8 Syarat Lelaki yang Patut di Jadikan Suami
Kamu kenapa nulis ginian win? Udah mau punya mantu buat Farisha? 😂
Semacam seperti itu tapi tidak sejauh itu ya.. Farisha sih masih kecil mungill. Bahkan dalam imajinasi Farisha yang namanya lelaki itu mesti dijauhkan dalam lingkup pertemanannya.
“Farisha ga mau berteman sama laki-laki!”
Sound Familiar ya buat aku.. 😂
Dulu bahkan sejak mengenal keasyikan berteman dengan sesama perempuan aku sempat memutuskan bahwa ingin menjadi perawan tua selamanya dengan temanku. Ini serius! Ya.. Sampai kurasa temanku itu mengalami masa ketertarikan dengan lawan jenis dan itu sungguh menyebalkan buat aku karena harus mencari penerimaan yang lain.
Salah satu bentuk penerimaan itu adalah dengan mencoba-coba trending pacaran. Ya, aku harus mengakui bahwa aku ini bukan cewek yang sempurna. Aku bukan perempuan shalihah yang tak mengenal yang namanya pacaran. Aku pernah berpacaran. Bagiku dulu, pacaran adalah salah satu bentuk status penerimaan agar diakui ‘laku’ dilingkunganku. Meski jujur saja, kalau bisa memilih aku lebih suka tidak pacaran.
Tapi kadang hidup itu adalah sebuah pembelajaran. Ketika kita kesepian dengan status kita yang masih jomblo sementara teman kita dulu asik dengan dunianya yang lain maka kita pun otomatis turut membuka diri juga dengan makhluk yang bernama lelaki. Ya, walau jika boleh jujur yang namanya mantan itu bagiku tidak semuanya ditimbulkan oleh rasa cinta. Terkadang hanya sebuah hubungan ‘daripada’. Daripada lo kesepian win.. Hahaha..
Nyatanya memang benar ya. Seorang Pacar itu belum tentu akan menjadi suami masa depan. Bahkan bisa saja suami sekarang bukan seseorang yang didapatkan dari status pacaran. Beberapa pertimbangan kerap kali membuat kita mengambil keputusan begitu saja untuk menikah.
Bagiku sendiri, menikah harus SEKALI SEUMUR HIDUP. Karena itu, menjadi karakter pemilih adalah hal wajib. Ya, memilih lelaki untuk menjadi imam selamanya berarti adalah sebuah penentu masa depan kita. Bukan hanya untuk masa depan dunia saja namun juga diakhirat kelak.
Beberapa kriteria lelaki dibawah ini adalah poin-poin yang kuambil dari beberapa pengalamanku mengenal berbagai jenis lelaki (sok laku amat sih kamu win..). Bagi kamu yang masih menyandang status pencarian mungkin beberapa poin dibawah ini bisa dijadikan bahan pertimbangan.. 😊
1. Cari lelaki seiman
Ini adalah syarat utama dalam menentukan pilihan suami. Bagi kamu-kamu yang protes boleh saja ber’tapi-tapi dengan beribu alasan.
“Tapi dia setia.. ”
“Tapi dia asik.. Ngertiin aku…”
“Tapi dia cakep kayak jejung…” *lah
Kalo ada temen yang ngomong gini mesti aku lempar pake ulekan biar otaknya agak waras. Mungkin dia lagi kena ‘Genjutsu’.. *Eaa..
Buat kamu yang bersikeras ingin menjadikan lelaki tak seiman sebagai imam hidup maka coba renungkan kembali.
Iman adalah rasa percaya. Iman dalam hal ini adalah percaya akan hal-hal bersifat akhirat dan dunia. Sehingga percaya didalamnya bukan hanya sekedar saling percaya antar kedua belah pihak. Namun juga percaya pada Tuhan yang sama sehingga menghasilkan tujuan kehidupan mulia yang sama pula.
Bagaimana bisa kita hidup bersama dengan orang yang memiliki keyakinan berbeda dengan kita. Bukankah Dunia hanyalah sekedar genggaman ditangan belaka? Akhirat adalah Final Destination. Bagaimana bisa kita hidup dengan seseorang yang berbeda dalam sudut pandang Tujuan Akhir dan untuk siapa hidup? Bukankah dia yang akan kita jadikan imam di rumah tangga kita?
Iman yang sama adalah pondasi awal dari sebuah hubungan. Syarat ini mutlak_tak bisa diganggu gugat.
2. Pilih dia yang selalu menomor satukan Ibunya
What? Jadi kita dinomor duain gitu? Ngapain pilih yang model gini win??
Ngapain ya? Karena itu adalah suatu bukti teman. Bukti tanda lanjutan dari step iman. Bukti takwa tahap satu!
Bagiku sendiri agak aneh jika ada lelaki yang tergila-gila dengan perempuan tanpa mempertimbangkan perasaan Ibunya. Bukankah Ibu adalah orang nomor satu yang harus dihormati lelaki??
Jika Ibunya saja dia nomor duakan bagaimana dengan kita jika sudah ‘menyusut’ kelak?
Ketika aku menjalin hubungan dengan suamiku dia pernah berkata padaku bahwa walau bagaimanapun cintanya dia denganku tapi dia tidak akan pernah mencintaiku diatas cinta pada Ibunya. Aku sempat mengalami beberapa konflik dengan pemahaman ini. Sampai akhirnya aku sadar dan mengerti kemudian bersyukur betapa beruntung aku memiliki suami yang luas cara berpikirnya dan sangat mencintai Ibunya.
baca juga “Untuk apa Aku harus membenci mertuaku?”
3. Pilih dia yang mencintaimu dengan ‘benar’
Tere liye pernah berkata dalam statusnya di facebook. Kalau tidak salah begini bunyinya “untuk wanita, mungkin lebih baik menikah dengan lelaki yang jelas-jelas mencintai dibanding menunggu yang tidak pasti” mungkin begitulah, mirip-mirip, saya lupa.. Haha
Apa itu berlaku bagiku? Ya.. Itu berlaku. Aku lebih suka dicintai dengan jelas daripada tergila-gila tidak jelas dengan lelaki yang bahkan tau sama aku aja enggak. Bagiku, cinta akan tumbuh seiring kita mengenal orang tersebut.
Apa semua cewek berpikiran sama sepertiku? Tentu saja tidak! Beberapa memilih tergila-gila dengan sasuke dibanding naruto..*eh kumat..😂
Ketika kita memutuskan untuk mencintai seseorang ada baiknya untuk bertanya pada diri sendiri. Apa alasan kita mencintainya? Jika alasannya hanya karena tampan dan dia sering memuji kita semata maka aku yakinkan itu adalah… Genjutsu.. 😂
Jika lelaki benar-benar mencintai kita aku yakin dia akan melakukan apa saja saat kita terbaring sakit, dia akan melakukan apa saja saat kita kesulitan, dia akan cemburu melihat kita sedetik saja bersama orang lain, dia selalu mendengarkan kita, dia akan mencari tau apa kesenangan kita dan yang terpenting dia akan selalu membawa kita untuk tetap bersemangat dalam tujuan hidup.
Maka, jika tiba-tiba ada lelaki berkunjung kerumahmu dengan membawa segerombol keluarganya, aku yakin dia adalah silent lover selama ini. Bisa jadi, dia adalah orang yang paling mencintaimu dibanding kau mencintai yang lain.
Belajarlah mencintai dengan benar wahai wanita.
Karena jika hanya kau yang mendominasi perasaan cinta pada lelaki bisa jadi saat berumah tangga dia akan mendominasi segala peraturan rumah tangga hanya karena merasa dapat memanfaatkan rasa cintamu yang berlebihan padanya. Banyak lelaki begini? Wuiiih… Buanyaaaak!!
4. Pilih dia yang bertanggung jawab
Apa sih tanggung jawab lelaki ketika sudah menikah itu?
Ya, nafkah! Bukan.. Ini bukan masalah duit!
Nafkah lahir dan Nafkah Batin. Keduanya adalah tanggung jawab lelaki ketika menikah.
Bagaimana cara mengetahui kadar tanggung jawab lelaki?
Simple.. Dari kepedulian!
Maka jangan mau dibohongin dengan muka cowok keren yang keliatan cuek, cuek tapi peduli sih oke.. Nah kalo cuek asik sama dirinya sendiri? Banyak ga cowok jenis gini? Banyaaakkk!!!
Banyak nih cowok yang asik mentingin karir dia aja. Pas udah sukses dia nyari cewek yang super cantik. Pas udah nikah si cewek malah sering ditinggalin dirumah. Udah gitu pas udah punya anak disuruh jadi Stay At Home Mom dengan kondisi si suami jarang pulang. Apa yang kurang?
Nafkah batin!
Intinya pilih suami yang bisa bertanggung jawab dengan mengerti kondisi kita. Suami yang tidak hanya mengartikan makna tanggung jawab sebagai uang semata tapi juga mengisi jiwa dalam rumah tangganya.
Nah, tapi ada juga nih suami belum siap nafkah lahir tau-tau mau nikah aja? Situ mau?
Hal ini masuk kepembahasan nomor 4 yak. 👇
5. Bukan pilih dia yang Kaya, punya pekerjaan tetap, tapi pilih yang selalu bersemangat dan punya cita-cita besar
Sempat ada yang menyindir ketika aku menikah dengan suamiku.
“Ya iya lah dia sudah PNS, punya pekerjaan tetap!”
Aku jujur kurang suka dengan statement diatas. Kesannya kok aku memilihnya karena dia mapan yah?
Jujur saja, jika masalah mapan adalah nomor satu aku punya banyak pilihan selain suamiku.. (lemparin batu.. Sok laku banget..haha) 😂
Kamu tau kenapa aku memilih dia?
Karena dia yang selalu membuatku bersemangat! Dan dia punya banyak cita-cita didalam hidupnya! Dan aku bercita-cita untuk turut ambil andil dalam misi hidupnya!
Setiap kali kami berbicara, ada semangat api yang aku rasakan. Suamiku adalah tipe imajiner-realistis_sesuatu yang tak pernah aku jangkau dari aku yang sepenuhnya imajiner.
Kalau tidak salah aku pernah mendengar kata-kata ini dari mario teguh “Wanita itu tidak butuh mobil mewah, rumah mewah dan lain-lain untuk dilamar! Ketika dia melihat layar handphonemu dan disana terlihat rumah mewah dia bertanya ‘Itu Rumahmu?’ dan lelaki sejati akan menjawab ‘itu bukan rumahku, tapi aku bercita-cita akan membuatkan rumah itu untukmu’. Dijamin wanita pasti klepek-klepek”
Itu benar. Wanita tidak butuh lelaki kaya! Dia butuh orang bersemangat, optimis dan punya cita-cita tinggi untuk menemani hidupnya. Hal itulah yang akan menunjang nafkah lahir seperti pada pembahasan nomor tiga.
6. Pilih yang memahami Passionmu
Sebelum kita memutuskan untuk menikah sangat penting untuk mengetahui hoby dan minat dari masing-masing pasangan.
Iya, kan ga lucu ya kalo tiba-tiba nikah terus bukannya kita semakin maju malah semakin merosot dari passion kita.
Baca juga Lelaki Introvert vs Ekstrovert, Pilih Mana?
Ada pula pribadi yang berpikiran “Menikah itu asal mau mengalah..”
Ya, terus kalo mengalah melulu kapan majunya? Jangan sampai rumah tangga kita termasuk dalam golongan tidak sehat hanya karena passion yang terhambat oleh rasa stress.
Hal seperti ini sering terjadi pada pasangan muda. Bahkan tidak sedikit yang mengalami stress berkelanjutan hanya karena masalah passion dan salah memahami makna penerimaan.
Baca juga Pembelajaran dalam film Revolutionary Road.
Revolutionary Road adalah salah satu dampak dari stress masing-masing pasangan yang tak bekerja sesuai passionnya sehingga rumah tangganya tidak sehat. Karena itu ada baiknya sebelum anda menikah pahami passion masing-masing.
7. Pilih sang penyuka anak kecil
Aku sering mendengar kalimat “Semua Lelaki mungkin siap menjadi seorang Suami, tapi tidak semua Suami siap menjadi Ayah”
Ngerti maksudnya?
Agak lucu juga ya, soalnya sudah jelas kan ketika kita memilih calon suami sudah jelas didalamnya bahwa disana kita juga mencari sosok ayah untuk anak kita kelak. Pernyataan diatas kok seolah-olah mencari calon suami ‘yang siap’ itu gampang ya. Menurutku malah itu yang susah karena itu pondasi dasar. 😄
Jadi buat aku, kriteria suami dan calon ayah itu gak bisa dipisah. Kecuali mau ga punya anak selamanya.. Hihi
Sudah menjadi rahasia umum sepertinya ya kalau lelaki penyuka anak kecil akan menjadi sosok Ayah yang baik. Kenapa? Karena ia akan lebih mengerti dengan kondisi Ibu yang rempong dan akan menggantikan peran ibu pengganti selama sang ibu berkutat pada kerempongannya.
Lelaki penyuka anak kecil biasanya ditemukan pada anak sulung maupun anak tengah yang memiliki adik. Meski mungkin saja anak tunggal juga bisa menjadi sosok ayah yang baik karena rasa cintanya yang benar pada Ibunya.
8. Lihat Lingkungan dan Latar Belakangnya
Buah Jatuh tak Jauh dari pohonnya..
Memang, hal ini harus diakui benar. Hal yang membentuk diri kita sebagian adalah lingkungan dan latar belakang.
Namun, sayang sekali aku adalah pribadi yang kurang mempercayai makna ‘Warisan’. Bukan, ini bukan tentang tulisan abege kekinian itu. 😂
Sebagian besar orang akan terbawa oleh faktor biologis dan lingkungan dalam pembentukan karakternya. Namun, adapula yang memilih jalannya sendiri ditengah lingkungannya yang dia pikir merupakan sesuatu yang salah.
Sebagai contoh, tidak semua anak koruptor akan tumbuh menjadi koruptor pula. Bisa jadi_bisa saja suatu saat ia menyadari kesalahan orang tuanya kemudian mengambil jalan kebaikan setelahnya.
Sebaliknya, tidak semua anak pesantren akan tumbuh menjadi orang sholeh dan sholehah. Bisa jadi_bisa saja, entah karena apa tiba-tiba saja dia menjalani jalan hidup yang berseberangan.
Ketika naruto hidup sebagai jinchuriki belum tentu suatu saat dia akan jadi monster sepenuhnya. *lah kumat.. 😂
Dulu, jujur saja aku adalah tipe yang percaya tentang bibit, bebet dan bobot ini. Lambat laun aku mengerti, bahwa setiap manusia bisa berubah. Tak peduli sekeras apapun lingkungan terhadapnya.
Warna Hitam adalah kumpulan dari gabungan seluruh warna. Jika salah satunya kemudian berpisah mungkin saja ia akan melunturkan warna hitam tersebut.
Intinya, kita tak bisa men-cap mentah-mentah bahwa anak yang tumbuh dalam lingkungan ‘kotor’ adalah bibit yang ‘kurang baik’. Karena setiap orang memiliki proses evolusi yang tidak kita pahami prosesnya. Meskipun tak dipungkiri, lingkungan dan latar belakang harus kita selidiki pula.
Namun hal lebih lanjut yang harus kita lakukan adalah melihat sejauh apa evolusi hidupnya pada jalan kebaikan, walau ditengah lingkungan kusam sekalipun.
Yup, demikian akhir dari catatan saya tentang kriteria lelaki yang patut dijadikan suami. Memang tak semua lelaki sempurna. Tapi paling tidak dari 8 poin diatas ada 5-6 poin yang sesuai dan jangan lupa nomor 1 ga boleh di skip. Hihi..
Nah, kalo ketujuhnya udah ceklist buruan bilang “Lamar aku Baaaaang!!!”
😂