Jadi Mamak Super Galak Sejak Pandemi, Gini Solusi Recehku
Jadi galak sejak pandemi? Sepertinya bukan cuma aku sih yang merasakan. Eh, ya gak sih?
Gimana gak makin galak kalo kenyataannya pandemi ini bikin kita gak bisa keluar rumah secara normal lagi?
Gimana gak makin galak kalo tiap hari musti ngajarin anak sendiri sambil diganggu bayi pula. Belum lagi kerjaan rumah yang tiada habisnya. Jangan lupakan pula berbagai kerjaan sampingan.
Terus, gimana kepala gak makin keriting mikirin perekonomiannya di masa pandemi yang begitulah..
Dibalik pandemi corona ini. Tekanan psikologis merupakan hal yang tidak bisa diabaikan. Apalagi kalo sudah jadi mak emak. Kalau kitanya sendiri mulai jadi monster, gimana anaknya mau seneng plus happy belajar di rumah?
Solusi Receh Menghilangkan Kegalakan Emak Kala Pandemi
Nah, Aku punya beberapa tips (konyol) yang mungkin bisa diaplikasikan agar monster-monster setan galak di kepala bisa sedikit freeeze dan menghilang selama pandemi ini. Cara-cara itu antara lain adalah:
Cuci Mata Belanja Online
Sejak pandemi entah kenapa jempol jariku ini suka sekali iseng membuka aplikasi market place. Mulai dari shopee, lazada, tokopedia dsb. Jempol ini otomatis bergerak seketika sambil menunggu anak mengerjakan tugas. Setidaknya, pekerjaan jadi tidak membosankan.
Bahkan, kadang aku sering tertidur jam 1 malam hanya untuk melihat update flash sale terbaru. Duh, segitunya.
Pertanyaannya.. Apakah aku sering shopping?
Jawabannya adalah.. Tidak juga.. Haha
Aku hanya suka melihat trend harga terbaru dari berbagai brand. Aku juga senang membandingkan harga asli dan promonya. Dari seringnya memantau harga-harga tersebut, aku jadi bisa membayangkan titik BEP suatu harga dan titik yang benar-benar murah. Ini seru. Mainan barunya manager keuangan rumah tangga.
Jadi, ketika aku menemukan harga-harga menarik di market place tersebut. Aku selalu iseng memasukkannya ke keranjang. Apakah dibeli? Oh tidak. Hanya dilirik-lirik manja. Sementara sambil dilirik-lirik, mini spongebob mulai bekerja diotakku.
Sponge Bob 1:”Ih bagus ya?”
Sponge Bob 2: “Ih kira-kira diskonnya boongan gak ya?”
Sponge Bob 3: “Coba lihat disini dulu..” (Buka market place berbeda)
Sponge Bob 4: “Nah kan boong”
Sponge Bob 5: “Nanti coba kalo jalan kita sekalian mampir ke toko anu. Kira-kira berapa harga aslinya kalo disini..”
Sponge Bob 6: “Jangan. Disini harganya titik rendah nih. Buruan checkout. Nih hampir habis..”
Sponge Bob 7: “Memangnya ada budgetnya?”
Yaa.. Kira-kira begitulah yang terjadi. Receh dan ketegangan yang menyenangkan. Setidaknya bisa sedikit meredakan setan squidword yang sedang galak dan ingin mendominasi otak sponge bob. Haha
Terapi Drama Korea
Mamak galak itu butuh belaian dan sentuhan. Lalu pelukan kemudian emm.. eh.. Bukaan.. Bukan itu!
Mamak galak itu butuh drama!
😂
Karena hidupnya terlalu ‘flat’ dan membosankan. Jadi, tidak ada salahnya terapi diri dengan menonton drama korea. Setidaknya, ada ketegangan dan campur aduk emosi agar kegalakan itu bisa diredakan.
Iya, psikolog bilang kalau manusia itu gak bisa stuck pada jenis emosi yang itu-itu aja.
Kalau kopi Good Day bilang tuh “Karena Hidup Perlu Banyak Rasa”
Jadi, karena hidup emak sejak pandemi ini rada-rada hambar begitulah.. Maka emosi-emosi yang ada pada drama korea merupakan terapi tersendiri.
Minggu ini film action yang dibintangi oppa nganu.
Minggu depan film lope lope yang dibintangi oppa nganu.
Minggu depannya lagi, film lucu yang dibintangi oppa nganu.
((Inilah alasan kenapa tulisan shezahome jarang update pemirsa))
Begitulah kiranya, hidup santuy sambil makan mie instan tapi sesungguhnya ketahuilah bahwa hidup emak itu banyak drama.. 😎 *walau kenyataannya flat sekali.. 😂
Minta Tambahin Jatah Bulanan (Kalo ada yaaa.. )
Keranjang shopee emak udah 99+ tuh. Tambahinlah jatah bulanan.. Yah.. Yah.. *pasang mata kucing
“Aduh mamah ini. Lagi corona gini jangan belanja mulu ah kerjaannya. Banyak yang lebih susah nih hidupnya. Bla bla bla.. “
Oke. Proposal ditolak. Wkkw..
Jangan sedih atuh kalau proposal ditolak. Harus legowo. Intinya kalau sesungguhnya kebutuhan pokok masih cukup saja ya belajarlah untuk bersyukur. Karena istri yang tetap setia mendampingi suami saat ekonomi sedang down adalah istri yang luar biasa.
Baca juga: Menghadapi suami yang lemah soal nafkah lahir
Memang sih tidak dipungkiri ya kalau bahagia itu butuh duit. Tapi sesungguhnya itu adalah solusi instan. Yang mana sesungguhnya serba instan itu tidak baik.
Tidak melulu sedih, marah dan rada galak itu solusinya duit kok. Percaya deh.
Gunakan Imajinasi Kehaluan Tingkat Tinggi
Sejak pandemi ini, aku mengatasi kejenuhan di rumah dengan kehaluan tingkat tinggi. Kehaluan ini aku ciptakan agar monster dalam diriku tidak kambuh lagi.
Beberapa kehaluan konyol itu diantaranya adalah
Makan Mie Instan Rasa Ramen
Udah sekian lama deh rasanya enggak pernah makan diluar lagi. Kangen sekali rasanya sensasi makan bakso ketika lagi hangat-hangatnya. Ditambah dengan angin sepoi-sepoi plus jalan-jalan setelahnya.
Karena itu, untuk mengatasi rasa kangen itu aku kadang suka sekali menonton drama berbau makanan. Kalau sudah adegan makan ramen, jajangmyeon dsb. Aku langsung berlari ke dapur.
Bikin sendiri?
Enggak. Mana sempat. Haha.
Ya makan mie instan donk. Tapi, makannya sambil menonton drama makan. Setidaknya rasanya jadi 11-12 lah. Puas sendiri jadinya. Makan mie instan tapi serasa ramen berkat kehaluan.
Piknik di rumah
Beruntung sekali rasanya membelikan Humaira hadiah tenda mini di ulang tahunnya yang pertama. Karena sesungguhnya, yang mau main tenda itu bukan Humaira.. Tapi emaknya..😭🙄
Iya, jadi semenjak pandemi ini.. Keinginan piknik tak kunjung terjadi. Akhirnya, aku sering bermain di tenda bersama anak-anak. Senang banget rasanya. Memasak ayam plastik, telur plastik hingga memancing ikan plastik.. Dan konyolnya kadang Humaira bersikeras menjajalkan makanan-makanan plastik itu kemulutku. 😂
Adegan lebih konyolnya adalah Pica dan Humaira bahkan tidak tau kalau kadang tenda kecil itu aku pakai berhalu ria kala mereka sedang tidur. Memasak plastik lagi? Oh tidak, menonton vlog jalan-jalan sambil berhalu ria melengkungkan badan di tenda. Lalu tersipu malu sendirian di tenda. Hahaha..
Berbincang dengan Boneka
Please. Ini kehaluan yang astaga.. Luar biasa aneh.
Tolong jangan anggap aku sedang ‘miring’ ya.
Kehaluan ini bermula dari keseharianku yang sering berbincang dengan Humaira menggunakan boneka. Akhirnya, boneka-boneka tersebut jadi teman sehari-hari. Seakan pengganti kegiatan sosial harian, boneka-boneka tersebut aku beri nama memakai nama panggilan emak-emak di sekolahan. *Ops.. 😂🤣
Iya, kadang aku juga kangen dengan komunitas macan ternak (mamak cantik antar anak) di sekolah. Walau jarang ikut nimbrung, tapi senang saja kalau sesekali ada yang mengajak bicara.
Dan kala malam tiba, boneka-boneka itu aku susun di rak dinding sambil berkata, “Dul, kamu besok ke sekolah pakai baju apa? Kita samaan ya.. “
😂😂😂
Nyetok Banyak Coklat di rumah
Sejak pandemi, aku membeli coklat batangan 2 bijik gede sebulan. Bagiku ini termasuk banyak dibanding bulan-bulan biasanya.
“Wah, rajin banget bikin kue win?”
Percayalah aku tidak serajin dulu kalau urusan baking. Sepertinya aku sudah pernah curhat bukan? Kalau aku sangat bosan baking. 😂
Coklat batang aka DCC itu aku simpan dikulkas dan aku ‘cemil’ sedikit-sedikit kala ingin marah.
Bagiku, coklat di masa pandemi sama fungsinya layaknya menghadapi dementor pada kisah Harry Potter. *halah
Pandemi ini layaknya dementor. Menghisap kebahagiaan dan rencana masa depan yang seharusnya terjadi. Jadi, menurut buku pertahanan pada ilmu hitam.. Coklat adalah pertolongan pertama jika kita tidak bisa mengeluarkan patronus. ((Ambil spatula sambil ngomong ‘expecto pratonus’))
Bagiku ini worked ya. Itulah mungkin kenapa hari kasih sayang dilambangkan dengan coklat. Ketika orang sedih, disarankan minum coklat hangat. Dulu, aku merasa saran itu sih kek strategi marketing aja. Sejak pandemi, aku benar-benar merasakan manfaat dari coklat ini.
Curhat
Ini sih, kalo solusi-solusi diatas udah gak berhasil biasanya baru aku cari tempat curhat.
Jangan nyari curhatan aku di blog ini. Blog ini tempat tulisan yang sudah disaring. ((disaring aja kek gini ancurnya ya..😂))
Jadi, biasanya aku curhat dengan teman aku. Atau bisa juga aku healing curhat dengan nulis panjang lebar di WA story. Privasi sudah aku atur sedemikian rupa.
Kenapa sih suka curhat di status? Gak malu?
Kenapa gak curhat sama Tuhan aja? Bla bla..
Gini ya..
Ya gitu deh solusi receh aku untuk mengurangi kegalakan. Pakar parenting bilang, kalau kita belum bisa menjadi orang tua yang sempurna.. Setidaknya, berpura-puralah menjadi orang tua sempurna di depan anak. Redamlah kemarahan itu dengan cara yang kita yakini adalah cara yang baik. Begituu..
Nah, kalau kalian gimana moms? Rada pengen galak juga gak sih kala pandemi ini?