Browsed by
Month: April 2018

Cara Sederhana Untuk Mendukung dan Mengembangkan Bakat Pada Anak

Cara Sederhana Untuk Mendukung dan Mengembangkan Bakat Pada Anak

Setiap orang tua tentu setuju bahwa memiliki anak adalah sebuah tantangan baru dalam hidup. Apalagi jika si kecil sudah semakin besar. Pastinya, banyak orang tua yang mulai berpikir dan mulai mengira-ngira, “Apa sebenarnya bakat dari anakku?” atau “Sebaiknya ketika sudah besar ia jadi apa?”

Bahkan, pastinya ada orang tua yang mulai iseng bertanya langsung kepada si kecil, “Nanti kalau sudah besar mau jadi apa?”

Wah, jika sudah sampai kepertanyaan ini pastinya orang tua juga akan terbayang dengan cita-citanya waktu kecil dulu. Dan, apakah cita-cita itu berhasil?

Lucunya, cita-cita sejak kecil hingga besar itu seringkali berubah-ubah. Hal ini sebenarnya dipengaruhi oleh banyak faktor. Namun faktor yang paling dominan biasanya adalah karena tidak adanya dukungan pada bakat anak. Hal ini menyebabkan cita-cita anak tidak konsisten dan ia mencoba tujuan hidup baru yang membuatnya diterima di masyarakat. Padahal, bisa jadi loh sejak kecil anak sudah menunjukkan hal yang paling disenanginya kepada orang-orang sekitarnya.

Sebagai orang tua, hal yang bisa kita lakukan dalam melihat potensi dan bakat anak sebenarnya cukup sederhana. Nah, berikut ini adalah hal-hal yang dapat kita lakukan:

1. Perhatikan hal yang paling suka dilakukan oleh anak

Sejak kecil tentu anak memiliki hal yang paling suka dilakukan yang kemudian berakhir menjadi hobynya saat besar. Hal yang perlu kita lakukan adalah memperhatikan hal yang selalu dilakukannya berulang-ulang hingga tiada bosannya.

source: intisarionline

Hah? Apa? Hoby main Gadget? (itu sih.. 😅)

Baca juga: Cara Cerdik mendidik anak generasi milenial dengan gadget

Sedikit curhat, anakku Farisha sudah mencintai aktivitas mewarnai sejak berkenalan dengan pewarna makanan waktu berumur 2 tahun. Awalnya kupikir itu adalah kesenangan biasa yang paling-paling hanya muncul sesaat saja. Namun ketika semakin besar, wujud kecintaannya pada bidang mewarna mulai besar. Tidak perlu banyak media untuk membuatnya diam. Hanya sediakan kertas dan pewarna maka ia sudah betah berjam-jam lamanya dengan kedua media tersebut. Hal lain yang paling disukainya juga tak jauh dari aktivitas campur mencampur warna. Dan untuk sementara, aku menyimpulkan bahwa kesenangannya adalah segala hal yang melibatkan kesenian mewarna.

Memang, anak yang masih berumur 4-5 tahun seperti Farisha lebih menyukai aktivitas yang berhubungan dengan otak kanan sehingga kita masih tidak bisa menilai bahwa itulah bakatnya. Namun, tidak ada salahnya untuk terus memperhatikan dan mendukung kesenangannya sekarang bukan?

2. Membiarkan Anak bereksplorasi sesuka hatinya

Setiap ibu pasti setuju bahwa punya anak itu super rempong. Baju kotor, rumah yang selalu berantakan, dinding rumah yang menjadi tuangan imajinasi, hingga sprei dan lipstik-lipstik pun menjadi korban. Angkat tangan mak yang masih dalam fase ini..🙋

source: wisatasekolah.com

Capek Mak? Capek banget…!

Tapi bisakah kita menghentikan semua itu? Melarang anak untuk bermain dan bereksplorasi sesuka hatinya? Memasukkannya kekamar dan meminjaminya smartphone supaya diam? Menyalakan TV seharian dan membuatnya hanya menonton kartun seharian?

Ini lebih capek lagi ternyata.. Capek Batin melihatnya.. Hihi😅

Ternyata, anak yang dibiarkan bereksplorasi akan lebih terasah potensinya dibanding anak yang sering dilarang begini dan begitu. Sebagai orang tua kadang membiarkan mereka semaunya mungkin lebih bijak dibanding selalu melarang mereka.

3. Membangun Komunikasi Pada si Kecil

Masih capek beres-beres rumah gara-gara saran diatas mak?

Yuk, ajak si kecil ngadem bentar. Buatlah susu lalu minum bersama-sama. Kemudian? Ya, bicaralah.

source: nexttica.com

Berbicara ini penting sekali untuk membangun komunikasi lebih dekat dengan si kecil. Ada loh, emak-emak yang enggak doyan bicara dengan buah hatinya sendiri. Ketika si kecil bertanya, “Ma.. Ini Apa Ma?”

“Ma, kenapa Siput ini punya antena begini?” (ada WA masuk, bentar)

“Ma, kok semutnya berbaris disini ma?” (Eh, Apa nih? Berita semut masuk telinga anak)

“Ma, aku udah gambar siput di dinding ma, coba liat?” (Eh? Siput? Di dinding? What 😱 )

Banyak begini? Hihihi..

Saat kita berbicara dengan si kecil berarti kita sudah memberi apresiasi dan dukungan terhadap apa yang dilakukannya. Akan lebih baik lagi jika setiap kita berbicara selalu kita selipkan pujian pada apapun yang dilakukannya. Hal ini akan membuat rasa percaya dirinya bertambah dan ia tidak sungkan untuk memperlihatkan potensinya pada kita bahkan juga pada orang disekitarnya.

4. Memperhatikan lingkungan sosial dan teman dominan si kecil

source: intisarionline

Setujukah bahwa biasanya anak lebih akrab dengan teman yang satu passion dengannya?

Hmm, bisa iya tapi juga bisa tidak.

Kebanyakan anak kecil akan lebih menyukai berteman dengan yang bisa menerimanya walaupun mereka tidak satu passion dengannya. Akan tetapi seiring berjalan waktu anak yang memiliki kepribadian melankolis biasanya lebih selektif dalam memilih temannya. Ya, ada beberapa anak yang lebih suka berteman dengan yang satu passion dengannya.

Baca juga: Wajarkah Anak Pemilih dalam Berteman?

Memperhatikan lingkungan sosial dan teman dominan anak ini sangat penting. Karena dengan melihat kedua hal tersebut kita bisa mengetahui hal apa yang membuatnya tertarik. Dengan memperhatikan teman akrabnya kita bisa belajar untuk menjadi teman yang lebih akrab dengannya. Dengan begitu, ia akan selalu merasakan dukungan terhadap apa yang disukainya.

5. Memperkenalkan Anak pada Tokoh Dunia Sesuai Bakatnya

Sudah mulai meraba-raba apa potensi si kecil? Yuk, cari tokoh dunia yang mungkin bisa menjadi panutan atau role mode untuknya. Karena setiap anak itu sejatinya adalah peniru ulung.

Anak anda merasa tidak punya bakat? Yuk, ajak baca buku seperti ini

Tidak percaya? Hmm, suatu hari aku pernah bertanya pada anakku ketika usianya masih 3 tahun, “Farisha mau jadi apa kalau sudah besar?”

Dan dia menjawab, “Mau jadi kayak Mama”

Ketika ia sekolah aku menanyakan hal yang sama, “Farisha mau jadi apa kalau sudah besar?”

Dan dia menjawab, “Mau jadi Ibu Guru”

Kedua pertanyaan sama di atas mendapatkan jawaban yang berbeda karena ia mendapatkan tokoh panutan yang baru. Pertama ia ingin menjadi sepertiku, lalu saat ia melihat betapa mulianya tugas Ibu Guru maka ia ingin menjadi Guru.

Saat kita mulai melihat bakat si kecil. Carilah tokoh dunia yang memiliki kesamaan bakat sepertinya, jelaskan berbagai usaha yang dilakukan oleh tokoh itu hingga akhirnya menjadi seseorang yang sukses. Kalau perlu, pajanglah poster tokoh tersebut di kamarnya agar ia termotivasi.

6. Berkonsultasi dengan Guru

source: erabaru.com

Sudah tau apa kesenangan anak dan apa hal yang paling tidak ia sukai? Langkah berikutnya adalah berkonsultasilah dengan Gurunya di sekolah. Katakan bahwa anak kita tidak menyukai model pembelajaran yang seperti apa dan hal apa yang sebenarnya ingin ia kembangkan. Karena anak kita perlu dukungan lain di luar dari dukungan kita.

Dengan berkonsultasi dengan Guru kita dapat bekerja sama untuk mengarahkan bakat pada anak. Selain itu, kita juga akan mendapatkan informasi lebih lanjut tentang bagaimana penyaluran bakatnya. Entah itu dengan mengikuti perlombaan hingga sekolah lanjutan mana yang sebaiknya ia pilih.

7. Mengajak anak berkompetisi

source: orami.co.id

Kadang untuk mengasah bakat itu butuh tantangan, betul?

Karena itu ajaklah anak untuk berkompetisi agar ia bersemangat dalam mengasah bakatnya. Kita dapat memulai kompetisi dengan mengajaknya mengikuti berbagai lomba, baik itu yang ada di sekolahnya maupun di luar sekolah.

Dengan berkompetisi anak akan maksimal dalam mengeksplorasi bakatnya. Selain itu, pengalamannya akan persaingan dunia luar akan bertambah.

Bagaimana jika anak kalah dalam berkompetisi? Jawabannya ada pada point 9.

8. Memberi Kebebasan Anak untuk Memilih

Kadang, tidak setiap orang tua dapat menerima dan mendukung bakat anaknya. Sering kali orang tua mengarahkan anak untuk menjadi begini dan begitu. Betul?

Keadaan demikian memang sangat beralasan. Tuntutan ekonomi, sikap materialisme, lingkungan sosial membuat kita tanpa sadar telah memaksa anak untuk keluar pada jalur yang ia inginkan. Padahal hal itu tidaklah benar karena…

Setiap Anak itu Spesial..

Ya, setiap anak spesial. Tidak semua anak bisa multitalenta. Ada beberapa anak yang diciptakan dengan satu bakat yang mencolok saja sementara kemampuan yang lain dibawah rata-rata. Hal yang bisa kita lakukan adalah selalu mendukungnya dan memberinya kebebasan untuk memilih apa yang benar-benar ia senangi.

9. Memberikan tes dengan kekalahan dan sedikit desakan

source: nova.grid.id

Melanjutkan no. 7 tentang mengajak anak berkompetisi, lalu bagaimana jika anak kalah?

Pastinya anak akan kecewa, iri kepada yang menang, serta merasa bersalah. Tapi, dibalik kekalahan tersebutlah anak akan banyak belajar asalkan kita selalu mendukungnya dan memberinya semangat.

Baca juga: Ajarkan Anak 5 Hal yang Tidak Menyenangkan

Jika anak tidak pernah merasakan kekalahan dan selalu merasa dirinya paling hebat maka sesungguhnya anak tersebut tidak akan berkembang dalam bakatnya. Karena suatu saat, sehebat apapun anak pasti akan ada rintangan yang menghambatnya. Ia perlu merasakan hal-hal tidak menyenangkan itu agar dapat terus belajar, memperbaiki kesalahannya, dan berusaha lebih baik lagi.

10. Mengajarkan pentingnya kerja keras

Nah, terakhir dari semuanya adalah kita harus mengajarkan pada anak pentingnya kerja keras. Terangkan kepadanya bahwa segala hal tidak akan pernah dapat tercapai jika hanya berpangku tangan apalagi sudah merasa paling hebat. Jika anak sudah menemukan dan serius dalam bakat yang ingin ia perdalam maka kita harus mendorongnya untuk terus belajar dan bekerja keras dalam bidang itu.

Nah, itulah 10 Hal yang dapat Orang Tua lakukan dalam mendukung dan mengembangkan bakat anak. Punya hal lain selain uraian diatas? Sharing yuk!

Happy Parenting.. 😊

Pengalaman Mencabut Gigi Bungsu yang Berlubang

Pengalaman Mencabut Gigi Bungsu yang Berlubang

Pernahkah mengalami problematika serius dengan bagian mulut bernama gigi?

Pastinya pernah ya, mulai dari kecil pasti deh kita pernah mengalami yang namanya cabut gigi susu, sakit gigi, gigi berlubang, hingga gigi sensitif.

Tapi dibalik semua sakit gigi itu, konon sakit hati lebih sakit. Benarkah? *okeh, belum apa-apa postnya udah mulai ngawur.. 😅

Nah, ketika emak muda nan single dulu mulai beranjak dewasa, problematika gigi mulai berkurang. Kecuali saat teman-teman saya dulu suka iseng candid muka saya yang punya gigi gingsul ini. Di upload ke sosmed pula, please.. Itu gigi saya kalau dari sudut tak menyenangkan terlihat seperti boneng sekali. *boneng apaan? Cuss buka kbbi.. Eh, ga ada.. Buka kamus gaul.. 😂

“Pake kawat gigi aja win” kata teman saya saat itu.

Entahlah, sejak demam-demamnya kawat gigi semua anak seumuran saya hampir semuanya pakai kawat gigi aka behel. Saat itu, sebagai makhluk hidup yang lumayan kuper saya tetap konsisten bilang bahwa kawat gigi itu jelek. Iya, sampai sekarang pun begitu. Biarlah gigi gingsul dengan kelinci mode ini dipertahankan.

Sampai akhirnya saya bertemu calon suami dan dia bilang, “Hal yang paling aku sukai dari muka kamu itu ya gigi gingsul kamu itu, cantik banget”

Dan hati emak pun meledak-ledak.. 😂

Maafkan opening post yang ga jelas ini.. 😅

***

Problematika Gigi Bungsu Terakhir

Sejak menikah, saya sangat jarang sekali mengalami problematika pada bagian gigi. Bahkan saat hamil pun saya tidak pernah merasakan ngilu pada gigi yang konon merupakan tanda kekurangan kalsium.

But, Once upon a time..

Gusi belakang sebelah kiri atas saya bengkak. Semakin hari gusinya semakin membengkak. Setelah saya lihat betul-betul, ternyata ada yang mengeras dibalik pembengkakan gusi itu. Ya, gigi baru. Gigi baru yang tak diinginkan mulai bersakit-sakit manja dan konon dia tidak mau makan makanan lain selain bakso. *tsah.. 😅

Kenapa gigi bungsu harus tumbuh ya? Gigi saya sudah lumayan banyak kenapa mesti ditambah-tambah lagi. Pikir saya kala itu. Ya, ini bukan kali pertama gigi bungsu tumbuh. Sebelumnya gigi bungsu juga pernah tumbuh di bagian kanan bawah dan kiri bawah.

source: jnynita.com

Setelah sebulan lamanya menahan sakit gigi bungsu dengan hanya meminum obat pereda nyeri (baca: ibuprofen dan asam mefetamat) akhirnya saya memberanikan diri kedokter untuk memeriksanya. Karena saya takut kalau saja gigi bungsu mengalami impaksi.

Namun, dokter hanya berkata bahwa gigi saya baik-baik saja. Rasa sakit yang saya rasakan adalah hal yang wajar seperti halnya gigi sebelumnya. Dan karena gigi bungsu sebelumnya tumbuh dengan wajar tanpa mengalami impaksi akhirnya saya berpikir bahwa gigi atas belakang saya pun akan berakhir baik-baik saja.

Sebulan kemudian gigi bungsu saya tumbuh sempurna namun sebagian dari permukaan gigi masih tertutup dengan gusi. Rasa sakit berkurang, namun saya mengalami masalah dalam membersihkan gigi atas bungsu ini dikarenakan besarnya yang lebih kecil dibanding gigi disampingnya disertai dengan sebagian robekan gusi yang masih menutupinya.

Beberapa minggu kemudian akhirnya gigi saya mulai sakit lagi. Setelah saya lihat dan cermati dari aktivitas makan saya ternyata gigi saya berlubang. Yah, padahal saya sudah termasuk rajin menggosok gigi. Tapi karena gusi yang menutupi permukaan gigi akhirnya kotoran gigi tidak maksimal dibersihkan dan menyebabkan gigi berlubang.

Saya tetap cuek dengan keadaan ini. Toh, kalau sakit tinggal minum obat. Haha..

Tapi karena kecuekan itu pula akhirnya leher dan pipi saya mulai membengkak. Awalnya saya berpikir bahwa itu adalah penyakit belawa atau gondokan. Tau kan? Penyakit yang menyebabkan kelenjar disekitar leher membengkak. Nah, kebetulan saat itu memang ada salah seorang tetangga yang terkena penyakit ini. Akhirnya saya mendiagnosis sendiri bahwa ini adalah gondokan. Ah, menyesal sekali saya dengan keteledoran ini. Hiks..

Setelah berhasil mengobati pipi dan leher yang mulai membengkak akhirnya saya memberanikan diri lagi ke dokter dan berkonsultasi. Dokter berkata, “Sakit mba?”

“Iya, sakit. ”

“Sementara minum obat aja ya mba, nanti saya resepkan. ”

“Gigi saya Bagaimana Dokter? Bukannya berlubang? Bisa ditambal?”

“Wah, ini enggak bisa ditambal mba. Soalnya ketutup gusi dan letaknya tidak memungkinkan untuk ditambal.”

“Jadi, gimana baiknya dok?”

“Saya buatkan rujukan untuk dicabut di RS ya mba. ”

(what? dicabut?) 😰

***

Apa sih Ciri-ciri Adanya Lubang serius pada Gigi Bungsu?

Belajar dari cerita saya diatas, maka ada baiknya jika kalian memiliki gigi bungsu yang baru tumbuh dan mengalami gejala dibawah ini mulai waspada. Nah, berikut adalah ciri-ciri adanya lubang pada gigi bungsu.

1. Warna gigi bungsu akan berubah menjadi kecoklatan dan timbul lubang kecil yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri dan sakit jika ada makanan yang masuk ke dalam lubang gigi bungsu

2. Timbul bau mulut yang kurang sedap, hal ini diakibatkan kuman dan bakteri yang berkembang biak di dalam gigi bungsu yang berlubang.

3. Adanya rasa ngilu pada gigi berlubang saat mengunyah makanan tertentu seperti makanan manis, minum es dan makanan yang terlalu panas.

Nah, jika ciri-ciri adanya lubang pada gigi bungsu seperti diatas tidak segera diatasi maka akan muncul gejala lanjutan berikut ini:

1. Terjadinya pembengkakan pada gusi akibat adanya infeksi gigi bungsu berlubang, hal ini sangat sakit dan nyeri.

2. Timbul sakit kepala akibat rasa sakit dan nyeri. Ya, gejala tersebut menjalar pada bagian syaraf lain di sekitar kepala.

3. Terjadinya pembengkakan pada pipi, rahang dan leher akibat infeksi dan radang yang berkepanjangan.

4. Dapat memicu gejala demam seperti flu akibat rasa sakit yang teramat sangat dan infeksi yang mulai akut.Keluar darah dari lubang gigi bungsu, bahkan bisa semakin parah sampai keluar nanah akibat infeksi dan radang yang dibiarkan begitu saja.

Mengatasi Lubang Pada Gigi Bungsu

Seperti ceritaku di atas, dijelaskan bahwa lubang pada gigi bungsuku tidak dapat ditambal. Kenapa? Nah, setelah aku melakukan browsing di artikel-artikel kesehatan. Maka dapat ditarik kesimpulan berikut:

Ternyata banyak kasus-kasus gigi bungsu yang bermasalah seperti terhalang tulang (impaksi) atau tumbuh dengan posisi yang tidak benar seperti miring dan lainnya. Kebetulan, Gigi bungsu pada kasusku adalah gigi yang hanya tumbuh terlihat sebagian saja sehingga gusinya juga terbuka sebagian dan membentuk celah, adanya celah ini menyebabkan makanan mudah terjebak dan sulit dibersihkan hingga seringkali gusi di daerah mahkota gigi yang baru tumbuh sebagian tersebut bengkak dan sakit sekali.

source: jnynita.com

Pada dunia kedokteran hingga saat ini masih terdapat perdebatan di antara para ahli, apakah gigi bungsu yang impaksi (gigi geraham bungsu yang tidak dapat tumbuh secara normal) tanpa keluhan seperti pada kasusku perlu dicabut atau dibiarkan saja. Karena itu, saat pertama kali aku membawa kedokter tanpa keluhan berlubang, sang dokter membiarkan saja dan menyarankanku meminum obat saja jika gigi sakit.

Menurut suatu penelitian, sekitar 25-70 persen gigi bungsu tanpa gejala yang dipertahankan, akhirnya tetap harus dicabut dikemudian hari. Dari penelitian lain menyatakan gigi bungsu yang dicabut tidak akan menimbulkan masalah dan pasien akan tetap memiliki fungsi pengunyahan yang normal.

Nah, karena itu pertimbangan pencabutan gigi bungsu yang tidak disertai gejala apapun terkadang didasarkan atas pertimbangan pencegahan. Meski demikian operasi pencegahan ini belum menjadi kesepakatan secara umum di kalangan ahli bedah mulut.

So, karena gigi bungsuku sudah berlubang, dan mulai menunjukkan tanda-tanda yang tidak baik maka mencabut gigi bungsu adalah keputusan final.

Proses Pencabutan Gigi Bungsu

Hari Rabu, tanggal 28 Maret 2018 tepatnya saya melakukan proses pencabutan Gigi Susu di RS Ansari Saleh Banjarmasin dengan memanfaatkan kartu BPJS. Ini adalah pertama kalinya saya ke Dokter Gigi untuk cabut gigi setelah dewasa. Bisa dibayangkan ternyata saya gugup pemirsa. 😂

Ya, karena saya tau bahwa ada proses anestesi untuk meniadakan rasa sakit saat proses pencabutan. Artinya saya harus disuntik dibagian gusi. Ah, sudah berapa lama saya tidak disuntik di bagian gusi. Tiba-tiba saya takut aichmo phobia saya mulai kambuh. Hahaha

Setelah menunggu selama kurang lebih satu jam akhirnya saya masuk dan berikut adalah proses yang saya ingat..

Pertama, dokter melakukan anestesi lokal. Bagian gusi saya disuntik sebanyak dua kali dibagian dalam gusi dan luar gusi. Kenapa dua kali? Saya pun tak tau, kalaupun boleh bertanya saya pasti bertanya. Tapi? Mulut saya sedang dipermak. 😂

Sedikit tips bagi anda yang memiliki aichmo phobia atau rasa takut terhadap benda tajam. Saat melihat jarum suntik langsung saja pejamkan mata. Anggap bahwa sang dokter adalah sang suami yang sedang memegang sumpit untuk menyuapi anda makan lalu tersangkut-sangkut digusi. Sukses? Aku sukses.. 😅

Nah, setelah disuntik maka akan muncul rasa tebal pada bagian gusi hingga ke tenggorokan. Sialnya, saat itu saya sedang terkena flu dengan hidung yang luar biasa mampet. Spontan saya langsung mau muntah saat proses anastesi selesai karena merasa lobang tenggorokan saya tertutup. Hal ini berlangsung selama 3 kali saat proses pencabutan gigi. Jadi, buat kalian yang sedang terkena flu dengan hidung mampet ada baiknya untuk reschedule jadwal cabut gigi yang perlu proses anestesi ini ya.

Proses pencabutan gigi memakan waktu cukup lama. Saya hampir satu jam loh, sampai kasian juga melihat wajah dokter giginya berputar-putar dan berkeringat. Tapi Alhamdulillah, akhirnya gigi saya berhasil dicabut. Yes..

Ehm, dalam proses pencabutan sakit ga?

Karena sudah anestesi lokal tentu saja tidak sakit. Dokter bahkan menyuruh saya untuk mengangkat tangan kiri kalau kesakitan (ga perlu bawa bendera putih juga ya.. 😅). Nah, selama satu jam gigi saya di ‘utak-atik’ dokter tetap tidak sakit hanya terasa sekali digoyang-goyangnya. Pokoknya buat kamu yang mengalami problematika sama sepertiku, jangan takut ke dokter ya.

Perawatan Pasca Pencabutan Gigi Bungsu

Nah, berikut adalah hal yang harus diperhatikan pasca pencabutan gigi bungsu:

1. Jangan langsung makan sehabis proses pencabutan. Biarkan jeda selama 1-2 jam. Karena itu, sebelum mencabut gigi Anda harus makan dulu karena prosesnya cukup melelahkan loh.

2. Gunakan Tampon atau kasa lipat untuk menyerap darah pada gigi yang dicabut. Selama 2-3 hari bekas gigi bungsu padaku masih sedikit berdarah, jadi ini terpakai sekali.

3. Jangan sesekali iseng memainkan bekas gusi yang dicabut dengan lidah, karena akan membuat pendarahan pada gusi

4. Makanlah makanan yang lunak selama 2-3 hari seperti bubur, lontong, dll

5. Meski sudah 2-3 hari pasca cabut gigi, jangan menggunakan bagian gigi yang dicabut untuk mengunyah makanan.

6. Minum obat yang telah diresepkan secara teratur.

Berapa Biaya Cabut Gigi Bungsu?

Biayanya?

Gratis. Alhamdulillah, saya kan pasien bpjs. Hihi..

Beruntunglah saya karena problematika gigi bungsu saya termasuk biasa saja jika dibandingkan dengan pasien gigi bungsu yang lain sehingga prosesnya juga cukup sederhana. Ya, gigi bungsu saya sebenarnya cukup normal jika saja ia tidak berlubang karena penyumbatan kotoran makanan karena tertutupnya gusi. Gigi saya tidak mengalami impaksi serius sehingga tidak memerlukan proses dilematis seperti operasi dsb.

Nah, punya pengalaman menarik seputar gigi bungsu sepertiku? Sharing yuk!

Sumber artikel:

aladokter.com

halogigi.com

IBX598B146B8E64A