenku, Nailiya Nikmah.

Hatiku dipenuhi rasa iri.  Tulisan itu adalah tentang program ‘indonesia mengajar’. Bagaimana serunya kegiatan mengajar yang dilakukan oleh Dosenku yang berprofesi juga sebagai penulis. Indonesia mengajar adalah sebuah cara agar siswa terinspirasi dari profesi sehingga dapat memiliki cita-cita dari rule mode profesi tersebut. Aku terhentak. Sadar bahwa selama ini aku melupakan cita-citaku untuk menjadi guru.

Tengah malam itu juga aku memberanikan diri untuk menyapa Dosenku. Perasaan ini bukanlah perasaan iri ketika melihat teman-temanku bekerja. Perasaan itu berbunyi, “Tolong ajarkan aku menjadi sepertimu Ibu”

Aku terinspirasi dari tulisan beliau. Aku ingin menjadi seperti itu juga. Setelah lama berbincang dan bertanya mengenai komunitas menulis kemudian beliau memberi saran padaku, “Bikin blog aja win..”

Serasa dejavu. Karena saran itu pernah dikatakan oleh suamiku. Suamiku adalah seorang proggrammer yang tentu saja ahli dalam hal membuat blog. Maka tiga hari kemudian aku memutuskan membuat blog di platform WordPress. Membuat blog adalah awal dari resolusi hidupku.

***

sumber: dreamstime.com

Mencoba belajar menulis telah memperbaiki kondisi psikologisku. Aku merasa nyaman dengan kegiatan me time yang baru. Memang aku sempat merasa tidak percaya diri dengan tulisanku. Tapi siapa peduli? Yang harus kulakukan adalah terus belajar dan bersemangat dengan hoby yang baru.

Hoby baruku juga didukung oleh adanya komunitas blogger perempuan di Banjarmasin. Female Blogger Banjarmasin (FBB) adalah salah satu komunitas yang membuatku bersemangat untuk terus menulis. Setiap member dari kami memiliki jenis niche yang berbeda. Tapi yang lebih penting, kami mempunyai gaya ekspresif yang sama dalam menyalurkan hoby yaitu Menulis.

Selain FBB aku juga tergabung di komunitas blogger perempuan. Disana aku akhirnya dapat memiliki teman-teman baru sehingga dapat berpikir lebih luas. Aku yang sehari-hari hanya dirumah kini mulai merasakan sensasi petualangan dengan membaca berbagai content dari para blogger. Kesepian itu dan rasa kosong yang sempat aku cari selama ini kini mulai terisi dengan warna warni kehidupan.

Aku kemudian teringat dengan cita-cita ku dahulu. Aku hanya ingin menjadi pintar dan dapat berguna dengan ilmuku. Guru, adalah profesi yang dulu aku inginkan. Kuliah lagi adalah alternatif kedua jika tidak bisa bekerja menjadi guru. Namun, ternyata rencana Allah lebih indah.

Aku mulai mencoret-coret proyek tujuan hidupku yang dulu..

2012-2014 Kuliah S2

2015-2016 Bekerja menjadi Guru

2017 Memiliki pekerjaan tetap

2018 Belajar usaha sampingan

Dari lulus kuliah tahun 2012 hingga sekarang tak ada satupun impian yang kutulis ditahun 2012 menjadi nyata karena aku memutuskan untuk menikah. Dan menikah telah mengubah segala cita-cita hidupku. Kenyataan yang terjadi, berkata demikian.. 

2012 menikah dan hamil

2013 memiliki anak

2014-2015 belajar menjadi Ibu Rumah Tangga yang baik

2016 Belajar berjualan Kue

2017 Belajar Menulis didunia blog

Apakah langkahku salah?

Tidak, aku yakin tidak pernah ada kesalahan sedikitpun dari keputusanku. Menikah dan memiliki anak diusia muda bukanlah keputusan yang salah. Jika orang-orang disekitarku ‘menyayangkan’ keputusan menikah yang telah kuambil maka aku kini telah menikmati hasil dari keputusan itu.

Awalnya memang berat. Aku perlu kehilangan duniaku yang dulu. Mengalami baby blues hingga post partum depression. Namun semua hal itu membuatku belajar. Aku menjadi memiliki banyak pengalaman dibalik itu semua. Jika teman-temanku belajar dari lingkungan kerja maka aku telah banyak belajar mengenai dunia dirumah. Dan aku tetap mensyukuri setiap langkah yang kuambil. Pilihan menjadi Ibu Rumah Tangga bukanlah pilihan yang salah.

Tahun 2017 adalah tahun kebangkitan bagiku. Dunia blogger telah banyak membuka wawasanku. Hoby menulis yang dulu sempat tak terasah kini mulai kulakukan lagi. Dari menulis aku telah banyak belajar. Dari menulis aku telah memiliki teman dan komunitas baru. Dari menulis aku telah menjadi lebih produktif. Dari menulis aku merasa telah berprofesi lebih dari sekedar Guru. Dan hal itu membuatku bahagia. 

Maka di tahun 2018 aku memiliki banyak resolusi lagi. Aku ingin mendapatkan dunia yang seimbang. Aku ingin lebih berguna bukan hanya untuk keluargaku, namun juga lingkunganku, dan menjadikan diriku sendiri lebih berarti. Adapun resolusi yang ingin kucapai ditahun 2018 adalah:

Untuk keluargaku:

  1. Menjadi Istri yang seimbang. Bukan hanya pintar memasak untuk suami namun juga pintar berdandan dan mencari sedikit uang minimal untuk keperluan sendiri dan keperluan rumah tangga lainnya. 
  2. Menjadi Ibu yang seimbang. Aku memutuskan untuk tidak memiliki target untuk peningkatan otak kiri anakku hingga dia berumur 7 tahun. Aku hanya ingin dia dapat bersosialisasi dengan baik dan aktif didunianya. Aku memutuskan berhenti menjadi Ibu yang terlalu perfeksionis dan mulai memperdulikan kualitas kesehatan jiwaku dalam mendidik anakku. 
  3. Menjadi Anak yang berbakti. Memang aku tidak bekerja supaya bisa memberi Mamaku uang. Namun, jika beliau datang kerumah aku akan berusaha membuat makanan yang istimewa. Aku juga seharusnya menyempatkan diri untuk menelpon dan menghubunginya sebisaku. Walau aku termasuk anak yang sering kehabisan kosa kata saat menelpon. Sepertinya aku perlu membuat konsep sebelum menelpon. 
  4. Menjadi Menantu yang baik. Aku akan berusaha memuji masakan mertuaku walau pada kenyataannya lidahku memang sering kaku. Semoga suatu hari kami bisa menjadi lebih akrab. 
  5. Menjadi Kakak yang baik. Mungkin aku belum bercerita bahwa salah satu adik kembarku tinggal dirumahku. Sebagai Kakak yang memiliki sifat introvert aku sering merasa berdosa karena sering terlihat cuek. Namun, dibalik itu aku ingin mendidiknya. Semoga dia dapat mengerti. 
  6. Menjadi Majikan Kucing baik. Eh, ga penting banget ya? Penting kok, bagiku memiliki kucing juga pemberi semangat hidup. Semoga aku bisa memberi makan ikan kesukaannya minimal seminggu dalam sebulan. 

Untuk lingkunganku  

Aku pribadi yang cukup tertutup. Sejak menjadi Ibu Rumah Tangga aku tidak memiliki dunia sosial untuk bergabung selain menjadi anggota yasinan komplek. Namun sejak menjadi blogger aku merasa mendapatkan duniaku kembali. Belakangan, aku dipercaya untuk menjadi Sekretaris di FBB. Semoga suatu saat aku bisa berguna di FBB dan tulisanku dapat semakin baik sehingga dapat menginspirasi pembacanya. 

Untuk diriku sendiri 

Aku memutuskan untuk ‘benar-benar tercebur’ didunia blogging. Bukan hanya menjadikannya hoby namun juga profesi. Namun, mengingat skill blogging yang aku miliki masih sangat rendah maka aku memutuskan untuk terus belajar. Tentu menyenangkan mengingat suamiku sendiri adalah proggrammer. Namun sampai kapan aku harus terus bergantung padanya? Aku harus bisa sendiri. Minimal untuk mengurus blogku sendiri. Karena itu aku perlu membuat tujuan belajarku sendiri, diantaranya adalah:

  1. Belajar teknik SEO pada bulan Januari hingga Maret 
  2. Belajar membuat blog dari awal hingga selesai. Ya, mungkin aku akan membuat blog baru khusus untuk hoby memasak. Semoga bulan april-akhir tahun blog itu benar-benar tercipta dan memiliki domain authority yang tinggi.
  3. Belajar teknik fotografi. Ini PR sekali, sejauh ini aku merasa skill fotografi yang kumiliki terlalu biasa. Sebagai blogger, aku harus bisa mendapat kualitas foto yang bagus. Ah mungkin aku perlu kamera baru? 😂
  4. Memperbanyak membaca buku. Ya, sejak punya anak aku tidak memiliki banyak waktu untuk membaca buku. Tetapi sekarang anakku sudah cukup besar sehingga dia juga telah memiliki hoby baru untuk kesehariannya. Aku harus bisa membaca buku minimal 1 buku untuk 1 bulan. 

    Pernah saja aku tergoda untuk mencoba menulis 1 day 1 post. Namun semua draft yang aku buat hanya berakhir di black hole. Kenapa? Ya, kuakui.. Aku ini penyakitan. Aku punya penyakit rhinitis alergica yang merupakan kutukan sejak kecil. Ditambah lagi dengan konsentrasiku yang mudah terganggu. Anak menangis, suami tiba-tiba datang, suara air mendidih dan bersin yang tiada habisnya lalu inspirasi itu hilang. Akhirnya, tujuan yang harus aku capai menjadi pending and pending again. Kalian pernah begini?

    Menjelang musim hujan penyakit rhinitis ku selalu kambuh. Aku perlu satu kotak tisue sambil membuat tulisan. Perlu satu kotak tisue saat tidur. Hingga saat memasakpun, aku perlu satu kotak tisue menemaniku. Terbayang terganggunya aku dengan semua itu? Sesuatu yang seharusnya bisa aku lakukan dengan waktu singkat akhirnya memakan waktu lama dan terbuang sia-sia. 

    Akhirnya, berkat bersosialisasi dengan para blogger aku mengenal theragran-M. Theragran-M adalah Multivitamin yang bagus untuk mempercepat masa penyembuhan. Teman-temanku ternyata meminum ini untuk menjaga daya tahan tubuh. Nah, Biasanya aku meminumnya saat kondisi badanku sedang down karena rhinitis ku kambuh. Ya, kalian tau kan? Penyakitku itu tidak ada obatnya. Obatnya hanyalah menjaga daya tahan tubuh supaya tetap fit. Jika kondisiku sedang tidak baik, penyakitku kambuh lagi. Ya sakit sih boleh, tapi jangan lama-lama juga.

    Efek yang aku rasakan setelah meminum theragran-M adalah badan menjadi terasa nyaman. Tentu saja ini mengurangi frekuensi bersin ku sehingga aku dapat leluasa beraktivitas. Ya, menjadi pusat perhatian di dalam keluarga itu berat. Sakit sedikit saja menyebabkan rumah, anak dan suami terbengkalai. Sesekali sakit sih memang perlu supaya kita bisa bermanja-manja merasakan perhatian suami. Hehe.. Tapi tetap ya, jangan lama-lama. Nanti merasa berdosa.

    Resolusi terakhirku adalah dapat menjadi pribadi yang seimbang. Dapat membagi diri dengan benar antara keluarga-lingkungan dan diriku sendiri. Ya, aku mengaku tidak dapat membagi diri dengan benar karena kondisi badanku yang sering down. Namun bersama Theragran-M, aku optimis dan aku akan terus berusaha. 

    ***

    Desember. 

    Desember bagiku sekarang adalah bulan pengingat diri. Akhir bulan yang seakan bertanya padaku, “Hei, apa saja yang kau lakukan tahun ini, tutup buku macam apa yang kau buat?”

    Dan sekarang, aku berani menjawab, “Aku sudah banyak berubah tahun ini, dan tahun depan harus lebih baik lagi. Aku berjanji akan menjalankan resolusi baru untuk hidupku_chapter baru dalam hidupku yang mulai berapi-api”  

    Januari. 

    Adalah sebuah tujuan baru, langkah baru, dan semangat baru. Tak sabar untuk menunggumu Januari. 

    Happy New Year! 

    *Artikel ini diikutsertakan sertakan dalam lomba menulis blog yang diadakan oleh Blogger Perempuan Network dan Theragran-M 
     

    IBX598B146B8E64A