Inner Strength: Pondasi Anak dalam Menggapai Masa Depannya

Inner Strength: Pondasi Anak dalam Menggapai Masa Depannya

Siang itu, aku menunggu Pica keluar sekolah bersama ibu-ibu yang lain. Ramai semua bercerita tentang cara anaknya belajar malam tadi. Maklum, hari itu adalah ulangan harian matematika. Yang mana, bagi sebagian ibu-ibu sepertiku mengajari anak untuk bisa mendapat nilai baik tanpa marah-marah saja rasanya sudah Alhamdulillah. Apalagi kalau lelah itu terbalas dengan senyuman anak sepulang sekolah dan berkata ulangannya berjalan lancar. 

“Bagaimana ulangannya tadi?” Tanyaku pada Pica

“Mmm.. Bisa aja sih Ma..” Jawab Pica

“Soal-soal yang mama bikin malam tadi ada gak keluar?”

“Ada. Tapi ada juga yang gak ada..”

“Yang gak ada gimana? Bisa gak jawabnya..?”

“Agak bingung sih aku Ma.”

Seminggu pun berlalu. Dan aku baru mendapatkan kabar kalau anakku termasuk dalam salah satu yang remedial ulangan harian matematika. Hmm.. Sedih sih pastinya. Karena aku sudah sangat berusaha mengajarinya. Hiks. 

Percaya Makna Inner Strength: Cause Every Child Is Special

Kalau ditanya sebenarnya Pica mirip siapa. Sepertinya Pica lebih mirip aku sih. Diantara ketiga saudaraku sepertinya aku yang paling payah matematika. Aku juga tak punya bakat menghitung-hitung rumus kimia. Makanya, dulu aku masuk jurusan IPS karena lebih suka membaca sejarah dan perilaku manusia lewat belajar sosiologi. Aku lebih suka membaca komik, menulis dan menggambar. Satu hal yang menjadi persamaan antara aku dan saudaraku hanyalah.. Kami sama-sama suka menonton film. 

Jujur, aku sempat kecewa dengan diriku sendiri karena terasa paling payah dalam keluargaku. Saat yang lain mengikuti olimpiade IPA dan Matematika bahkan menang saat itu. Aku bahkan tak bisa menang dalam lomba Bahasa Inggris. Saat yang lain bisa masuk jurusan kedokteran pada SBMPTN, aku hanya bisa lulus pada Kampus Negeri biasa dengan jurusan tak terkenal. 

Kok rasanya sedih sekali anakku jadi mirip denganku. Kenapa tidak mirip Ayahnya saja. Setidaknya, jika mirip ayahnya dia akan lebih diakui dan lebih sukses di masa depan. 

Diakui.. Sukses.. 

Sering aku masuk ke kamar Pica untuk sekedar iseng bertanya apa yang ia kerjakan. Aku juga sering bertanya, apakah di sekolah pernah ada yang membully atau merendahkannya. Alhamdulillah, Pica bilang tidak ada. 

“Teman-teman Pica bilang gambaran Pica bagus.” Pica memulai pembicaraan

“Iya, gambaran Pica memang bagus.” Sahutku

“Ada loh yang minta supaya Pica bikinkan komik.”

“Oh ya? Terus gimana?”

“Gak Pica bikinin. Takut temen Pica kecewa sama hasilnya. Karena Pica tuh kalau menggambar nunggu moodnya dulu membaik.”

Hmm.. Sampai hal demikian pun kita mirip nak.. 🤭

Aku pun mencoba bercerita berdua saja dengan Pica. Bercerita dari hati ke hati. Menceritakan sepotong-sepotong cerita masa laluku dan teman-temanku hingga masa sekarang. Harapannya, Pica menemukan arti inner strength miliknya sendiri. 

“Jadi temen mama yang dulu suka nulis itu malah jadi Pegawai Bank?” Pica bertanya

“Iya. Karena lingkungannya menuntut demikian. Dia jadi tidak percaya diri dengan karya-karyanya. Akhirnya semua karyanya hanya jadi pajangan di kamar. Uang dan status sosial kadang kala menjadi pembunuh nomor satu potensi diri.”

“Jadi, kita harus bagaimana dulu Ma? Memilih uang dulu atau mengasah potensi dulu? 

“Tergantung, ada beberapa orang yang pilihan hidupnya memang sulit. Tak ada yang support secara ekonomi. Maka ia memilih menghasilkan uang dulu diatas segalanya. Ada pula, yang secara ekonomi sudah disupport. Contohnya, adalah anak yang masih sekolah seperti Pica. Pica punya banyak kesempatan untuk bisa mengembangkan inner strength sendiri.”

Inner strength adalah kekuatan positif yang ada dalam diri setiap orang. Apabila diasah dan dilatih dengan baik, inner strength mampu menciptakan generasi yang kuat dan tangguh. 

Aku termasuk yang sangat percaya bahwa setiap anak terlahir dengan beragam potensi dalam dirinya. Belajar dari kehidupanku dan teman-temanku dulu maka aku melihat tak melulu anak yang pintar secara akademik memiliki inner strength yang kuat. Semuanya tergantung dari bagaimana manusia bisa memiliki kekuatan dan pola pikir yang positif pada potensi yang ada pada diri. 

Sebutlah namanya Agam. Dulu, dia selalu langganan remedial matematika sepertiku. Kadang dia membolos. Akan tetapi dia begitu ramah dan murah senyum. Suka menolong anak yang tak bisa berolahraga sepertiku. Berani, percaya diri, serta tangguh. Ia tak terlalu peduli pada pelajaran yang tak bisa ia maksimalkan nilainya. Akan tetapi, ia konsisten setiap hari latihan tinju hingga bisa meraih medali pada Olimpiade. 

Nasib Agam berbeda dengan Celi. Dulu, dia selalu juara kelas. Jika tak juara sekali saja. Raut wajah kecewanya tak kunjung hilang selama seminggu. Kupikir, awalnya ia adalah anak yang begitu ambisius. Terobsesi pada prestasi. Ternyata, ia tertekan oleh orang tua dan lingkungannya yang selalu menuntutnya untuk menjadi nomor 1. Saat tak bisa masuk di jurusan kedokteran, Celi terpukul sekali. Rasa minder menyelimuti dirinya, tak ada lagi keberanian untuk mencoba karena takut akan penilaian orang lain. 

Ada satu perbedaan besar yang menjadi penentu sebuah kesuksesan antara Celi dan Agam. Yaitu, Tingkat pengakuan. Celi sangat membutuhkan pengakuan dari orang sekitarnya. Sementara Agam tak membutuhkan itu. Ia ikhlas menerima apapun. 

Dari kisah demikian aku belajar bahwa masa depan yang cerah tak diukur dari bagaimana nilai akademik anak. Setiap anak itu unik dan memiliki bakatnya masing-masing. Segala bentuk kesuksesan dalam mendidik anak selalu dimulai dari akar yang sama yaitu pembangunan Inner Strength. 

Pentingnya Membangun Karakter Kuat dan Positif 

“Jadi dari situ kita belajar Pica.. Bahwa..”

“Remedial matematika itu gakpapa. Yang penting punya bakat yang selalu diasah. Iya kan Ma?”

“Bukan Pica. Kalau remedial tentu artinya Pica harus belajar lagi. Hidup itu gak sesimple punya satu skill yang diasah saja. Kalau gak pinter di bidang yang lain. Kita rentan dibodohi oleh orang loh”

“Jadi apa dong Ma kesimpulannya?”

“Perbedaan Agam dan Celi itu bukan tentang mereka punya bakat berbeda. Tapi tentang kekuatan Inner Strength yang beda. Agam memiliki karakter kuat dan positif. Sementara Celi, hidupnya bergantung pada penilaian orang lain. Agam dijemur oleh guru karena membolos, ia juga pernah dihukum karena tidak mengerjakan PR. Tapi, ia begitu hormat dengan guru. Ia menyayangi teman-teman. Ia tak perlu pengakuan dari orang lain. keberanian, kebaikan dan ketangguhan hati, hingga percaya diri adalah pembentuk Inner Strength. Dan Agam memiliki itu.”

“Itu mungkin karena dia rajin main tinju Ma. Anak laki-laki itu suka olahraga makanya mereka pada berani.”

“Itu dia Pica salah satunya. Olahraga memang membuat anak jadi punya keberanian. Tapi hal yang juga dominan dalam pembentukan itu adalah pengalaman positif.”

“Makanya Pica tuh jadi lebih suka karate tau gak sih ma dari pada belajar matematika.”

Sebenarnya, Kata-kata Pica ada benarnya. Aku melihat, Anak-anak yang rajin berolahraga dan beraktivitas diluar akan lebih terbentuk keberaniannya. Seperti halnya latihan karate yang sudah 2 bulan ini Pica jalani. Awalnya, gerakan Pica kaku sekali. Dilatih untuk menepis serangan pun ia tak bisa. Takut katanya. Akhirnya, melalui latihan-latihan dasar dan berulang-ulang berteriak.. Pica jadi punya keberanian untuk menepis bahkan berteriak. Kurasa, memasukkan Pica pada karate termasuk pilihan yang baik saat ini. Karena dengan menyeimbangkan aktivitasnya kuharap karakter positifnya akan terbentuk. 

Karena karakter positif adalah akar untuk menumbuhkan skill anak. Jika karakter positifnya saja sudah sulit tumbuh, butuh disirami pengakuan orang lain dan tak punya keberanian bahkan untuk melakukan hal yang benar-benar diinginkan.. Maka kebaikan, ketangguhan hati hingga percaya diri pun akan menipis. Dan ini akan mempengaruhi masa depan dan kebahagiaan anak kita kelak. 

Olah Raga Sepak Bola Untuk Mengembangkan Inner Strength

Saat menunggu Pica karate, aku melamun sambil menonton pertandingan sepak bola tingkat SD keponakanku. Sebenarnya pertandingannya sudah lama, tapi aku baru saja menontonnya karena baru diedit dan dikirimkan di grup whatsapp keluarga. Alhamdulillah saat itu keponakanku menang. Tak heran ia bangga sekali kesana kemari membawa bola. Begitulah anak-anak, ketika ia sudah menyukai sesuatu apalagi sudah mendapatkan kemenangan.. Rasanya dunia ini selalu menyorakinya. 

Aku jadi ingat pengalamanku bermain sepak bola sewaktu kecil dulu. Saking polosnya, aku bahkan menendang bola kegawangku sendiri. Lawan mainku bersorak kegirangan. Hahaha

Tapi, sensasi sewaktu bermain sepak bola di masa kecil itu masih ada. Saling bekerja sama menggiring bola, pentingnya komunikasi bahkan menggunakan bahasa isyarat, keyakinan dan keberanian menendang bola hingga saling menerima kemenangan dan kekalahan. Tak heran, guru olah raga kami sewaktu SD dulu senang sekali mengajari kami sepak bola. Tak peduli muridnya laki-laki atau perempuan. Ya, dulu bahkan ada loh pertandingan sepak bola perempuan saat lomba 17 Agustusan. Sekarang, rasanya aku tak pernah lagi melihatnya.

Sedih rasanya kalau sekarang aku hanya bisa melihat anak-anak ribut bermain game masing-masing lalu mengeluarkan bahasa semacam *njing *njir.. Aduh, entah karakter bagaimana yang akan terbentuk di masa depan. Padahal, bermain sepak bola begini rasanya terlihat nikmat sekali. 

Jadi teringat kata Pica bahwa anak lelaki mungkin memang cenderung kuat karakternya karena rajin berolahraga dan bermain. Itu ada benarnya. Melihat tawa keponakanku, caranya berekspresi saat bertemu dengan keluarga hingga kepercayaan dirinya. Aku jadi yakin bahwa olahraga yang membentuk nilai kerja sama tim seperti sepak bola adalah cara menyenangkan untuk membentuk Inner Strength pada anak. 

Sekolah Bola Online Biskuat Akademi 2022

Ketika asyik berselancar di sosial media, aku baru tau ternyata ada program Biskuat Academy. Pas banget program begini bisa mendukung anak yang punya skill sepak bola seperti keponakanku itu.Tak hanya skill sepak bola yang ditingkatkan tapi juga berbagai pengalaman menarik. Perjalanan Biskuat Academy ini ternyata juga sudah cukup lama. Mulai dari tahun 2019 hingga sekarang. Aduh, aku ketinggalan berita rupanya. Padahal anakku sendiri langganan beli biskuat buat bekal sekolah. 

Oh ya, Biskuat sendiri merupakan salah satu brand unggulan Mondelez International yang memiliki purpose led brand untuk menciptakan #GenerasiTiger yaitu anak-anak yang tidak hanya berprestasi tapi juga memiliki kekuatan baik dari dalam (inner strength).

Biskuat percaya bahwa setiap anak memiliki potensi tak terbatas melebihi apa yang terlihat. Kekuatan sejati dan unik seorang anak terletak di dalam diri mereka.

So, biskuat senantiasa mendorong pencapaian prestasi anak-anak Indonesia di bidang olahraga, seperti di sepak bola melalui program Biskuat Academy. 

Aku speechless ketika tau apa saja keuntungan anak mengikuti Biskuat Academy 2022 ini. Pertama anak bisa belajar keterampilan sepak bola dari pelatih berlisensi UEFA A. Kedua, anak bisa bertemu dan belajar langsung dari pemain profesional Tim Nasional Sepak Bola Indonesia. Ketiga, Anak juga punya kesempatan untuk memenangkan Tur ke Stadion di Eropa dan ratusan hadiah lainnya. Terakhir, semua anak mendapatkan E-Sertifikat dan Sertifikat fisik yang ditandatangani oleh Kemendikbud dan Kemenpora untuk finalis. 

Menurutku, Biskuat Academy ini merupakan sebuah kesempatan bagi para orang tua untuk mendukung potensi anak di bidang non akademis. Karena, seperti ceritaku diawal tadi bahwa Inner Strength pada anak bisa terbentuk melalui berbagai pengalaman positif yang membentuk karakter positifnya. Dan salah satu cara yang menyenangkan adalah dengan sepak bola. Apalagi jika anak memang memiliki kesenangan dan skill dalam sepak bola. Kurasa ini kesempatan yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin. 

Yuk ah yuk. Ajak anak-anak kita ikutan Biskuat Academy. Caranya cukup simple. Pertama, beli Biskuat dengan kemasan khusus seperti dibawah ini. 

Kedua, daftar melalui whatsapp 081212225919 dan ikuti instruksi chatboat serta kirimkan foto struk. Dan kita bisa dapat hadiah langsung akses ke sekolah. Dengan sekolah bola online bersama bintang garuda anak bisa ikutan kompetisi video teknik bola di instagram dan berpotensi memenangkan tur ke stadion bola di Eropa. 

Oh iya, Pica juga punya karya untuk mendukung program Biskuat Academy ini loh. Dan ini adalah komik buatan Pica. 

Didalam komik ini, Pica bercerita bahwa ada seorang anak laki-laki yang sedih tak punya bakat apa-apa. Nilai akademiknya rendah sementara teman-temannya memiliki nilai yang tinggi. Hal yang anak itu senangi hanyalah bermain bola karena sering mendapatkan kemenangan. Sayangnya, kadang lingkungan lupa akan pencapaian itu. Olahraga sepak bola bersama teman sering dianggap sebelah mata dan dikatakan ‘hanya bermain saja’. Termasuk Mamanya juga sering memarahinya.

Akan tetapi, walaupun Mama sering marah.. Mama anak tersebut sellau perhatian dan menyayanginya. Mama selalu membuatkan bekal dan tak lupa menyelipkan biskuat kesukaan anak tersebut pada bekalnya. Di sekolah, anak laki-laki itu juga memiliki pendukung yang selalu menyemangatinya latihan. Ia adalah guru olahraga di sekolahnya. Semangat dari guru olahraga serta kasih sayang dari Mama membuat ia merasa berani, tangguh, dan percaya diri. Mamanya pun senang melihat anaknya selalu memiliki inner strange positif. Maka, Mama mendaftarkannya pada program Biskuat Academy.

Dalam komik itu Pica menjelaskan bahwa peranan guru begitu penting dalam semangat anak belajar. Maka, melalui inisiatif terbaru “Workshop Guru Olahraga” Biskuat juga ingin memberi dukungan  kepada  para pahlawan dibalik pengembangan potensi sepak bola anak yaitu guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) di tingkat Sekolah Dasar dan Menengah serta Pelatih Sekolah Sepak Bola. 

Hmmm, coba saja workshop seperti ini ada sejak aku SD dulu. Kurasa guruku pasti akan senang sekali karena beliau rajin mengajari kami sepak bola. Yup, guru olahraga ku dulu mirip seperti Coach Aji pada video inspiratif dari biskuat ini. 

Beliau, sang guru olahraga yang bilang padaku bahwa tak apa-apa punya kaki yang tak cepat berlari, kamu pasti punya kelebihan lain. Dan aku tau meski tak cepat berlari tapi tendanganku cukup baik jika dibandingkan teman-temanku yang berlari cepat. Meski, yah.. Seperti cerita diawal tadi.. Aku menendang ke gawangku sendiri. Hihi. 

Peranan seorang guru itu begitu bermakna bagi murid-muridnya. Satu kalimat positif yang terlontar olehnya akan selalu diingat oleh muridnya. Bayangkan, guru yang hanya bertemu sekian jam saja per minggu begitu dalam peranannya. Apalagi kita sebagai orang tua? 

“Jika satu pelatih saja dapat mengembangkan sekelompok anak, maka dukungan penuh dari berbagai pihak seperti guru, orang tua, dan masyarakat sekitar dapat menghasilkan perubahan maksimal dalam pengembangan olahraga sepak bola dan sekaligus mengembangkan karakter positif anak”

Yuk, peluk anak-anak kita. Bisikkan semangat positif setiap harinya. Bagi mereka mungkin itulah bekal mereka menghadapi masa depannya kelak. 

Happy Parenting. 

Artikel Ini diikutsertakan pada lomba KEB X Biskuat Academy

Komentar disini yuk
0 Shares

6 thoughts on “Inner Strength: Pondasi Anak dalam Menggapai Masa Depannya

  1. Inner streng ini yg suka dilupakan ortu dan guru, lebih memperhatikan nilai rapot padahal nilai/kecerdasan kognitif tapi kekuatan dr dalam yg mendukung kesuksesan

  2. Keren banget komiknya, Kak. Memang bakat anak itu bermacam-macam ya. Ada yang lebih menonjol di bidang akademik tertentu, ada yang di olahraga, ada yang seni, dan lain-lain. Semuanya hebat!

  3. aku menikmati obrolan Pica dan kamu lho mbak
    asik banget!
    eh Pica kelas berapa? tempo hari lihat hasil komik Pica di kelas online itu bagusss!
    setiap anak punya bakat dan minat masing-masing
    yang penting karakternya juga kudu positif, punya self motivation

Komentari dong sista

Your email address will not be published.

IBX598B146B8E64A