Meningkatkan Kesejahteraan Petani dengan Program Bango Pangan Lestari
“Zaman pandemi corona gini.. Perasaan yang kaya tambah kaya.. Yang miskin tambah miskin..”
“Ah, gak juga.. Yang kaya mah ekonominya juga down. Semua ekonomi terkuras kok pas pandemi gini..”
“Tapi kan seenggaknya yang kaya punya tabungan. Coba pikirin nasib buruh dan petani.. “
“Iya ya.. Banyak buruh yang di PHK. Ada yang banting setir pulang kampung jadi petani juga.. “
“Dan jadi petani itu ternyata gak gampang. Hari gini harga pangan banyak yang dibanting. Belum lagi masalah distribusi karena terhambat pandemi.. “
***
Percakapan itu terjadi dua minggu yang lalu. Percakapan yang aku tulis ulang disini hasil diskusi dengan teman masa kecilku yang berada di desa.
Yup, aku tumbuh kecil di desa yang cenderung jauh dari kota. Jadi, rata-rata teman masa kecilku memiliki orang tua yang bermata pencaharian sebagai petani. Masih segar rasanya di ingatanku, kala aku masih duduk di sekolah dasar kelas 5 SD.. Aku dan teman-temanku bersama-sama memetik lombok di kebun.
Dan berakhir dengan tangan yang panas hingga mata yang panas. Lalu aku pulang dimarahi mama karena kulit dan wajah yang merah-merah. Hahaha..
Orang tuaku sendiri keduanya bermata pencaharian sebagai guru PNS. Namun, memiliki pekerjaan sampingan berupa ternak ayam pedaging. Sehingga sering bekerja sama dengan para petani untuk pupuk tanaman. Tetapi sekarang pekerjaan sampingan itu sudah tidak dilakukan karena mama dan abah sudah sangat kelelahan. Tidak ada pula support sistem dari tenaga kerja yang sesuai di sekeliling mama. Karena rata-rata tidak memiliki skill untuk beternak. Lebih banyak yang menggantungkan hidupnya dengan bertani.
Akhirnya, beberapa lahan yang dulunya dipakai orang tuaku untuk beternak ayam berubah menjadi kebun jagung dan beberapa sayuran yang lain. Dengan sewa tanah yang sangat kecil, mama berharap dapat membantu mata pencaharian penduduk sekitar. Akan tetapi, apakah berhasil? Ternyata tidak.
Nasib Petani di Masa Pandemi
Harga sayur di masa pandemi ini tergolong rendah. Sangat rendah. Bahkan petani sendiri mengaku rugi. Permasalahannya ada pada sistem distribusi. Distribusi di masa pandemi terbilang sedikit mandeg. Apalagi, di desaku sendiri sangat banyak petani yang tidak update dengan perkembangan teknologi.
Pada akhirnya sayur-sayur mereka diborong murah oleh ‘pedagang aji mumpung’. Karena mereka tidak punya pilihan. Mendengar hal ini ada sedikit rasa gemes. Tapi di satu sisi, aku tidak bisa membantu mereka secara langsung di masa pandemi ini. Hiks.
Untungnya aku mengikuti webinar bersama dengan Bango untuk Program Bango Pangan Lestari. Pada webinar kali ini aku mendapatkan insight baru terkait dengan kondisi pertanian di indonesia.
Webinar kali ini dipandu oleh MC Nirina dan mengundang 4 nara sumber, diantaranya adalah:
-Dr. Ir. Agung Hendriadi, M.Eng (Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian Republik Indonesia)
-Hernie Raharja (Director of Foods and Beverages PT unilever Indonesia, Tbk
-Rusli Abdullah (Pengamat Pertanian dan Peneliti INDEF, institute for Development of Economics and Finance)
-Oshin Hernis (Head of Communication Sayurbox)
-Aria Alifie Nurfikry (Vice President of Marketing TaniHub)
Rusli Abdullah – pengamat pertanian dan peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) mengatakan bahwa Permasalahan utama sektor pertanian di masa pandemi terletak pada ketidak seimbangan sistem pertanian dan permintaan pangan. Sistem pertanian di indonesia masih berskala kecil dengan praktik yang konvensional. Selain itu para petani mulai menua dan tidak ada regenerasi. Adopsi teknologi rendah hingga inefisiensi usaha petani dalam perbenihan.
Hal ini berbanding terbalik dengan permintaan pangan yang tinggi. Masyarakat di masa pandemi mulai mengalami pola pergeseran konsumsi. Yup pengeluaran per kapita non karbohidrat meningkat. Bisa dilihat dari tingginya persentasi makanan dan minuman jadi. Ini adalah sebagian besar dari efek pandemi yang kemudian akan mengancam terputusnya rantai logistik dari desa ke kota. Seperti kata temanku kemarin, distribusi petani bermasalah. Sehingga harga-harga sayuran dibanting rendah.
Daya beli masyarakat pada masa pandemi cenderung menurun (terlihat pada gambar dibawah: inflasi rendah). Akhirnya permintaan bahan pangan jua menurun. Padahal, sektor pertanian sendiri merupakan salah satu champion. Sehingga bagaimanapun juga pertanian indonesia harus maju. Begitupun dengan kesejahteraan petani.
Bango Pangan Lestari, Lindungi Kesejahteraan Petani
Meski pertanian menjadi champion, kesejahteraan petani tergerus. Inilah faktanya. Nilai Tukar Petani (NTP) turun. Pada Januari 2020, NTP gabungan berada pada level 104,16 (Januari) lalu turun menjadi 100, 09 (Juli 2020). NTP Holtikultura turun dari 105,17 (Januari) menjadi 99,77 (Juli 2020)
Hernie Raharja selaku Director of Foods and Beverages PT Unilever Indonesia, Tbk menuturkan,
“Banyak negara di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, masih menghadapi berbagai tantangan yang dapat mempengaruhi ketahanan pangan. Hingga tahun 2050 Unilever secara global berkomitmen untuk berkontribusi terhadap sistem pangan yang lebih baik melalui dua hal penting, yaitu diversifikasi konsumsi pangan dan diversifikasi produksi pangan.”
Dalam diversifikasi produksi pangan, Unilever berkomitmen untuk membangun fondasi yang kuat bagi Praktek Pertanian Berkelanjutan, sehingga dapat mempersembahkan makanan yang sehat dari planet yang sehat.
Maka pada webinar kemarin, Bango memperkenalkan program ‘Bango Pangan Lestari’ sebagai payung besar bagi keseluruuan inisiatif bango. Secara garis besar, program ini menggarisbawahi tiga pilar penting, yaitu:
1. Pengembangan sistem pertanian yang berkelanjutan
2. Perlindungan kesejahteraan petani dan keluarganya
3. Penggalakkan regenerasi petani
Bango Pangan Lestari X Sayurbox dan Tani Hub
Yup, untuk mewujudkan 3 pilar tujuan Bango Pangan Lestari maka diperlukan kerja sama dengan Sayurbox dan Tanihub. Kenapa demikian?
Ditengah pandemi ini ternyata permintaan bahan makanan di rumah tangga cenderung meningkat. Tren memasak di rumah meningkat 49% dari sebelumnya. Hmm..Aku sendiri mengakui sih kalau selama pandemi ini aku lebih sering memasak di rumah.
Sebagian masyarakat pun lebih memilih go virtual untuk berbelanja demi menghindari kontak fisik. Penggunaan media virtual/digital dalam berbelanja sendiri sudah menjadi trend di era pandemi ini.
Untuk mendukung sistem distribusi inilah Bango Pangan Lestari juga bekerja sama dengan sayur box. Nah, buat kalian yang belum install sayur box aku rekomendasiin buat install segera aplikasi ini. Aplikasi ini sangat membantu sekali untuk berbelanja sayur secara online. Sudahlah harganya banyak diskon, bisa bantu petani juga setiap pembelian sayur di sayur box.
Oshin Hernis yang merupakan Head of Communications Sayurbox mengatakan bahwa mereka senang sekali industri seperti Bango yang merupakan bagian dari unilever ikut memiliki komitmen untuk memperbaiki kesejahteraan petani. Dengan adanya persamaan visi dan misi yang sama dengan Sayurbox, diharapkan kerjasama ini dapat lebih menyebarluaskan pentingnya membeli hasil pangan langsung dari petani, sehingga memberikan dampak yang semakin besar terhadap kesejahteraan mereka. Apalagi dengan makin meluasnya jangkauan pengiriman Sayurbox yang saat ini mencakup area: Jabodetabek, Surabaya dan Bali (Semoga suatu saat banjarmasin juga ya..hehe).
Aria Alifie Nurfikry, Vice President of Marketing TaniHub Group memiliki pendapat yang sama dengan Oshin, ia mengatakan bahwa, “Melalui kolaborasi ini, kami akan memperluas jaringan mitra petani yang melakukan transaksi dengan TaniHub maupun yang dibantu pendanaannya oleh TaniFund, sehingga lebih banyak petani di Indonesia yang terbantu kesejahteraannya”
Bersama Bango, Tanihub Group juga akan menggelar berbagai pelatihan kepada lebih dari 500 petani, mulai dari cara pembuatan pupuk organik cair hingga pelatihan analisis usaha tani untuk meningkatkan kapasitas petani Indonesia dalam menerapkan sistem pertanian yang lebih baik dan berkelanjutan. Perkembangan Tanihub sendiri telah menjangkau area pengiriman: Jabodetabek, Bandung-Sumedang, Yogya-Solo-Semarang,Surabaya-Malang-Pasuruan dan Bali.
Harapan kedepannya, kolaborasi bango dan sayur box plus TaniHub ini akan memperluas jaringan mitra petani. Jadi akan ada banyak petani di Indonesia yang terbantu kesejahteraannya.
Jadi, hal kecil apa yang bisa kita lakukan dari sekarang?
Kita bisa banget #DukungPetaniIndonesia dengan membeli hasil pangan langsung dari petani di www.bango.co.id/bangopanganlestari. Yup, Website ini menjadi penghubung bagi masyarakat yang ingin menunjukkan dukungan mereka terhadap jerih payah petani dan berkontribusi nyata untuk membantu meningkatkan kesejahteraan mereka.
Semoga dengan begini kesejahteraan petani dan ketahanan pangan bukan lagi sekedar mimpi.