BBM Ramah Lingkungan untuk Wujudkan Program Langit Biru

BBM Ramah Lingkungan untuk Wujudkan Program Langit Biru

“Mama, Apakah mungkin suatu hari nanti warna langit akan berubah? Layaknya warna sungai di kota kita?”

Pica bertanya padaku sambil memandang langit biru hari itu. Di atas menara siring kota banjarmasin kami bertiga terdiam mendengar kata-kata Pica. 

“Karena di buku yang Pica baca, manusia semakin hari akan menambah polusi. Bukan cuma air yang bakal rusak. Tapi langit juga. Manusia di negeri awan akan marah dan menurunkan air bah..”

“Pica, manusia di negeri awan itu tidak ada. Itu hanya ada di buku” Sanggahku sambil tertawa. 

“Tapi, mungkinkah Tuhan dan malaikat tinggal di negeri awan? Pica sering membayangkan begitu.”

Akupun tertawa lagi.. 

Tertawa, sambil merenung di dalam hati. 

Akankah Langit Masa Depan Masih Langit yang Sama? 

Beberapa bulan yang lalu, kalimantan selatan dilanda banjir terparah. Banjir yang memakan korban hingga merusak rumah dan beberapa jembatan tersebut mengingatkan kami bahwa pencemaran air bukanlah hal yang harus dianggap remeh, begitupun faktor lainnya. Sudah begitu sering rasanya Pica bertanya padaku, kenapa pantai dan sungai disini tidak pernah berwarna biru. Tapi tentang langit yang tak lagi biru? Itu terlalu mengerikan untuk dibayangkan. 

Tapi, hal tersebut ‘mungkin saja’ terjadi.. 

Beberapa novel dan komik remaja mulai menuangkan konsep rusaknya udara untuk menyadarkan generasi-generasi muda. Dengan membaca, anak-anak dan remaja mulai disadarkan akan pentingnya menjaga bumi. Tapi pertanyaannya, mungkinkah hal yang kita lakukan cukup? Dengan membuang sampah pada tempatnya saja misalnya. Apakah itu cukup? 

Bagaimana jika bumi sudah terlanjur rusak? Bagaimana jika berpuluh tahun kemudian, Humaira dan Pica tak lagi menikmati langit yang sebiru sekarang? Cerita macam apa yang akan mereka ceritakan pada anak-anak nantinya? 

Akhirnya, aku hanya terpaku nanar memandang sebuah ayat dalam Al-Qur’an pada bacaan buku anakku.. 

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS. 30 Ar Ruum : 41).

Dan aku kembali bertanya di dalam hati, masihkan ‘bisa’ kami menemukan ‘jalan yang benar’? 

Tentang Program Langit Biru

Sesungguhnya, kita sudah lama disadarkan akan ancaman kerusakan lingkungan. Action untuk memutus kerusakan lingkungan pun sudah dilakukan jauh hari. Beberapa program dunia sudah banyak yang berjalan. Akan tetapi, kadang tidak banyak orang yang tau. Termasuk itu dengan program langit biru. 

Kalian tau? Program ini sudah diluncurkan pertama kali pada tahun 1996 oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup melalui Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun 1996. Tahun 1996 loh, sudah 25 tahun yang lalu. 

“Program langit biru merupakan program yang bertujuan untuk mengendalikan dan mencegah pencemaran udara dan mewujudkan perilaku sadar lingkungan baik dari sumber tidak bergerak (industri) maupun sumber bergerak yaitu kendaraan bermotor”

Dirjen Perhubungan Darat, Ir. Iskandar Abubakar, Msc

Meski sudah lama ada, akan tetapi program ini kurang maksimal berjalan. 

Padahal, programnya sudah ada. Diantaranya adalah pendekatan teknologi ramah lingkungan, inspection and maintenance kendaraan bermotor, penetapan standar emisi gas buang untuk kendaraan yang sudah berjalan, serta pendekatan manajemen lalu-lintas yang baik.

Akupun kembali disadarkan dengan adanya program langit biru ketika mengikuti webinar bersama KBRxYLKI. Webinar yang berlangsung selama 2 hari berturut-turut dengan durasi yang cukup lama menyadarkanku betapa program ini sebenarnya masih ada. 

Akan tetapi, kadang ada saja hambatan untuk sebuah misi. Pencemaran udara nyatanya selalu terjadi. 

Jadi, siapa yang salah akan pencemaran udara yang selama ini terjadi? Apakah hati nurani kita sudah sedemikian tertutup sehingga hanya dapat berkata itu adalah tekanan lingkungan? 

Kerusakan Udara di indonesia? Siapa yang Harus disalahkan?

Mari kita buka cerita ini dengan sebuah berita. 

Masih ingatkah kita dengan berita tentang pelarangan mobil-mobil indonesia di Vietnam? Hal ini disebabkan karena mobil-mobil Indonesia yang sebelumnya diekspor ke sana masih menggunakan standar emisi EURO 2. 

Ya, Vietnam sudah menerapkan kebijakan baru terkait uji tipe dan uji emisi dalam regulasi nomor 116 tentang overseas vehicle type approval (VTA). Kebijakan ini mengharuskan setiap produsen melakukan uji tipe sesuai standar pemerintah Vietnam. Jika tidak sesuai maka seluruh produk ekspor akan dikirimkan kembali ke negara asal.

Karena itu, produsen didorong untuk mulai mengganti produksi mobil EURO 2 ke EURO 4. Indonesia tidak memiliki standar perlakuan yang sama dengan Vietnam. Begitupun beberapa negara lain yang sudah mulai memperdulikan perubahan teknologi dan penggunaan BBM yang ramah lingkungan. 

Kerusakan udara di indonesia memang tidak hanya dipengaruhi oleh penggunaan BBM yang tidak ramah lingkungan dari transportasi. Ada beberapa multiplayer effect. Beberapa lainnya adalah efek rumah kaca, kebakaran hutan, kemacetan jalan hingga bencana alam lainnya. Tetapi, berkaca dari perkembangan negara lain apakah mungkin jika indonesia mencoba untuk move on? Dengan mengurangi polusi udara dari transportasi darat misalnya. Karena inilah penyebab pencemaran udara yang cukup besar dibanding faktor lainnya. 

Ya.. Dari webinar kemarin, aku baru mengetahui bahwa indonesia termasuk dalam negara yang emisi karbon globalnya tinggi. Nomor dua setelah china. Meskipun ketika kebijakan PSBB awal emisi sempat menurun namun indonesia ternyata tertinggal jauh dibanding negara lain dalam usaha mengurangi emisi karbon. 

Ada 2 faktor setidaknya yang menyebabkan hal ini, yang pertama adalah teknologi kita masih menggunakan standar euro 2. Dan yang kedua adalah indonesia merupakan salah satu negara yang masih menggunakan bahan bakar premium. 

Wait, Apa salahnya menggunakan premium? Toh itu lebih murah. Toh kan dulu-dulu kakek nenek kita juga pakai premium? Terus, gak mikirin apa kalau premium ditiadakan.. Masyarakat golongan bawah pakai apa dong? Air sungai? 

Mari Mulai Menggunakan BBM Ramah Lingkungan

Tahukah kalian? Kini di dunia hanya tinggal tujuh negara yang menggunakan bensin dengan RON di bawah 90. Tujuh negara itu antara lain Indonesia, Bangladesh, Colombia, Mesir, Mongolia, Ukraina dan Uzbekistan. Sementara kebanyakan negara lain telah menggunakan bensin dengan RON di atas 90, termasuk negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Thailand, maupun Vietnam.

Premium sendiri sudah lama menjadi kontroversi karena dinilai mengandung sulfur tinggi dan tidak ramah lingkungan. 

Kita mungkin sering merasa bahwa memakai premium lebih hemat, lebih nyaman. Bahkan saking sudah terbiasanya masyarakat dengan premium, di daerahku sendiri premium ini sampai dijadikan ladang bisnis. Premium eceran ramai dijual dimana-mana. Dari ada yang namanya agen premium hingga para pengecer premium jalanan. 

Tanpa kita sadari sesungguhnya penggunaan premium ini sebenarnya merugikan diri sendiri. Tahukah bahwa jarak tempuh kendaraan dengan bahan bakar premium lebih sedikit dibanding menggunakan bahan bakar diatasnya? Dan tahukah bahwa penggunaan premium mengakibatkan adanya pengikisan komponen mesin akibat kerak di bagian ruang bakar. Ya, menggunakan bahan bakar kualitas rendah mengakibatkan pembakaran kurang sempurna. 

Jadi, masih inginkah kita melanjutkan penggunaan bahan bakar bensin dengan RON dibawah 90? Menggunakan premium? 

Tapi win, pertalite dan pertamax itu mahal! 

Ah, kalian kurang gaul! Makanya, jangan beli premium di eceran gaes.

Program Langit Biru juga telah dikampanyekan oleh PT Pertamina (Persero). Adanya harga diskon atau harga khusus untuk bensin dengan RON lebih tinggi yakni Pertalite (RON 90) seharga Premium di SPBU yang masih menjual Premium pun mulai dilaksanakan. Jujur, di banjarmasin sendiri ini mulai terwujud. Aku sendiri sudah lama move on ke pertalite sejak ini. Pertama karena merasa harganya tidak jauh-jauh banget dengan premium. Dan akhirnya jadi keterusan karena sungguh banyak efek positif yang aku rasakan. 

Ya.. Hasilnya, memang frekuensi servis kendaraan mulai berkurang. Dan memang daya tempuhnya lebih tinggi. Jadi, sebenarnya kita tidak rugi kok. Justru dengan menggunakan BBM ramah lingkungan kita turut berkontribusi dalam menjaga lingkungan. 

Dan kalian mau tau cara hemat menggunakan bahan bakar ramah lingkungan lainnya? 

Kalian bisa download My Pertamina di PlayStore untuk transaksi cashless. Dengan pembelian pertamax kalian akan mendapatkan cashback sebanyak 300 rupiah. Awalnya mungkin terasa mengikis dompet, tapi percayalah dampak positifnya juga tak kalah banyak. 

Kemungkinan Konflik Sosial-Ekonomi yang Harus Diperhitungkan Jika Premium Dihapuskan

Ah, ngeles aja kamu win. Masa ujung-ujungnya masyarakat miskin yang disalahkan gara-gara pakai premium. Duh! Mentang-mentang bisa beli pertamax! 

Aku bisa membayangkan konflik yang mungkin terjadi jika premium dihapus. Mungkin, ramai masyarakat protes. Terutama yang keadaan sosial ekonominya masih dibawah. Para pengecer premium yang kadang tak punya inovasi dan mengalami kemiskinan terstruktur mungkin akan bertanya kenapa dan ada apa? Jika aku menjadi mereka, mungkin saja aku juga merasakan hal yang sama. 

Kesenjangan sosial dan tingkat kriminalitas akan semakin tinggi. 

Sudah susah makin susah. 

Akan tetapi, setelah menghadiri webinar kemarin aku menyadari bahwa biaya sosial ekonomi dari kerusakan lingkungan itu jauh lebih tinggi dibanding biaya konsumsi bahan bakar ramah lingkungan. Sosial dan ekonomi dapat diperbaiki dari sekarang. Dari kesadaran kita dan tentunya dari dukungan pemerintah. 

Hei, its not about business, its about care each other. Humanity and Nature. 

Bersama, kita bisa saling menguatkan. Program langit biru adalah program yang berdiri untuk menjaga bumi dari pencemaran udara. Agar oksigen kita tetap sama. Agar langit kita dimasa depan masihlah langit yang sama. Langit biru yang indah dengan penuh udara bersih di bawahnya. 

Perubahan iklim global akan terjadi jika kita terus tak bisa mengubah mindset kita. Jika suhu udara naik 1-2 derajat saja maka diperkirakan akan memungkinkan untuk menenggelamkan pulau. Inilah yang dinamakan kerusakan multi dimensi. Kita tak mau hal ini terjadi bukan? 

Maka, pergunakan hati nurani sebaik-baiknya dari sekarang. Berhentilah memakai sesuatu yang bukan hak kita. Ini bukan saja soal pembelian premium. Dimulai dari pembelian gas elpiji misalnya. Jika sedikit saja dari kita mengurangi ‘rasa hemat non rasional’ maka akan sangat banyak kesenjangan sosial dan ekonomi yang dapat tertolong. 

Dan jika kita sudah melakukan hal yang terbaik, maka sebenarnya itu harus diperkuat lagi. Apa yang memperkuatnya? itulah dukungan dan konsistensi dari pemerintah. 🙂 

Indonesia Langit Biru Butuh Dukungan Pemerintah

“Sulit kiranya untuk mengontrol masyarakat tentang peduli pada lingkungan. Dimana-mana, harga terendah selalu laris. Subsidi melenceng tidak pada tempatnya saja sudah sering terjadi. Hal ini harus memiliki solusi yang tegas. Yaitu aturan konsisten dari pemerintah.”

Ada satu pertanyaan yang sangat aku ingat ketika diskusi publik KBRxYLKI pada tanggal 25 Maret kemarin. Pertanyaan itu adalah, “Kenapa pemerintah tidak menghapuskan saja Premium? Karena di kota saya premium malah banyak digunakan oleh mobil pribadi. Kenapa tidak menegaskan satu aturan tentang penggunaan bahan bakar?”

Jujur, pertanyaan itu juga terlintas di kepalaku. Kenapa tidak dihapuskan? Kenapa tidak memberikan subsidi pada pertalite untuk mengurangi konflik sosial yang mungkin terjadi? 

Jawabannya tentu hal itu bukanlah hal mudah untuk dilakukan. Premium tidak bisa dihapuskan sepenuhnya. Premium digunakan untuk jenis BBM khusus penugasan, pemerintah tetap memberikan kompensasi kepada Pertamina dari harga jual ke publik yang lebih rendah dibandingkan harga keekonomiannya. Meski demikian premium sudah mulai dibatasi peredarannya. 

Aku pribadi sangat menantikan adanya sanksi tegas untuk pelaku bisnis premium. Bukan hanya razia pada pedagang eceran premium yang kecil karena sungguh kurasa mereka hanya mengalami kemiskinan terstruktur yang kadang tak punya pilihan. Berantas dari akarnya. Mafia bahan bakar itu banyak. Jika akar masalah ini teratasi maka bukan tidak mungkin akan berangsur terjadi hal baik lainnya. 

Dan aturan yang konsisten sangat dibutuhkan untuk langkah tegas. Sebagai awal mula semangat untuk menggerakkan indonesia langit biru. 

Tentunya kita masih memiliki tujuan yang sama bukan? 

Mewarisi langit biru dengan udara segar untuk anak dan cucu kita nantinya.. 

Jadi, jangan tunggu sampai langkah tegas itu ada. Bergeraklah dari sekarang. Dimulai dari diri kita sendiri.

Sumber referensi tulisan:
Hasil diskusi publik KBRxYLKI
www.cnbcindonesia.com
dephub.go.id
www.kompas.com
Komentar disini yuk
0 Shares

25 thoughts on “BBM Ramah Lingkungan untuk Wujudkan Program Langit Biru

  1. Siaap~
    Kata-kata penutupnya penuh motivasi banget, kak.
    Aku uda mulai ganti BBM dari premium ke pertamax uda lamaaa banget. Soalnya bapakku kerja di Pertamina, hehehe… dan aku juga KKN di Pertamina.
    Jadi uda yakin banget sama penelitian saat menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan, sebenarnya bukan hanya melindungi alam saja, tapi juga melindungi dompet agar gak sering-sering servis mesin.

  2. Alhamdulillah udah beralih ke BBM ramah lingkungan. Selain menjaga langit biru, juga menjaga mesin kendaraannya sendiri ya BBM ramah lingkungan ini.

  3. Sedih melihat kondisi bumi yang sudah semakin tak karuan karena kerusakan yang dibuat oleh manusia itu sendiri,

    Banyak hal yang dapat kita perbuat untuk menjaga / mengembalikan langit tetap biru degnan hal sederhana, seperti memilih bahan bakar untuk kendaraan yang ramah lingkungan ya Mbak

  4. BBM Ramah Lingkungan penting banget sih…bukan ahnya untuk sekarang ya.. tapi untuk jangka panjang.. Udara bersih, langit biru yang bikin kita sehat adalah mimpi bersama yang pasti bisa terwujud.

  5. Setuju mbk, nggak ada ruginya kita beralih ke pertalite dan pertamax. Salah satu berkah pandemi, terutama di kota Jakarta adalah langit semakin bersih ya mbk

  6. Sudah lama juga mba aku beralih ke pertalite karena waktu itu sempet sharing juga sama temen seputar premium yang RON-nya dibawah 90 akhirnya yowes pake pertalite/pertamax

  7. Wah pemerintah Vietnam teges yaaa. Kalau di sini kendaraan sebobrok apapun kyknya bisa jalan, kyk angkot tua bus tua itu huhu
    Ikut seneng sih kempen soal bahan bakar yg lbh ramah lingkungan mulai banyak ya mbak?
    Mungkin kalau mau lbh berhasil jg diimbangi dengan membatasi penjualan kendaran bermotor dan pemerintahnya lbh mikirin soal memperbagus transportasi umum.

  8. Program ini memang butuh kosistensi dari semua lapisan. Masyarakat udah banyak yg paham kok, minimal ngerasain kebaikan pake bbm beroktan tinggi. Generasi muda juga banyak yg mengarah ke kehidupan ramah lingkungan. Mudahan selamanya langit terlihat biru, cukup mendung saja yg bikin kelabu, polusi jangan

  9. Mewujudkan langit biru itu gak bisa hanya satu orang, tapi harus semua orang saling bekerja sama dan gandengan tangan. Gak jauh deh, dimulai dari kita yang ganti bahan bakar buat motor atau pakai kendaraan umum aja ya

  10. Wah, Pica cerdas banget pertanyaannya. Kritis ya anaknya.
    Tapi emang iya sih, kita harus mewariskan langit biru dan bumi yang sehat buat anak cucu kita. Makanya polih bahan bakar yang bebas polusi.

  11. Program langit biru sudah diluncurkan sejak tahun 1996, artinya sudah 20 tahun lebih. Tapi kok sepertinya kurang sosialisasi ya mbak. Program yang sangat bagus, tapi sayang kalau tenggelam begitu saja.

  12. Sebenarnya, program Langit Biru ini bagus banget ya mbak
    Hanya mungkin harus dilakukan secara merata di Indonesia dan berkelajutan
    Di Surabaya, aku juga sempat beberapa kali memanfaatkan program langit biru ini mbak

  13. Peralihan dari konsumsi premium ke pertalite atau pertamax harus didukung dengan keberanian Pertamina menghapus Premium dari SPBU nih. Supaya mau nggak mau masyarakat beralih ke BBM Ramah Lingkungan. Dan pemerintah juga sebaiknya ngasih subsidi untuk Pertalite terutama bagi kendaraan niaga. Demi efek positif jangka panjang kan.

  14. Kalau di kota saya udah jarang keliatan Premium di SPBU Pertamina, Mbak. Jadi kayanya mau nggak mau orang-orang beralih ke Pertalite atau Pertamax. Tentu secara nominal lebih boros ya tapi kalau ingat efek jangka panjangnya insyaAllah bermanfaat secara ekonomi dan lebih ramah lingkungan tentunya.

  15. Perasaan di kotaku, premium tuh mulai langka. Kalau aku lihat, pengguna premium kebanyakan mobil carry tua dan motor tua. Itu pun harus antri 3 jam sebelum premium datang.

  16. Membantu menjaga bumi dari kerusakan bisa dilakukan sekecil apapun. Seperti yang mba sudah sampaikan. Bagaimanapun, bumi harus kita jaga demi kebaikan bersama

  17. Saya suka gemes sama mobil mewah yang pake premium, malu ih. Apalagi sekarang nih mobil-mobil keluaran terbaru tuh sebenarnya gak boleh pakai premium tapi tetep dipakai. Lah mau beli kendaraan ya mesti siap dong beli bahan bakar. 😀
    Baru tau pertalite ada harga terjangkau, semoga di kotaku ada yang ini.

  18. Aku juga berusaha konsisten pakai Pertamax buat sepeda motorku.
    Pengin rasanya berkontribusi optimal demi planet Bui yg makin nyaman buat dihuni.
    Makasiii insight-nya Mak.

  19. Setahun belakangan langit memang tampak lebih cerah dan biru. Hal ini karena berkurangnya mobilitas dan penggunaan kendaraan pribadi gegara corona ? Tapi sih secara pribadi aku selalu menggunakan Pertamax untuk bahan bakaar mobil dan motor.

  20. Memang deh setahun belakangan ini langit tampak lebih cerah, bersih, berwarna biru. Salah satunya karena berkurangnya mobilitas masyarakat dan penggunaan kendaraan pribadi gegara ada corona 🙂 Btw aku pakai Pertamax untuk bahan bakar mobil dan motor. Lebih tinggi harganya namun tentu lebih oke juga untuk mesin 🙂

  21. tinggal di Jakarta ini buat aku kangen banget dengan langit biru bersih tanpa polusi. Semoga solusi yang satu ini bisa membantu yaaa

  22. seharusnya manusia melindungi dan menjaga bumi ini berikut isinya ya mak. Ayat Al-Quran ini: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS. 30 Ar Ruum : 41). cukup jelas bagaimana manusia bisa merusak bumi ya, sedih banget

Komentari dong sista

Your email address will not be published. Required fields are marked *

IBX598B146B8E64A