Kenangan Semarang dan Yogyakarta: Study Tour Bareng Mahasiswa D3 Kompak Poliban
Yogyakarta memang kota istimewa. Ya, itulah yang pertama kali aku ucapkan saat menginjakkan kaki di sana. Sebagai Ibu yang bisa dibilang sangat jarang travelling, maka memandang kota Yogyakarta bagaikan memandang surga dunia dengan segala obyek wisata yang menggugah minatku. Minatku? Ya, aku punya minat terselubung dibalik profesi Ibu Rumah Tangga, yaitu ingin berkeliling dunia.
Agaknya mustahil ya. Dari segi persiapan psikologis dan jasmani sebenarnya aku termasuk pribadi yang agak lemah dengan travelling. Bagaimana tidak? Aku jarang sekali naik pesawat dan aku tidak pernah naik pesawat sendirian. Selain karena punya sisi agoraphobia, hal ini juga karena aku tidak pernah merasa tertantang untuk mencoba naik pesawat sendirian.
Setelah 4 tahun lamanya menjadi Ibu Rumah Tangga Sejati yang jarang piknik, maka ajakan suami untuk traveling aku terima dengan senang hati dan sedikit lebay. Ya, jika diingat-ingat lucu sekali ketika aku terlalu bersemangat hingga packing barang jauh-jauh hari. Panik dan bingung dengan adegan menitipkan anak, juga perasaan deg degan bukan main saat melihat pesawat seraya berkata dalam hati, “Bagaimana jadinya kalau Pesawat ini begini dan begitu..”
Tapi kurasa aku cukup menutupi rasa gugupku dengan baik. Aku dikelilingi oleh para mahasiswa D3 Komputer Akuntansi Poliban yang dengan asing menatapku malu-malu. Ah, apa kata dunia kalau aku terlihat mabuk di pesawat nanti? Wajah jutekku nan manis ini akan hilang imagenya. Hahaha.. *cuss minum antimo.
***
Ya, ini memang bukan perjalanan piknik biasa. Aku diajak untuk ikut menemani suamiku karena program study tour yang dilaksanakan mahasiswa Kompak (Komputer Akuntansi) di Politeknik Negeri Semarang. Kenapa aku diajak? Apakah tiket gratis berlaku untukku?
Aku diajak karena suamiku kasihan. Haha..
Serius, sejak kami menikah kami tidak pernah berbulan madu seperti pasangan pada umumnya. Selang beberapa bulan setelah menikah, aku ditinggalkan suamiku kuliah di UGM Yogyakarta selama 2 tahun. Kenapa tidak menyusul? Karena eh karena kami punya hal yang diproritaskan untuk masa depan rumah tangga. Sehingga kami harus berkorban untuk hal ini. Ini adalah babak pahit dalam awal rumah tangga kami.
Karena aku sudah terlalu lama kurang piknik dan mulai mengeluarkan tanda-tanda ketidakwarasan itulah akhirnya suami rela mengeluarkan budget khusus untuk mengajakku mengikuti study tour bareng mahasiswanya. Aku senang sekali tentunya. Saat melihat rombongan mahasiswa di bandara. Aku merasa seakan kembali ke zaman mahasiswa dulu.
***
Rute 1: Politeknik Negeri Semarang
Bagaimana rasanya saat emak-emak masuk ke ruang kelas mahasiswa politeknik semarang? Mengambil tempat duduk paling depan pula. Lantas sang Dosen pun bertanya, “Mba Mahasiswa? Dosen?”
Hahaha..
Awkward Moment banget. Lantas suamiku sebagai perwakilan dosen pun menjelaskan bahwa aku adalah Istrinya. Dalam hatiku berkata, “Seharusnya tadi membawa almameter saja supaya tidak awkward”
Politeknik Negeri Semarang itu keren. Studytour kesana memang tidak sia-sia. Mahasiswa Komputer Akuntansi Poliban sangat antusias disana. Apalagi mengingat bahwa ada program studi lanjutan untuk kuliah mereka disana. Wah, entahlah sudah dimana para mahasiswa itu sekarang. Aku masih ingat berbagai sinaran mata semangat mereka. Ya, kehidupan masa muda itu memang menyenangkan ya.
Rute 2: Simpang Lima Semarang
Setelah sampai di hotel pada malam harinya kami lalu memutuskan untuk jalan-jalan ke Simpang Lima Semarang. Akupun langsung antusias minta foto di deretan lampu besar yang membentuk tulisan simpang lima semarang. Yah, maklum.. Emak rumahan baru keluar kandang, agak udik dan norak.
Kenapa hanya ada fotoku saja? Mana Suaminya?
Sebenarnya ada loh fotoku dengan suami di sini, tapi karena pakai kamera mahasiswa jadi lupa minta atau sebenarnya agak gengsi minta. Hahaha.. Maklum, suamiku sangat sulit diajak kalau urusan berfoto.
Oh Iya, disini ada berbagai becak hias dengan lampu juga. Dalam sekali putaran kawasan simpang lima dikenakan biaya 35k. Nah, kalau sepeda tandem hias bisa disewa dengan harga 25k untuk 30 menit.
Apakah kami menaiki becak atau sepedanya?
Tentu Saja Tidak, terlalu kekanakan kata suamiku. Haha
Rute 3: Rawa Pening
Rawa Pening apaan sih ya? Eh, ternyata itu adalah danau seluas 2670 hektar yang ada di Jawa Tengah. Dan ketika kami sampai disini…Wah…
Berasa jalan-jalan ke sungai Banjarmasin pemirsa..
Bagaimana Tidak? Keadaan Danaunya mirip sekali dengan kawasan sungai dibanjarmasin yang dipenuhi dengan tanaman eceng gondok. Pokoknya ketika kesini saya berasa balik ke banjarmasin lagi. Haha..
Cuma.. Bedanya kalau di banjarmasin kiri dan kanan ada rumah penduduk. Disini adem, angin sepoi-sepoi dan enak sih ya, namanya juga jalan-jalan. Hihi..
Rute 4: Candi Borobudur
Tidak mau membuang-buang waktu di Rawa Pening terlalu lama maka kami akhirnya memutuskan ke Candi Borobudur yang berada di Magelang. Sebagai emak yang cukup udik dan baru pertama kali menjejakkan kaki di Borobudur maka mohon maklumi tingkah narsisnya yang kelewatan. Hahaha
Suamiku berkata, “Kalau ke Peninggalan bersejarah itu jangan cuma foto-foto saja, ngapain foto-foto kalau tidak bisa menikmati indahnya sejarah. Coba lihat relief-relief ini mengandung cerita yang sangat bersejarah”
Dengan santai aku menjawab, “Jalan-jalan begini 5 tahun sekali juga mungkin enggak lagi. Kapan lagi menciptakan kenangan yang menyenangkan untuk di bawa pulang?”
Dan sang Suami pun pasrah dengan kelakuan sang Istri.. Hahaha..
Setelah puas berfoto ria, barulah aku dan suami asik menterjemahkan relief candi dengan bahasa kami sendiri. Saking bersemangatnya, kami turun lagi kebawah tingkatan candi untuk menemukan relatednya lalu menyimpulkan berbagai posisi budha dan keragaman relief yang sama. Yah, seperti Arkeolog saja, sok tau dan pura-pura pintar dalam menterjemahkan relief. Haha..
Hmm.. Kami akhirnya mengerti bahwa makna relief ini dalam sekali, ingin ditulis kesimpulan dari pengamatan relief versi kami? Janganlah ya, bisa-bisa tulisannya jadi banyak banget. Yah, bagi kami borobudur memang sangat pantas untuk dijadikan salah satu dari 7 keajaiban dunia.
Rute 5: Goa Pindul
Esok harinya kami memutuskan berjalan-jalan ke Goa Pindul. Belum tau Goa Pindul?
Nah, konon diantara beberapa wisata cave tubing, Goa Pindul ini adalah Primadonanya. Yang membuat aku sangat ingin kesana adalah karena konon salah satu stalaktit yang terletak ditengah goa adalah stalaktit terbesar no-4 di dunia. Wow banget kan?
Sayang sekali aku sangat sedikit memiliki dokumentasi di wisata ini. Pemandangan dalam Gua tidak sempat aku abadikan karena kamera HP ku tak bisa dipakai disana. Sedih banget lah pokoknya, padahal pemandangannya keren sekali. Berasa kayak di film adventure gitu. Banyak kelelawar sih dalamnya (namanya juga gua deng) tapi entah kenapa malah menambah kesan natural banget dengan adanya hewan serem itu. Hihiy
Jangan takut soal perjalanan masuk gua. Disini ada pemandunya kok dan kita sudah dijamin keamanannya dengan berbagai perlengkapan seperti pelampung dll. Jadi, buat kita-kita yang enggak bisa berenang tetep aman kok.
Hah? Kita? Kamu aja kali win…Haha
Rute 6: Pantai Baron
Konon kata Suami pantai di Yogya itu Indah banget beda dengan Pantai di Pelaihari. Nah, ini dia yang bikin penasaran, Seindah apa sih?
Kami memutuskan untuk ke Pantai Baron yang terletak di Desa Kemadang Kecamatan Tanjung Sari. Pantainya emang indah sih, airnya biru dan.. Wah.. Ini pertama kalinya aku lihat menara suar. Haduh, Udik banget ya.. Haha..
Tanpa memperdulikan pemandangan pantai apalagi berpikir untuk mandi, aku langsung saja memanjat bukit di dekat pantai sana bersama suami dan rombongan mahasiswa. Keren lah rasanya melihat menara suar itu, berasa syuting film Shutter Island. Hahaha..
Tinggi banget lah.. Tapi yang paling penting itu.. Foto-foto… Eaaa..
Sayang sekali tangga terakhir di menara suarnya agak horror. Akhirnya emak yang takut ketinggian ini menyerah tepat ditangga terakhir. Sayang banget ya, tapi bagaimana lagi? Aku merasa kekuatan angin seakan menggoyangkan menara suarnya. Daripada pingsan disana dan digendong suami mending tahan aja adegan romantis itu. Eaa..
Rute 7: Keraton Yogyakarta
Awal memasuki keraton ini aku langsung merasakan betapa kental adat jawa di dalamnya. Tanpa memperdulikan isi-isi didalamnya aku dan suami teralihkan pikirannya saat melihat mereka. Taukah kalian siapa yang kami maksud?
Ya, sang abdi dalam.
Bagi kami letak keistimewaan Yogyakarta sangat terasa ketika memasuki dan mengenal budaya keraton. Zaman begini budaya dahulu masih sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat disana. Bagaimana bisa ya sangat banyak abdi dalam yang lalu lalang didalamnya. Salah satu dari abdi dalam yang memandu kami pun mengaku sudah puluhan tahun disini.
“Apakah ini perbudakan” Pikirku lugu dan polos. Haha
Abdi dalam adalah mereka yang rela dan sepenuh hati mengabdikan diri untuk keraton dan juga raja dengan segala peraturan yang berlaku. Uniknya, bukanlah pihak keraton yang menyuruh mereka untuk menjadi abdi dalam namun mereka lah yang mengajukan diri.
Ternganga? Ya, saya juga..Haha.. Anehnya itu adalah hal terhormat bagi mereka.
Abdi dalam terbagi menjadi 2 bagian yaitu abdi dalam keprajan dan punakawan. Keprajan biasanya bertuga di dinas dan instansi pemerintahan sedangkan punakawan bertugas di keraton saja.
Setelah bertanya cukup banyak tentang abdi dalam dengan guide kami kemudian suami saya iseng bertanya dengan tukang becak disana, “Sampeyan mau jadi abdi dalam mas?”
“Mau banget mas, seumur hidup juga aku mau.. Ini jabatan terhormat mas”
Wah, kalian tau berapa gajih dari abdi dalam? Sepengetahuan singkat kami gajih mereka hanya 15 ribu sebulan. Berdasarkan wawancara kami mereka yang sudah berstatus S2 dan S3 saja mengajukan diri sebagai abdi dalam. Dan kalian tau apa jawaban mereka?
“Ini bukan soal gajih, tapi tentang hati”
Ya, mereka percaya ada berkah luar biasa dalam pengabdian mereka.
Rute 8: Taman Pintar
Suatu hari nanti aku ingin sekali membawa Farisha jalan-jalan kesini. Ya, Taman Pintar benar-benar tempat belajar anak yang sangat edukatif. Sayangnya saat berjalan-jalan di taman ini baterai hpku mati dan dokumentasi itu nol besar. Yah, sayang banget. Padahal sekali seumur hidup aja mungkin kesini..huhu..
Setelah sampai ke hotel lagi barulah emak nangis bombay dan menyesal kenapa pakai acara gengsi minta foto dengan mahasiswa. Ya, beginilah emak-emak jaim. Huhu
Rute 9: Malioboro
Malam itu adalah malam terakhir di Yogyakarta. Suamiku dengan keras hati menyuruhku untuk istirahat di Hotel saja malam itu. Tapi Bagaimana bisa? Aku belum ke Malioboro loh.
Akhirnya berkat rayuanku bersama dengan para mahasiswa yang gatel banget pengen jalan pak dosen luluh juga untuk mengajak kami ke Malioboro. Haha..
Sebenarnya ada loh dokumantasi foto di malioboro ini. Tapi entah kenapa setelah aku cari ternyata tidak ada lagi. Yah, mungkin karena hasil fotonya jelek semua karena cahaya malam. Tapi serius, jalan-jalan di Malioboro memang berkesan.
Rute 10: Candi Prambanan
Pagi harinya kami menyempatkan diri untuk jalan-jalan ke Candi Prambanan. Candi Prambanan dikenal sebagai candi yang unik dengan bentuk dan jumlahnya. Karena baru pertama kali kesini aku sih ga menghitung apa benar jumlahnya ada seribu. Hihi..
Tapi kalau dilihat bangunan candi ini sudah beberapa kali dilakukan pemugaran seperti halnya borobudur. Konon puing-puing candi tempat saya berfoto ini merupakan salah satu puing candi yang tidak bisa direnovasi lagi. Jadi, candi ini tidak utuh seperti awalnya lagi.
Aku senang sih disini, pemandangannya keceh dan sangat instagramable. Untungnya suamiku sedang dalam mood bagus untuk berfoto-foto disini. Huft, jarang-jarang kan dia begini? Haha
Nah, itu dia destinasi wisata kota semarang dan surabaya yang kami jelajahi dalam rangka study tour. Hah? Study Tour? Apa mungkin lebih tepatnya ini piknik murni? 😂
Apapun itu, setiap perjalanan adalah langkah yang berharga. Sekian lama tidak pernah piknik jauh begini aku akhirnya membuat tulisan ini untuk mengenang memory manis perjalanan kami. Semoga suatu saat bisa kembali kesana. 😍