Browsed by
Tag: #cookingcollabfikawinda

Resep Petah (Karih Daging+Lempeng Arab) aka Kebab Kampungnya Urang Banjarmasin 

Resep Petah (Karih Daging+Lempeng Arab) aka Kebab Kampungnya Urang Banjarmasin 

Halo yang ngakunya Food Blogger tapi absen nulis resep sebulan? Kamu masih hidup? 😂 

Masih kok!!

Blognya jelas masih hidup ya, yang ditanyakan content writernya ini orangnya sama ato ganti sih ya? 😅

Sama.. Ini masih tetap aku yang dulu kok.. Emak yang ngakunya punya Karakter dan Passion yang abstrack. Supaya keren sebut saja dia Divergent Mom. 😂

Siapa bilang blog ini cuma berisi resep? Kamu liat labelnya banyak kan? Kalau disuruh memilih satu jenis niche maka sebut saja blog ini Lifestyle. Tapi kalau para reader ‘ngeh‘ sama nama domainnya maka pasti pada ngerti bahwa sang penulis ini hanyalah emak rumahan yang suka menulis.

ShezaHOME bukan ShezaKITCHEN

Penulis adalah emak yang memiliki kadar introvert 60% dan ekstrovert 40%. Memiliki kadar melankolis negatif 60%, melankolis positif 20% dan sanguinis positif 20%. Memiliki cita-cita ingin menjadi pusat perhatian dikelas (means Guru). Tujuan hidupnya ingin berbagi sebisa mungkin. Maka terciptalah blog ini.

Shezahome memuat berbagai cerita kehidupan rumah tangga dan tips rumah tangga, family-parenting, resep makanan dan renungan lainnya. Yang jelas, aku masih merasa nama domain nyambung deh ya, karena di blog ini aku ga pernah menulis tentang travelling. Tidak mungkin kan rumah bisa jalan-jalan. 😂

Berbicara tentang passion. Tentu tidak lepas dari riwayat pendidikan. Penulis pernah mendalami konsep ilmu ekonomi untuk menjadi kaya dan diperingatkan Tuhan untuk meninggalkan sisi materialistis saat kuliah. Penulis mengaku lulusan akuntansi tapi sebenarnya tidak terlalu jago menghitung. Kenyataannya Ilmu ekonomi sejauh ini cuma mengajari si emak rumahan ini untuk hidup hanya dengan kebutuhan, bukan keinginan. Pernah mengaku ingin menulis perekonomian rumah tangga namun mandeg hanya pada chapter 1.

Kenapa?

Kenapa ya..?😅

Sejak memiliki anak, aku punya ketertarikan dengan ilmu parenting dan belajar psikologi. Punya banyak buku yang sudah dibaca tapi tak kunjung tertuang dengan benar. Tidak punya pengalaman kerja selain menjadi mahasiswi magang di Bank Indonesia, penyebabnya karena aku ‘terlalu laku’ dan memutuskan menikah sebelum lulus kuliah. *sok banget.. Hah😂

Ya, ampun.. Kamu mau nulis apa sebenarnya? Nyurcol ato share resep? 

😅

Jadi, kapan sebenarnya kamu punya passion dibidang memasak? 

Sebenarnya lebih tepatnya aku hoby makan, bukan hoby masak (dulunya). Aku punya penyakit asam lambung yang menuntut agar perutku tidak pernah dalam keadaan kosong. Dan skill memasak baru aku perdalam ketika aku kuliah.

Jadi anak kuliah itu harus pinter ngatur duit, Yes? Karena itu aku dulu memasak untuk menghemat uang agar sisanya bisa untuk shooping diakhir bulan  Maklum, anak abege.. 😂

Lama kelamaan aku jadi suka memasak. Entah kenapa setiap ada teman yang main ke kontrakan, aku selalu excited. Dari mulai memasak jenis cemilan seperti bakwan hingga puding orange syrup. Dan aku juga pernah berjualan nasi goreng dikampus untuk mata kuliah kewirausahaan.

Skill memasak akhirnya menjadi salah satu hal yang membanggakan di mata mertua dan calon suami. Kebetulan mertuaku memiliki usaha katering kecil-kecilan dulu. Dan selama tinggal dirumah mertua aku banyak belajar. Aku menyukai memasak. Memasak bisa membahagiakanku, dan bisa menghemat uangku tentunya. 😅

Karena itu, sebenarnya tidak pernah sehari pun aku absen memasak. Tapi masalah sebenarnya adalah aku tidak jago sama sekali skill fotografi. 😭

Selama ini foto-fotoku hanya bermodalkan cahaya dan kamera handphone Xiaomi Mi4c.  Kabar selanjutnya, sekarang aku tidak punya banyak waktu untuk memoto karena semuanya keburu lapaar kalau menungguku. Maklum, emak sekarang punya jadwal sok padat. Maksudnya waktu memoto dan memasak lebih lama memoto. Haha..

Jadilah malam hari satu-satunya waktu luang untuk menulis. Karena itu, jika kau perhatikan tulisanku bulan kemarin didominasi oleh renungan tengah malam yang terinspirasi dari berbagai sumber. Dan aku menikmatinya. Walau sadar diri termasuk dalam kategori penulis amatir dibanding para content writer yang lain. 😂

Idul Adha tiba. Aku menikmatinya dengan berlibur kepelaihari, kampung halamanku. Puas berleyeh-leyeh ria di rumah Mama, itulah arti liburan kedua bagiku, hihi. Aku pulang dan memiliki lumayan banyak stok daging yang melambai-lambai dikulkas. Meminta dieksekusi dan eksis di foto serta mejeng diblog. Tapi jujur saja, aku sedang addicted nulis hal lain. Dan akhirnya para daging aku abaikan. 😭

Untunglah Ipar saya #fika mulai mengajak collab kedua #cookingcollabfikawinda dengan tema masakan daging. Sehingga aku mulai merasa sedikit semangat buat menulis resep lagi. Fika ini juga cooking addict loh, ah.. Kalian mesti tau aku belajar skill membuat dough roti dari dia dan resep dari dia sudah tak diragukan lagi. Dalam cooking collaboration kali ini dia memasak Coto Makasar (just click n u can see) . Ahh.. Aku belum pernah sekalipun bikin ini karena suamiku lidahnya terlalu ‘banjar’. Tapi mau deh ya nyoba juga lain kali. Kebetulan stok daging masih ada. 😅

Sebenarnya olahan daging banyak. Aku bahkan terpikir untuk belajar membuat kebab. Tapi blog ini berfokus pada resep masakan banjar. Karena itu untuk kebab aku skip. Alasan lainnya adalah suamiku tidak suka kebab. Jadi masak buat siapa? Hihi

Sebagai orang banjar aku boleh dong turut berkontribusi untuk melestarikan masakan banjar walau hanya dirumah. Kalian pasti tau dengan masakan satu ini.

We call it ‘Petah’

Tetapi yang lain sering menyebutnya dengan ‘Lempeng Arab’ atau ‘Lempeng Karih’

Ya, setidaknya ini adalah versi kebab yang paling disukai dirumah kami.

Bagaimana cara membuatnya? Intip yuk!

Resep Kebab Ala Kampung urang Banjarmasin 

Bahan Tortila *lebih tepatnya bahan lempeng

200 gr tepung terigu

1 butir telur

400 ml air

2 sdm minyak goreng

1 sdt garam

Bahan Karih

200 gr Daging Sapi

200 ml santan kental

5 siung bawang merah

4 siung bawang putih

2 sdm bubuk karih

2 buah cabai merah

1 sdt asam jawa

1 cm jahe

1 cm laos

1 batang serai

1 sdt gula merah

1 sdt gula putih

1 sdt garam

Kaldu bubuk secukupnya

Minyak goreng untuk menumis

Cara membuat:

Pertama bersihkan daging dan lumuri dengan jeruk nipis. Sebagai tips, jika anda ingin daging sapi lebih cepat lunak iris agak tipis atau gunakan air nanas sambil didiamkan selama 15 menit.

Haluskan Bawang merah, bawang putih, cabai, bubuk karih dan jahe. Blender dengan menambahkan 100 ml santan agar mudah saat di blend.

Tumis bumbu yang dihaluskan. Masukkan serai dan laos yang sudah digeprek. Biarkan hingga mengeluarkan minyak dan berbau harum. Kemudian masukkan daging.

Aduk hingga daging berubah warna, lalu masukkan sisa santan sebanyak 100 ml. Karena aku tidak menggunakan nanas, aku memakai presto untuk mempercepat keempukan dan kematangan daging. Jika menggunakan panci presto harap menambahkan sedikit air.

U can see the process yaaa…. 

Taraa.. Karih sudah matang..

Sekarang kita bikin lempengnya yuk..

Sebenarnya caranya sama seperti membuat kulit pada lapisan wadai ipau dan risoles. Hanya saja lebih tebal kulitnya.

Oya, tapi aku punya tips supaya membuatnya memakan waktu singkat tanpa harus mengaduk lama hingga menghilangkan gumpalan tepungnya.

Caranya dengan memblendernya. Tapi memasukkannya harus bergantian supaya benar-benar tercampur rata dan halus.

Masukkan 100 gr tepung lalu masukkan 200 ml air dan satu butir telur. Lalu masukkan lagi 100 gr tepung dan 200 ml air. Press On blender..dan tadaa.. Sudah halus dan tercampur rata. Tinggal ditambahkan minyak dan siap didadar pada teplon.

Biasanya, kami urang banjarmasin memotong lempeng dengan dibagi 4-6 bagian dan ditaruh dipiring dengan pola segitiga yang berkeliling. Lalu ditaruh karih daging ditengahnya dan terakhir bubuhi dengan bawang goreng.

Ini enak sekali, rasa kampung tapi ga kalah mewah sama kebab!

Coba yuk!

Happy Cooking😊

IBX598B146B8E64A