9 Topik Obrolan Sensitif yang berpotensi menyebabkan Mommy War
Berekspresi memang merupakan salah satu kebutuhan batin seorang perempuan. Tanpa berekspresi, hidup perempuan tentu akan terasa hampa. Wujud dari ekspresi itu sangat bervariatif. Sebagian berekspresi melalui foto, sebagian dengan bernyanyi, sebagian melalui tulisan, sebagian lagi lebih menyukai berbicara.
Untuk menuangkan ekspresinya biasanya seorang perempuan lebih menyukai keberadaan pendapatnya di sebuah komunitas. Adapun sebagian lain juga lebih menyukai tuangan ekspresi melalui media sosial saja. Ruang obrolan merupakan kebutuhan yang hampir tak mungkin dihindari oleh seorang perempuan.
Topik Obrolan dari Perempuan Single, married, maupun seorang ‘Mommy‘ tentu berbeda. Sebagai seorang perempuan yang sudah menyandang gelar ‘Mommy’ beranak satu tentu aku lebih menyukai ruang obrolan dengan komunitas sesama mommy pula. Ya, segalanya berubah sejak menjadi seorang ibu. Status fb, galeri instaram, hingga curcolan kecil di ruang obrolan WA dan bbm sekarang dipenuhi dengan komunitas sesama ’emak-emak’.
Obrolan yang sehat adalah saat para anggota menghindari terjadinya konflik antar individu. Untuk menciptakan keakraban dan persahabatan antar komunitas maka sebaiknya kita menghindari topik ‘sensitif’ dalam obrolan.
Tidak sedikit lho, para emak-emak zaman now bertengkar diruang obrolan yang kemudian berlanjut dengan saling sindir menyindir di sosial media masing-masing. Efek selanjutnya yang terjadi adalah komunitas para emak menjadi tidak asik dan tidak nyaman lagi bagi anggotanya.
Nah, buat kamu yang berstatus emak-emak. Sebaiknya berhati-hati dengan 9 topik sensitif yang dapat memicu Mommy War seperti dibawah ini:
1. Topik ASI atau Sufor
“Anaknya kok dikasih sufor? kalo anakku sih kemaren ASI ekslusif loh sampai 6 tahun. Lanjut lagi deh minum ASI sampai 2 tahun”
“Anu Bund.. Ini anak adopsi, saya belum dapet Ibu Susuan buat ngasih dia ASI” 😅😅
“Ooooh…”
Eh, mending sih ya kalo ceritanya kayak diatas. Obrolan usai. Nah, gimana coba kalau ceritanya beda-beda?
Ada Ibu yang melahirkan secara caesar dan galau dengan ASI yang tak kunjung keluar, sementara Ibu tersebut terancam dengan gangguan psikologis babyblues. Trus kita nengok dia ceramah-ceramah ASI. Apa jadinya bun? Makin stress dia.
Ada Ibu yang memang sudah berusaha jungkir balik banting tulang rusuk sampai beli berbagai obat pelancar ASI tapi ASI tak kunjung keluar. Ada? Ada bunda..
Ada Ibu Pekerja yang dilanda dilema dengan pekerja rumah tangga ataupun ibu dan mertua yang tidak mau bekerja sama dengan program ASI ekslusif. Terus dia curhat. Eh, malah di ceramahin “berhenti kerja aja bun, perempuan itu harusnya bla bla bla” tanpa tahu cerita dibalik layar ibu tersebut.
Terus, salah ga komunitas pejuang ASI selama ini?
Enggak, ga salah. Komunitas itu bagus banget. Tapi perlu diingat bahwa sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Termasuk pemaksaan keadaan ideal terhadap kondisi seseorang. Akan lebih baik jika suatu komunitas membimbing para membernya dengan perkataan yang halus tanpa bully.
2. Topik Pekerjaan
“Ibu kerja dimana?”
“Anu, saya cuma Ibu Rumah Tangga”
Selanjutnya si Ibu melipir menjauh. Takut tersinggung kalau-kalau si ibu ditanya lagi tentang jenjang pendidikannya. Padahal yang nanya? Petugas kesehatan.. 😂
Ada ya begini. Baper aja kalo ditanya soal pekerjaan..😂
Sementara serangan bagi Ibu Pekerja lebih gencar disosial media. Maklum, emak rumahan sepertinya komunitasnya lebih besar kalau menyangkut komunitas sosmed.
Drama biasanya dimulai dengan cerita-cerita tragis tentang anak yang dititipkan pada pengasuhnya. Siapa yang paling banyak share? Emak rumahan tentunya. Sharing pertanda rasa syukur bahwa dia tidak bekerja dan dapat menjaga anaknya sendiri. Biasanya sebelum sharing, postingan dibumbui dengan kata-kata bijak perihal betapa mulianya emak rumahan yang mengabdikan hidupnya pada rumah tangga saja tanpa bekerja.
Bagus ga sih begini?
Ini sensitif loh bun.. 😅
Jika kita berada diposisi ibu pekerja tentu kita akan merasa galau sekali melihat postingan tersebut. Perasaan bersalah akan muncul bertubi-tubi. Padahal, setiap ibu itu punya pilihan masing-masing. Mau sebagai Full Time Mom maupun Working Mom. Mereka sama, tetaplah seorang ibu yang mencintai anaknya dan butuh dihargai bukan direndahkan pilihannya.
Maka, bersahabatlah kalian hei working mom dan full time mother. Kalian sama-sama luar biasa.
3. Topik Perkembangan Anak
“Anak saya umur 9 bulan kemaren udah bisa jalan loh bunda”
“Wah itu sih biasa, anak saya 9 bulan udah hapal pancasila”
“Anak saya bun, umur 9 bulan sudah bisa maen game edukasi marbel belajar huruf loh”
Dst.. Dst..
Anak saya apa kabar? Yang jalan belum bisa, pancasila ga hapal bahkan ga kenal huruf satu pun. Bisanya cuma berantakin rumah. Kok anak mereka pinter betul ya? Apa anak saya nurun saya semua ya jadi kayak gini? Apa mesti dibawa ke dokter anak?
😂
Familiar ya sama yang beginian. Kalau udah begini langsung deh si emak browsing tentang tumbuh kembang anak sesuai umurnya. Belum puas juga? Cari emak yang senasib atau bahkan dibawah standar perkembangan anak kita supaya hati lega.
Topik perkembangan anak ini juga termasuk topik sensitif loh. Banyak para bunda yang galau dengan pertumbuhan anaknya yang mungkin terlambat. Padahal, tiap anak itu spesial. Keterlambatan merupakan hal wajar dan merupakan keunikan tersendiri. Tidak perlu baper dan sensitif berlebihan dengan topik obrolan seperti ini.
4. Topik Homemade dan Instan
“Aku ga mau anakku jajan diluar, pokoknya semua makanannya aku yang bikinin. Soalnya jajan diluar itu bla bla bla”
“Aku juga, soalnya mereka suka over kalau nambahin vetsin. Itu kan ga baik. Mending pakai bla bla”
“Aku beli mie instan aja ga pernah. Beli ini itu di super market ga pernah.. Ssst.. Katanya itu bikin kanker loh”
Trus apa kabar emak yang dipojokan ngederin ini?
Yang ga punya waktu buat masak ini itu karena banyak kegiatan, yang malam-malam suka makan mie instan trus dipalakin anaknya, yang ga bisa denger bakso lewat bawaannya laper ajah. 😂
Apakah dia termasuk emak pemalas?
Apa jadinya kalau emak yang terlihat pemalas itu ternyata punya banyak kegiatan mulia? Yang karena padatnya jadwal kegiatannya maka ia terpaksa membeli bahan makanan instan. Yang karena rasa capeknya ia memanfaatkan jasa antar makanan saja.
Dilihat dari sisi kesehatan hal ini memang tidak baik. Tapi, jika saja kita dapat melihat ke sisi yang lebih luas..
Emak yang instan mungkin saja telah memutar roda perekonomian lebih baik. Karena ‘ketidakberdayaannya’ ia membeli makanan dari jualan makanan para emak yang membutuhkan uang, ia membeli makanan pada jasa antar yang membutuhkan uang. Apakah kadar usahanya sama dengan emak homemade? Sama saja..
Jadi, please jangan berlebihan saling merendahkan satu sama lain ya homemade mom and instan mom.. Kalian sama luar biasanya.. 😊
5. Topik Finansial
Ada tidak sih emak kepo yang suka nanya berapa pengeluaran sebulan? 😅
Ini kepo udah kebangetan ya menurutku.. Kalau mama atau mertua yang bertanya sih mungkin wajar. Tapi kalau yang nanya sesama emak-emak? Kenapa?
Alasan kuatnya adalah dia ingin tahu seberapa hemat sebenarnya dirinya dibanding orang lain. Sebenarnya jika pertanyaan tak berbuntut panjang, tentu ini adalah hal biasa. Tapi, yang namanya emak-emak pasti pertanyaannya beranak pinak. 😂
Pertanyaan ini sangat memicu mommy war jika sang penanya dan penjawab adalah working mom dan full time mom, pertanyaan ini juga sangat memicu mommy war jika tingkat ekonomi ibu berbeda. Sebisa mungkin batasi pertanyaan berbau finansial, kecuali para ibu memang berada pada seminar ekonomi maupun kegiatan lain yang berhubungan.
6. Topik Cara Melahirkan
“Kamu kemarin melahirkan normal atau caesar sih?
“Caesar Bun, anu…”
“Wah enak ya ga sakit, aku kemarin loh bla bla bla”
😅
Sering denger begini?
Padahal setiap ibu yang sudah melahirkan itu sama saja. Sama-sama ga utuh lagi. Yang satu perutnya punya bekas jahitan, yang satunya punya juga di letak yang berbeda. Sakitnya? Ya sama aja lah. Yang satu ketika proses melahirkan tidak merasa sakit tapi tahap selanjutnya sakitnya jangka panjang. Yang satu ketika proses melahirkan sangat sakit tapi tahap selanjutnya penyembuhan rasa sakit tergolong mudah. Ya sama aja lah.. 😂
Tapi topik ini termasuk topik sensitif juga loh kalau dibahas berkepanjangan. Bisa kelahi juga? Bisaa.. Makanya hati-hati.. 😅
7. Topik Kecantikan
Tau kenapa produk kecantikan itu tidak ada matinya?
Karena sejak single sampai menikah topik kecantikan memang topik hangat dikalangan wanita. 😂
Nah, jika saat remaja para cewek bersaing untuk mendapatkan kulit mulus dan wajah cantik. Maka saat menjadi emak-emak, percayalah persaingan selanjutnya adalah lomba kelangsingan tubuh pasca melahirkan. 😅
Emak-emak yang sudah dari sononya sulit untuk langsing pastinya ngiri tingkat langit dong kalau emak awet kurus bilang, “Aku udah punya anak 3 tapi berat badanku ya segini-gini aja”
Terus si emak gendut bilang, “kamu makan emang dikit kali”
Keselnya nih emak kurus malah bilang, “Aku banyak makan tapi ga gendut-gendut, kenapa ya?” *ditambah muka sok polos.. 😂
Jangan ya.. Jangan sekali-sekali singgung tentang fisik seorang emak-emak yang berubah drastis. Itu menyakitkan. Percayalah.. 😂
8. Topik Pilihan Pendidikan Anak
Belakangan ini mulai tercipta kalangan emak generasi baru. Namanya emak homeschooler. Itu tuh, emak yang milih anaknya buat homeschooling aja dan say no untuk sekolah diluar. Katanya sekolah diluar itu ga terlalu penting dan efeknya bla bla bla (bisa cari sendiri ya)
Aku sih tidak mengalami konflik ini didunia nyata karena disini metode homeschooling masih sedikit digunakan. Tapi, aku cukup baper melihat metode homeschooling yang dilancarkan para emak-emak penggiat homeschooling didunia maya. Kesannya, salah banget nyekolahin anak disini. 😂
Ya apa boleh buat. Homeschooling itu berat bagi emak-emak yang punya banyak pertimbangan khususnya pertimbangan ekonomi. Tapi tiap emak punya pilihan. Bagi emak sepertiku sekolah tetap hal yang penting, ijazah? Penting, terlepas itu kertas nanti berguna atau tidak. Masa-masa sekolah bagi emak sepertiku adalah masa yang penting.
9. Topik Vaksin
The Last.. Is… Yes.. Vaksin.. 😂
Mommy vaksin vs mommy antivaksin. Peperangan yang tiada ujungnya hingga sekarang. Masing-masing kuat dengan argumennya sendiri. Para antivaksin bersikeras bahwa vaksin itu haram dan mommy vaksin bersikeras bahwa vaksin itu wajib. Dan jika mereka bertemu diruang obrolan vaksin disosial media… Jreng jreng..
Walau termasuk sebagai mommy vaksin tapi aku sangat menjauhi jenis obrolan yang satu ini. Karena apa? Karena penjelasan apapun akan berputar putar tak berguna. 😅
Ah.. Sudahlah.. Emak lelah.. 😂
Ada yang lelah juga baca artikel ini? 😅
Ada yang punya pendapat “Ah, ini sih kalau dari sononya emaknya udah sensitif ya semuanya bikin tersinggung apapun jenis obrolannya”
Ya, memang tiap orang punya sisi sensitifnya masing-masing. Karena itu, sebagai makhluk sosial kita harus saling menghargai, menghormati dan tidak merendahkan pilihan yang lain. Artikel ini dibuat agar setiap ibu lebih berhati-hati saat berada dalam pembicaraan 9 topik sensitif diatas. 😊