Browsed by
Month: July 2017

Resep Gangan Asam Klasik Khas Banjar

Resep Gangan Asam Klasik Khas Banjar

Dengan bangga hati aku mengabarkan bahwa hari ini moodku sedang stabil. 😂

Pasca beberapa hari pak su disuguhi dengan hidangan seadanya aku kemudian berpikir. “Apa gunanya kamu hidup win?” 

Ya buat apa? Buat Keluarga dong.. Gini-gini aku ini ikut andil dalam perdamaian dan perubahan dunia. Sebuah misi besar sedang menantiku. Yaitu membangun sebuah peradaban.. 😅

Lagaknya kek wonderwoman aja deh.. 😂

Ya eya. Habisnya aku Bete kalo status perempuan makin sini makin di sepelekan. Yang parahnya makin diperburuk dengan penyalahartian kata ini “konon dimasa depan akan lebih banyak anak perempuan lahir dibanding lelaki, itu tanda-tanda kiamat” 

Serasa jadi perempuan dan punya anak perempuan itu agak kecelakaan yak. Lucu banget.. 😅

Padahal Nabi Muhammad aja anaknya perempuan berturut-turut. Kok ya ga mikir positif aja tuh yang diberi anak perempuan mulu. 

Berarti kan sebagai Ibu kita dipercaya untuk menyebarkan nilai kebaikan lebih luas. Karena membesarkan anak perempuan itu artinya membangun peradaban berakhlak mulia. Makanya, jadi perempuan tuh musti sehat fisik n batin. Trus ilmu diupdate mulu supaya anaknya pinter. Bukan cuma mikir duit.. duitt.. Mau jadi apa si anak euy?

Ah.. Sudahlah.. 

Mau nulis resep kok openingnya ga ada nyambung-nyambungnya. Maklum, sudah ciri khas saya.. Maksudnya amatiran.. 😂

Buat kamu yang kebetulan merantau kedaerah Banjarmasin dan mau beli sayur biasakan menyebut sayur berkuah dengan sebutan ‘Gangan’. Jangan ditanya kenapa soalnya sudah dari sononya begitu. Tujuannya apa? Ya supaya keliatan familiar aja dimata penjual. Hihi.. Mereka sering bilang berbagai sayur itu dengan sebutan Gangan Bening, Gangan Keladi, Gangan Asam, Gangan Umbut, Gangan Gadang dan sebagainya. 

Seperti yang aku bikin ini. Kalau versi jawanya sih tinggal namain aja ‘Sayur Asem’. Berhubung ini dibanjar namanya jadi Gangan Asam. Beda ga komposisinya? Beda euy..  ga sama.. 😂

Kalau dibanjar itu biasanya sayur ini khasnya dengan menambahkan kaldu Ikan Sungai. Kaldu kotak? Bukan! Kaldu Ikan Sungai langsung. Mirip-mirip sama Gangan Keladi. Ini sudah jadi ciri khas Gangan khas banjar. 

Kenapa harus ikan sungai? Karena ikan sungai itu kaldunya manis apalagi kalo baru dibantai.. 😂
Jenis ikan sungai yang layak dimasukkan sebagai pemanis gangan ini adalah ikan haruan, ikan pepuyu, ikan kapar, hingga patin. Kebanyakan orang banjar suka menambahkan ikan patin. Tapi buat keluarga aku pribadi ga terlalu suka ikan patin ditambahin ke jenis gangan ini. Karena ikan patin yang dijual itu jenis tambak. Kurang sreg rasa manisnya. 

Kali ini ikan yang aku pakai buat kaldu adalah jenis ikan kapar. Ikan ini mirip-mirip sama pepuyu. Hanya saja bentuknya lebih melebar bulat dan tidak terlalu berduri. Jenis ikan ini adalah ikan asli sungai sehingga rasa manisnya pas untuk dibuat Gangan Asam. 

Ingin tau resepnya.. Yuk intip..! 

Gangan Asam Klasik Khas Banjarmasin 

(untuk 3 porsi) 

Bahan 

1 ekor Ikan kapar (atau jenis ikan sungai lain) 

3 buah Kacang panjang

1/2 biji Timun

3 lembar kol

1 lombok merah

1/2 biji tomat

1 batang serai *memarkan

Garam dan gula secukupnya

Air secukupnya

Bumbu Halus: 

4 siung bawang merah

1 siung bawang putih

1,5 butir kemiri

1 cm kunyit

1 sdt asam jawa

1/2 sdt terasi

Cara Membuat:

Haluskan bumbu yang dihaluskan dan memarkan serai, kemudian bubuhkan bumbu pada ikan. 

Tumis bumbu dan ikan dengan sedikit minyak. Tambahkan kacang panjang, biarkan sebentar kemudian tambahkan air, garam dan gula. 

Masukkan timun hingga air mendidih. Aduk dan cicipi rasa. Terakhir, masukkan kol, tomat, dan lombok merah. 

Matikan api. Sayur Asam Klasik khas Banjar siap disajikan..😊

Happy Cooking.. 

Resep Pais Patin Manis Khas Banjarmasin 

Resep Pais Patin Manis Khas Banjarmasin 

Apaan tuh Pais? 😅

Pais itu Bahasa Banjar Pemirsa.. Kalau versi indonesianya ini lebih dikenal dengan sebutan ‘Pepes’ 

Terus? Ikan Patin itu ikan apa? 

Nah, ikan patin ini ikan khas Banjarmasin juga. Rasanya enak loh, bagian lemak kulitnya itu rasanya khas sekali. Makanya ga heran deh kenapa orang banjar suka mengkonsumsi ikan ini. Karena ikan ini pasti always ready di pasar.

Ikan patin adalah jenis ikan yang bisa di budidayakan ditambak. Karena itu dia selalu eksis berada dipasar. Berbeda dengan jenis ikan gabus yang musiman dipasar. Ya, memang sih jenis gabus dan Pepuyu yang terkenal dengan jenis ikan sungai itu sekarang mulai ditambak juga. Tapi menurutku, beda sekali rasanya antara daging ikan sungai asli dan hasil tambak. 

Nah, bagaimana dengan jenis patin ini? Hmm.. Aku pernah sih makan patin sungai itu dan menurut aku rasanya kurang lebih aja sama jenis tambaknya. Anakku Farisha suka banget sama ikan ini. Tapi bukan digoreng, melainkan dipanggang atau dibikin masakan pais manis. Wah, dia bisa nambah berkali-kali kalo makan ikan ini.

Dibanjarmasin sendiri masakan berjenis pepes ini terbagi menjadi dua gender. Yang pertama versi ‘pais sambal’ yaitu pepes berbumbu yang ikannya dilumuri dengan bumbu bawang merah, bawang putih, kemiri dll yang dihaluskan kemudian di pepes. Versi keduanya adalah ‘pais manis’ yang bumbunya jauh lebih simple dan sederhana. 

Bagaimana dengan rasanya? Lebih enak pais sambal atau pais manis? 

So Far, keluarga saya terutama Farisha lebih suka versi pais manis. Karena daging ikan patin sendiri sudah bertekstur lembut dan berlemak sehingga bumbu ulek dengan tambahan kemiri membuat rasanya agak eneg. 

Gimana sih resep Pais Manis Ikan Patin? Yuk, kita intip resepnya.. 😊

Pais Manis Ikan Patin 

Bahan: 

250 gr Ikan Patin

1 sdt Air Jeruk Nipis

6 siung Bawang Merah

1 siung Bawang Putih

1 buah Lombok Hijau Besar

1 buah Lombok Merah Besar

1 buah Tomat/Belimbing Tunjuk/Mangga Muda

1 sdt asam jawa

1/2 sdt terasi

1 sdm minyak goreng

Garam dan Penyedap secukupnya

Daun Pisang secukupnya

Cara membuat:

Bersihkan ikan. Lumuri dengan air jeruk nipis. Diamkan 15 menit. 

Lumuri ikan dengan Garam, asam jawa dan terasi. Diamkan 15 menit.

Selama mendiamkan anda dapat memanaskan daun pisang pada api diatas kompor agar daun pisang tidak pecah saat membungkus ikan patin. 

Iris Bawang merah, Bawang Putih, Lombok dan Tomat. Bubuhi Pada Ikan Patin. Tuang Minyak Goreng. Aduk sebentar. Taruh Ikan pada daun pisang. 

Bungkus ikan dengan daun pisang. Kemudian kukus selama 20 menit. Setelah dikukus untuk mengeringkan pepes anda bisa memanggangnya pada teplon atau jika ingin kesan klasik anda dapat memanggang pada bara api secara langsung. 

Ikan siap dibuka dan disajikan.. 😊

Happy Cooking.. 😊

Resep Telang Betanak Khas Banjarmasin 

Resep Telang Betanak Khas Banjarmasin 

Halo apa kabar dunia dapur emak rempong?? Aku yakin ya emak-emak mulai pada rajin masak deh pasca berleyeh-leyeh mudik ditempat keluarga pas lebaran. Pasti deh mulai ngisi stok kulkas kepasar buat ‘perang’ didapur. Emak kan pada rajin yak.. Nah, Gimana dengan aku sendiri? 

Dengan senang hati aku berkata bahwa aku dalam fase males tingkat akut. 😂 

Ya iya, kan waktu mudik nih asik banget dirumah mama tinggal makan dan ngemil dimeja makan yang tersedia dengan manis. Andai ngebantu pun masih bantu-bantu cantik lah. Menikmati seminggu penuh pensiun menjadi inem didapur dengan memakan masakan yang tergolong enak bikinan Mama kemudian akhirnya membuat saya eneg liat isi kulkas dirumah sendiri yang udah kosong melompong. 😅

Akhirnya besok harinya pasca selesai mudik itu aku memulai rutinitas seperti biasa. “Ahh.. Kepasar lagi” desah hati kecilku. 

Dan apa yang dibeli dipasar?

GA ADA.. 😂

Saya cuma melongo-longo cantik mondar mandir pasar sambil mikir “Ini ko rasanya males bikin apa-apa.. Rasanya juga membosankan membuat makanan monoton versi banjar itu.. Masa ikan bakar lagi, sayur biasa lagi, acan lagi.. Aduh.. Hayati jenuh baaang” (sejak kapan kamu ganti nama win.. 😂) 

Akhirnya saya pulang kerumah dengan hanya membawa bawang, lombok dan tomat. Eh, jadi mau masak apa dengan bahan segitu? 😅

Gini-gini aku termasuk pecinta kesederhanaan loh. Kami para ‘urang banjar’ punya versi masakan sendiri yang berbahan simple namun endesss sekali rasanya. 

Karena aku punya stok tulang-belulang ikan telang yang udah lama saya kumpulin beserta sedikit dagingnya akhirnya aku mau bikin telang betanak ini deh. Ini enak banget loh pemirsaa.. Sungguh! 

Eh, btw.. Ikan telang apaan? 

Ikan telang itu bahasa indonesianya ikan tenggiri pemirsa. Itu looh.. Ikan yang biasa dibikin empek-empek. Nah, kalo orang banjar ini suka banget ikan tenggiri itu dikeringkan. Jadinya dinamain telang asin. Kira-kira begitu lah ya.. 

Karena dapet oleh-oleh kelapa dari desaku itu langsung deh.. Cuss bahan lengkap aku bikin ini aja buat ‘memecah liur nang hanta’. 

Gimana sih bikinnya? Yuk, intip resepnya.. 😊

Telang Betanak Khas Banjarmasin 

Bahan: 

150 gr Telang asin + tulangannya

1,5 gelas santan (dari 1/4 buah kelapa) 

1/2 sdt kunyit bubuk *bisa pake kunyit biasa yang diparut dengan santan

3 siung bawang merah

1 siung bawang putih

1 buah lombok hijau besar

1 buah lombok merah besar 

1 buah tomat / belimbing tunjuk

1 ruas laos

1 batang serai

1 butir telur itik

Garam dan penyedap secukupnya

Cara membuat 

Rendam telang asin dalam semangkuk air selama 15-20 menit. Hal ini untuk menghilangkan rasa apek yang terkadang ada pada jenis ikan asin. 

Iris bawang merah, bawang putih, tomat, lombok merah dan lombok hijau. Serta memarkan laos dan serai

Masak santan, masukkan kunyit bubuk serta bahan iris, laos dan serai. Biarkan hingga mendidih. Kemudian masukkan ikan asin. Aduk-aduk hingga ikan matang. 

Masukkan telur itik. Diamkan hingga telur matang. *Jangan diaduk dulu

Setelah telur matang. Matikan api lalu aduk telang betanaknya agar santannya tidak pecah. 

Telang Betanak siap disantap dengan nasi putih. 

Selamat Mencoba.. 

Happy Cooking..😊

Ketika Anakku bertanya “Kenapa Nabi Muhammad tidak Boleh Digambar?” 

Ketika Anakku bertanya “Kenapa Nabi Muhammad tidak Boleh Digambar?” 

“Ma, kenapa Nabi Muhammad ga ada gambarnya?” 

Glek. Tiba-tiba otakku langsung berputar menyiapkan jawaban. 

Tapi belum lagi benar susunan jawaban itu pertanyaan lainnya muncul lagi. 

“Kenapa ma, hanya Huruf aja? Kayak Allah. Memangnya Nabi Muhammad seperti apa? Seperti Allah?”

Duar. Otak saya mulai meledak. Ya ampun, mau mendongeng Nabi Muhammad untuk membuat Rule Mode diotak Anak malah si emak yang kurang pengetahuan. Jadi seperti apa Nabi Muhammad? Rupanya? Matanya? Hidungnya? Badannya dijelaskan? Aish.. Aish.. Kenapa jadi membayangkan Pangeran Arab? Tak boleh.. Tak boleh.. 

Akhirnya pertanyaan saya jawab dengan sekenanya. Sebenarnya jawabannya jauh lebih pendek dibanding ketika dia mempertanyakan tentang Allah. Dan Alhamdulillah dia tak lagi mempertanyakan detail. Sampai suatu ketika saya mendongeng Nabi Musa. 

“Jadi, kenapa Nabi Musa boleh digambar kemudian Nabi Muhammad tidak boleh. Kenapa Nabi Musa punya Mukjizat banyak dan Nabi Muhammad tidak seperti itu?”

😅

Ya, pertanyaan liar? Lebih tepatnya rasa ingin tahunya tinggi. Mungkin, ada beberapa emak-emak yang anaknya begitu manggut-manggut saja mendengar cerita Nabi sejak bayi hingga besar. Entah kenapa untuk jenis emak amatiran seperti saya tidak tertarik untuk membacakan cerita Nabi sejak Farisha bayi. 

Kenapa? Karena dia tidak mengerti. Begitu simplenya bagi saya. 

Dunia Bayi Farisha lebih sering kuisi dengan nyanyian dan cerita tentang binatang. Entah kenapa dimata anak-anak dunia binatang sungguh mengasyikkan. Farisha sangat bersemangat jika diceritakan tentang binatang. Apalagi jika buku ceritanya bergambar lucu. Baginya sangat menyenangkan jika binatang benar-benar bisa berbicara seperti itu. Tanpa sadar aku membiarkan imajinasi Farisha terlalu liar untuk berkembang. 

Aku rasa aku bukan tipikal emak-emak yang agamis. Sangat minder jika membandingkan diri dengan para emak-emak hafiz Al-Qur’an. Aku termasuk jarang mengajak Farisha untuk menghafal Surah. Belakangan aku sering mendengar kritik bahwa tak seharusnya aku mengajarkan nyanyian dan dunia binatang terlebih dahulu pada Farisha. 

Kritik itu semakin mengena dalam ketika bertemu dengan anak seumur Farisha yang sudah bisa menghafal berbagai surah dengan fasih. Sementara Farisha? Aku baru sukses mengajarkan syahadat dan Al-Fatihah. Terkadang pikiranku agak nakal dan mencela “Hafal sih, tapi apa ngerti”. Astagfirullah… 😅

Iya, tiap Ibu memang punya caranya sendiri untuk membuat anaknya belajar. Berhubung aku bukanlah seorang hafizah dan hanyalah seorang Ibu yang masih dalam pencarian yang betul dalam mencari ‘Jalan Kebenaran’ dan jelas tidak alim-alim amat. Maka mengajarkan Syahadat aja sudah sulit.. 😂

“Siapa Tuhan Farisha?”

“Allah..”

“Siapa Nabi Farisha?”

“Nabi Muhammad”

Nah kadang saya suka nanya lagi nih kalo dia jawab ga seru gitu. “Jadi kenapa mesti disembah Allahnya?” 😂

Mau tau cerita lanjutannya? Ahh panjang..entar jadi OOT artikelnya. 

Jadi, bagi saya mengajari dua syahadat itu untuk anak saya udah luar biasa susahnya. Iya, dia harus kenal sama Allah. Bagaimana sifat dan nama Allah (bukaan.. Dia ga hapal sama sifat n nama Allah.. Ga hapaaal) 😅 

Bagi emak amatiran seperti saya menumbuhkan rasa Iman adalah hal utama dalam konsep pendidikan agama si kecil. Kenapa? Ya karena bagi saya percuma juga si anak diajak hapal surah sampe se Al-Qur’an usia 5 tahun tapi Imannya masih ngambang. Percumaaa.. Eh tapi ini konsep saya loh. Ga perlu diambil hati. 

Bagaimana menumbuhkan Iman? Dari Cinta. 

Anak harus punya alasan kenapa dia harus menyembah Allah. Tunjukkan padanya bahwa Allah mencintainya dan cara berterima kasih pada-Nya melalui sholat. Ini susah. Susah sekali. 

Anak harus punya alasan kenapa dia harus mencintai Nabi Muhammad. Kenapa Nabi Muhammad menjadi Nabi terakhir. Kenapa Nabi Muhammad menjadi Nabinya walau Mukjizatnya bukanlah membelah lautan. 

Sementara otaknya yang sudah terbiasa dengan berkembang melalui imajinasi gambar harus dihadapkan pada kenyataan bahwa Nabi Muhammad hanyalah Huruf Hijayah pada buku cerita. Dan inilah Nabiku. Pikirnya. 

Aku tidak tau apa yang ada dalam pikirannya. Wujud menyenangkan apa sebenarnya yang dia harapkan dari Nabinya. Aku berkata bahwa wujud Nabi Muhammad bisa dilihat di surga nanti. 

Dari beberapa referensi yang kubaca dan jelas aku lupa persisnya darimana Nabi Muhammad tak boleh digambar karena berbagai alasan. 

Aku menjelaskan sebagai alasan pertama kepada Farisha bahwa konon zaman dulu ada Nabi sebelum Muhammad yaitu Ibrahim dan Ismail. Nabi Ibrahim dan Ismail pernah dijadikan patung oleh masyarakat jahiliyah kemudian disembah oleh para penyembah berhala. 

Nabi Muhammad tidak mau itu terjadi. Karena itu ia melarang keras jika ada yang melukisnya ataupun membuat patung yang menyerupainya. 

Untunglah Farisha tidak bertanya lebih lanjut seperti “Terus kenapa ada foto ulama didinding rumah kita?” 

Karena jawabannya lebih panjang dan hanya bisa dicerna oleh yang mempunyai level ilmu tertentu. 😅

Penjelasan selanjutnya yang kemudian membuat Farisha manggut-manggut sambil diam dan sukses tak bertanya lagi hingga sekarang adalah jawaban yang aku karang sendiri. Ini adalah alasan kedua yang menyelesaikan masalah. 

“Farisha tau Nabi Muhammad diciptakan Allah lebih mulia? Dia sudah ditakdirkan menjadi Nabi terakhir. Nabinya orang islam seperti Farisha. Farisha tau bagaimana jadinya kita sekarang tanpa Nabi Muhammad? ”

” Jadi apa?” ucap Farisha polos. 

“Entahlah, mungkin saja jadi masyarakat jahiliyah seperti pada zaman sebelum ada nabi..”

“Jadi nabi kesinilah buat ngajarin mama?”

(Ya ampun..kamu kira emak sama nabi Muhammad seumuran) 😅

“Bukan, Mama ini diajarin mamanya mama ato neneknya Farisha terus diajarin abahnya mama terus diajarin guru-guru agama mama waktu sekolah, guru-gurunya mama belajar dengan guru-guru yang lebih tua. Karena Farisha tinggal diindonesia yang membawa islam kesini namanya Wali Songo. Nah, Farisha tinggal di Banjarmasin juga ada ulama disini yang ngajarin agama seperti Wali Songo. Itu, yang sering kita datangin dimesjid yang ada air mancurnya”

Farisha ber “Ooo” (kupikir ceritaku terlalu panjang.. Haha) 

Kemudian aku bilang “Coba kalau dulu Ga ada Nabi Muhammad gimana?” 

Farisha bilang “kan ada Nabi Musa…” 

😅

“Nabi Musa itu membimbing kaum Bani Israel supaya menyembah Allah. Tapi Bani Israel itu gak bener-bener patuh. Akhirnya cucu-cucunya tetap menyembah berhala. Karena itu, sebagai penyempurnanya Nabi Muhammad diturunkan dengan wahyu berupa Al-Qur’an”

“Terus kenapa Nabi Muhammad ga boleh digambar?”

Aku jawab “Karena Nabi Muhammad terlalu mulia untuk diduakan wujudnya sayang. Nabi Muhammad itu manusia paling sempurna yang diciptakan Allah. Zaman ketika nabi Muhammad lahir ga ada yang namanya Kamera. Yang ada hanya pelukis. Coba kalo Mama gambar muka Farisha mirip ga sama Farisha aslinya? ”

Farisha,”Mirip ma” 

(loh.. loh…) 😅

Aku: “Enggak.. Enggak mirip sayang! Karena imajinasi dan kemampuan menggambar mama terbatas diciptakan Allah.. Sangat tidak pantas jika ada orang yang mencoba melukis Nabi Muhammad karena daya imajinasi dan kemampuannya melukis pasti ga akan sama dengan Nabi Muhammad yang asli. Lagi pula seperti mama bilang tadi. Nabi Muhammad sejak dulu mengharamkan ada yang menggambar dirinya karena tak mau lukisannya dijadikan berhala. Jadi, tidak ada sama sekali lukisan Nabi Muhammad. Yang ada hanya hadist tentang fisiknya yang beredar dari para pencatat hadist ”

Farisha: “Tapi kenapa Nabi yang lain boleh digambar dibuku cerita?” 

Mama: “Sebenarnya semua nabi tidak boleh digambar Farisha. Namun, seiring berjalan waktu orang-orang yang seperti Farisha ini semakin banyak. Suka bercerita dengan media gambar. Makanya mereka bikin buku cerita bergambar. Niatnya baik, supaya anak-anak seperti Farisha menjadi senang membaca cerita Nabi. Tapi, Beberapa aliran agama lain memang bersikeras tidak mau menggambar wujud Semua Nabi, mereka cukup bercerita nabi tanpa gambar. Mama tau Farisha pasti tidak senang membaca buku biasa seperti Mama. Iya kan? Karena itu buku cerita Nabi sekarang bergambar, kecuali Nabi Muhammad”

Farisha: “Jadi Nabi Muhammad aja yang ga boleh ya Ma?” 

Mama: “Iya, karena Nabi Muhammad itu spesial, dia Nabi terakhir. Semua orang alim sepakat bahwa haram (tidak boleh) menggambar Nabi Muhammad. Mama yakin Farisha tidak butuh gambar nyata untuk membayangkan Nabi Muhammad. Cukup wujud Nabi Muhammad hanya ada pada imajinasi Farisha dan pada hati Farisha”

Farisha kemudian ber “Ooo” ringan. Berpikir sejenak kemudian memutuskan untuk diam. 

Aku menghela nafas lega. Memang pertanyaan ini sangat kontroversi sekali. Kemudian hatiku tergelitik untuk membatin lagi. 

Tapi bagaimana dia bisa benar-benar meneladani nabinya tanpa membayangkan seperti apa sebenarnya wujudnya? 

Lalu aku tersenyum seraya menatap buku Nabi Muhammad. Ya, Dengan Bercerita. 

Aku kemudian melayang pada beberapa buku kenangan yang pernah kubaca dulu. Buku tanpa gambar. Aku kemudian melayang pada masa kecilku. Teman imajinasi. 

Sungguh berimajinasi dan membayangkan cerita dipikiran kita itu lebih menyenangkan dibanding menonton film dan menyaksikan gambar mentah sekalipun. 

Karena itu aku yakin. Tulisan indah berhuruf Hijaiyah bertuliskan Muhammad sudah sangat mewakili untuk awal pelajaran Imajinasi Farisha. 

Mama hanya dapat berdoa semoga dengan bercerita Farisha dapat meneladani sifat Nabi Muhammad walau tidak ada wujud gambar seperti pada buku cerita yang biasa dia baca. 

Disclaimer: Tulisan ini ditulis oleh seorang Ibu yang berlatar belakang pendidikan agama yang terbatas. Segala jawaban atas pertanyaan anak diatas hanyalah sekedar pengetahuan umum dari Ibu yang ditulis hanya agar dapat dipahami oleh ‘anak kecil’. Diharap tulisan ini tidak menimbulkan salah paham dalam perbedaan mahzab. 

Tentang Rumah Kenangan

Tentang Rumah Kenangan

Apa arti rumah buatmu? 

Bagiku, Rumah adalah tempat untuk pulang dimana didalamnya ada orang-orang yang menyayangimu dan menantikanmu selalu berada didalamnya. 

Bagiku, Rumah adalah tempat kehangatan. Tempat mengisi perut serta mengisi batinku dengan pelukan kasih sayang. 

Bagiku, Rumah adalah tempat berteduh. Tempat yang melindungi jasmani dan mengeluarkan semua isi hati agar selalu berada ditempat ‘teraman’. 

Hal yang dinamakan ‘rumah’ akan selalu menjadi surga dunia. Karena kenyamanan yang diciptakannya membuat seonggok telur ceplok dan kecap-pun terasa lebih enak dibanding restoran manapun. 

Tak ada yang bisa menyamai.. Bau dari kamar nyaman itu hingga prasasti didinding-dindingnya.. Terlalu banyak cerita disini. Cerita yang menyenangkan. 

Sangat munafik, jika mereka bilang “Jangan meratapi Sejarah! Bangkitlah menatap masa depan!” Karena nyatanya sejarah menyenangkan. Sejarah adalah ilusi terindah yang mengenangnya selama apapun akan terasa menyejukkan hati. 

Karena Kenangan itu beralasan kuat. Ada keluarga yang membuat rumah itu terasa seperti surga. Ya, keluarga itu. 

Ibu yang tak pernah tidak ribut denganku minimal tiga hari sekali. 

Ibu yang memelototiku setiap kali aku mulai bertindak konyol. 

Ayah yang selalu bertindak konyol dan bertentangan dengan Ibu. 

Pertengkaran ‘konyol’ yang terjadi hampir tiap hari. Kemudian terlihat tak terjadi apa-apa beberapa jam kemudian. 

Celotehan setiap anggota keluarga saat makan malam yang berujung pada protes kecil dari mulutku yang cerewet. 

Dulu aku membencinya. Sangat membencinya. 

Dan sekarang aku merindukannya..

Kadang aku menyesal kenapa aku malas sekali merawat rumah dan isinya dulu. 

Tentang mama yang selalu menggerutu bahwa aku pemalas dan tak betah dirumah. Tapi, aku sama sekali tak merasa pemalas saat itu_dibandingkan teman yang lain aku jauh lebih introvert. Aku selalu membela diri bahwa aku butuh dunia lain untuk sekedar mengakui keberadaanku. Didalam hati aku selalu menggerutu “Hei Mama, sampai kapan aku harus berada di dunia kotak?” 

Tapi akhirnya aku sadar. Bagi orang sepertiku, dunia kotak adalah sebuah surga. Rumah dan kasih sayang didalamnya takkan bisa digantikan oleh apapun. 

Beberapa tahun lalu aku adalah anak pertama yang meninggalkan rumah itu. Tak sempat sebuah bakti aku sempurnakan. Hanya sebuah restu untuk meninggalkan rumah_menuju rumah yang baru. 

Hampir satu tahun dirumah mertua dan akhirnya keluarga kecilku mendapat rezeki untuk memiliki rumah sendiri. Rumah baru untuk menjadi sebuah surga yang baru. 

Aku yang berada pada rumah baru dan sebagai pusat kehangatan dalam keluarga akhirnya mengerti kenapa Mama memperlakukanku sedikit berbeda dengan saudara-saudara laki-lakiku. 

Karena perempuan terlahir spesial..

Karena menjadi apapun perempuan. Sebagai apapun dan sekeren apa passionnya membawanya ketingkatan level kehidupan. Tetap saja! Tetap saja ia perempuan. 

Tetap saja, jantung sebuah rumah adalah perempuan didalamnya. Karena itu ia harus bisa membuat suami dan anaknya berbahagia dirumah. Itulah yang menguatkan ikatan. Perempuan terlahir lebih sensitif karena memendam banyak cinta. 

Cinta adalah alasan kenapa telur ceplok didapur Mama terasa lebih enak. 

Cinta adalah alasan kenapa kamar berprasasti itu menjadi buah tidur penyimpan kenangan. 

Cinta adalah alasan kenapa aku merindukan kemarahanmu. 

Cinta adalah alasan kenapa aku berusaha menjadi lebih baik dibanding saudaraku. 

Rumahku dahulu, adalah tempat dimana banyak cinta dilahirkan. Karena itulah aku merindukannya.. 

Selama seminggu berada disini. Dalam moment idul fitri. Betapa banyak lubang kosong pertanyaan amunisi cinta selama ini mulai menemukan jawabannya. Aku hanya butuh tertawa, bercanda dan menangis bersama dengan orang-orang yang memiliki ikatan pertama denganku. 

Mama.. 

Abah..

Dan Kakak adik cuek bebek sekalipun yang kupikir aku tak terlalu peduli dengan mereka. Nyatanya malah cukup senang melihat mereka berkumpul. 

Dan Aku memiliki ikatan baru yang kupikir cukup menyenangkan memilikinya. 

Ipar perempuan pertama dan dua keponakan dari pihak keluargaku. 

Entah bagaimana kekosongan selama ini yang Mama dan Abah rasakan selama semua anaknya terpisah. Aku sendiri tak bisa membayangkan. Rumah yang dulunya ramai itu menjadi sunyi senyap. 

Ah.. Bukankah itu yang dulu selalu kau inginkan win? Sebelum memiliki Farisha kau ingin berdua saja dengan suamimu dan merajut karirmu? Betapa memiliki anak telah mengikis semua impianmu? 

Belakangan aku merenung dan berpikir bahwa itu adalah salah satu cara-Nya untuk membuatku mengekspresikan cinta dengan benar. Level baru yang mengubah hidupku selamanya. Menjadi Ibu. 

Karena itu aku tidak boleh sedih. Meratapi betapa menyenangkan menjadi seorang anak-anak dirumah kenangan itu. Tapi aku bukanlah anak-anak lagi bukan? 

Aku sudah menjadi Ibu! Seseorang yang mandiri di rumahnya sendiri dengan keluarga baru yang dibangunnya. 

Karena itu, rumah kenangan tak pantas diratapi. Hanya sebuah kunjungan bertahap untuk menepis kerinduan. 

Karena jika ia terus diratapi. Hati kecilmu selalu berharap selalu menjadi gadis kecil. 

Dan kau sudah besar bukan? 

IBX598B146B8E64A