Browsed by
Category: Psikologi

Lelaki Introvert vs Ekstrovert.. Pilih Mana? 

Lelaki Introvert vs Ekstrovert.. Pilih Mana? 

Halo para jomblowati? Apakabar? Masih ingat postingan saya dulu tentang 8 Syarat Lelaki yang Patut dijadikan Suami?

Aku rasa tulisan itu masih banyak kurangnya ya. Karena aku pikir-pikir lagi tiap kondisi wanita itu unik. Passionnya unik. Hidupnya unik. Tipenya juga unik-unik. Makanya jangan heran kalo tipe lelaki yang dipilihnya jadi pasangan hidup malah out dari perkiraan kita. 

Apapun itu asal happy ending.. Its okey!!! Its your Choice! 

Tapi sebuah pilihan memang wajib untuk dipertimbangkan terlebih dahulu. Karena menikah adalah pilihan yang tak akan bisa diulang-ulang. 

Memilih karakter dan kepribadian pasangan yang pas adalah salah satu hal yang harus dipertimbangkan dalam mencari pasangan hidup. 

Dalam hal ini aku hanya mengambil lingkup kepribadian pada introvert dan ekstrovert saja. Aku rasa ini adalah basic dari sebuah kepribadian. Jadi tidak perlu lah ya aku menjabarkan menjadi sanguinis, koleris, melankolis dan plegmatis. 

Sebelum berbicara lebih spesifik tentang pilihan dua kepribadian ini terlebih dulu aku mau opening dulu. Kuharap bukan nyurcol ga jelas lagi deh ya.. Haha.. 

Apa itu Ekstrovert? 

Ekstrovert adalah kepribadian yang menyukai dunia luar dan berinteraksi didunia luar. Kalau dalam bahasaku, Ekstrovert itu memiliki dunia bulat. 

Ciri-ciri kepribadian Ekstrovert bagi lelaki adalah:

1. Mudah Bergaul

Lelaki Ekstrovert biasanya mudah dalam bergaul. Hal ini karena pada umumnya orang ekstrovert memiliki aura positif sehingga wajahnya lebih bersinar dan suka tersenyum. Dia tidak sungkan untuk menyapa terlebih dahulu lawan bicaranya. 

Jika didalam lingkup sekolah lelaki ekstrovert banyak dijumpai pada lingkup OSIS hingga anak band. Biasanya lelaki ekstrovert cenderung populer dilingkungannya. Disukai banyak wanita serta memiliki banyak teman dilingkup manapun. 

2. Memiliki Kepercayaan diri yang tinggi

Lelaki ekstrovert biasanya memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Lihat saja, tipikal pemimpin pada masyarakat biasanya berkepribadian ekstrovert. Lelaki ekstrovert tidak sungkan untuk mengacungkan tangan tanda siap untuk memimpin. 

Lelaki ekstrovert suka menarik perhatian. Dia suka menjadi pusat perhatian karena itulah dia haus akan pujian. Karena kepercayaan dirinya yang tinggi lelaki ekstrovert sangat ambisius dan tak takut dalam mengambil keputusan. 

3. Suka berpetualang 

Lelaki ekstrovert tak betah berlama-lama duduk diam disuatu tempat. Dia menyukai petualangan. Karena itu aku pernah berkata bahwa dunia ekstrovert adalah bulat. 

Lelaki ekstrovert lebih senang menghabiskan waktu luangnya untuk berteman dan berpetualang. Dia sangat jarang berada dirumah. Lelaki ekstrovert senang dengan dunia baru dan belajar dari orang-orang baru dengan media petualang. 

4. Suka berbicara 

Lelaki ekstrovert itu biasanya suka menggombal.. Haha.. Becanda ding..

lah emang bener loh.. 😂

Kenapa ya? Karena biasanya kekuatan lelaki ekstrovert ada pada verbal. Bukan pada kekuatan nalar. Mereka cenderung berbicara sebelum berpikir karena lelaki ekstrovert lebih mengandalkan skill komunikasi. 

Pernah punya teman selalu menang debat padahal kemampuan tertulisnya biasa aja? Ya, dialah ekstrovert. Mereka sih jagonya ngomong! 

Aku bahkan yakin bahwa gombal versi “Bapak Kamu… Bla.. Bla..” pasti dimulai dari ide lelaki ekstrovert. 😅

Oke,itu Lelaki Ekstrovert.. Gimana dengan Introvert? 

Introvert adalah kepribadian yang menyukai dunianya sendiri. Dalam istilahku introvert itu punya dunia kotak. 

Ciri-cirinya? Kebalikan Ekstrovert lah yang pasti. How? 

1. Sulit bergaul

Kebanyakan lelaki introvert lebih sulit bergaul dibanding lelaki ekstrovert. Penyebabnya yaitu aura kepribadian introvert adalah aura negatif yang memiliki flat face dan tidak bisa berekspresi. 

Dalam lingkup sekolah biasanya lelaki introvert terkenal sebagai kutu buku, pecinta anime, juara kelas, hingga penulis mading. 

Lelaki Introvert lebih senang bergaul dengan komunitas yang sealiran dengannya. Biasanya, lelaki Introvert tidak populer dan tidak punya pacar. Hahahha.. 😂

2. Kepercayaan diri Rendah 

Biasanya lelaki introvert memiliki jiwa tampil yang rendah. Dia lebih senang menjadi pejuang dibelakang layar dibanding ‘unjuk gigi’. Biasanya hal ini karena sudah dari sononya mereka jelek 😂

*becanda euy.. 😅

Lelaki introvert tidak suka menarik perhatian. Tetapi dia juga butuh pujian. Bedanya, satu pujian bagi introvert tahan untuk ‘pengisi kebahagiaan’ dalam beberapa bulan hingga tahun. Sementara satu pujian bagi ekstrovert akan expired beberapa hari kemudian. Mari kita ibaratkan pujian sebagai kadar dopamine. 😂


3. Tidak suka banyak bicara

Lelaki introvert tidak suka banyak bicara. Lebih tepatnya apa yang ada pikiran dan yang keluar pada mulutnya tidak sama. 

Tau pribahasa diam itu emas?  

Pribahasa itu berlaku untuk para introvert. Karena ketika berbicara terkadang maksudnya menjadi ‘tidak jelas’ dan membawa pemahaman berbeda. Nalar introvert biasanya lebih meluas dibanding Ekstrovert. Karena itu media yang dia butuhkan untuk berekspresi dengan benar adalah dengan media tulisan. 

4. Punya Dunia Kotak 

Lelaki Introvert adalah tipe rumahan sejati. Aktivitasnya? Dimulai dari membaca buku, baca anime, nonton TV, tidur, main game. Sudah sangat membahagiakan. 

Lelaki Introvert tidak suka dengan dunia luar yang ramai. Dia tidak bisa ‘hidup lama’ didalamnya. Dunianya kotak. 

Well, aku sudah menjelaskan perbedaan antara lelaki ekstrovert dan introvert. Sekarang, yuk kita lihat kelebihan dan kekurangannya:

Lelaki Ekstrovert 

(+) 

Semangat dan Percaya diri tinggi

Punya banyak relasi

Populer

Suka memuji

(-) 

Memiliki kecenderungan selingkuh

Cenderung tidak hemat

Lelaki Introvert 

(+) 

Cenderung Setia

Cenderung Hemat

Jujur dan Polos

Biasanya Pintar

(-) 

Tidak suka jalan-jalan

Jarang memuji

Kaku dan tidak populer


Setiap kepribadian memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun, pertanyaan selanjutnya adalah kepribadian mana yang dirasa ‘cocok’ untuk kita? 

Banyak yang berkata padaku “jika kita memiliki kepribadian introvert, maka tutupi kekurangan kita dengan mencari pasangan yang ekstrovert, pun sebaliknya” 

Apa aku percaya begitu saja dengan perkataan itu? Ya, tentu saja.. Masuk akal sekali.. Aku percaya! 

Tapi keinginan tidak selalu berjalan sesuai kenyataan. Sejak remaja hingga kuliah aku tidak pernah sekalipun dekat dengan lelaki yang memiliki kepribadian ekstrovert. Jikapun dekat, tak pernah bertahan lama. Sebagian ‘kupikir’ hanya sekedar iseng atau bermain-main. 

Kenapa? Karena tidak nyambung! 

Kepribadian ekstrovert dan introvert jelas berlawanan. Dari segi manapun kepribadian ekstrovert dan introvert saling mengkritik satu sama lain. Dan jarang sekali mendapati saling pengertian antar keduanya. 

Apa itu pendapat pribadi?

Sejauh ini pendapat itu berdasarkan pengalamanku saja. Memang ada sebagian yang betah tetap bersama dengan kepribadian yang berlawanan dengan alasan “saling menutupi kekurangan masing-masing” 

Namun, izinkan aku untuk membuka sedikit pemikiran.. 

Berapa 3-3? 0

Berapa 3×3?9

Terus? Apa hubungan matematika dasar diatas? Hehe.. 

Oke, Saling menutupi kekurangan adalah hal yang baik. Tapi dalam realita rumah tangga saling menutupi kekurangan sebenarnya adalah hubungan yang tidak produktif. 

Tidak produktif? 

Ya, suatu hubungan butuh kerjasama dari dua orang yang berkomitmen dan solid. Bagaimana bisa hubungan akan berjalan baik jika masing-masing sibuk menutupi kekurangan satu sama lain saja? 

Menjadi kuat adalah tanggung jawab masing-masing individu, bukan tanggung jawab orang lain. 

Terus?

“Find Someone who Complimentary not Supplementary” (Opprah Winfrey) 

Kesimpulannya? Jika anda ekstrovert, cari pasangan ekstrovert. Anda akan bahagia menemukan satu pasangan yang satu hoby dengan anda. Hoby yang sama akan membangun rasa cinta yang besar terhadap pasangan masing-masing. Anda bisa menghabiskan hidup dengan mencintai petualangan tanpa harus repot dikritik oleh pasangan masing-masing. 

Jika anda introvert, cari pasangan introvert pula. Akan sangat lucu jika suami menyukai dunia bulat sementara anda menyukai dunia kotak. Hoby introvert jika berkembang dan didukung oleh pasangannya akan menghasilkan hal yang produktif pula. 

Apa jadinya jika kita memilih seseorang yang berkepribadian bersebrangan dengan kita?

Ya, pribadi yang dominan akan ‘mendominasi peraturan rumah tangga’. Apa efeknya? Efeknya kita tidak bisa menjadi diri sendiri karena identitas asli dan bakat kita tertutup. 

Oke, sekian tulisan edisi ‘mencari cinta’ part 2 yang saya tulis. Memang, tulisan ini tidak aplikable untuk setiap orang. Tapi, paling tidak mungkin anda dapat sedikit pencerahan.. 🙂 

Sumber Gambar

8 Hal yang membuat Stay at Home Mom Gagal Move On

8 Hal yang membuat Stay at Home Mom Gagal Move On

Setiap wanita didunia diciptakan dengan rahim yang berbeda serta lingkungan yang berbeda pula. Hal itulah yang membuatnya unik antara satu dengan yang lain. Keunikan dari setiap karakter dan passion wanita terkadang membuatnya memilih jalan yang berbeda pula ketika dewasa. Ada yang memilih untuk mengutamakan perkembangan diri dengan menunda-nunda pernikahan. Ada yang merasa menikah akan meningkatkan kualitas hidupnya dibanding menyandang status single sehingga memutuskan menikah dini. Ada pula yang beruntung, bisa menikah serta sekaligus dapat mengembangkan diri dalam rutinitas rumah tangga_mengurus anak dan suami.

Tentu setiap pilihan dari wanita setelah menikah adalah pilihan yang berharga. Stay at Home dan Working Mom itu adalah Super Mom. Tidak ada yang melebihi status spesial dari pada yang lain. Status Ibu_apapun plihannya adalah status mulia.

Ya, status mulia dengan tanggung jawab besar. Hanya saja dalam mengelola tanggung jawabnya sang Ibu diharuskan selalu bahagia. Ibu yang tidak bahagia akan menghasilkan output yang tidak sempurna_tidak bahagia pula.

Siapa yang tidak bahagia? Working Mom? Stay at Home Mom?

Yeah.. Kata siapa Ibu yang fokus mengurus rumah tangganya dirumah saja akan selalu bahagia? Ya, Belakangan ini aku sering melihat beberapa keluhan, terutama dari Full time Mother. Keluhan itu awalnya adalah keluhan kecil_kemudian membesar dan merembet pada hal-hal yang besar. Ledakan dari keluhan Full time Mother tidak jarang menjadi sorotan disosial media. Apa yang salah dengan selalu berada dirumah sehingga membuat Ibu tidak bahagia?

Apa sebenarnya yang membuat para Ibu (Pepes) ini begitu depresi dirumah?

Ya.. Ya.. Aku tau.. Mereka mempunyai seribu alasan dibalik itu. Aku juga pernah merasakannya selama 2 tahun. Padahal, pilihan menjadi Full Time Mother adalah pilihanku sendiri. Lantas, bagaimana bisa aku tidak bersemangat menjalaninya?

Yup, itulah yang dinamakan IRT gagal Move On. Jadi, ngapain jadi IRT tulen kalo ujung-ujungnya dia kerjaannya depresi dikamar dan mengurus suami dan anak dengan tidak ikhlas? There’s something Wrong Mom. U know it.

Apa saja sih yang membuat IRT ini gagal Move On? Yuk, kita bahas satu per satu.

1. Memesan Menu yang ‘SALAH’ 

Menu? Salah? Eh, kau pikir ini makanan?

Iya, rumah tangga itu adalah sebuah pilihan mom. Pilihan menu, begitu sederhananya.

Bayangkan aja, anda berada disebuah restoran. Anda ‘buta’ dengan nama menu yang ada direstoran tersebut. Kemudian memesan makanan secara asal. Ketika makanan datang, anda malah mau mun*ah dengan rasa makanannya.

Anda punya dua opsi saat itu. Yang pertama adalah memaksa tetap makan dan munt*h setelahnya. Yang kedua adalah mengganti menu yang lain.

Kebanyakan Rumah Tangga berjalan dan baru sadar 2-3 bulan hingga beberapa tahun bahwa dia menjalani pilihan hidup yang salah. Pilihan yang salah ini seharusnya dapat didiskusikan dan direnungkan bersama dengan suami. Katakan apa yang sebenarnya anda inginkan. Pilihlah menu yang benar yang sesuai dengan Passion anda.

2. Tidak memiliki Tujuan Hidup yang jelas

Kebanyakan Full Time Mother melupakan inti tujuan hidupnya. Selama berjam-jam lamanya setiap hari mereka lebih memilih menghabiskan waktu hidupnya sebagai Inem Tulen dirumah.

Lah? Emang salah? Nyapu, masak, nyuci itu pahala. Kamu kan ga tau bla bla bla..

Iya, iya Momm.. Saya tau. Tau banget malah.. 😅

Masalahnya disini adalah terkadang Ibu dirumah itu terkena sejenis ‘Genjutsu’ (kumat bahasa naruto saya) ketika berada dirumah. Terlena dengan kegiatan dirumah sehingga lupa dengan list list wajib yang seharusnya lebih dia utamakan. List Visible Job yang membuatnya seharusnya bahagia.

Setiap Ibu dengan Passion berbeda tentu memiliki tujuan berbeda pula. Maka, disini saya tidak akan menggurui kira-kira apa patutnya tujuan yang membuat hidup Ibu lebih bersemangat. Kan aneh ya kalo saya bilang

“Gimana kalo nyusun kegiatan belajar anak seminggu?”

“Gimana kalo nyusun daftar kue n masakan yang belum pernah dicoba? ”

“Gimana kalo minggu depan diadakan pertemuan antar Ibu-Ibu… Dan ini kegiatan yang akan dilaksanakan”

“Gimana kalo Besok Beli Ini, dibikin ini trus digini.. Digini”

Ya.. Itu contoh ya Ibu-ibu.. Jangan dibawa baper.. Sebagai saran akhir saya cuma bisa bilang pilih tujuan hidup yang bermakna Investasi masa depan dan minimal sesuatu yang Visible. Jangan ngerjain sesuatu yang invisible aja (nginem). Itu pahala emang bu.. Pahala.. Tapi kita butuh sesuatu yang visible supaya hidup kita makin semangaat.

Mulailah membuat list tujuan hidup baru. Tuliskan pada secarik kertas dan ditempel pada dinding kamar. Trus? Gimana kalo semuanya tidak kesampaian? Jangan mikir kesitu dulu buu.. Yang penting anda sudah menulis sebuah tujuan. Itu adalah sebuah niat yang mulia apapun hasilnya nanti.

3. Berada didunia yang salah

Ada beberapa Stay At Home Mom yang menikmati pekerjaannya dirumah. Cukup puas dengan melatih skill memasak, mendokumentasikan kegiatan dengan anak, berjualan online, ataupun menulis. Ialah Ibu yang Introvert. Ibu yang cukup senang berada didunia kotak.

Tapi ada beberapa Ibu yang bagaimanapun usaha dan kegiatannya dirumah maka perasaannya tetap saja bosan. Ibu jenis ini adalah Ibu yang ekstrovert. Ibu yang butuh piknik, kuliner, kerja diluar dan Silaturahmi. Ibu yang butuh dunia bulat, bukan kotak.

Apa jadinya jika si Ibu Ekstrovert berada didunia kotak? Dan apa jadinya Ibu Introvert yang berada didunia Bulat?

Ya, mereka tidak bisa berkembang. Karena setiap Ibu punya dunia masing-masing yang membuatnya merasa hidup.

4. Tidak memiliki Komunitas yang Mendukung

Aku sering mendengar Working Mom nyinyir  “Ibu anu tu kerjaan tiap sore pasti deh ngerumpi di rumah ibu anu, ngumpul sampe jam 5 sore. Ngapain aja sih ga ada kerjaan aja”

Hihi, iya.. Syukur aja ya ngomong sama aku yang cenderung suka dirumah dan punya komunitas onlineku sendiri. Tapi gimana dengan Ibu yang disebutnya tadi?

Ya, Ibu tersebut adalah jenis Ibu yang haus akan Silaturahmi. Jika menulis adalah wujud dari cara mengatasi kewarasanku maka bicara adalah alat pemuas kebutuhan bagi Ibu tersebut. Lagi pula, tau apa Ibu bekerja tentang pentingnya ngerumpi? Toh mereka juga punya teman dan komunitas sendiri dikantor.

Komunitas adalah kumpulan dari beberapa orang dimana didalamnya terdapat berbagai jenis orang yang memiliki tujuan yang sama. Komunitas ini penting bagi Ibu Introvert maupun Ekstrovert. Karena walau bagaimanapun juga tidak ada Ibu yang hobi ngomong sendirian kecuali dia gila. Bagi Ibu Ekstrovert ngerumpi dengan tetangga adalah jenis terapi melalui komunitas. Bagi Ibu Introvert, wujud komunitas dengan menulis dimedia Online seperti WA, Bbm, Fb, Twitter dan Instagram adalah jenis terapinya.

5. Tergila-gila dengan Kesempurnaan

Ada yang begini? Suka menyempurnakan segala sesuatu hal terkait suami anak dan rumah? Ya, itu aku.

Dulu sejak memutuskan menjadi Full Time Mother aku sering membaca artikel berkaitan dengan Parenting hingga tentang Masakan dan Baking. Aku ingin seperti Mama-mama kece yang sebegitu gampangnya menulis hal-hal ini.

Anak tak boleh lama-lama didepan TV, tidak boleh mainan gadget. Anak it seharusnya bla bla bla.. 

Istri yang disayang suami adalah istri yang jago ini.. Ini.. Ini.. 

…dan bagaimana pun beratnya tugasmu Rumah harus RAPI DAN BERSIH. 

Aku melakukan semuanya selama setahun dan menyadari bahwa diriku hanya terkikis habis untuk mengejar sebuah kesempurnaan tanpa mengasihani diriku sendiri. Ya, aku perlu aktualisasi diri dan mengurangi kadar sempurna.

Bagaimanapun juga hidup wanita harus seimbang. Ia tidak bisa menjadi sempurna dimata anak dan suami saja. Ia butuh menjadi pribadi yang sehat pula.

Mengejar kesempurnaan juga patut berlaku pada Working Mom. Ya, jika Full time Mother mengejar kesempurnaan untuk suami dan anaknya maka biasanya tidak jarang ada pula working mom yang mengejar kesempurnaan untuk aktualisasi dirinya saja sehingga melupakan kewajibannya dirumah.

6. Memiliki Suami yang Mendominasi

Memiliki tipe suami yang otoriter adalah salah satu hal yang membuat Full Time Mother tidak bisa Move On. Suami yang egois, merasa statusnya sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah menjadikannya alasan untuk mendominasi segala peraturan dirumah.

Type suami seperti ini akan sulit sekali membuat sang Ibu Move On. Karena gerakan sang Ibu seperti terbatasi oleh tali tak terlihat yang dlilitkan ditubuhnya.

Jika memiliki type suami seperti ini maka ada baiknya anda mengajaknya berbicara. Kemukakan segala keinginan anda. Karena biarpun anda adalah Guru dirumah anda_bagaimanapun juga suami adalah kepala sekolahnya.

Dan buat para suami, jadilah suami yang demokratis. Suami yang bisa melihat, mendengar dan menyejukkan jiwa istri dirumah. Bukan hanya menuntutnya menjadi serba sempurna dalam segala kegiatannya.

7. Kurangnya dorongan Semangat dari Suami

Dibalik suami yang luar biasa selalu ada istri luar biasa dibelakangnya.

Dibalik istri luar biasa selalu ada suami luar biasa yang mendukungnya.

Ya.. Ya.. Istri perlu dukungan dan semangat darimu wahai suami…!!!

Aku pernah bertemu dan melihat berbagai tipe lelaki. Ada yang ekspresif, jutek namun perhatian, hingga lebay tingkat tinggi. Tapi dari semuanya yang paling menyebalkan adalah tipe lelaki flat face dan robot feeling.

Apa itu Flat Face and Robot Feeling? Yup suami yang jarang tersenyum. Suami yang tidak ekspresif hanya menjawab segala pertanyaan sang istri hanya dengan “Iya” atau “terserah” dengan muka flat seakan akan tidak perduli. Keadaan ini diperparah dengan sibuknya jam kerja dari suami diluar. Aku berani bertaruh, Full Time Mother yang memiliki suami tipe begini lama kelamaan akan stress tingkat tinggi.

Jangankan memberi semangat untuk maju kepada sang istri. Menjadi pendengar yang baikpun suami tipe begini tidak bisa. Jika kebetulan suami anda seperti ini ada baiknya anda menulis surat padanya. Kemukakan segala perasaan anda. Biasanya suami tipe seperti ini lebih ekspresif pada media tulisan. Ya, bisa jadi dia introvert robot yang benar-benar tulen. Tidak ada salahnya dicoba bukan? 🙂


8. Menyalah-artikan kata ‘Syukur’ 

Menyalah-artikan makna syukur adalah hal yang paling sering aku jumpai pada Full Time Mother.

Apa itu syukur? Syukur adalah sebuah rasa berterima kasih yang tinggi atas segala karunia yang diterima dalam kehidupan yang diperoleh dari usaha. 

Ya, usaha Ibu-ibu.. Bukan hanya bersyukur karena Gajih Suami cukup kemudian kita bisa memasak enak lalu segala urusan rumah tangga selesai.

Memasak usaha juga kok.. 

Iya, memasak juga usaha. Namun, pastikan anda senang mengerjakannya. Menganggapnya adalah bukan hanya sebagai media untuk menyenangkan suami tapi juga merupakan passion anda. Karena percuma jika kita mengerjakan sesuatu yang tidak kita sukai. Perasaan itu akan menimbulkan rasa tidak ikhlas kemudian mencemari rasa syukur itu sendiri.

Aku percaya kadar tingkatan usaha dalam rasa syukur setiap Ibu berbeda-beda. Ya, setiap ibu punya ladang pahalanya sendiri. Tapi pastikan anda melakukannya sesuai dengan passion yang sesuai dan dilandasi rasa ikhlas.

Mengenal Gejala dan Penyebab Baby Blues Syndrome & Post Partum Depression serta cara Mengatasinya

Mengenal Gejala dan Penyebab Baby Blues Syndrome & Post Partum Depression serta cara Mengatasinya

Setiap Ibu yang sudah memiliki anak tentu mengenal atau paling tidak pernah mendengar istilah Baby Blues Syndrom, Iya tidak? Nah, Apa itu?

Bukan, ini bukan diterjemahkan jadi ‘bayi biru sindrom’ seolah-olah itu tentang bayi yang mendadak biru karena pasca dilahirkan. Baby Blues Syndrome adalah salah satu jenis gangguan psikologis Ibu pasca melahirkan. 

“What? Habis melahirkan kok jadi gila bukannya seneng? Harusnya jadi Ibu tuh kudu senang trus ikhlas dengan pekerjaan menjadi Ibu, harusnya bersyukur dikasih anak melahirkan juga cesar, ga sakit. Dasar mungkin dia emang udah gila duluan kali..  😛” (sering nemu orang bicara gini? Udah, tabok aja.. Wkwkwk😂)  

Baby Blues Syndrome adalah gangguan psikologis dimana Ibu pasca melahirkan merasa sedih, cemas dan emosi berlebihan yang tidak normal dan tidak sewajarnya, parahnya kondisi ini dapat semakin meningkat. Baby Blues Syndrome dialami sekitar 50-80% wanita setelah melahirkan khususnya bayi pertama. Biasanya terjadi pada 2 minggu pertama setelah melahirkan. Eits, bukan cuma dua minggu, jika kondisi ini tidak ditanggulangi maka akan semakin lama dan parah sehingga menjadi Post Partum Depression yaitu jenis gangguan psikologis yang berkelanjutan hingga lebih dari 2 minggu. 

Kenapa sih Ibu jadi Gila? Oh, bukan. Jangan sebut ini Ibu gila. Saya percaya setiap orang punya gangguan psikologis sekecil apapun itu. Bahkan narsis pun sebenarnya termasuk salah satu gangguan psikologi (itu loh, kamu kamu yang suka sekali selfie sampai berjam-jam biar bagus dan kecewa dapet like cuma satu, mungkin perlu konsultasi juga ke dokter😅) . Jadi jangan menyamaratakan Ibu yang terkena Baby Blues hingga Post Partum Depression dengan Ibu Gila seolah olah kerjaannya teriak-teriak ‘BUNUH.. BUNUH’. Bukan ya.. Bukaaaan..😂

Terus, gejala Baby Blues itu gimana sih? Berikut gejalanya:

1. Emosi sangat labil, mudah marah, gampang tersinggung dan sering hilang rasa sabarnya.

2. Sering merasa kurang percaya diri 

3. Sering mengalami rasa cemas, merasa bersalah hingga merasa tak pantas menjadi Ibu

4. Mengalami kesulitan istirahat atau susah tidur

5. Tidak memperdulikan bayi (ini gejala kronis yang mengarah ke Post Partum Depression) 

Perlu diketahui setiap gejala diatas itu pasti ada penyebabnya. Berikut ini adalah beberapa penyebab Baby Blues Syndrome :

1. Perubahan Hormon

Beberapa ahli percaya bahwa penyebab Baby Blues adalah hormon-hormon didalam tubuh Ibu mendadak mengalami perubahan-perubahan yang besar. Terjadi Penurunan secara drastis kadar hormon estrogen dan progesteron serta hormon lainnya yang di produksi oleh kelenjar tiroid yang menyebabkan ibu sering mengalami rasa lelah, depresi dan penurunan mood.

Anda tau bagaimana rasa PMS? Nah, Ibu pasca melahirkan ini ibarat kena siklus PMS yang ditumpuk selama 9 bulan dan baru meledak. Gimana? PMS anda separah apa terus kalikan aja 9 (Iya, KALI SEMBILAN). Ngerti ga gimana? 

2. Terkejut dengan Kelelahan

Baby Blues biasanya terjadi pada anak pertama. Sang Ibu yang tadinya senang dengan kelahiran anaknya kemudian terkejut dengan aktivitas menyusui yang tiada hentinya, akibatnya waktu beristirahat terganggu padahal Ibu juga butuh Istirahat pasca melahirkan. 

Faktor Kelelahan rata-rata dialami oleh Ibu yang mengerjakan semuanya sendiri. Bahkan untuk urusan rumah tangga seperti memasak, membersihkan rumah dan mencuci harus dilakukan oleh Ibu. Mungkin, bagi Ibu yang memiliki ART atau keluarga hingga suami super pengertian faktor ini tidak terlalu berpengaruh. 

3. Rasa Sakit pasca Melahirkan

Rasa sakit pasca melahirkan adalah salah satu faktor yang turut menyebabkan babyblues. Baik itu sakit pada jalan lahir atau sakit pada jahitan perut hingga sakit pada bagian payudara. 

Rasa sakit ini jika tak mendapat penanganan dan perhatian maka akan menyebabkan kondisi psikologis Ibu turut terganggu. 

4. Riwayat Psikologis Ibu

Ada beberapa orang didunia ini yang membawa sedikit ‘kelainan’ jiwa. Ada yang terbawa secara biologis. Ada pula yang disebabkan oleh trauma, inner child dan faktor riwayat hidup lainnya. 

Ada beberapa Ibu yang terkena penyakit kejiwaan serius. Sebut saja seperti schizophrenia (u can search it on Google) . Salah satu contoh Ibu yang mengalami ini adalah Andrea. Ibu yang membunuh keempat anaknya dibak mandi yang awalnya disebabkan oleh penyakit jiwa dan babyblues yang tidak ditangani sehingga menjadi semakin parah. Jenis yang satu ini bukan lagi termasuk Baby Blues Syndrome namun Sudah menjadi lebih parah dibanding Post Partum Depression. Mungkin ada yang tau nama yang lebih tepat? 

Lantas, Bagaimana mengatasi Baby Blues ini? Jawabannya hanya satu teman yaitu PENGERTIAN. Well, masih belum ngerti juga apa yang harus di mengerti? *Baiklah, tulisan ini sepertinya harus panjang*

Sebagai Ibu yang pernah mengalami Baby Blues Syndrome hingga Post Partum Depression, aku ingin berbagi pengalaman tentang cara mengatasi gangguan Psikologis ini. Cara-cara dibawah ini terbukti efektif (untuk aku loh ya):

1. Yakinkan Ibu menyukai pekerjaannya

Ibu tentu pernah mengalami Kejenuhan berada dirumah, Iya? Hal ini banyak dialami oleh seorang Ibu Rumah Tangga yang seharian memang dirumah saja. Kejenuhan terjadi karena ia tak sempat melakukan hal yang benar-benar disukainya. Betul, ini berkaitan dengan Me time atau hoby. 

Apa ada Ibu yang hoby mencuci, menyetrika, dan membersihkan serta merapikan seluruh rumah, jika ada ini langka sekali. Aku sendiri jelas tidak menyukai rutinitas ini, tapi aku pecinta kebersihan dan kerapian. Sudah jelas bagi para IRT tanpa ART yang menyukai kebersihan maka rutinitas ini wajib dilakukan. 

Apa ada Ibu yang hoby memasak? Ini mungkin banyak. Tapi, passion memasak adalah Jenis Passion yang membutuhkan waktu yang lama dalam prosesnya. Seringkali karena kesibukan seputar bayi dan kebersihan mengakibatkan terhambatnya aktivitas memasak. 

Bagi Ibu Introvert menemukan Passion didalam rumah tentu hal yang mudah. Hoby memasak, menulis, membaca hingga menonton TV sudah sangat menghibur. Tapi, bagaimana dengan Ibu yang Ekstrovert? Yang kebahagiaannya tersalur dengan banyaknya jalan-jalan dan silaturahim. Hal ini tentu tidaklah mudah. 

Hoby yang tersalur tentu akan membuat Ibu menyukai aktivitasnya dirumah. Perasaan ikhlas dalam mengerjakan pekerjaan rumah adalah perasaan yang timbul dari energi positif. Energi positif didapat dari tersalurnya Passion sang Ibu. Setuju? 

Maka, jangan biarkan Ibu tak sempat menyalurkan hobynya karena seluruh waktunya habis untuk pekerjaan rumah. Aku berbicara padamu hei para suami. 

2. Hindari berkomunikasi terlalu lama dengan orang-orang yang tidak menyenangkan

Hindari berkomunikasi terlalu lama dengan orang-orang yang suka menyindir dan sok perfeksionis. Ini hanya akan memperburuk kondisi psikologis Ibu yang terkena baby blues. 

Wah, Bagaimana? Aku tinggal sama mertua. Mertuaku bla bla bla.. 

Mertua sok perfeksionis? Iya.. 

Mertua suka menyindir? Iya.. 

Solusinya, beranikan membeli atau menyewa rumah. Ini mungkin memberatkan, tapi ini jauh lebih baik dibanding menahan kondisi psikologis yang seperti terus menerus dilempari batu. Percayalah mom, Aku tau Bagaimana rasanya. Aku sempat berdiam dirumah mertua beberapa bulan saat memiliki anak yang masih menyusu. Aku dan Suami pun juga merintis segalanya dari nol, tidak punya apa-apa. Kemudian Kami memberanikan diri mengkredit rumah demi terpeliharanya kesehatan psikologisku dan juga Rumah Tangga tentunya. 

Namun, biarpun memiliki Rumah sendiri dilingkungan pertengahan kota dimana para tetangga sibuk dengan urusan masing-masingpun tetap harus berhati-hati dengan berkomunikasi. Dimana? Betul, di media sosial. 

Media sosial dimana Ibu bisa mengeluarkan pendapatnya. Media sosial juga merupakan tempat belajar Parenting. Sering sekali kita menemui orang-orang sok perfeksionis dan terkadang suka menyindir orang yang tak sempurna sepertinya. Jika melihat orang seperti ini simple saja, blokir, delete, Unfollow. Selesai. 😊 

3. Berteman dengan orang yang mengerti keadaan kita

Aku termasuk salah satu Ibu yang tidak suka dengan ‘keributan’. Aku Ibu perkotaan yang jarang bersosialisasi langsung dengan masyarakat. Hanya sosial media seperti Bbm, WA, Fb, Instagram yang mengisi ruang sosialku. 

Sering aku ikut sebagai member Peduli ASI, Parenting dan bla bla. Disana sering sekali aku melihat Ibu yang curhat dengan gaya ‘khas babyblues’ tentang ASI, tentang anak, tentang mertua dan sebagainya. Namun, para anggota terlalu sering memojokkannya seolah-olah dia satu-satunya yang bersalah atas ketidakberhasilannya. Sebenarnya, aku juga pernah menjadi salah satu korban dalam pertanyaan konyol. Saat itu aku bertanya tentang ASIku yang tak kunjung bisa diperah. Hasilnya? Haha.. Iya akulah yang disalahkan, seberapapun aku berusaha menjelaskan. Jika bertemu komunitas yang tak sepaham seperti ini simple saja, Keluar saja, cari yang sepaham dengan kita

Aku sendiri percaya bahwa setiap ilmu parenting tidak aplikable dengan setiap kondisi Ibu. Memaksakan suatu teori akan berpengaruh pada psikologi Ibu. Aku lebih suka mengambil jalan tengahku sendiri dan saling support dengan Ibu yang senasib denganku. 

4. Berikan ibu sebuah penghargaan, bukti peran penting dirinya

Siapa Ibu yang suka mengeluh dengan suami? Angkat tangan 🙋

Aku pribadi suka sekali mengeluh. Ingin sekali rasanya pekerjaan yang aku lakukan ini memiliki hasil. Bukan sekedar pekerjaan yang tiada habisnya. 

Bukan, ini bukan tentang uang. 

Simple sekali bentuk penghargaan itu wahai suami…

Puji dia atas masakannya, walau tak terlalu enak, berterima kasih padanya atas segala yang ia lakukan, belai rambutnya setiap malam agar ia tau bahwa ia disayangi. Simple sekali bukan? 

5. Beri Ibu waktu luang untuk melakukan kegiatan agamis

Aku selalu salut dengan para Ibu yang memiliki anak yang masih menyusu namun masih sempat sholat Tahajud dan Mengaji tiap malam. Salut sekali. 

Tapi aku lebih salut dengan suaminya jika ia bisa melakukan semua itu. Pasti ada suami yang membantu dibalik semua itu bukan? Ya, Aku yakin sekali. 

Kegiatan Agamis akan membantu mengatasi masalah psikologis. Lantunan ayat Al-Qur’an adalah Therapy terbaik agar mengingatkan kita akan Tujuan yang lebih luhur. 

6. Bantu kegiatan Ibu di rumah

Aku hanya bisa bilang, “Tangan aku cuma dua loh” setiap kali ada pekerjaan yang ini itu tiba-tiba harus beres (morning habit nih). 

Halo para Lelaki yang sudah menyandang status Ayah? Hari gini masih gengsi bantu Istri membersihkan rumah? Menggendong anak? Membersihkan pup anak? Apa kata dunia? 

Aku pernah di tegur oleh ‘u know who’ bahwa “jangan pernah lah, laki membasuh ba*era anak, kena harat bini” 

Aku cuma bisa cengengesanmendengarnya. Memang, aku menuruti sarannya. Bahkan sejak dulu sesekali tak pernah suamiku mengganti popok anak. Aku tipe yang penurut. Tapi sampai kapan woy? Bagaimana jika aku kedapetan rezeki new born lagi dengan kondisi perantauan dan anak yang masih butuh perhatian. Sungguh, orang dahulu itu sesekali tidak bijak. 

Pantas saja orang tua zaman dahulu itu kalau marah suka teriak sembarangan. Suami benar-benar dijadikan Raja. Padahal Rumah Tangga itu bukan tentang Raja dan pembantu, tapi kerja sama. Mereka bilang “walau semuanya dikerjakan tanpa bantuan suami, ga pernah tuh kena ‘babyblues’ atau apalah itu”.  Aku cuma tersenyum sambil mikir “ga pernah atau ga tau?” 

7. Hindari bersifat perfeksionis, pahami bahwa Tiada Super Mom. 

Jangan memborong pekerjaan Bunda. Jadi Koki, jadi Cleaning Service, Tukang Loundry, Guru Anak, Pelayan Suami, sampai mau kerja juga setengah hari untuk membantu finansial, semua dikerjakan sendiri. Itu Rumah Tangga ato apa yah? 

Anak diminumin leluhur sufor dikit panik, Ada debu dikit panik, anak tantrum dikit panik, anak makan mie instan panik, liat vetsin panik, baju ga disetrika panik, liat anak orang udah pinter ini itu anak sendiri masih ba bi bu panik. Ada Ibu yang begini? Banyak. 

Intinya, ketika terjadi kesalahan berhentilah menghukum diri sendiri. Belajar memaafkan kekurangan dan menerimanya. Tidak ada ibu yang sempurna. Ibu yang baik adalah Ibu yang menyadari ketidaksempurnaannya tapi mau menerimanya dan memaafkannya. 

8. Ajak Ibu berlibur, minimal 1 minggu atau 1 bulan sekali

“Ayolah para suami, mengertilah dengan kondisi Istrimu yang butuh liburan. Dia sudah capek sekali jadi ‘pakasam’ dirumah”

Ini sering sekali aku keluhkan, aku dulu merasa bahwa aku pribadi yang memiliki jiwa ekstrovert. Ternyata tidak 😂, seberapa seringpun aku jalan-jalan, berlibur dan lain-lain aku tak pernah betul-betul bahagia. Bahagiaku adalah dirumah, menjurnal setiap Pembelajaran dari aktivitasku dirumah. Aku Ibu yang luar biasa Introvert. 

Bagi Ibu Ekstrovert, liburan sangat dibutuhkan. Paling tidak satu minggu sekali. Maka, para suami mengertilah dengan kondisi Istrimu yang benar-benar butuh liburan. Ini untuk psikologisnya juga. 😊

9. Mengerti Riwayat Kondisi Psikologis Ibu, Jika kondisi tidak membaik hubungi Dokter

Aku sering menonton di televisi hingga membaca berita. Salah satu berita yang selalu menarik perhatianku adalah berita Pembunuhan. Ya, pembunuhan yang dilakukan seorang Ibu kepada anaknya. 

Aku selalu berpikir, Bagaimana bisa ia melakukannya? Bukankah seharusnya Ibu itu selalu sayang? 

Uniknya, Ibu yang mengaku membunuh anaknya itu mengaku sayang dengan anaknya. Ia membunuh anaknya demi kebaikan anaknya. Aku sungguh bingung alasannya, sampai aku berkenalan dengan babyblues dan postpartum depression. 

Namun ada pula yang mengaku membunuh karena ‘bisikan gaib’. Aku sungguh bukan pemercaya hal mistis, aku Ibu yang rasional. Dalam Ilmu Psikologi ada salah satu penyakit yang ditandai dengan bisikan gaib dan khayalan yang seolah-olah seperti nyata. Penyakit ini dikenal dengan istilah schizophrenia. 

Andrea dalam kisahku sebagai pembuka tadi adalah salah satu pengidap schizophrenia. Namun, tidak ditanggulangi dengan baik yang kemudian diperparah dengan babyblues dan postpartum depression. Jika sudah mengalami hal parah seperti ini maka solusi-solusi diatas mungkin hanya akan membantu sebagian, karena jelas schizophrenia memerlukan penanganan medis. 
Akhir kata, semoga tulisan ini bisa membantu untuk para Ibu yang hamil, baru melahirkan hingga mengalami Babyblues dan Postpartum Depression. Semoga kita semua dapat menghindarinya. 

Amin. 😊

IBX598B146B8E64A