Social E-commerce bersama PT Komunitas Cerdas Indonesia
“Pakeeet”
Teriakan kurir siang itu membuatku bersemangat menuju ke depan rumah. Sembari mempersiapkan uang, suamiku yang sedang duduk santai di ruang tamu ber’ehm’ sambil berkata..
“Belanja apa lagi Ma?”
Akupun cengengesan sambil berkata, “Belanja Masker Pah..”
“Beli masker pun onlen? Kan di depan komplek rumah banyak yang jualan..”
“Anu.. Mumpung lagi promo dan gratis ongkir Pah.. Hehe..”
Bisnis Zaman Now tanpa Internet? Gimana Nasibnya?
“Ish, sesekali belilah jualan para tetangga sekitar. Jangan beli onlen terus..” Obrolan kembali berlanjut ketika aku dengan sumringah membuka paket.
“Kalo keluar rumah pastilah dibisa-bisain mampir Pah. Tapi kan kadang susah keluar rumah. Dua buntut ini pasti pada ikut.”
Suamipun bergeleng-geleng kepala sambil melihat hasil belanjaku..
“Berapa harganya ini?” Ucapnya sambil memegang sekotak masker anak.
“Cuma 30ribu pah. Gratis ongkir pula..”
“Wah, murah amat.. Nanti beliin buat aku juga ya kalo diskon lagi..”
Akupun melongo sambil tertawa..
Hmm.. Berbicara tentang perkembangan ekonomi di masa pandemi memang ada up dan down. Disatu sisi, ada beberapa pedagang yang bisa survive. Tapi disisi lain, ada yang gulung tikar hingga bangkrut.
Sebutlah Pak Min, pedagang kantin sekolah yang banting setir menjadi penjual masker. Pak Min lahir di era generasi baby boomer, sehingga tidak mengenal internet. Hanya baru-baru saja beliau kenal dengan apa itu Whats App. Itupun karena terdesak dengan kondisi anak yang harus sekolah online. Boro-boro kenal dengan zoom dsb, Pak Min lebih memilih anaknya ikut belajar dengan tetangga dibanding harus repot dengan menginstall aplikasi dan bingung harus apa lagi.
Tak jauh dari sana, ada seorang tetangga yang tak berbeda jauh umurnya bernama Pak Usup. Pak usup yang sudah 3 bulan di PHK, kini harus banting setir dengan berjualan abon ikan. Berbagai pemasaran dilakukan tapi hasilnya tidak maksimal. Sampai akhirnya anaknya yang sekolah SMA mengenalkannya pada e commerce dan berbagai aplikasi market place. Pak Usup akhirnya mencoba berdagang online. Bekerja sama dengan anaknya sebagai pengelola toko onlinenya.
Bisakah ditebak yang mana yang lebih sukses?
Pak Usup tentu.
Mungkin benar kiranya bahwa di zaman sekarang, orang yang tidak mengenal internet dan tidak memiliki kemauan untuk belajar maka akan mengalami ketertinggalan. Baik itu secara sosial maupun ekonomi.
Jujur, sebelum pandemi aku tipe emak-emak yang lebih mengandalkan belanja secara langsung dibanding belanja online. Alasannya, karena aku suka jalan-jalan dan bertemu orang. Haha. Tapi, setelah pandemi melanda, perlahan berbagai e commerce mulai aku kepoin. Sudah 3 aplikasi market place yang aku install. Dan aku sangat menikmati belanja online. Pola konsumsiku berubah. Dari yang dulu offline menjadi serba online. Inilah yang dinamakan era digitalisasi. Era ini mengubah pola produksi, distribusi maupun konsumsi.
Membangun Pertumbuhan Digital Indonesia bersama PT Komunitas Cerdas Indonesia dengan Konsep Social E-Commerce
Sadar tidak sadar, pertumbuhan digital di indonesia berkembang sangat pesat. Terlihat dari tingginya jumlah belanja E-Commerce Indonesia yang melampaui berkali-kali lipat dibandingkan pengeluaran iklan berbasis selulernya.
Aku sangat menyadari nyamannya bersahabat dengan proses produksi, distribusi dan konsumsi di era digital. Untuk usaha IT keluarga kami misalnya. Kami sudah tidak memakai sistem pemasaran melalui pengajuan proposal ke lembaga-lembaga pemerintah lagi. Melainkan sudah merambah melalui iklan di google ads dan facebook ads. Sungguh ini membuat sebuah perubahan besar. Dari yang awalnya kami berpikir keras untuk berkembang di era pandemi menjadi merasa nyaman dengan datangnya klien di berbagai belahan dunia. Mungkin, inilah yang dinamakan the power of kepepet.
Nah, tahukah kalian bahwa ada konsep baru untuk industri periklanan dan e-commerce ini?
Adalah PT Komunitas Cerdas Indonesia, perusahaan yang menawarkan konsep baru yaitu social e-commerce sebagai pilihan investasi dan bisnis di masa mendatang. Akarnya berasal dari social concept yang merupakan konsep baru dengan menggabungkan kekuatan sosial masyarakat dengan industri digital big data.
Dengan Social E-commerce, kekuatan masyarakat dapat digunakan untuk meningkatkan percepatan distribusi produk secara digital.
Lalu, dengan adanya Social Advertising, kekuatan masyarakat digunakan untuk melakukan percepatan dalam meningkatkan traffic digital advertising.
Wuah, sound familiar ya. Para pegiat sosial media dan pedagang E-commerce pasti sudah sedikit mengerti kemana larinya konsep ini. Contoh kecilnya saja, jika kita sedang melihat para influencer favorit sedang merekomendasikan produk favoritnya maka kita akan melakukan ‘action’ dengan kepo ke market place yang menjual barang tersebut. Social E-commerce adalah sebuah konsep yang diharapkan dapat meningkatkan percepatan distribusi produk secara digital dengan cara penggabungan kekuatan masyarakat dan industri digital. Jadi, social E-commerce ini berbeda ya dengan social commerce. 🙂
Lantas, bagaimana berjalannya konsep social E-commerse ini?
Konsep baru ini akan terlaksana di dalam mobile apps bernama Viplus, yang nantinya disana akan ada produk suplemen kesehatan di e-commerce nya.
Aku pribadi sangat menantikan mobile apps Viplus ini. Semoga dengan adanya aplikasi ini pilihan bisnis dan investasi hingga langkah para penggiat ekonomi semakin nyaman.
Jadi, siapkah mengubah pola konsumtif menjadi produktif?
4 thoughts on “Social E-commerce bersama PT Komunitas Cerdas Indonesia”
kalau aku kayaknya masih sering belanja offline sih ketimbang online. kecuali barang yang mau dibeli benar-benar nggak ada di pasar. suami sendiri sejak akhir tahun kemarin mulai jualan online bibit gitu tapi masih belum terlalu banyak sih yang beli, mungkin karena optimasinya kurang dan nggak terlalu kepegang karena banyak yang dia kerjain
Aku termasuk org yg males belanja online tapi keadaan sering memaksa utk belanja online Jdi ya digunakan saja kemudahan yg ada ya. Beradaptasi sama keadaan
Mengubah pola konsumtif menjadi produktif sebenarnya bukan mustahil ya. Apalagi dibantu perangkat digital tentunya operasional menuju produktif juga bisa jalan. Yuk ah maju terus mumpung ada yang ‘bantu’.
Eny setuju bgt mba semua Sekarang udah serba online kan yaa jadi mudah juga buat transaksi