Sudah 4 tahun lamanya Aku menjadi seorang Ibu. Sungguh, bukanlah peran yang mudah ditengah Rutinitas full time yang aku lakukan dirumah. Yah, aku memborong semua pekerjaan rumah dengan mengabaikan ‘me time’ ku demi Suami dan Anak. Sudah cukup lama aku memperbaiki atau lebih tepatnya mengganti passionku yang dulu.
Apa Passionku? Passionku adalah haus ilmu. Aku suka diajari, aku suka dengan dunia pendidikan, aku menyukai suasana kelas, aku suka menjadi yang terbaik dikelas, aku ingin menjadi Guru. Sementara memiliki anak telah mengubah hidupku. Aku menyingkirkan semua bukuku dan menggantinya dengan sapu, spatula, kain pel, dan kayu bakar. Aku bahkan lupa dimana aku menaruh pulpenku. Aku mengabaikan laptopku hingga handphoneku. Percayalah aku bahkan tidak membuka sosial mediaku kecuali Facebook untuk sekedar berbagi Foto Anakku. Hanya dua tahun terakhir aku aktif diinstagram, bbm, WA dan terakhir blog ini.
Didalam komunitas teman kampus dan teman SMA aku termasuk yang paling Dini memutuskan menikah. Jadi, membuka sosial media kadang bukanlah hal yang bijak mengingat aku terkadang iri melihat teman-temanku bekerja, jalan-jalan, kuliner kesana kemari. Sementara aku hanya disini menyusui bayiku, memasak, membersihkan rumah, membuat cemilan, dan seterusnya hingga tak ada waktu untuk mengupgrade bahkan mempertahankan ilmu diotakku.
Hidup terpisah dengan Orang Tua tentu bukan hanya sekali ini aku rasakan. Aku sudah terbiasa mandiri. Aku bisa memasak, membersihkan rumah, dan mengatur uang belanja sejak mengontrak dengan kakakku. Jadi, ketika menikah Jujur saja Aku tidak terlalu terkejut dengan pekerjaan rumah. Yang membuatku terkejut adalah bayi yang selalu menyusu dan duniaku yang mendadak sunyi senyap.
Tidak ada nilai, tidak ada penghargaan, tidak ada tantangan untuk membuat tujuan hidup yang lebih berguna. Inilah yang kurasakan. Kemana aku membuang semua energi positif ini? Apakah ini hanya akan habis begitu-begitu saja dengan invisble job ini? Aku perlu tantangan. Pikirku.
Dunia masak adalah satu satunya pekerjaan yang kusukai saat masa menyusui. Aku menyukai Baking, karena suami dan anakku menyukai semua kueku. Disamping itu, jika sesekali aku gagal maka aku dengan rela menghabiskan kue yang kubuat karena menyusui sungguh membuatku lapar.
Dunia membersihkan rumah adalah pekerjaan yang membuat aku pemarah. Yah, mau tak mau jika kau menyukai memasak kau harus rela membersihkan peralatan memasak. Sementara aku sudah terbiasa menjadi anak pembersih. Oh Tuhan, begini-begini saja waktuku kuhabiskan, Pikirku.
Malapetaka besar adalah ketika Farisha mulai kreatif dalam bermain. Aku harus berusaha sabar menahan mental pembersihku. Pada akhirnya aku tak bisa menahan kekesalanku juga kalau tiba-tiba ada tamu berkunjung dan melihat rumahku tidak waras. Yah, Aku terbiasa dipandang sebagai Perfect luar dalam. Aku tak tahan menghadapi kritik tentang kebersihan dan kerapian.
Bukan hanya itu kritik yang menggangguku. Beberapa ‘yang terdekat’ ada yang mengkritikku untuk memulai usaha. “Dari pada dirumah ja, kada beapa-apa, baik bejualan wadai”. Well, baiklah, aku sih kerjaannya apa juga ya? Makan-tidur, makan-tidur mungkin ya. Mungkin mereka pikir aku punya Jin karena jelas-jelas sudah aku tak punya ART dirumah untuk membantuku. Iyes lah, aku mencoba jualan Kue. Untuk apa? Untuk membuktikan Aku juga bisa.
Akupun berjualan kue dengan menitipkan kue kepada Adikku di Fakultas Kedokteran. Lumayanlah hasilnya, bisa buat membeli oven sendiri. Semangat? Mm.. Iya, semangat hanya sebentar. Kenapa? Karena berjualan tak menambah ilmu apapun😂. Hanya sekedar menitipkan kue dan aku dapat untung selesai. Ini kegiatan yang tidak terlalu asik dilakukan. Aku lebih suka menerima pujian langsung dari Suami dan Anakku tentang kue yang kubuat. Aku lebih suka mendapatkan foto yang luar biasa bagusnya dibanding mengemas puluhan kue yang kubuat.
99 Pintu Rejeki ada pada Berdagang…
Well, kupikir itu benar. Tapi tidak bijak. Jika semua orang berdagang lalu siapa yang menjadi Guru? Dokter? Perawat? Bidan? Jurnalis? dan Pengelola-pengelola aset negara??? Siapa? Pedagang?
Jika kau ingin berhasil maka berkonsistenlah dengan yang kau lakukan.
Yah, itulah yang tak bisa kulakukan. Konsisten, aku tak bisa konsisten dalam berdagang. Aku sangat pembosan. Aku tak bisa melihat tepung, susu, santan, gula yang sama setiap harinya dan membuat kue sama setiap harinya. Itu membuatku seolah-olah seperti robot. Robot mungkin bisa konsisten dalam menjaga moodnya. Aku sangat tidak bisa. Dan jika aku tetap bersikeras melakukannya pasti ada yang salah dengan kue yang kubuat. Entah itu tiba-tiba bantat atau tiba-tiba kemanisan/hambar.
Aku secara mantap menghentikan jualanku. Masih banyak hal yang jauh lebih menyenangkan dibanding berjualan yang memakan banyak waktuku untuk kegiatan seputar tepung, gula, dan telur. Walau baking adalah salah satu Passionku namun aku tak menyukainya secara berlebihan. Apalagi jika karena baking dan ingin uang tambahan aku harus mengorbankan Passionku yang lain, yaitu Nyurcol.
Nyurcol didunia maya adalah salah satu hobyku. Aku bukan orang yang hobi pamer, tapi aku tipe pengabadi segala moment. Mungkin inilah yang dinamakan hoby menjurnal. Yah, sejak kecil hoby menjurnal hanya dicurahkan pada buku harian yang kemasannya sungguh kuno dan tidak awet. Tapi dunia maya? Tulisan kita abadi, bisa diubah2 jenis fontnya, bisa diedit kapan saja, dan secara tak langsung dapat merasakan kita tak sendiri ketika ada yang membaca tulisan kita. Ada kebanggaan tersendiri didalamnya. Seakan-akan kau sudah menjadi penulis walau tak satupun buku yang pernah diterbitkan. (ini benar-benar narsis ya)
Kupikir kegiatan menjurnal adalah satu-satunya jenis konsisten yang bisa kulakukan.
Ide membuat blog sudah lama diusulkan oleh suamiku. Namun, secara bahasa aku mengerti bahwa suamiku ingin blog ini berisi hal ‘khusus’. Entah itu khusus tentang resep, khusus tentang rumah tangga, khusus parenting, khusus tentang kecantikan. Tapi aku? Aku hanya ingin menulis semuanya.
Memasak-belajar berjualan, belajar parenting, belajar merangkai ilmu ekonomi rumah tangga, belajar cantik didalam rumah, belajar segalanya. Dari awal aku sudah bercerita bukan? Duniaku adalah belajar dan menggurui. Anakku yang masih kecil tentu tak cukup untuk menjadi bahan ajarku. Aku membutuhkan media lain untuk membuat otakku tersalur. Bukan, ini bukan tentang Passion. Aku tak punya Passion Khusus. Aku mencintai semuanya, aku ingin mencoba semuanya. Aku Ibu yang Divergent.
Mungkin bagi beberapa orang akan mengklaim bahwa aku tidak tetap pendirian, peniru, dan sebagainya. Tapi aku tak merasa begitu. Aku hanya ingin menjalani hidup dengan mencoba dan menjurnal semuanya. Aku tidak terlalu tau persis apa tujuan dari catatan-catatan ini. Aku hanya ingin membuat remahan roti disepanjang jalan hidupku seperti pada dongeng Hansel and Gretel.
Karena dalam perjalanan hidup tak selamanya kita akan bahagia. Susah senang hadir bersamanya. Menulis adalah salah satu media yang membuatku merasa bersyukur. Aku tak sungkan mencatat kepedihanku disini karena aku memiliki kesenangan yang aku abadikan. Saat kepedihan itu aku simpan dalam draft aku cukup tau diri untuk tak mempublishnya. Inilah kekuatan dari menulis. Ia mengingatkanmu. Mengabadikan moment bahagiamu dan menghadirkannya kembali saat kesedihan melandamu.
Disinilah Aku. Aku membagi sebagian diriku pada tulisan.
Jika kau bertanya apa Pekerjaanku? Apa Hobyku? Apa Style ku?
Jawabannya tak cukup satu.
Aku Ibu Rumah Tangga yang terlihat sangat santai dirumah. Tak pernah keluar. Jarang sekali.
Tapi dirumah adalah tempatku belajar.
Aku memasak, Aku menjadi Koki andalan di Rumah
Aku mencuci dan membersihkan semuanya.. Aku Tukang Loundry dan Cleaning Service.
Aku Senang mempercantik diriku, terlebih dengan lipstik, Aku Sang Perias Amatir
Aku Senang Mendidik Anakku berdasarkan caraku dan mempelajari Ilmu Parenting..Aku senang melihat dan belajar Bagaimana Manusia berkembang dan bersifat, Aku pecinta Ilmu Psikologi.
Aku Senang Memanagement ekonomi di Rumah Kami. Aku senang dapat mengelola segala kebutuhan ekonomi keluargaku dengan uang yang sebagian keluarga lain tentu merasa kurang. Aku Sang Manager Keuangan.
Terakhir, Aku senang masih memiliki waktu untuk menulis agar semua passion warna warniku dapat tersalur baik dan diabadikan dengan rapi di blog.
Aku Senang.. Aku menjadi serba bisa untuk mereka berdua.
Jadi, jika kau tanya Apa sih Passionku? Aku tak punya Passion yang bisa membawaku ke Tingkat Diferensiasi Sosial yang lebih tinggi dimasyarakat. I’m just Nothing, Invisible.
But, I’m Divergent. 😊