Browsed by
Tag: bully

Menghadapi anak nakal pembully – [Tips Mengatasi bagian 2]

Menghadapi anak nakal pembully – [Tips Mengatasi bagian 2]

menghadapi-anak-nakal

Anak kena bully, jangan sampai bikin emak ikut stress ya… kita tidak bisa selalu mengendalikan pergaulan mereka dengan yang lain, mereka bisa saja ketemu dengan yang baik ataupun anak nakal atau yang senang menggangu. Padahal bullying masa kecil yang diterima anak bukan sesuatu hal yang patut diremehkan lho.

Penting diketahui, dampak bullying terhadap anak dapat menjadikan mereka tidak senang bergaul, cenderung menarik diri, tidak percaya diri dan takut untuk mencoba hal baru atau berekplorasi di masa mendatang. Jadi jangan dianggap hal yang biasa ya jika kita sebagai orang tua tahu bahwa anak kita menjadi korban bullying.

Nah bagaimana sih menghadapi anak nakal yang suka sekali menggangu atau membully.

Berikut akan disampaikan cara unik menangani para pembully atau anak nakal dengan gaya khas shezahome.

Ketika Pembully Menjadi Teman Terbaik

Masih ingat dengan cerita korban bullying yang dialami oleh anakku Farisha beberapa bulan yang lalu?

Apa? Tidak tau?

Kalau belum, kamu wajib baca ini terlebih dahulu: Anakku di-Bully Lagi dan Lagi, Aku harus Bagaimana?

Ada yang gemas sekali dengan tokoh Cela Disana? Bahkan pengen nguwel-nguwel?

Well, semoga cerita tentang episode Bully yang kedua ini cukup menyenangkan. Karena kali ini tokoh Cela menjadi Teman Terbaik. How Can? Simak tulisanku ya!

Dear Friends, Kenapa Kamu Mem bully ku?

Sebelum ‘julid’ dengan sang pembully, akan lebih baik kita sebagai orang tua bertanya untuk re-framing dengan si pem bully. Kenapa sih anak ini jadi suka sekali membully anakku?

Ya, itu yang aku tanyakan kepada diriku sendiri dulu. Merasa ‘kepo’ dengan lingkungan keluarga si pembully. Merasa ingin berada di posisi si pembully. Mencoba memahami pola pikirnya yang masih anak-anak. Mencoba memaklumi setiap kata-kata kasar yang keluar di mulut mungilnya.

Why oh why..

emak-tidak-perlu-stress-dengan-bully

Dalam berbagai referensi salah satunya pada penuliscilik.com, aku menyetujui bahwa faktor-faktor yag menyebabkan bully terjadi diantaranya adalah dikarenakan:

  1. Si Pembully ingin dianggap dan dikenal berkuasa, karena mereka sebetulnya orang lemah.
  2. Anak Pembully biasanya kurang perhatian dari orang sekitar dan akhirnya mencara-cari pertahtian dengan menghina, dll.
  3. Tukang Pembully biasanya pernah dibully bisa jadi pernah jadi korban kekerasan, baik di sekolah ataupun di luar sekolah.

Well, Bagaimana dengan Cela? Dan, ini yang aku temukan.

Mengenal karakter si pembully

Cela adalah anak perempuan yang sangat disayangi oleh orang tuanya. Orang tuanya adalah pekerja diluar. Mungkin, waktu untuk ‘family time’ hanya pada malam hari. Tidak ada yang salah pada latar belakang orang tuanya. Keduanya adalah pasangan yang berpendidikan.

Hanya saja, sebagai anak kedua aku merasakan hal yang sama dengan perasaan sang Pembully. Aku ingin menjadi nomor satu di rumah! Ya, karakter ini yang sangat dominan aku rasakan pada sang pembully Cela. Jadi, penyebab Cela suka membully adalah ia ingin merasa berkuasa karena di rumahnya ‘mungkin’ ia merasa selalu menjadi nomor 2 dimata orang tuanya.

Memiliki seorang kakak dengan kemunculan sibling rivalry ‘mungkin’ membuat si pembully ingin menjadi ‘lebih’ dibandingkan kakaknya. Apalagi, aku pernah mendengar ibunya berkata..

“Kalau Kakaknya Cela ini dulu waktu TK banyak dapat piala. Cela ini agak beda memang. Mungkin karena aku terlalu sering memanja, beda sama kakaknya dulu semua serba mandiri aku suruh..”

Dan akupun ber ‘Ooooo..’ sambil berpikir, “Yah, ‘mungkin’ ini cluenya. Cela yang selalu benci dengan orang yang memiliki prestasi berada diatasnya..”

Itulah kenapa pikiran anak kecil Cela selalu ingin berkata kasar dengan teman yang menyainginya. Karena ia ‘juga ingin seperti itu’.

Hai anak nakal…Seburuk Apapun Kamu, kamu tetaplah Temanku.. Teman Pertama yang Baik Padaku.

Aku mengingat-ngingat episode pertama masuk sekolah anakku dulu. Ia berteman dengan dua orang kakak adik yang sangat mirip wajahnya, seperti kembar. Dan pertemanan ini sangat awet berbulan-bulan lamanya. Tapi, suatu hari temannya tersebut tidak masuk sekolah karena sakit.

Sejak itu temannya hanya masuk satu minggu sekali bahkan hanya satu bulan sekali.

Bulan berikutnya akhirnya aku tau kalau 2 temannya tersebut pindah sekolah. Dan sejak itu Farisha merasa sendirian di kelasnya. Farisha memang anak yang cukup introvert dan selektif dalam berteman. Yah, something like..

Kalau temannya enggak tersenyum duluan kepadanya, maka dia gak mau senyum duluan.

Apabila temannya enggak ngajak berkenalan, dia gak mau kenalan duluan.

Jika enggak ngajak main, mending main sendiri, begitu di pikirannya.

Ya, anakku begitu.

Dan saat itulah, Cela hadir sebagai teman pengganti temannya yang dulu. Menggandeng tangannya, mengajaknya bermain, mengundang Farisha untuk masuk dalam Circle kelompoknya dan membuat Farisha merasa bersemangat kembali di sekolah.

Jika aku di posisi Farisha, aku sangat paham kenapa ia tidak mau melepaskan pertemanan dengan Cela. Kenapa ia hanya bisa menangis saat aku bilang, “Berhenti berteman dengan Pembully”

Karena Ikatan dengan Sang Pembully adalah Ikatan Pertemanan yang suci. Bagaimanapun juga Cela si Pembully adalah Teman yang sangat berarti bagi Farisha.

Jadi, Mari Kita Berteman Lagi..

Pada tulisan pertama episode bully yang kutulis mungkin sudah dijelaskan bahwa endingnya adalah Cela tetap berteman dengan Farisha. Karena saat Farisha tidak berteman dengan Cela maka Cela merasa sendirian.

Aku juga mengajak Farisha untuk menonjolkan pribadi baik yang dominan agar teman-temannya tidak memihak Cela saat Cela membullynya. Dan itu semua telah menghentikan episode Bully secara total diantara keduanya.

Kupikir, Farisha sejak itu tidak akan terlalu akrab lagi dengan Cela. Kupikir, Pribadi baik dominan yang aku ajarkan membuat Farisha menjadi pemimpin di circle kelompoknya yang baru. Tapi, lihatlah.. Sepertinya perkiraanku meleset.

Mereka berdua malah semakin dekat saja. Cela dan Farisha.

Aku menjadi sangat yakin dengan kedekatan mereka saat aku ikut serta dalam perjalanan outbond sekolah. Mereka duduk berdua di bus dan saling tertawa tiada habisnya. Tidak ada ledekan, tidak ada tangisan. Hanya senyum, tawa dan canda.

Well, apa sikap Cela memang sudah berubah menjadi jauh lebih baik?

Atau ia hanya berpura-pura karena Mamanya juga ikut dalam satu bus?

Tapi tawa itu ikhlas sekali, gandengan tangan itu hangat sekali. Seperti layaknya Farisha dan Sepupunya. Aku tau betul jika Farisha sudah sangat akrab dengan seseorang.

Dan sepulang dari outbond aku bertanya pada Farisha..

Ajarkan anak menghubungkannya dengan cerita yang baik

“Apa Cela sekarang jadi anak baik? Enggak pernah meledek Farisha lagi?”

“Iya ma, Baik kok Cela. Apalagi pas Pica bilang kalo kita dapat piala lomba mewarna karena kita sama-sama sabar saat mewarna…”

Dan aku pun ber’Oooooo… ‘ saat itu.. Hihi..

Jadi beberapa bulan yang lalu, Cela memenangkan piala lomba mewarna juga seperti Farisha. Ia sangat senang karena saat lomba mewarna Farisha dan Cela berdampingan. Mereka saling memberikan semangat dan bilang bahwa ‘harus sabar’ supaya dapat menang. Hasilnya, mereka berdua menjadi juara. Waw, siapa sangka?

Well, aku punya fotonya sebenarnya. Tapi aku tidak mau mempublikasikannya disini karena identitas Cela aku rahasiakan. Hihi.

Melihat cerita Farisha dan Cela, aku jadi teringat tentang contoh kebaikan misalnya seperti cerita Umar dan Nabi Muhammad. Tentang betapa bencinya dulu Umar dengan Nabi Muhammad dan Islam. Tapi lihatlah akhirnya.. Ya, semua sudah tau ceritanya bukan?

Yah.. Pelajaran kehidupan yang dapat aku ambil dari cerita Farisha dan Cela adalah…

Jangan berlebihan saat menjelek-jelekkan seseorang. Karena bisa jadi, suatu hari nanti ia akan berubah menjadi pribadi yang jauh lebih baik.

Mungkin, aku harus banyak belajar dari Farisha untuk selalu berprasangka baik pada teman. Seburuk apapun perlakukan teman itu pada kita dahulu.

anak-nakal-berteman

Terima Kasih untuk pembelajaran yang sangat berharga ini.. Farisha..

Jangan lupa baca bagian pertama dari artikel ini ya di link berikut.

Cerita anak ku korban bully [Tips Mengatasi]

Cerita anak ku korban bully [Tips Mengatasi]

source image: list.com

Sebagai seorang orang tua, kita tentu tidak selalu bisa mengawasi anak dimanapun berada, anak kena bully di sekolah maupun lingkungan dimana dia bergaul dapat menjadi hal yang umum terjadi. Berikut dijelaskan tips agar anak yang menjadi korban bully tegar bukan tips tidak dibully lagi tapi lebih agar dia mampu menghadapinya. Ya disini di ceritakan anak ku yang jadi korban bully dalam tulisan yang mengalir naratif ya pembaca, agar mudah dan menarik dibaca.

Cerita anakku dimulai dari sini

“Farisha kenapa? Kok sendirian mana temannya?” Tanyaku sambil menghampiri Farisha yang bermain ayunan TK sendirian kala jam istirahat di sekolahnya tiba.

Tanpa tertahan lagi, air mata Farisha langsung tumpah sambil memelukku. Ia kemudian berkata, “Teman Farisha gak mau temenan sama Farisha Ma..”

Aku langsung menoleh kearah 3 teman ‘sekelompoknya’. Sambil menuntun tangan anakku aku berkata kepada ketiga temannya, “Halo.. Kenapa ya anak tante gak ditemenin? Kalian kan berteman biasanya?”

Sang ‘ketua genk’ dalam kelompok itu menyahut lantang, “Aku gak mau temenan sama Farisha, Jilbab Farisha BAU.”

Hatiku panas. Meski beristigfar di dalam hati aku merasa ‘sangat GEMAS’ dengan mulut teman Farisha yang satu ini. Tapi, aku berusaha tersenyum (walau hati ingin menjambak-jambak rambutnya.. 😂) sambil berkata,”Oh yaa? Padahal sudah tante cuci loh. Pakai pengharum lagi. Masa bau sih?”

“Iya mama Farisha bau..”

“Oh gitu.. Cela (nama samaran) suka gak sih kalau ada yang bilang rambut Cela itu keriting jelek dan bau?”

“Tapi, rambut Cela ga bau. Udah keramas kemarin. Iya kan? Gak bau kan?” Tanyanya sambil meyakinkan ke teman ‘sekelompok’ nya.

“Oh.. Cela gak suka kan berarti tante bilang rambutnya bau? Nah, gitu juga perasaan anak tante. Dia sedih dibilang Jilbabnya bau, ga ditemenin lagi.. ”

Cela menoleh kearah Farisha, sementara Farisha masih menangis memelukku. Aku kemudian menyuruh mereka berdua bermaafan dan berkata kepada Cela..

“Cela, kalau enggak mau temenan sama Farisha enggak papa. Tapi tolong ya, jangan pernah meledek jilbab Farisha lagi. Nanti Anak tante kehilangan percaya dirinya.”

Dear Mama, “Aku merasa sendirian dan ‘berbeda’ di sekolah”

“Mama, Farisha besok gak mau lagi sekolah pakai jilbab..”

“Kenapa Sayang? Bukannya kemarin Farisha sendiri yang pengen pakai jilbab?”

“Tapi teman Farisha gak ada yang pakai jilbab..”

“Terserah anak mama, kemarin Farisha gak pakai kan awal masuk sekolah? Tapi Farisha sendiri yang tiba-tiba mau pakai. Its your choice. Mama gak wajibin Farisha, tapi mama tau Farisha lebih merasa nyaman pakai jilbab.”

“Tapi kenapa teman Farisha gak ada yang pakai ma? Padahal mereka orang islam.”

“Karena mereka belum merasa nyaman seperti nyamannya Farisha dalam memakai jilbab.”

Farisha terdiam. Setelah berdandan rapi dengan rambut dikuncir, akhirnya ia mengambil jilbabnya lagi. Aku menghela nafas, ya.. Itulah anakku. Aku sebenarnya tidak pernah memaksanya untuk berjilbab. Sebagai seorang ibu aku tahu tantangannya. Saya saja baru memutuskan berjilbab ketika kuliah. Tapi Farisha? Lihatlah.. Dia memakainya karena merasa nyaman.

Nyaman. Mungkin ada yang bertanya kenapa merasa nyaman? Inilah yang dinamakan Innerchild positif. Sejak Farisha kecil, aku membiasakannya untuk berjilbab. Awalnya, hal itu untuk menutupi rambutnya yang baru ‘dibotakin’. Lama-kelamaan malah semakin terbiasa. Hingga besar, ia merasa ‘nyaman’ dengan tampilannya yang berbeda ini.

Ia tau ia terlihat berbeda. Tapi begitulah ‘style’ nya. Ia nyaman dengan tampilannya sampai suatu hari ia sadar bahwa ia merasa sendirian dan berbeda di kelompoknya.

Hati Ibu mana yang tidak sedih mendengar bully temannya Farisha secara langsung? Saat itu juga aku merasa berdosa telah ‘salah’ menyekolahkan Farisha di sekolah TK umum. Awalnya aku ingin mengajarkan toleransi kepada Farisha. Aku tidak ingin ia berpikiran sempit.

Tapi lihatlah? Mengapa teman-temannya memperlakukannya dengan berbeda hanya karena penampilannya berbeda? Sungguh. Aku merasa bersalah. Aku tidak tau apakah keputusanku untuk memakaikan jilbab kepada Farisha sejak dini adalah keputusan yang benar atau benar-benar salah.

Dear Farisha, “Maafkan Mama membuatmu terlihat berbeda. Percayalah, Mama akan buat Anak Mama menjadi Bintang Merah yang bersinar terang.”

Seperti Ibu pada umumnya, aku mulai bertanya-tanya bagaimana cara ampuh untuk mengatasi bully sehingga tidak mengakibatkan anak menjadi percaya diri dan menarik diri dari pergaulan. Aku membaca artikel, cerita tentang korban bully hingga bertanya pada psikolog saat seminar parenting. Dan aku tak pernah benar-benar puas dengan jawaban yang ada. Karena sungguh, praktiknya luar biasa sulit.

Apakah bully Pada Farisha berakhir saat aku ‘menasehati’ temannya? Tidak. Bully terjadi lagi dan lagi. Sampai suatu ketika aku menjenguk Farisha lagi di sekolahnya dan lagi lagi.. Aku menyaksikan anakku di bully di depan banyak teman dan gurunya.

Petualangan ‘sang emak’ dalam mengatasi BULLY sungguh panjang. Awalnya, aku juga kehabisan ide dan bergumam, “Ya Tuhan, Aku harus bagaimana lagi?”

Kenyataannya, anakku butuh dukungan namun aku sadar sepenuhnya bahwa aku tak bisa terus melindunginya dari bully. Aku harus punya cara lain..

Dan.. Sebagai kesimpulan terakhir aku akhirnya berani untuk menuliskan tahap-tahap yang kulakukan untuk menghentikan bully itu sendiri. Berikut adalah tips yang telah aku terapkan di shezahome:

1. Katakan padanya bahwa, “Maaf, Mama tidak bisa selalu Membelamu..”

anak-kena-bully
source: u-gro.com

Ada beberapa orang tua yang sangat amat kesal ketika tau anaknya di bully. Mereka langsung mendatangi sang anak pem-bully dan menasehatinya. Bahkan, adapula yang sampai ke konflik besar sampai-sampai orang tua masing-masing juga turut berkelahi.

Aku pernah membela Farisha. Aku menasehati temannya dan mengajak mereka berdamai. Tapi, sungguh.. Apa kalian pikir dengan begitu semua sudah berakhir?

Tidak. Itu adalah awal yang buruk.

Pada beberapa ‘teman spesial’ campur tangan orang tua dalam hubungan pertemanan anak kecil adalah hal yang ‘tidak sportif’. Beberapa kasus bahkan akan menyebabkan pembelaan menjadikan sang pem-bully semakin menjadi-jadi dengan mengatakan, “Anak Mami.. Bisanya di ngadu Mama aja..!”

Aku pernah mengalami hal ini sewaktu kecil ketika Mama membelaku. Dan buruknya, aku mengulanginya pada kasus anakku.

Bully semakin menjadi-jadi. Aku akhirnya memutuskan untuk tidak ikut campur tangan secara langsung kedalam urusan ‘pertemanan’ mereka.

Ketika Farisha curhat padaku tentang teman yang mem-bullynya, aku meyakinkan diriku dan berkata, “Sayang, Mama tak bisa terus membelamu. Farishalah yang harus membuktikan diri sendiri dan bersinar sendiri.”

Bagaimana respon anak? Semakin merasa ‘sendirian’. Ya, benar.

Tapi jika kita terus membelanya secara langsung, ia akan menjadi pribadi yang pengecut dan penakut. Percayalah.

2. Buatlah Anak ‘Bersinar’

Kita harus lepas dengan ‘urusan pertemanan’ mereka secara langsung, kita hanya bisa mengawasi mereka dari kejauhan. Tapi, kita tak boleh lepas tangan dalam urusan ‘menjadi penyemangat mereka’.

Ya, tiap anak itu punya sinarnya masing-masing.

Jika bully telah menghalangi sinar tersebut, maka buatlah sinar tersebut makin terang dan menyilaukan.

Anda percaya bahwa tiap anak itu Spesial? Carilah dan terus gali bakat yang ia miliki. Biarkan ia menunjukkan bakatnya pada semua orang. Suatu saat, kerja kerasnya dalam mengasah bakatnya akan mencapai titik keberhasilan.

Tahap ini sulit memang dan prosesnya memakan waktu yang lama. Dalam kasus Farisha, aku memutuskan untuk menggali bakat mewarnanya. Karena aku melihatnya suka sekali berurusan dengan gambar dan pewarna.

Awalnya bagaimana? Tentu hasilnya jelek. Tapi, anak yang benar-benar menyenangi aktivitasnya tidak peduli dengan hasilnya yang jelek. Ia akan mengulanginya lagi dan lagi sampai tiada bosannya.

Pada tahap ini sangat penting peran orang tua untuk mendukungnya dan mengarahkannya ke hal yang benar-benar ia senangi. Karena jika kita mengarahkan bakatnya kepada hal yang tidak ia senangi, ia akan berputus asa.

Contohnya ya, Si Pembully adalah anak yang punya bakat dibidang mengenal huruf, berhitung dan membaca. Ia meledek anak kita tidak bisa seperti dia dan sangat lambat. Kadang, kita malah menantang si pembully dengan membuat anak kita tidak kalah dengannya. Mengajarkan kepada anak kita calistung pada usia dini padahal ia ‘tidak suka’.

Percayalah jika hal ini dipaksakan anak kita tidak pernah benar-benar bersinar. Karena kita telah mencoba menghidupkan sinar yang tidak dominan.

Tiap anak itu spesial. Carilah bakat uniknya sendiri dan ia akan bangkit dari bully dengan cara yang menakjubkan.

Baca juga: Cara Sederhana untuk Mendukung dan Mengembangkan Bakat pada Anak

anak-ku-menjadi-juara

Prestasi akan membuat lawan bully-nya mengakuinya dan menerimanya..

Tapi ingat, prestasi juga akan menimbulkan bunga-bunga IRI pada lawan bully-nya.

3. Katakan Pada Anak, “Jangan Pernah Takut Memusuhi yang Salah.”

Prestasi akan menimbulkan bunga-bunga IRI pada lawan bully. Itu benar.

Kupikir, dengan membuat Farisha bersinar di sekolahnya akan membuat perasaan bangga diantara teman-teman kelompok bermainnya. Ternyata… Aku salah.

Bunga-bunga IRI itu tumbuh di hati ‘Sang Ketua’. Ia mulai mem bully Farisha dengan hal yang tidak pantas dan berlebihan. Bahkan, aku merasa bahwa ‘Sang Ketua’ ini berani denganku.

“Farisha lomba mewarna dibantu Mamanya Bu Guru..” Teriaknya nyaring saat upacara bendera. Saat itu, aku berada disana. Padahal, jarang sekali aku ikut kesekolah anakku. Teriakan itu terjadi 3 kali. Pada awal upacara, tengah upacara dan terakhir upacara.

Aku mulai berpikir, Apa anak ini sering melakukannya? Ada aku saja dia berani begini, apalagi tidak ada aku?

Semua anak tau bahkan Guru TK Farisha pun tau bahwa Farisha anak mandiri. Ia telah lepas dari pengawasanku sejak satu minggu di TK. Aku memang membantunya mewarna di rumah. Tapi, aku tak pernah membantunya mewarna diluar apalagi berkompetisi. Farisha telah mengikuti banyak lomba mewarna dan maaf saja.. Ia tak pernah didiskualifikasi. Oke, aku mulai ‘baper’.

Aku melihat raut sedih di mata Farisha dan matanya mulai berbinar. Saat ‘Sang Ketua Genk’ mau meledeknya lagi, aku langsung menatapnya dengan tatapan tajam dan marah. Oke, aku emosi.

Dan saat pulang sekolah, aku dengan lantang berkata pada Farisha, “Jangan mau berteman dengan si Cela lagi.”

Farisha berkata dengan mata berbinar, “Tapi kalau Farisha gak berteman sama dia nanti dia bilang sama teman-teman kalau jangan nemenin Farisha, nanti Farisha gak ditemenin di sekolah.”

“Masa sih? Masa Farisha anak mama yang pintar mewarna ini gak punya teman di sekolah hanya karena gak mau menemani satu orang anak aja? Mama yakin banyak kok yang mau berteman dengan Farisha. Si anu baik.. Si itu juga baik Mama lihat..”

“Tapi Ma..”

“Pokoknya mulai besok, Farisha gak boleh temenan sama anak yang suka ngeledek begitu. Gak boleh sebelum dia minta maaf sama Farisha.”

Kalian tau apa yang terjadi besok?

Farisha pulang dengan wajah ceria sambil membawa ‘bros rusak’ bermotif kuda poni. Ia berkata, “Cela beriin Farisha ini Ma..”

“Oh ya, Cela udah minta maaf sama Farisha?”
“Pagi tadi Cela gak Farisha temenin. Terus, Farisha temenan sama Anu dan Eno aja trus Farisha ajak lagi si Ino. Trus, Farisha main berempat. Terus, si Cela liatin Farisha terus. Kemudian, dia deketin Farisha sambil minta maaf dan ngasih bros kuda poni..”

Aku tertawa mendengarnya. Lihatkan? Jangan pernah takut memusuhi yang salah. Karena jika anak kita sudah punya ‘Power’ maka teman akan mendekatinya dan ia berkesempatan untuk membentuk ‘Genk Baru’ dengan kualitas yang lebih baik.

4. Katakan Pada Anak, “Jangan Pernah Mau ‘Menjadi Pengikut Pem-bully’, Jadilah sang Perangkul yang BAIK”

Hal yang paling membuatku sebal pada diri Farisha adalah kepribadiannya yang plegmatis.

Ya, entah kenapa ia sangat suka membuntut pada ‘Ketua Genk’ walau ketua tersebut dulu sering membullynya. Sampai sekarang pun, aku tetap merasa bahwa sikap ketua genk tak jauh berubah. Hanya sedikit berubah saja, itupun mungkin terpaksa.

Ya, aku yakin Farisha bisa membuat genk dengan kualitas yang lebih baik. Ia mampu menjadi ketua yang baik dengan sifatnya yang sangat berempati. Ketahuilah, Kebanyakan anak plegmatis itu rawan dibully dan gampang terpengaruh, catat.

Aku yakin ada cara yang lebih baik untuk membuat pribadi anakku lebih dominan di kelompoknya. Setidaknya, aku harus yakin bahwa ia tidak ‘menjadi bawahan’. Dan aku ingin teman-temannya menghargainya dan menghormatinya. Sehingga, dia bisa lepas sepenuhnya dari ancaman bully.

Satu dua anak kulihat sudah dominan memihak Farisha dikelompoknya. Aku hanya butuh satu lagi untuk meyakinkan diri bahwa anakku benar-benar disayangi oleh teman-temannya.

TING. Ide itu muncul begitu saja.

Aku tau, teman-teman Farisha suka melirik bekal Farisha. Farisha aku suruh untuk membagikan bekalnya pada teman-temannya. Ya, Aku sengaja membawakannya bekal berlebih.

So, is that work?

Noooo… Anak-anak butuh perhatian lebih banyak. Suatu ketika cara itu mampir begitu saja.

Suatu hari Farisha mengikuti lomba mewarna 17 Agustus yang diadakan di sekolahnya. Setiap anak membayar 35ribu untuk lomba mewarna ini, karena dipastikan semua anak yang ikut akan mendapatkan piala sebagai penyemangatnya.

Alhamdulillah, Farisha mendapatkan juara 1. Kupikir, hanya satu piala yang Farisha dapat. Ternyata sang guru menyerahkan dua piala yaitu Piala Juara 1 dan Piala Peserta seperti yang semua teman Farisha dapatkan.

anak-ku-berprestasi

Tiba-tiba, saat jam pulang sekolah salah satu teman Farisha menangis mencari Pialanya. Hilang. Pialanya benar-benar hilang. Semua orang tua murid dan Guru berputar-putar mencarinya. Dan hasilnya Nihil.

Aku membujuk Farisha untuk memberikan satu pialanya kepada temannya. Dan? Ya, ia mau melakukannya. Temannya memeluknya dan berterima kasih padanya.

Seketika itu pula, Farisha dikenal sebagai anak yang berhati luas. Ia tak hanya dicintai oleh ‘Teman Satu Genk’ nya, tapi juga semua anak. Semua ramai memujinya..

Ya, solusi terakhir sebagai obat Bully adalah… Tetaplah menjadi Anak yang Baik, lebih baik, dan lebih baik lagi. Karena Anak Baik selalu dicintai teman-temannya. 😊

katakan-tidak-pada-bully

source: www.schooltattoos.ca

IBX598B146B8E64A