Browsed by
Category: Kesehatan

Mengulas informasi kesehatan dari pengalaman penulis

Gigi Seri Patah Akibat Kecelakaan, Bagaimana Mengatasinya?

Gigi Seri Patah Akibat Kecelakaan, Bagaimana Mengatasinya?

Oppa! Kamu kenapaaa? Jatuh dari mana? Kecelakaan atau kelahi ngerebutin akuh? 

Plaaak (Mukul Muka..Sadar Woy!)

*Mon maap anaknya lagi kegeeran bentar ya.. 🤣

Oppa Kim Soo Hyun baik-baik aja kok, jangan gempar dulu. Ini bukan cerita tentang dia kok. Ini cerita tentang aku.. Hahaha.. 

Inget cerita bibir sobek aku yang dijahit pasca kecelakaan kemarin? 

Yup, ini seri lanjutannya. Seperti janjiku kemarin kalau aku akan menulis cerita gigi patah yang ditambal jika pandemi covid 19 sudah usai. 

But wait, bukannya pandemi belum reda win? 

Kok kamu nulis cerita tambal gigi pas pandemi gini? 

Kamu ke dokter gigi? 

Hmmm… Begini ceritanya.. 

Gigi Seri yang Patah Sebagian Karena Kecelakaan

Kenapa ya kecelakaan kecil gitu aja bisa bikin gigi patah dan bibir sampe dijahit? 

Ya.. Akupun enggak tau. Hiks.. 

Yang jelas gigi kelinci sebelah kiriku patah begitu saja setelah menghantam bibir dan lantai kamarku. Bahkan, hingga sekarang aku masih sering terbayang dengan rasa nyerinya. Saking horornya, dari tanggal 29 Mei sampai sekarang.. Sudah sekitar 5 kali aku bermimpi gigiku copot. Bangun tidur langsung pegang gigi sendiri. Alhamdulillah masih ada. Tapi separo.. Hiks.. Kadang, disitu aku pengen nangis.. 

Yup, ini memang bukan kasus patah total. Tapi patah sekitar 1/4 atau 1/5 bagian. Tapi buatku, karena gigi seri yang patah.. Tentu saja ini sangat amat mengganggu penampilan. Mana aku kan cewek ya, kan minder banget kalau gigi aku patah begini. Gak bisa ketawa dikit langsung keliatan kek nenek-nenek. Hiks. 

Selain soal penampilan.. Gigiku yang patah ini rasanya sedikit nyeri. Dan nyeri berlangsung hingga 1 minggu. 

Pertolongan Pertama Pada Gigi yang Patah

Ketika menyadari gigi patah saat terjatuh.. Aku langsung menyimpan patahan gigi itu ditanganku. Lalu, aku langsung mencari artikel di google yang berhubungan dengan penanganan gigi yang patah. Bertemulah aku dengan artikel alo dokter yang berkata bahwa.. 

Jreng jreeeng.. 

Langkah pertama tentu sudah aku lakukan. Tapi, percuma. Mana bisa nempel lagi gigi patah itu. Patah ya patah aja maah.. 

Lalu, jujur ya.. Sempat-sempatnya aku melirik lem alteco yang bertengger manis di lemari kecilku. Pikiranku mulai error. Kalau saja bibirku tak henti-hentinya berdarah.. Mungkin saja aku sudah mengeksekusi langkah konyol itu. Hahaha.. 

Tak mau error terlalu lama, aku akhirnya merendam patahan gigiku di air susu seperti kata artikel tersebut. Sialnya, susu UHT habis. Dan aku tidak ada waktu untuk belanja. Akhirnya, gigi tersebut aku rendam di perahan ASI. Duh, konyol kan? Tapi aku optimis sih ASI merupakan pengganti yang baik ketika tidak ada susu UHT. Setelah urusan gigi ini selesai.. Aku bergegas ke IGD untuk menjahit bibir. 

Kenapa tidak sekalian saja menangani gigi di IGD win? 

Nah, itu dia. Pikiranku konslet teman-teman. Sama sekali tidak terpikir untuk langsung ke dokter gigi untuk memikirkan tindakan penyambungan gigi yang patah. Mungkin karena bibirku yang robek dan terus mengeluarkan darah itu membuatku sedikit panik. Aku bahkan lupa membawa kartu BPJS ku. 

Sore harinya, atau sekitar 4 jam pasca kecelakaan.. Barulah aku berinisiatif untuk ke dokter gigi. Aku memilih untuk mengunjungi praktek Dr Gigi, bukan di RS. Selain karena pandemi yang membuatku galau, kurasa kalau ke Dr Gigi langsung maka tidak memerlukan antri. 

Dan benar saja, beruntung sekali aku menemukan praktek Dr. Gigi yang mau menangani keadaanku. Padahal rata-rata praktik dokter gigi di sini tutup karena pandemi. Dr Gigi yang aku kunjungipun sebenarnya tutup. Tapi, karena kasusku urgent. Maka beliau bersedia untuk membantu. 

Saat itu, aku sangat optimis gigiku bisa disambung lagi dengan lem khusus. Apalagi, pasca kecelakan tersebut aku langsung merendam patahan gigiku di perahan ASI dan memasukkannya ke kulkas. 

PASTI BISA. PASTI TIDAK APA-APA. Pikirku optimis saat itu. 

“Sudah berapa jam pasca kecelakaan mba?” Tanya Dokter gigi ketika melihat botol rendaman patahan gigiku. 

“Terhitung 5 jam dokter. Bagaimana dok? Bisa disambung aja kan?”

“Kita lihat dulu ya.. “

Dan aku pun membuka mulutku.. 

“Wah.. Masih berdarah-darah jahitannya ya.. ” Kata Dokter. 

“Iya dok.. Giginya bagaimana dok?”

“Waduh.. Ini gak bisa disambung mba giginya..”

“Kata artikel alo dokter yang saya baca.. Bisa menggunakan lem khusus dok.. Enggak bisa ya dok?”

“Enggak bisa mba.. Kondisi gigi mba ini.. Bla bla.. “

Beliau menjelaskan padaku sambil mengambil gambar gigi dan akar gigi. Sepenangkapanku, gigiku tidak bisa dilem karena bagian yang patah tidak memenuhi prosedur untuk bisa dilakukan penyambungan. Entah karena terlalu sedikit yang patah, atau karena terlalu banyak dengan kondisi menipis didalam. 

“Ini harus ditambal mba.. “

“Bisa ditambal sekarang dok?”

“Sayangnya enggak bisa mba, karena jahitan dibibir mba masih berdarah-darah. Takutnya proses penambalan ini akan memperparah jahitannya. Sebaiknya, 2 minggu lagi kesini ya mba. Sembuhkan jahitan di bibirnya dulu.. “

Yah.. Begitulah. 

Akhirnya, aku pulang begitu saja. Pertolongan pertama untuk gigi patahku hanya bisa sampai disini. Aku harus bersabar. 

Dan akupun  menatap botol rendaman patahan gigiku. Huft.. Selamat tinggal patahan gigiku.. 😔

Haruskah Menambal Gigi Seri Demi Estetika? Ditengah Pandemi Covid 19 Begini? 

Bulan Juni, kasus corona di banjarmasin kian meningkat. Bahkan pernah dalam sehari memecah rekor, kasus penambahan pasien positifnya tertinggi seindonesia. 

Ya, memang di banjarmasin sedang gencar-gencarnya tes masal di berbagai pasar. Sehingga banyak pedagang yang terdeteksi positif meski tanpa gejala. 

Para ahli dan WHO menjelaskan bahwa OTG pun berisiko menularkan. Dan entah kenapa penjelasan itu membuatku sangat amat parno. Sehingga, aku memutuskan untuk TIDAK MENAMBAL GIGI sebelum pandemi selesai. 

Tapi apa daya. Dua minggu pasca kecelakaan, bibirku yang sobek memang sudah membaik. Namun, gigiku yang patah mulai nyeri luar biasa. Rasa nyeri inilah yang sering kali membuatku khawatir. Bahkan sering bermimpi buruk kalau gigiku tercabut. Akhirnya, aku memutuskan untuk menghubungi Dr Gigiku kemarin. 

“Di rontgen saja mba, takutnya patah di dalam giginya.. “

“Tapi saya takut ke RS dok. Ada saran rontgen gigi dimana yang aman?”

“Apakah giginya goyang?”

“Tidak dok. Hanya ngilu luar biasa.. “

“Minum paracetamol dulu ya mba. Kalau beberapa hari ini tidak hilang juga maka sebaiknya rontgen..”

Duh, rontgen di RS? Itu horor sih di masa pandemi begini. Akupun memutuskan untuk minum obat saja setiap kali merasakan ngilu tak tertahankan. Aku juga sempat menghubungi temanku yang suaminya merupakan dokter gigi. Dia menyarankan untuk menunda ke dokter gigi, katanya.. Tunggu hingga pandemi usai saja. 

Ajaibnya, 3 hari kemudian rasa ngilu itu hilang begitu saja. Rasa khawatirku mulai hilang. Senang sekali. Aku bahkan merasa percaya diri hingga iseng berselfie ria kemudian menguploadnya di instagram dengan caption curhat tentang gigiku yang patah. Dan.. 

Salah seorang teman bloggerku di instagram menanyakan tentang gigiku. Kemudian ia menceritakan masalah yang sama. Ia berkata bahwa pernah membiarkan masalah gigi yang patah hingga akhirnya harus dicabut karena akarnya yang mati. Dan, disitulah aku merasa horor. Mimpi burukku terasa kembali lagi.. Hahaha.. 

Untunglah, aku sudah menginstall aplikasi halo doc di smatphoneku. Dengan memanfaatkan konsultasi gratis, Akupun langsung bertanya pada Dokter Gigi disana tentang keadaanku. Dan hasilnya adalaah.. 

“Harus segera ditambal mba.. Secepatnya.. Mumpung tidak sakit lagi.. “

Rasa takut akan corona pun hilang seketika, idealismeku untuk tidak akan ke dokter gigi sebelum pandemi berakhir cuma tinggal cerita pembuka. Dua jam setelah konsultasi di Halodoc, aku langsung mengunjungi Dr Gigi. 

“Giginya harus segera ditambal. Karena bagian yang patah itu semakin hari akan semakin mengalami kerusakan karena makanan yang masuk. Menambal gigi tidak hanya soal memperbaiki estetika, tapi juga mencegah kerusakan lebih lanjut.. “

Pengalaman Menambal Gigi Seri yang Patah ditengah Pandemi Covid 19

“Wah.. Akhirnya ditambal juga ya mba.. ” Sambut Dokter Gigi ku.. 

“Iya dok, saya mimpi gigi ompong terus. Berasa dihantui. Apalagi kemarin konsultasi di halodoc, katanya harus segera ditambal. Soalnya semakin hari bagian gigi yang patah ini terpapar makanan dan berpotensi rusak. Hororlah saya dok, enggak mau jadi nenek terlalu dini.. “

Dokter tersebut langsung tertawa. Hari itu, genap sebulan pasca kecelakaan. Dan bibirku sudah sangat pulih. Hanya ada benjolan sedikit dan itu tidak sakit. Sehingga, dokter bisa memasang penyangga pada bibirku untuk bisa menambal gigi seriku. 

Well, selama dokter menambal gigi.. Aku memperhatikan APD yang digunakan dokter tersebut. 

Bukan hazmat yang seperti biasa kulihat di TV. Tapi mungkin termasuk ‘temannya’. Entahlah apa itu tapi kulihat ini sudah termasuk APD level 3. Beliau juga memakai masker medis berlapis N95, tak lupa kaca mata pelindung. Sambil menikmati proses tambal gigi, aku tak henti berdoa semoga kami berdua baik-baik saja. 

Tambal gigi depan sedikit berbeda dengan tambal gigi biasa. Kalian mungkin kenal dengan tambal estetik bukan? Yups, tambal estetik bukan cuma untuk memperbaiki gigi yang berlubang tetapi juga untuk mengembalikan fungsi estetik dari gigi. 

Penambalan gigi estetik merupakan tehnik penambalan gigi yang aman karena tidak menggunakan merkuri. Penambalan gigi dilakukan menggunakan bahan resin komposit sehingga warna dapat disesuaikan warna gigi asli. Dengan menggunakan tehnik penambalan gigi estetik keindahan warna gigi asli kita dapat dikembalikan sealami mungkin. Dokter gigi yang berpengalaman sudah paham untuk menggunakan bahan resin yang sesuai dengan warna gigi kita. 

Tambal gigi estetik yang aku lakukan, memakan waktu kurang lebih 1 jam.. Yup, tidak begitu lama karena gigiku tidak memerlukan perawatan saluran akar gigi. Kondisi gigiku saat itu tidak ngilu dan tidak goyang sehingga dapat langsung dilakunan penambalan estetik. 

Kalau dibandingkan dengan tambal gigi biasa, kurasa tambal estetik ini lebih sulit. Aku beberapa kali melihat dokternya mengambil alat sejenis kuas mungil dan dioles dengan (mungkin) resin komposit yang sewarna dengan gigiku. Kemudian, sebelum finishing.. Beliau mengambil kaca dan memperlihatkan warna giginya kepadaku. Berkata apakah sudah pas? Meski awalnya merasa seakan gigiku sedikit maju dan agak putih.. Lama kelamaan aku merasa biasa saja. 

Gigi Seri yang ditambal before-after

Terakhir, tentu ada yang bertanya berapa biaya menambal gigi ini bukan? 

Biayanya adalah 375.000. Menurutku, sebanding sekali dengan hasilnya. Aku bahkan bersyukur loh ketika melihat pengalaman tambal gigi orang lain di internet. Ada yang memerlukan perawatan saluran akar hingga total satu gigi saja hampir 2 juta. Sebenarnya, mungkin aku juga akan menghabiskan biaya yang sama jika saja aku tidak sabar saat mengalami ngilu kemarin. Jika kita menambal gigi dalam keadaan ngilu, maka kita memerlukan 2 biaya tambahan. Biaya itu adalah biaya rontgen, juga perawatan saluran akar yang mungkin tidak bisa hanya sekali saja. 

Sekarang, sudah hampir sebulan berlalu sejak aku menambal gigi di Dr Gigi. Alhamdulilah, aku dan Dr Gigi masih sehat. 

Bagaimana Rasanya Memiliki Gigi Seri Tambalan? 

Wow.. Rasanya? 

Teteplah gigi asli tidak tergantikan.. Hahaha.. 

Memiliki gigi tambalan ini seakan terlihat baik-baik saja. Tapi sebenarnya, sampai sekarang aku merasa sekali gigi seriku ini masih separo. Dan jujur ya, kalau diperhatikan lebih seksama.. Terlihat kok warnanya sedikit berbeda. Karena gigi asliku ini warnanya putih gading. Aku yakin sih dokter gigi sudah memberikan warna yang sangat mirip, tapi memang gigiku saja yang warnanya begitu. Hehe

Apakah gigi seri ini bisa dipakai untuk menggigit normal? 

TIDAK. BIG NOOO..! 

Dokter bahkan langsung memperingatkanku usai menambal kemarin, bahwa gigiku tidak bisa dipakai untuk menggigit secara normal lagi. Bahkan untuk menggigit roti pun tidak. Aku memakan roti dengan cara menyobeknya dengan tanganku dan langsung mengunyah dengan geraham. 

Sedih sih ya.. Tapi sadar banget kalau aku enggak boleh denial sama keadaanku. Gak boleh bilang, “Coba deh kemarin hati-hati.. ” Atau “Coba deh hari yang kemarin bisa diulang lagi..”

Harus menerima keadaan. Inilah aku yang sekarang. Gigi seri tambalan dan bibir sedikit belah. Ya mau bagaimana lagi? Life must go on right? 

Dokter gigi bahkan berkata kepadaku bahwa selain patah, sebenarnya gigiku ini juga retak. Bahkan gigi seri sebelahnya juga, hanya saja retakannya tidak terlihat. Jadi, dari sekarang harus menghindari makanan yang asam dan harus sangat rajin menggosok gigi. 

Dan tau gak kalian sisi lucunya apa? 

Sejak peristiwa ini, aku malah suka sekali tersenyum dengan memperlihatkan gigiku. Bahkan difoto juga begitu. Pamer? Oh tidak. Bukan begitu. 

Lebih tepatnya, aku baru saja sadar bahwa gigi kelinci yang aku miliki ini ternyata SANGAT BERHARGA. Jujur ya, dulu aku sedikit denial dengan gigiku ini. Apalagi sisi gingsulnya itu, kalau difoto dengan angle yang salah.. Otomatis aku terlihat boneng. Ditambah dengan gigi kelinciku yang besar ini.. Thats why dulu minder pake banget senyum kalau keliatan gigi.. Hiks.. 

Sekarang.. Ya ampun.. Ternyata aku baru sadar gigi akutuh (lumayan) cantik.. Coba dulu aku lebih sering senyum lepas dengan gigi yang terlihat.. Kan mungkin oppa pun kesengsem.. Hiks.. *lebay.. 

Okay, sekian deh curhatan bombay aku tentang gigi patah dan proses penambalannya. Moral story is.. Hargai yang kita miliki sekarang, sejelek apapun itu.. Syukuri aja deh. 

Jangan seperti aku, baru merasakan sesuatu itu sangat berharga ketika sudah kehilangan.. 

5 Hal Sederhana ini dapat Meminimalisir Potensi Menjadi Carrier Covid 19

5 Hal Sederhana ini dapat Meminimalisir Potensi Menjadi Carrier Covid 19

New normal sudah berjalan beberapa minggu. Beberapa sektor ekonomi sudah mulai dibuka. Negara-negara didunia termasuk indonesia tidak punya pilihan lain selain melakukan new normal untuk memulihkan kembali siklus ekonomi. Beberapa orang yang awalnya memilih #dirumahsaja selama beberapa bulan pun akhirnya terpaksa untuk berkerja. 

Ya.. Karena tidak mungkin bukan dengan hanya di rumah saja uang akan mengalir dengan sendirinya? Kecuali Anda ‘Horang Kayah’. Kalau spesies itu sih, jangan dipertanyakan lagi. 

Beberapa generasi pun mulai terjun unuk bekerja. Termasuk jajaran generasi milenial sepertiku. Mereka mulai aktif bekerja di luar rumah. 

Akan tetapi, dengan bekerja diluar seperti itu.. Bukan tidak mungkin kita menjadi carrier  suatu hari nanti. Karena berbagai paparan virus diluar sana bisa saja hinggap di tubuh kita. Dan akan sangat berpotensi jika paparan itu terkena saluran pernafasan kita secara langsung. Bisa dibayangkan kalau kita menjadi carrier virus covid 19? Maka orang-orang yang serumah dengan kita akan berpotensi ketularan pula. Termasuk itu pasangan kita, anak, hingga orang tua. Hiks

Tapi tenang dulu, karena ada beberapa hal yang harus kita perhatikan agar kita dapat meminimalisir potensi menjadi carrier. Beberapa hal itu diantaranya adalah:

1. Patuhi Protokol Kesehatan dengan Benar

Mungkin ini adalah hal yang paling dan paling sering kita ketahui. Karena sudah sangat amat gencar petunjuknya di beberapa media. Termasuk itu TV, poster hingga sosial media. 

Beberapa hal seperti rutin cuci tangan/hand sanitizer, memakai masker, jaga jarak, hindari keramaian dsb tentu sudah sangat umum kita dengar selama ini. Namun, sebenarnya sangat sedikit yang benar-benar paham dan mengaplikasikannya dengan benar. 

Salah satunya masih banyak yang menganggap memakai masker saja sudah cukup, sehingga abai dengan himbauan untuk jaga jarak. Kadang saat bekerja, kita menjadi lengah untuk menjaga kebersihan dan jaga jarak. Masker menjadi andalan satu-satunya. Padahal, fungsi masker tentu tidak bisa merangkap fungsi jaga jarak hingga cuci tangan. 

Protokol kesehatan selanjutnya yang sering diabaikan adalah protokol ketika sampai di rumah. 

Banyak sekali yang abai dengan hal ini. Langsung duduk dan bersantai ketika sampai rumah. Padahal, kita sangat rentan terpapar virus diluar sana saat bekerja. Banyak yang gagal paham soal ini dan berkata dengan enteng, “Toh sinar matahari sudah membunuh virus.. “

Kalau sesimple itu, kok corona bisa masuk negara tropis? Hehe. 

Dan masih banyak hal lainnya yang kadang sering kita abaikan. Sering kali, ketika diluar rumah kita terbawa ‘halu’ dan merasa bahwa kehidupan kembali normal sehingga lengah dengan protokol kesehatan. Padahal, musuh seperti virus yang tidak terlihat ini sangat senang sekali kalau kita lengah dengan keberadaannya. 

2. Tunda ke Fasilitas Kesehatan Sementara Waktu

Fasilitas kesehatan termasuk didalamnya puskesmas hingga rumah sakit dalam keadaan ‘super hectic’. Apalagi jika kita berada di zona merah. Sangat memungkinkan jika kita ke fasilitas kesehatan maka kita akan terpapar virus. 

Oleh karena itu, jika tidak urgent sekali maka sebaiknya kita menunda berkunjung ke fasilitas kesehatan. Dan jikapun kita terpaksa sekali ke fasilitas kesehatan maka sebisa mungkin tidak membawa anggota keluarga termasuk anak kecil ke dalamnya. 

3. Jika Memungkinkan, sediakan Rumah atau Ruangan Kosong untuk Isolasi Mandiri

source image: pixabay

Sejak corona merebak, kami selalu mengikuti perkembangannya. Dan kami sekeluarga selalu berpikir ke depan untuk berjaga-jaga. 

Karena itu ada rumah khusus milik keluarga besar kami yang sengaja dikosongkan. Mengingat beberapa anggota keluarga kami aktif bekerja diluar. Kami berpikir, jika saja ada salah satu dari kami yang positif dan tidak parah.. Mungkin lebih baik untuk isolasi mandiri di tempat khusus. 

Rumah tersebut juga kami gunakan jika ada anggota keluarga yang dari luar kota atau mudik ke tempat kami. Sebisa mungkin isolasi mandiri dulu sebelum bertemu dengan keluarga lainnya. 

4. Konsultasi dengan Dokter Jika Memiliki Gejala Covid 19

Jika kita mulai merasa tidak sehat dan mulai bergejala yang mengarah ke covid 19, maka ada baiknya kita segera berkonsultasi dengan dokter. 

But wait, bukannya aku tadi bilang untuk menghindari fasilitas kesehatan sementara waktu? 

Bukan masalah kok, konsultasi zaman now bisa dilakukan tanpa bertatapan secara langsung. Sekarang, segalanya kan serba online. Hehe.. 

Aku sendiri sudah terbiasa untuk berkonsultasi dengan dokter langgananku. Dulu sih aku hanya berkonsultasi lewat nomor WA dokter saja. Tapi semenjak kecelakaan kecil 2 minggu yang lalu, aku berinisiatif untuk menginstall halo doc demi konsultasi tentang masalah gigiku. 

Aplikasi Halo Doc ini sangat membantu sekali ditengah pandemi covid 19 ini. Hanya dengan download Halo Doc di PlayStore, kita sudah bisa terhubung dengan berbagai dokter umum hingga spesialis di seluruh indonesia. Dan ssst.. Konsultasi online pertamaku gratis loh.. Hehe

Bukan hanya bisa konsultasi saja. Kita dapat mendapatkan ilmu khusus tentang covid 19 disana, kita juga dapat membuat janji dengan dokter, dan lagi bisa banget kita konsultasi tentang masalah jiwa disana. Duh, siapa nih yang pas masa pandemi ini bawaannya pengen bersih-bersih dan cuci tangan mulu.. Padahal di rumah aja. Mungkin itu tandanya kita perlu menenangkan diri dan sedikit curhat dengan dokter. 

Jika kita memiliki gejala covid 19, sebaiknya kita konsultasi online dulu dengan dokter di halo doc. Dont worry, bayarnya gak mahal kok. Bahkan ada diskon dan beberapa dokter yang jadi free dari diskon tsb. Yakan.. Dari pada kita ke RS terus tidak sengaja terpapar virus disana, mending kita ‘santuy’ di rumah sambil berkonsultasi online. Siapa tau, gejala yang kita pikir mirip covid 19 itu hanya gejala alergi atau flu biasa. 

5. Melakukan Rapid Test

Nah, jika kita memiliki beberapa gejala covid 19.. Atau mungkin pernah tak sengaja berkontak dengan pasien positif. Ada baiknya jika kita melakukan rapid tes di tempat rapid test terdekat. Siapa tau ternyata selama ini kita termasuk dalam carrier tanpa gejala.

source image: freepik

Hal ini untuk mengetahui apakah kita termasuk reaktif atau tidak. Karena jika hasilnya reaktif, akan lebih baik jika kita isolasi mandiri dulu demi memutus rantai penularan ke orang terdekat kita. 

Rapid tes itu tidak horor kok. Tesnya sangat simple dan tidak menyakitkan. Dan jangan terlalu takut jika hasilnya reaktif karena belum tentu hasil swab nya positif loh. 

Hal yang tidak kalah penting dari berhadapan dengan covid 19 adalah meningkatkan imun kita. Jadi, sebisa mungkin buatlah pikiran positif dan menyenangkan. Jangan lupa untuk terus mengkonsumsi makanan bergizi lengkap serta minum Vit C. 

Aku yakin Covid 19 ini akan segera berlalu. 

Pengalaman Menjahit Bibir yang Robek Pasca Kecelakaan

Pengalaman Menjahit Bibir yang Robek Pasca Kecelakaan

Serem amat judul blogpost kamu win? 

Well, menulis judulnya saja sudah membuatku merasakan lagi kejadian 2 minggu yang lalu itu. Apalagi kalian yang baru membaca, pastinya bingung.. Kok bisa bibirnya dijahit? Bukannya foto-foto di instagramnya update mulu.. Wkwk.. *narsis sekali aku ya. 

Tapi serius, ini bibir genks yang dijahit. Bukan kulit biasa, apalagi baju. Bukan. 

Sebuah kecelakaan kecil siang itu membuat lantai rumahku penuh dengan bercak darah. 

Iya, kecelakaan ini terjadi di rumah. Tepatnya di kamarku sendiri. Hiks_

Pertanyaannya? Bagaimana bisa? 

Bibir Robek dan Gigi Patah akibat Meremehkan Gejala Anemia

Pagi itu, aku sedikit terlambat bangun karena begadang marathon menonton drama korea. Kepalaku sedikit pusing. Aku mengabaikannya. Karena toh paling-paling juga karena bayi yang menyusu melulu. Paling juga kalau sudah sarapan bakal berhenti pusingnya. 

Bener juga, sehabis sarapan aku langsung merasa nyaman. Tidak pusing lagi. Akupun langsung mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasanya. Dan karena hari itu suamiku benar-benar free.. Akhirnya jam 10 pagi aku memutuskan untuk berbelanja keperluan mingguan keluar rumah memakai motor (ya eyalah kan belum ada mobil..haha). Yah.. You know lah.. Pandemi corona ini membuatku hanya berani keluar rumah seminggu sekali untuk berbelanja. 

Aku berbelanja beberapa buku untuk keperluan home schooling Farisha, aku juga sempat mampir ke toko bayi untuk membelikan beberapa keperluan Humaira, kemudian aku ke super market dan ke pasar. So far, tidak ada kejadian apa-apa. Kepalaku sungguh baik-baik saja. Dan perlu diketahui bahwa aku termasuk lihai sekali dalam berkendara. Aku sangat jarang kecelakaan. Hampir tidak pernah. Bahkan jujur saja aku dulu tipikal yang berkendara sangat cepat. Hanya butuh 1 jam untuk pulang kampung saat masa kuliah dulu. Padahal, rata-rata cewek seumuranku butuh waktu setidaknya 1,5-2 jam untuk sampai. Aku juga pengendara mandiri, selalu say no buat tukang ojeg karena aku selalu takut kalau dibonceng orang lain kecuali suami sendiri. *lah, kok malah menyombongkan diri begini ya? Haha

Tapi serius, ini cuma untuk meyakinkan kalian bahwa kacelakaan kali ini tidak terjadi di jalan. Kecelakaan ini bukan karena aku jatuh dari motor atau menabrak sesuatu. Bukan. 

Siang itu, sehabis selesai berbelanja aku pulang dan melakukan protokol kesehatan seperti biasa. Aku menyemprot barang-barang belanjaanku dengan disinfektan, langsung memasukkan bajuku ke mesin cuci, dan ooh waw.. Lihatlah Humaira yang langsung berlari menghampiriku. Sepertinya, dia sudah tidak sabar ingin menyusu. Oke, jangan peluk mama dulu. Mama mungkin sudah menjadi vektor virus. Maka, mama harus mandi. 

Apakah aku terpeleset ketika masuk kamar mandi? 

Oh tidak. Ceritanya tidak setidak keren itu. Maaf saja, kamar mandiku tidak pernah licin. (Narsis lagi kan.. Minta ditoyor.. Haha) 

Aku mandi seperti biasa. Dan aku baik-baik saja hingga keluar dari kamar mandi. Aku langsung mengganti baju dan memeluk Humaira lalu menyusuinya hingga tertidur. Oh yes, seperti biasa kalau menyusui bayi aku rasanya ikut mengantuk. Siapa suka begini juga? 

Aku melawan rasa ngantuk itu. Kubuka HP sambil asyik bersosmed ria. Lalu tiba-tiba aku disadarkan bahwa baterai HP ku hampir habis. Well, oke.. Aku langsung duduk dan meraih charger HP yang berada di atas meja belajar di samping ranjang. 

Adegan biasa saja? 

Anda salah. Disinilah kecelakaan itu terjadi. 

Kepalaku langsung berat mendadak. Aku jatuh. 

Dan sialnya. Wajahku jatuh terlebih dahulu. 

Aku merasakan bunyi ‘krek’ didalam mulutku. Aku tidak memperdulikan darah itu. Yang ingin aku yakinkan.. “Apakah gigiku masih utuh?”

Bergegas aku bangun hanya demi berkaca. Tanganku menutup mulut demi memangku darah yang bercucuran. Dan ditanganku tersebut, jatuhlah patahan gigi. Ya, gigi kelinci sebelah kananku patah. Sekitar 1/6 dari giginya. Dan ternyata, masalah gigi itu merupakan luka biasa. 

Aku melihat bibir bawahku yang terluka karena gigi atas yang menekannya. Bibir itu sobek. Benar-benar sobek. Bergegas aku mengambil HP. Eh ngapain? 

Selfie jeng.. Wkwkkwk

1 jepretan.. 2 jepretan.. Kabur.. 

Duh, ini tangan kenapa gemetar. 

Dan jepretan ke 4 sedikit sukses. Aku langsung mengirim gambar itu ke WA kakakku yang merupakan Dokter. Dan bertanya, “Aku harus apa?”

‘Itu harus dijahit’ balasnya..

(mendadak mau pingsan.. )

Ketika Harus Ke IGD untuk Menjahit Bibir ditengah Pandemi Covid 19

‘Jangan dijahit di RS xxx, jahit di RS zzz aja.. ‘

Ya kali sama aja. Gimana kalo ada orang positif covid 19 tapi melakukan keputusan yang sama? Itu pikiranku. 

Dan sekali lagi, aku meyakinkan kakakku.. 

“Serius harus dijahit ini? Kalau enggak dijahit kenapa?”

“Nanti bibirnya bisa bolong”

Aku langsung meringis. Membayangkan betapa menyeramkannya itu. Kan gak lucu ya.. Dimana-mana orang kalau stay at home aja mukanya tambah glowing.. Lah aku? Masa malah bibirnya bolong? Logika cuy logika mau ditaroh dimana? (Nyurcol sambil nangis..) 

Akhirnya, aku langsung menuju IGD bersama suami. Untunglah saat itu salah seorang iparku ke rumah untuk suatu urusan. Aku bisa menitipkan Humaira yang sedang tidur sejenak untuk ke IGD. 

Dan sesampainya di IGD… 

‘Omo.. Aku lupa bawa kartu BPJS Oppa Kapten Ri.. ‘

‘Tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja’

(Adegan saling pegang pipi) 

Salah woy.. Salah.. Mana ada begitu.. 

Yang bener begini.. 

“Waduh.. Aku lupa bawa kartu BPJS.. “

“Aduh gimana sih. Kan sudah tau mau ke rumah sakit.. “

“Balik lagi gimana.. Aku bener-bener lupa tadi.. Panik tau..”

Ya udahlah gak usah.. Nanti aku aja yang bayarin..”

(Ost DOTS playing.. Apa? Apa ketawa? Mirip tau adegannya..) 

Dan sesampainya di depan pintu IGD.. Kami langsung dijemput dengan 1 kertas. 

Aku lupa sih moto kertasnya. Yang jelas seingatku kertas itu bertulisan kurang lebih begini.. 

1. Apakah Anda pilek? 
2. Apakah Anda batuk? 
3. Apakah Anda demam? 
4. Apakah Anda sesak nafas? 

Dsb.. Rentetan pertanyaan yang menjurus kekewaspadaan akan pasien covid 19.

Wajar sih ya. Karena pandemi ini membuat para nakes waspada berkali-kali lipat. Semua dari nakes di IGD ber-APD lengkap. Dan saat mendengar ceritaku yang mendadak jatuh dari ranjang pun aku dapat merasakan sorot mata curiga dari semuanya. Mungkinkah mereka curiga kalau aku ‘pneumonia’? 

Akupun langsung menjawab sorot mata curiga itu dengan berkata, “Saya punya riwayat anemia.. Sering pusing mendadak. Kebetulan tadi langsung mandi dan menyusui bayi habis berbelanja keluar rumah. Saya tidak sempat minum bahkan. Mungkin karena itu saya pusing”

(Well, tentu saja aku tidak menceritakan kalau malam tadi aku marathon menonton drama korea. Itu memalukan.) 

Alhamdulillah aku langsung ditangani. Agak syok saat tahu kalau harus dijahit. Yaa.. Aku kan masih berharap ada keajaiban. Misalnya ada yang berkata enggak perlu dijahit, boleh di-lem aja. *loooh

Bukan tanpa alasan sih aku bilang takut. Aku itu takut banget sama jarum. Hiks. Pernah cerita disini kan kalau aku kecenderungan ada aichmophobia? Makanya dulu waktu SMA pernah mau vingsan gegara lama gak disuntik. 

(Tapi kalau dipikir lagi kenapa suntik TT sebelum nikah kemarin biasa aja ya? Haha) 

Dan masuklah aku keruangan operasi kecil di IGD. Aku sedikit menengok ke ruangan sekitar. Ya.. Kali aja ada yang batuk atau sesak nafas. Kan horor ya. Tapi, siang itu IGD sunyi sekali.

Then, aku melihat benang dan jarum. Sedikit mengernyitkan dahi. Oh well, jarumnya ternyata bentuknya kek pancing enggak lurus kek jarum jahit baju. Entah kenapa ya hal begini kok melegakan.. Haha.. 

Tapi… 

“Dibius dulu ya bibirnya.. “

“I.. Iya.. “

Dan keluarlah jarum suntikan itu jenk.. Huaaa.. Mau pingsaaan.. Tapi ditahan-tahan.. Mana dua kali pula disuntiknya huaaa..

Tapi harus tahan. Dari pada bibir bolong yee kan.. *obsesi mempertahankan kecantikan (huek)

Proses menjahitnya sendiri berjalan dengan biasa. Tidak sehoror proses membius sih. Sambil dijahit aku bahkan bertanya berkali-kali kapan bibirku bisa normal lagi.. 

“Mungkin 1 bulan proses penyembuhannya. Karena ini kan didalam. Jadi basah terus..”

Sebulan? Seriously.. Huaaa… 

Ada yang bertanya berapa jahitan? 

4 jahitan. Dan bagian luar satu jahitan. Hiks.. 

Dan sebelum pulang, aku mengambil resep obat bersama suami. Dan disinilah horor keduanya genks.. 

Tidak sengaja mata kami tertuju pada daftar tamu di IGD.. Dan mataku menatap nanar pada statusnya.. 

‘PDP’ (Pasien Dalam Pengawasan) 

*status ini dilekatkan pada pasien yang ke IGD dengan membawa salah satu gejala covid19

Yah, semoga pasca balik dari IGD ini kami tidak apa-apa. 

Pemulihan Jahitan Di Bibir, Akankan Bibirku Kembali Seperti Semula? 

Sesampainya di rumah aku langsung #mandilagi lalu makan dan menyusui Humaira. Oh ya.. Proses makannya bagaimana? 

Ya.. Ya begitu deh.. Hahah.. (Ketawa maksa) 

Dan sehabis makan Humaira langsung menangisiku lagi.. 

Ia pun langsung menyusu dan.. Huaaaa… 

Ia meletakkan dagunya dibibirku. Sontak 1 jahitan bagian luar langsung lepas. Can u imagine? 

Langsung deh aku menghubungi kakakku lagi. Hiks.. Ya masa aku harus balik ke IGD lagi? 

Untunglah kakakku bilang tidak papa. Dia hanya meresepkan obat untuk bibir luarku. Aloclair namanya. 

Singkat cerita, fase penyembuhan bibirku hanya diikhtiarkan dengan obat dan salep aloclair

Dalam seminggu, obat antibiotik sudah habis. Obat anti nyeri pun sudah tidak aku minum lagi. Yang aku minum hanya vitamin albumin yang bisa mempercepat penutupan luka. Dan untuk bibir luar yang lepas jahitannya itu.. Aku hanya mengoleskan aloclair secara rutin. Bisa 3x sehari bahkan lebih. Salep ini benar-benar membantu untuk memulihkan jahitan luar bibir yang lepas.

Oya, 3 hari pasca kecelakaan itu..  Aku kontrol jahitan dengan dokter umum yang terdaftar di bjpsku. Dan, tahukah kalian bagaimana ceritanya? 

Aku masuk ke ruangan dan bercerita kepada dokter tersebut dengan dibatasi dinding mika. Kalau tidak salah menyebut, dokter tersebut ber-APD level 3.. I mean, tidak memakai APD astronot. Namun hanya memakai baju medis hijau dengan masker dan faceshield. Dan saat aku ingin mengontrol jahitan di mulut dokter hanya melihat dari balik dinding mika itu saja. Mana ruangannya tidak terang. Aku sendiri saja tidak yakin beliau benar-benar melihat jahitannya. 

Lalu saat aku bertanya tentang jahitan luar yang lepas dan minta diperiksa lebih lanjut beliau keluar dari balik dinding mika itu. Lalu berkata padaku, “Jangan dibuka mulutnya ya”

Oh waw, jahitan yang urgent didalam mulut. Tapi gak boleh dibuka.. Dalem hatiku.. Hiks

Beliau hanya manggut-manggut melihat bibir luarku. Dan berkata tidak apa-apa. Jujur sih, aku bahkan ragu beliau memperhatikan itu. Karena ekspresi ketakutannya nampak sekali. Mungkin karena tau 3 hari yang lalu aku dari IGD ya dan sangat berpotensi menjadi carrier

Yaa.. Aku maklum sih. Banjarmasin adalah zona merah dengan tingkat kematian nomor 2 tertinggi di indonesia. 

Dan itu adalah kali terakhir aku ke dokter. Setelah itu aku lebih memutuskan konsultasi online dengan kakakku saja. Sungguh, pandemi corona ini mempersulit segalanya. Ini untuk kasus kecelakaan ringan loh. Bagaimana dengan kasus kecelakaan berat diluaran sana? I cant imagine.. 

Satu minggu kemudian.. Jahitan dibibirku sudah membaik. 

2 minggu kemudian.. Alhamdulillah aku masih sehat. Artinya, andai aku terpapar covid saat di IGD.. Maka aku sudah melalui masa inkubasi virusnya. Atau bahkan aku sehat tanpa terpapar. Mengingat aku tidak pernah demam atau flu dalam 2 minggu. Dan tentang jahitan bibirku.. Semuanya sudah hampir sembuh. Hanya ada daging berlebih yang terasa mengganjal di dalam bibir. Dan bisa dibilang bekasnya tinggal 20% saja. 
Dan berikut adalah proses penyembuhannya.

Satu hal sih yang paling aku takuti saat melihat bekas luka ini. Aku takut sekali akan muncul keloid di bibir. Tau keloid kan? Itu tuh bekas luka yang menghitam dan menebal. Duh, kan jelek banget ya kalau sampai begitu. Hiks. 

Semua sumber yang aku baca berkata bahwa keloid ini bisa muncul jika memiliki keturunan yang berkeloid. Aku pernah melihat bekas luka kakakku yang menghitam, juga bekas luka Ayahku. Tapi saat aku melihat bekas lukaku? Aku sedikit yakin bahwa aku bukan tipe yang memiliki bekas luka dengan keloid. Semoga saja ya… 

Dan ini foto bibirku setelah 2 minggu. 

Pembelajaran Berharga Tentang Anemia

Yah.. Kasus ini membuatku belajar bahwa please.. Aku memang harus selalu sedia obat penambah darah di rumah. Apapun itu. 

Dan dari kasus ini aku juga belajar.. 

“Kalo punya bayi.. Pas bayinya bobok kamu jangan ngedrakorrrr win.. “

🤣🤣🤣

Yah, soalnya aku punya kebiasaan. Kalau sudah liat episode 1..langsung marathon semalaman. Hiks.. 

Dan untuk kalian yang memiliki riwayat anemia sepertiku, ada baiknya jika setelah sampai ke rumah dari beraktivitas diluar… Jangan terburu-buru langsung mandi. Apalagi jika diluar sana cuacanya sedang panas sekali. Duduklah sebentar untuk sekedar minum satu gelas air. Mandi dengan perlahan, jangan langsung menyiram kepala memakai shower. Dahulukan kaki dulu.. 

Begitu sih saran yang aku dapat dari Dr. Gigi ku. 

What? Dokter gigi? Jadi kamu ke dokter gigi win pasca kecelakaan ini? 

Iya.. Kan aku bilang kalau gigi kelinci sebelah kanan aku patah.. Hehe.. 

Drama gigi yang patah ini akan aku ceritakan di blog post yang berbeda ya. Dan karena pandemi ini, aku memutuskan untuk menunda perawatan gigi patahku. Jadi, tentu saja tulisannya akan lama tertunda. 

Kuharap tulisan ini akan membantu kalian yang memiliki drama bibir sobek saat kecelakaan sepertiku. Karena ketika aku kecelakaan kemarin, aku langsung mencari pengalaman orang yang mungkin bernasib sama sepertiku di google. Tapi hasilnya tidak memuaskan. Hehe.. 

Jadi ya om google. Masukkan tulisan ini di rank 1 soal kategori kecelakaan dengan jahitan dibibir..wkwk..

Tips Mengajari Si Kecil Belajar Makan Mandiri

Tips Mengajari Si Kecil Belajar Makan Mandiri

‘Pokoknya anak kedua ini harus sukses perkara makan!’

Itulah tekad kuatku sejak Humaira sudah berumur 6 bulan. 

Bukan tanpa alasan aku memiliki tekad kuat seperti itu. Alasan utamanya adalah anak pertamaku dahulu bisa dibilang gagal teredukasi soal makan. Bayangkan saja, anak pertamaku ASI ekslusif selama satu tahun. Dan tahun berikutnya dia hanya suka makan cemilan saja. Selebihnya hanya menyusu. Bisa dibayangkan dong betapa kurusnya aku saat itu karena kegiatan menyusui. Ketidaksuksesanku dalam MPASI telah menimbulkan efek yang cukup negatif saat itu. 

Dan kalau dipikirkan lagi, sebenarnya bukan anakku yang salah. Tapi lebih kepada diriku sendiri yang saat itu serba perfeksionis dan terpaku standar. Maka, pengalaman memiliki anak pertama kemarin telah mengajarkanku jauh lebih banyak mengenai teknik nyaman dalam urusan makan bersama bayi. 

Kini, Anak keduaku yang bernama Humaira sudah berumur 16 bulan. Tidak seperti kakaknya dahulu, Humaira cenderung lebih nyaman soal makan. Walau dahulu sempat memiliki drama pada MPASI awal, tapi Alhamdulillah itu tidak membuatnya trauma. 

Dan surprisingly! Sekarang bahkan ia sudah bisa makan sendiri dengan nyaman di mejanya. Waw. Kalian ingin tau tipsnya? Ini dia! 

1. Ajak Anak Makan Bersama

‘Bayi adalah peniru ulung’

Ya.. Bayi akan meniru apa saja yang ia lihat. Ia tidak akan melewatkan hal kecil hingga hal besar yang menarik perhatiannya. Semuanya akan terekam jelas di memorinya dan otomatis akan ia pelajari dan mencoba melakukan hal yang sama suatu hari nanti. 

Thats why.. Kalau kita ingin anak bisa sesuatu, mulailah jadikan diri kita sebagai ‘contoh yang baik’. 

Jika kita ingin anak suka makan, maka mulailah ajak dia untuk makan bersama. 

Jujur saja, dulu aku sangat jarang melakukan ini dengan anak pertamaku. Kenapa? Karena pica kecil dulu sangat mengganggu sekali saat makan bersama. Terlebih dulu kan aku tinggal di tempat mertua, sehingga aku merasa tidak nyaman kalau pica menggangguku dan keluarga makan. Karena itu aku selalu membuat waktu makannya denganku terpisah. And, that is the big problem. 

Humaira beda dengan Pica. Ia lebih sering aku ajak makan bersama. Memang ia tak henti-hentinya mengganggu. Ia akan naik ke atas meja, mengambil nasi dan menghamburkannya. Ia juga selalu mengambil minuman dan menumpahkannya sembarangan. Tapi siapa sangka? Inilah awal dari mengajarinya untuk mandiri soal makan. 

2. Beri Porsi Kecil di piringnya Sendiri

Sebelum makan bersama, aku selalu menyediakan piring dan peralatan khusus untuk mendampingi Humaira makan. Dan biasanya aku memberikan porsi kecil khusus untuk dirinya. 

Memberikan porsi kecil ini mengajarkan kepada si kecil tentang kepemilikan. Ini milikmu dan ini milik mama. Walau pada praktiknya langkah ini tergolong sering gagal akan tetapi lama-kelamaan anak akan mengerti kalau ‘wilayahnya’ adalah hal yang harus ia hadapi terlebih dahulu. Ini lebih baik dibanding memberikan makan bersama dalam satu piringpiring bersamaku. 

3. Berikan Variasi Makanan yang Berwarna Menarik

Kebiasaan Humaira saat makan adalah.. 

‘Ia selalu mengambil makanan dengan warna cerah menyala terlebih dahulu’

Ya.. Jika diatas meja makan tersaji buah semangka berwarna merah maka Humaira akan mengambilnya terlebih dahulu. Ia akan cuek bebek dengan bento mini yang aku buat. Ia juga akan cuek bebek dengan aroma lezat dari bubur. Humaira lebih fokus pada makanan yang berwarna cerah. 

Karena itu aku selalu memancing niat makannya dengan memberikan makanan berwarna cerah terlebih dahulu. Bisa dimulain dengan buah semangka, agar-agar warna warni dsb. Lalu aku akan menyisipkan sesi makanan lainnya saat ia asik menyantap makanan cerah tersebut. 

4. Potong-Potong Makanan Sesuai dengan Kemampuannya dalam Melahap

Aku bukan penganut metode ‘Baby Led Weaning’. Semenjak Humaira MPASI, aku memberinya makan dengan metode biasa. Karena selain aku takut dia akan tersedak, aku juga memikirkan tentang pencernaannya. 

Tapi, semenjak Humaira sudah berumur 1 tahun. Perlahan aku mulai mengikuti cara makan yang ia sukai. Yaitu suka mengambil makanannya sendiri dan anti disuapi. 

Karena itu aku membuat jenis MPASI yang sesuai dengan ukuran tangannya dan bisa dia lahap dengan baik. Berbagai MPASI itu antara lain seperti nugget ayam sayur homemade, perkedel nasi sayur telur, hingga makanan simple seperti kentang goreng dan potongan buah. Yaah.. Bisa dibilang ini metode semi BLW karena aku juga terkadang masih menyuapi Humaira dengan sendok jika memiliki kesempatan setiap ia melahap makanannya dengan tangan. 

5. Jangan Pernah Memaksa Apalagi Marah-Marah

Pernah gak sih si kecil ngambek makan

Belum juga mau menyuapi, ketika melihat makanan pun ia sudah menggeleng-geleng dan menghentakkan kaki tanda tidak mau. 

Ada beberapa hal yang menyebabkan anak tidak mau makan loh. Diantaranya adalah kemungkinan mulutnya sedang sakit, tumbuh gigi hingga mungkin masih kekenyangan karena banyak menyusu. Atau mungkin juga dia sedang sangat fokus bermain sehingga tidak mau diganggu dengan moment makan. Nah, untuk yang terakhir itu.. Humaira banget. Haha.. 

Kalau Humaira sudah bermain, dia sulit sekali makan. Beda dengan anak lainnya yang bisa disambi-sambi makan saat bermain. Kalau Humaira, tipe yang nyaman makan saat dia membolak-balik buku. Humaira juga tipe yang nyaman makan saat dibawa jalan-jalan ke luar rumah. 

Perhatikan dan lihatlah apa kebiasaan makan yang anak sukai. Jangan pernah marah-marah saat anak tidak mau makan. Karena itu akan membuatnya trauma. Seperti anak pertamaku Pica kemarin, dia sempat trauma dengan sendok karena aku sering memarahinya saat tidak mau makan. Akhirnya? Yaa.. Ngambek makannya sampai hampir 2 tahun. 

Ada baiknya jika kondisi emosi kita sedang tidak stabil saat anak makan maka cobalah minta pertolongan dari suami. Selain untuk membantu kita di rumah.. hal seperti ini juga supaya si kecil memiliki bonding dengan Ayahnya loh.

6. Jangan Terlalu Perfeksionis, Berantakan Bukan Masalah Kok! 

Ini nih.. Super penting banget buat emak yang mau mengajari si kecil makan mandiri. 

Please.. Please.. Dont be too Perfect! 

Saat kita punya anak kecil, apalagi yang masih dibawah 2 tahun.. Gakpapa banget kok kalau rumah selalu berantakan. 

Gakpapa banget kalau si kecil makannya berantakan. Lantai penuh makanan hingga bajunya yang selalu kotor. Itu adalah hal yang wajar sekali. 

Yang gak wajar itu kalau saat moment berantakan, tetiba ada tamu datang dan nyinyir.. *Halaaah kok jadi curhat.. 🤣

Seumur Humaira ini, sepertinya hampir setiap selesai makan aku selalu mengganti bajunya. Hampir setiap selesai makan, aku selalu mengepel ulang lantainya.. 

Capek? Ya capek lah.. Tapi harus sabar.. Gak bolee marah-marah.. Hahaha (Gak mudah kan jadi ibu itu ya.. 🤣) 

Karena aku yakin masa-masa berantakan seperti ini enggak akan bertahan lama kok. Kalau anak sudah besar, dia akan membantu kita untuk membereskan rumah. Seperti anak pertamaku yang selalu membantuku untuk membersihkan rumah saat ‘dijajah’ oleh adiknya.. 

*hehehe.. Ketauan deh tips sabarnya emak.. Punya asisten kecil ternyata.., 😆

7. Berikan si kecil Camilan 

“Kalau lagi makan berat suka males, tapi kalau udah snack time langsung semangat..”

Siapa yang anaknya begini? 

Ini anak aku banget Ya Allah.. 😭

Kalau dia melihat aku makan kerupuk, duh.. Langsung semangat sekali ingin minta diberi. Padahal kan enggak semua kerupuk itu bagus dan sehat untuk bayi. Sampai suatu hari aku bertekad gak mau menggoreng kerupuk lagi karena bikin si kecil addicted. Ternyata, hal itu malah bikin dia semakin enggak semangat buat makan.. Huhu.. 

Sepertinya.. Bayi pun butuh cemilan yang kering dan sehat untuk membantu semangatnya makan ya. Huft_

Untunglah aku akhirnya dapat produk cemilan yang cocok buat Humaira.. Yup, mari berkenalan dengan Milna Nature Puffs Organic

Tentang Perkenalan Milna dan Aku

Aku sudah kenal lama dengan produk milna. Sejak anak pertama tentunya. Dulu, aku ini cenderung perfeksionis kan. Jadi say no banget buat MPASI instan. 

Itu dulu tapi.. Waktu masih ‘bego’.. 😩

Dan sewaktu Farisha anak pertamaku berumur 9 bulan, isenglah aku membelikannya bubur milna instan. Eh, ternyata dia suka loh. Sayangnya itu tidak berlangsung lama karena gigi gerahamnya tumbuh dan dia sempat mogok makan karena aku marahin. Dan mogoklah sekalian.. Huhu.. 

Untuk Humaira anak keduaku, aku sih udah sedikit pintar lah ya. Mulai mengerti kandungan MPASI instan tuh ternyata bagus. Dan aku sudah pakai milna dari Humaira umur 7 bulan. Sampai pindah tekstur pun aku juga setia ngikutin produk-produknya milna karena variannya lengkap sampai ke bubur organiknya juga. Alhamdulillah Humaira suka semuanya. Dan semuanya pun cocok untuk pencernaaannya. 

Dan sekarang aku baru berkenalan dengan Milna varian puff. Seneng banget sih karena ini yang sedang Humaira butuhkan demi mendukungnya belajar makan mandiri. 

Mengapa Memilih Milna Nature Puffs Organic?

Why harus nunggu puffs merk milna? Padahal yang lain mah banyak. 

Pertama, Karena aku pecinta organik dan bahan makanan yang sehat.. 

Bukannya apa sih ya, tapi pencernaan Humaira agak berbeda dengan kakaknya. Kulitnya juga sometimes agak alergi. Jadi kalau bisa MPASI nya ya organik. Milna Puffs ini bahannya dari beras organik, tanpa pengawet, tanpa pemanis bustan, tanpa penguat rasa, dan tanpa pewarna sintetik. Jadi sudah pasti aman buat si kecil. 

Milna Puffs ini juga bebas gluten, tinggi kalsium dan sumber zat besi. Thats why, kalau Humaira menghabiskan 1 bungkus dalam sehari aku malah senang. Karena kadang nih.. Makanan yang aku bikin pun berakhir mendarat mulus di lantai. Kalau puffs ini banyak dimakan kan aku sedikit gak worry soal kalsium dan zat besinya. 

Kedua, Bentuk Milna Natur Puff ini Lucu sekaliii.. 

Saat pertama kali aku buka Milna Puff yang varian keju, aku langsung suka liat bentuknya. 

Ya ampun bentuk Hatiiii.. 

Kan aku jadi inget kado ulang tahun pertamaku yang penuh dengan guntingan kertas berbentuk hati dari pacar yang sekarang udah jadi suami ini.. (Eh, kok aku jadi curhat?) 

Dan saat membuka milna ini.. Aku jadi kegeeran.. *Halaah.. 🤣

Tapi serius, Humaira pun suka sekali memperhatikan bentuknya. Sebelum ingin memakan puffnya, ia memperhatikan bentuknya sebentar dengan mata excited. Lantas semakin semangat ketika ia langsung mengeluarkan semuanya di meja makannya. 

Ketiga, Milna Nature Puffs Organic Enak dan Meleleh di Mulut..

Halah, kayak kamu cobain aja win jadi tau enak.. 

Ya emang aku cobain kok. Dan enak. Hahaha.. 

Makanya kadang kalau si Humaira ketiduran sehabis ngemil milna ini.. Aku suka mengambil yang berguguran dan memasukkannya kemulut. *sayang euy mubazir. 

Terus, gakpapa banget loh kalau si kecil bukan tipe yang doyan ngunyah. Karena milna puffs ini meleleh di mulut. Nah, ada kan tipe anak yang kalau lagi ngambek makan.. Ngunyak pun males. Sukanya di emuttt aja. Boleh nih dikasih cemilan milna ini supaya dia sadar dengan rasa enak dan langsung mengunyah makanannya. 

Keempat, Milna Nature Puffs merupakan Cemilan Anti Berantakan

Buatku Puffs Milna menolong banget saat aku sedang hectic mengerjakan pekerjaan rumah. Yah, you know lah rempongnya emak-emak tanpa ART dan harus homeschooling saat pandemi begini. Kadang aku juga bisa stress kalau melihat si kecil makan berantakan dan selalu ganti baju. Milna puff ini kemasannya gampang dibuka dan anti berantakan. I mean, setidaknya baju si kecil aman karena cemilannya kering. 

Biasanya nih, Humaira tipe yang selalu mengeluarkan semua makanan dari bungkusnya. Aku enggak tau kenapa saat dia makan milna puff ini jarang sekali aku melihatnya mengeluarkan semuanya. Dia lebih suka makan ‘damai’ dengan mengeluarkan puff nya satu per satu dan memasukkannya ke mulutnya. Mungkin nih ya.. Dia mau hemat cemilannya juga.. Hahahaha.. 

Kelima, Humaira suka semua varian rasa Milna Puffs Organic

Varian rasa Milna Puffs Organic ini ada 3, yaitu Cheese, Apple and Mix Berry, serta Banana

Humaira suka semuanya. Alhamdulillah.. 

Tapi dari semua varian rasa, dia paling suka yang keju. 

Aku harap, milna juga mengeluarkan varian puff dengan kandungan sayur. Mungkin bayam atau brokoli. Yah, who knows banyak anak yang sulit makan sayur bukan? 

Keenam, Makan Mandiri memakai Milna Nature Puffs Organik ini menyenangkan

Tadi aku cerita bukan? Kalau Humaira ini pecinta kerupuk. Gak bisa melihat aku makan kerupuk dia langsung menangis minta juga. 

Milna Puffs ini bagaikan penolong saat si kecil kecanduan kerupuk saat makan. Ia akhirnya bisa bersahabat dengan makanan berat dan makanan ringan. Bagaimana? Dengan menyuapnya secara bergantian.. Hehehe.. 

Dan cara baru makan milna yang membuat Humaira ketagihan lainnya adalah dengan mencampurnya dengan ASI perah.. Yah, menjadi seperti cereal. Apakah ia bisa memakannya dengan menggunakan sendok? 

Ya.. Dia belajar… Karena anak harus belajar makan mandiri sedari kecil bukan? 

Bagaimana moms? Punya pengalaman seru terkait mengajari si kecil makan sendiri? Sharing denganku yuk! 

Tunda Ke Dokter Gigi Saat Pandemi Corona? Bagaimana Nasib Masalah Gigi Keluarga Kami?

Tunda Ke Dokter Gigi Saat Pandemi Corona? Bagaimana Nasib Masalah Gigi Keluarga Kami?

“Dokter Gigi langganan kita tutup sejak 1 bulan yang lalu ya.. “

“Iya, sejak Dokter Gigi ‘xxxx’ meninggal karena corona kemarin banyak beberapa praktik Dr Gigi yang tutup.. “

“Sekarang kalau sakit gigi musti ditahan-tahan dulu ya.. “

“Iya.. Kecuali sakit tak tertahankan.. “

“Kek gimana tuh?”

“Gimana ya? Sampe gak bisa tidur mungkin?”

Ah entahlah.. Seumur hidup aku belum pernah merasakan sakit gigi sampai tak bisa tidur. 

Dan kuharap, aku tidak pernah merasakan itu. Khususnya pada pandemi corona ini. 

Ternyata, Gigi Bungsuku Kembali Sakit

Sudah pernah membaca tentang ceritaku dalam mengatasi gigi bungsu di blog ini? 

Percayalah, kupikir saat itu semuanya sudah berakhir. 

Ternyata, pada pertengahan ramadhan gigi bungsu yang merupakan saudara kembar (kembar??) dari gigi bungsu yang dicabut sakit sekali. Entah kenapa, sisa gusi dari saudara almarhumah (Almarhumah..? 🤣) itu menutupi gigi bungsu saudara kembarnya. Jadilah gigiku kembali sakit luar biasa. Mungkin karena sisa kotoran makanan menyusup masuk ke dalam gusi yang menyelimuti gigi tersebut. Hiks.. 

Aku tidak mau segera ke dokter gigi demi mengatasi masalah ini. Karena pada masa pandemi corona ini, sebisa mungkin aku harus berusaha tidak ke dokter gigi demi menghindari terpapar dari virus. Kalian tau? Daerahku ini adalah daerah pertama yang berzona merah di kalimantan selatan. Dan sekarang merupakan daerah yang memiliki kasus positif terbanyak di banjarmasin. Terlebih lagi, sebulan yang lalu ada salah satu dokter gigi yang meninggal karena corona. Sejak itu, satu per satu praktik dokter gigi di sekitar sini tutup. Dan puskesmas serta RS bukanlah pilihan yang bijak. 

Pilihanku hanya satu sekarang. Menghubungi Dokter Gigi langgananku via online. Karena hanya beliau yang tau bagaimana persisnya masalahku. Aku pun mulai curhat via WA tentang problematika gigi bungsuku. Lalu bertanya lebih lanjut, apa aku harus mengoperasi kelebihan gusi ini ke dokter? 

Dan jawaban dokter tersebut sedikit mengecewakanku. Entahlah.. Apa beliau menganggap remeh sakit yang aku keluhkan.. 

Beliau bilang.. 

“Sering-sering gosok gigi aja mba.. “

“Tapi dok.. Gusinya bengkak.. Bla bla.. “

“Gusinya bengkak karena ada kotoran di gigi nya.. Coba sering gosok gigi.. “

“Tapi bagaimana bisa bersih maksimal kalau gusinya menutupi giginya?”

“Hehe.. Coba tips saya dulu ya mba.. “

“Oke dok.. Terima kasih.. “

Dan sejak itu, aku tidak pernah menghubungi dokter tersebut lagi. 

Kenapa pula ini.. Gigi Geraham Suamiku ikut Berlubang

Belum juga selesai urusanku dengan gigi bungsuku, tiba-tiba aku harus berhadapan dengan masalah yang lain.. Suamiku sepanjang pagi itu mengeluhkan giginya yang berlubang. 

“Duh ma, gigiku sakit banget.. Berlubang ini.. Dokter Gigi langganan gimana ya?”

“Ya tutup dong pa.. Kan sudah dibilang kemarin. Aku aja gak bisa nih meriksa gigi bungsu. Konsultasi online aja gih.. “

“Emangnya konsultasi online bisa nambal gigi online juga.. “

“Ya engga laa.. Tapi melegakan karena udah ada pendengar yang baik.. “

Lantas suamiku tertawa. Kemudian berkata, “Aku butuh solusi bukan pendengar yang baik.. “

“Nah kan lelaki gitu kelakuannya.. Coba deh perempuan.. Ada pendengar yang baik aja sudah seneng”

(Loh kok.. Ini jadi sesi percakapan curhat.. Hahaha..) 

Lantas aku memberikannya nomor WA dokter langgananku untuk bisa konsultasi. 

Dan beberapa menit kemudian.. Suamiku duduk disampingku sambil berkata.. 

“Masa aku cuma disuruh sering-sering gosok gigi aja.. “

“Sama dong kita.. ” Ucapku

Dan kamipun berpelukan.. Hiks

Dilema Takut Mencabut Gigi Anak yang Goyang

Sepertinya, masalah gigi pada bulan Ramadhan kemarin benar-benar komplit. Bukan hanya tentang aku dan suami yang bermasalah, tetapi anak pertamaku Pica juga. Lihatlah pagi itu, gusinya berdarah.. 

“Ma, gigi Pica goyang.. Sakit… “

“Wah.. Mau lepas ini giginya.. Coba digoyang-goyang.. “

“Tapi sakit banget ma.. Ini giginya kecil.. Susah menggoyangnya.. “

Ya.. Pica sudah berusia 7 tahun. Sehingga satu per satu gigi susunya mulai goyang dan berganti dengan gigi yang baru. Sejauh ini, sudah 3 gigi seri dan 2 geraham bungsu yang berganti menjadi gigi baru. Pertumbuhan gigi barunya selalu mengejutkan. Karena biasanya, belum juga gigi susunya tercabut.. Tapi gigi baru sudah tumbuh. Sehingga bisa dibayangkan giginya tumbuh 2 biji dalam gusi yang sama. Dan mencabut gigi susunya pun selalu penuh drama, karena harus dicabut paksa sebelum posisi gigi baru terlanjur jelek karena bergeser. Can you imagine? 

Tapi kasus baru ini berbeda. Giginya sudah goyang sementara gigi barunya mulai muncul. Jadi, gigi susunya harus segera dicabut. Dan mungkin kali ini bisa tanp dipaksa, karena sudah mulai goyang. Masalahnya adalah.. Akupun tidak berani mencabut gigi anak secara otodidak. Heu.. 

Kalau zaman kecilku dulu, biasanya mama mengikatkan benang di gigiku kemudian aku menarik benangnya hingga giginya tercabut. Duh, membayangkan masa kecil itu kok tiba-tiba aku ngilu sendiri. Hahaha.. 

Dan kemarin, aku cobalah mencoba cara zaman dulu itu.. Astaga.. Ternyata sangat sulit mengikat gigi anak yang berukuran sangat kecil. Sebentar-sebentar lepas. Akhirnya ya sudah lah.. Aku hanya bisa menyuruh pica untuk sering-sering menggoyang giginya. 

Menunda Ke Dokter Gigi dengan Menjaga Kebersihan

Gigiku, gigi suami, hingga gigi anak sama-sama bermasalah. Biasanya, sedikit saja sakit gigi aku sudah ke dokter. Karena tidak tahan rasanya soal sakit gigi ini. Dan di masa pandemi ini, terpaksa deh kami harus menahan rasa sakit dengan #dirumahsaja. Ya.. Mau bagaimana lagi? 

Dokter gigi langgananku hanya berpesan untuk sering-sering gosok gigi serta minum paracetamol jika gigi sudah sangat sakit. Tapi, sampai kapan harus minum obat melulu.. 

Akhirnya.. Kami melakukan ikhtiar tersebut.. Yaitu sikat gigi sesering mungkin. Sangat amat sering. 

Sesudah makan, sesudah makan cemilan manis, sebelum tidur siang, sebelum tidur malam, sesudah bangun pagi. Duh, dalam seminggu 1 buah pasta gigi habis kami lahap. Padahal, biasanya kalau pasta gigi habis ya pelakunya pasti si Pica. Kalau ditanya buat apa.. Jawabannya ya buat bikin squishy homemade.. Wkwk.. 

Dan akhirnya, setelah melakukan ikhtiar berupa sangat sering gosok gigi.. Kamipun merasakan perubahannya setelah 2 minggu. 

Gigi bungsu kembarku yang awalnya sangat sakit kini kembali normal. Memang menggosok gigi bungsu ini ‘peer’ sekali. Satu sisi, giginya tertutup gusi.. Satu sisi kalau tidak dibersihkan maka giginya bisa berlubang. 

Saat pertama menggosok gigi dengan tekad yang kuat, gusiku langsung berdarah. Lalu aku melanjutkan ikhtiar dengan sering berkumur. Dan voila.. Gusi yang menutupi itu seakan membuka dan bergeser. Mungkin sekitar 3 hari waktu yang dibutuhkan. Dan selanjutnya aku hanya sering-sering gosok gigi saja. Karena terlalu sering gosok gigi, akhirnya gusi pun tak lagi berdarah. Dan gigi bungsuku yang sepertinya kemarin ‘mau berlubang’ akhirnya tidak jadi berlubang. Permukaannya berlangsung bersih. Alhamdulillah. 

Bagaimana dengan suamiku? 

Gigi suamiku memang sudah terlanjur berlubang. Tapi semenjak sering menggosok gigi sepertiku giginya tak lagi sakit. Bahkan sekarang dia sudah tidak meminum paracetamol lagi. Alhamdulillah.. 

Dan anakku Pica… 

Giginya sudah tercabut donk.. Hehe.. 

Bagaimana cara mencabutnya? Bukan dengan benang loh. 

Karena dia mengikuti aku dan suami yang selalu gosok gigi, akhirnya giginya tercabut sendiri ketika dia sedang gosok gigi. 

“Enggak berasa sakit sama sekali ma.. “

Duh, senang sekali. Aku jadi ingat geraham susu terakhirku yang memiliki nasib sama dengan gigi seri Pica. Lepas ketika menggosok gigi. 

Dan.. Apakah semua keajaiban ini hanya kebetulan.. Atau gara-gara kami sudah move on dengan mengganti merk pasta gigi ya.. Hehe.. 

Sasha, Pasta Gigi Halal dengan Siwak yang Membantu Merawat gigi dan Mencegah Gigi Berlubang

Ya ya ya.. 

Kami ganti merk pasta gigi pemirsa. 

Simple sih alasan pertama kemarin. Cuma pengen nyari ketenangan di bulan puasa. Jadi, pengen move on ke pasta gigi yang sudah halal. Eh, ternyata mendapatkan manfaat plus plus plus.. 

Mungkin karena kali ini kami pakai varian pencegah gigi berlubang, jadi manfaatnya pun sungguh berasa. 

“Sasha Pasta Gigi Halal Pencegah Gigi Berlubang dengan siwak asli, melawan bakteri penyebab plak dan bau mulut, membuat gigi tampak putih alami. Perlindungan ganda untuk gigi dan rongga mulut pada pagi dan malam hari”

Ingredients:
Calcium carbonate, aqua, sorbitol, glyceryn, sodium lauryl sulfate, silica, flavor, sodium monoflurophosphate, sodium carboxymethylcekkulose, phenoxyethanol, sodium benzoate, sodium saccharine, decylene glycol, 1,2-hexanediol, maltodextrin, salvadora oersica bark/root extract, sodium chloride, sodium glycolate. 

Nah, untuk pica sendiri yang baru berumur 7,5 tahun dosis penggunaannya dalam menyikat gigi hanya seukuran 1,5 biji jagung. Maklum saja, dia masih belum terbiasa dengan pasta gigi non anak-anak. Jadi awal-awal dia bertanya, “kok gak manis ma?”

Tapi lama-kelamaan dia ketagihan, katanya pasta gigi sasha lebih menyegarkan mulut. Lalu, aku pun bercerita tentang siwak yang merupakan kandungan utama dalam pasta gigi sasha. 

“Jadi, zaman nabi dulu itu.. Para muslim sikat gigi dengan memakai siwak.. “

“Apa itu siwak ma?”

” Siwak itu batang atau ranting dari pohon arak. Pohonnya banyak ditemui di daerah Timur Tengah. Dulu orang gak tau sama sikat gigi. Taunya bahan-bahan alami aja. Beruntung sekarang kandungan siwak bisa ada dalam pasta gigi sasha. Jadi enggak perlu jauh-jauh ke timur tengah..hehe..”

“Jadi sikat gigi pakai ranting gitu ya ma? Ranting pohon mangga boleh gak?”

(Haduh, kok dia gagak fokus ya? 😑😑😑) 

Tapi serius, siwak ini banyak manfaatnya. Diantaranya adalah mencegah gigi berlubang dan merawat kekuatan gigi. Karena di dalamnya ada essential oil. Zaman dulu orang menggunakannya dengan mengunyah terlebih dahulu sehingga produksi air liur meningkat. Air liur ini bukan jenis bau basi kek lagi tidur ya.. Tapi bisa membantu keseimbangan pH dalam rongga mulut. Makanya pertumbuhan bakteri penyebab gigi berlubang bisa ditekan. Siwak juga bisa menghambat pengeroposan gigi. 

Selama bulan puasa ini, kandungan siwak sangat kami rasakan. Karena bau mulut jauh berkurang dan nafas juga jauh lebih segar. 

Kenapa ya gusi ku berhenti berdarah dan giginya berhenti sakit? Mungkin karena adanya zat antibakteri alami yang bisa menghambat pertumbuhan kuman. Selain itu, siwak dapat mengurangi pembentukan plak dan pertumbuhan bakteri di antara sela gigi dan gusi sehingga mengurangi risiko terjadinya radang gusi. 

Jujur, bahkan gigi bungsu kembaran ini sudah memiliki plak kemarin. Alhamdulillah sudah sedikit menghilang. Biasalah, mungkin penyebabnya karena aku sering lapar mendadak malam-malam dan lupa menggosok gigi karena keburu ketiduran saat menyusui bayi. Alhamdulillah, kandungan silika dalam siwak sasha ini mampu mencegah pembentukan plak gigi. Oya, silika dalam siwak juga efektif untuk noda kuning di gigi

Nah, begitu besar bukan manfaat kandungan siwak? Keluarga muslim tentunya sudah jauh paham mengenai siwak ini. Hanya keluarga kami sedikit ketinggalan informasi, jadi baru-baru ini saja tau dengan pasta gigi sasha ini. 

Nah, punya pengalaman dengan masalah gigi yang sama juga saat pandemi ini? Sharing denganku yuk! 

Instagram: @sashaindonesia

Link Pembelian: https://kinostore.co.id/products/sasha-halal-tooth-paste-pencegah-gigi-berlubang-tube-150gr?_pos=3&_sid=684a02be7&_ss=r

Facebook: https://www.facebook.com/Sasha-Pancaran-Aura-Islami-1413446215427311/

IBX598B146B8E64A