Browsed by
Category: Parenting

Manfaat Wifi Rumah Bantu Gen Alpha jadi Makin Cakap Digital

Manfaat Wifi Rumah Bantu Gen Alpha jadi Makin Cakap Digital

“Pica!! PICAAA”

Teriakanku pagi-pagi selalu membuat rumahku bagai ramai akan warna emosi. Bagaimana tidak? Pica, anak pertamaku selalu saja sulit melakukan rutinitas sesuai prosedur kedisiplinan yang sudah aku atur. Akhirnya berakhir dengan berbagai omelan tambahan yang keluar. 

“Mama kan sudah bilang, kalau pagi-pagi itu bereskan kamar dulu, siram tanaman dulu, makanin kucing. Kenapa malah diam-diam pegang HP mama pas mama di dapur.”

“Tapi, Pica kan cuma pengen whatsapp Naomi temen Pica.. Nanya hari ini sholat dhuha apa enggak.”

“Kamu alasannyaalesannya gitu. Tapi pasti ujung-ujungnya buka tiktok ya kan!”

Dan aku langsung merebut HP milikku sambil memperlihatkan padanya bahwa ia tak hanya membuka Whatsapp tapi juga kepo melihat tiktok. 

Sungguh, anak generasi sekarang. Kenapa sih pada suka sekali main tiktok? 

Sejak Ada Wifi rumah, Anak Suka Kalap

“Tuh kan main hape lagi!!”

Jam makan siang pun, sempat-sempatnya si Pica mengambil HP milikku. 

“Tapi Pica cuma mau nanya sama Syifa, kapan jemput Pica ngaji sore ini”

“Kan jemputnya sore, kenapa nanyanya jam segini. Udah jangan alasan, pasti deh kamu buka tiktok ya kan?”

Dan aku melihat riwayat aplikasi yang dibuka oleh Pica melalui wifi rumah. Benar saja, dia baru saja membuka aplikasi youtube. Langganan tontonannya adalah storytelling tentang cerita horor. Sungguh aku bingung dimana letak keseruannya. 

Dulu, sebenarnya aku sudah pernah mengeluh pada suami soal perilaku anak yang mulai suka dengan HP dan internet. Ia mulai kalap dengan aktivitasnya sejak ada Wifi di rumah. Jika aku dan suami sedang sibuk bekerja. Ia pasti diam-diam meminjam HP. Akun tiktok yang dulu atas namaku pun sekarang berubah isinya menjadi berbagai animasi yang aku tak paham isinya. 

Tak cukup hanya tiktok, youtube pun mulai diserangnya. Berawal dari suka sekali menonton story telling tentang cerita horror kemudian dia mulai suka menggambar cerita-cerita yang ia sukai. Sedihnya, aku mengamati.. Ia lebih suka memperhatikan tontonannya dibanding mencoba mengerjakan sesuatu yang ia senangi. 

Maka, sejak itu juga kami sebagai orang tua sepakat untuk membatasi aktivitas anak dengan gadgetnya. Untuk hari senin sampai jumat anak hanya boleh beraktivitas nyata. Sementara sabtu sore dan minggu anak boleh meminjam HP. Kami menyebut waktu itu adalah Gadget Time. 

Aturan Gadget Time yang Bikin Anak Kreatif

Aku sebenarnya sudah lama sekali peka dengan bakat Farisha. Sejak kecil, ia suka sekali mewarnai. Bakatnya cukup bagus sehingga ia juga memenangkan banyak perlombaan mewarna. Anaknya telaten dalam mengarsir. Lekas paham saat diajari tentang gradasi, serta lihai memadu-padankan warna. Aku tahu sejak itu juga bahwa anakku adalah tipe visual. Yang lebih suka melihat dan menonton dibanding mendengarkan bacaan. Yang lebih suka membaca komik dibanding buku pelajaran. 

Karena itu, aturan gadget time yang kami terapkan diharapkan bisa menumbuhkan kesenangan Pica lagi akan mewarnai dan menggambar. Aku pun mulai suka mengajaknya keperpustakaan untuk meminjam buku. Aku berharap ia bisa belajar dari buku anak-anak yang ia pinjam. 

“Pica lihat gak, setiap buku cerita.. Beda ilustrator maka beda pula gambarannya. Bahkan, ada loh orang yang baru melihat gambarnya saja tapi ia sudah tahu bahwa ini pasti karyanya si ini” Kataku iseng bicara. 

Sumber gambar: Buku Harian Cacing Oleh Doreen Cronin. Diilustrasi oleh: Harry Bliss

“Kok bisa gitu ma?” Tanya Pica

“Itulah namanya ciri khas dari ilustrator. Tiap gambaran karakternya.. Itu ‘dia banget’ dan bahkan orang tahu bahwa itu gambarannya dengan sekilas melihat saja”

“Gimana bisa menciptakan ciri khas demikian Ma?” Pica bertanya. 

“Sering-seringlah mengamati lingkungan di sekitarmu. Dan sering-seringlah membaca. Tulis dan gambar apapun yang ada terbersit di dalam pikiran Pica. Setiap ide itu berharga. Pica tau gak, bahkan karakter Hello Kitty dan Baby Shark itu bisa bernilai luar biasa. Jangan pernah remehkan sebuah ide dan khayalan. Setiap seni itu berharga.”

Sejak itu, Pica mulai kuberi tugas unik. Yaitu belajar membuat karakter. Dari belajar membuat karakter manusia hingga gabungan manusia dan hewan. Ia akhirnya mulai paham dengan cara membuat ekspresi pada wajah. 

Pertanyaannya, bagaimana Pica belajar menggambar? Apakah ia punya guru? 

Belajar Melalui Youtube, Akhirnya Anak Jadi Cakap Digital

Aturan gadget time hanya memperbolehkan Pica untuk meminjam HP pada hari sabtu dan minggu. Dan kami sepakat untuk mengawasi apa yang Pica lakukan. Akan lebih baik jika Pica belajar mengasah skillnya dibanding hanya menonton konten yang kurang edukatif. 

Pica pun telaten belajar menggambar karakter dari berbagai channel youtube. Meski awalnya begitu sulit untuk menggambar dengan bagus. Tapi, lama kelamaan ia mulai menyukainya. Ia pun mulai iseng membuat gambaran sederhana. Lalu, Pica mulai suka mendokumentasikan karya-karyanya. Ia mulai paham bagaimana caranya melakukan scan. Ia juga mulai paham bagaimana membuatnya pada folder komputer. 

Aku pun juga mengikutkan Pica pada Comic Class. Awalnya, niat itu hanya supaya Pica punya kelas dalam mengembangkan minatnya. Lama kelamaan, Pica jadi suka menggambar komik. Bertanya padaku tentang ide cerita. Dan bulan ini ia ingin mengikuti kelas komik lagi. 

Tantangan Di Masa Depan Anak Cakap Digital

“Aku sih ikut kelas offline aja bund. Duh, anak itu kalau sudah belajar online. Bukannya belajar fokus, dia malah ngantuk. Atau malah jadi buka aplikasi yang lain” Celetuk salah seorang orang tua murid di SD Pica. 

Aku memang mengetahui diluar sana ada kok beberapa kelas offline untuk menggambar. Tapi, entah kenapa itu terlalu sulit dilakukan untuk orang tua seperti aku yang apa-apa serba di rumah. Bekerja di rumah, mencari duit mulai rumah, serta sudah terbiasa menghibur diri di rumah menggunakan wifi rumah pula. Rasanya seakan pergi ke dunia luar itu memakan waktu yang cukup lumayan lama. 

Tapi disisi lain, perkataan beliau ada benarnya. Ketika belajar online, anak kadang jadi ‘kepo’ dengan hal-hal baru. Saat belajar menggambar anime lewat youtube saja, pasti kemudian ada beberapa playlist yang tidak diharapkan muncul. Belum lagi, anak suka sekali menginstall aplikasi game baru di handphonenya. Huft. 

Tapi, kurasa hal sedemikian hanya tinggal masalah waktu. Seberapapun sering kita mencegah anak untuk tidak menyentuh gadget, kelak dia pasti akan menyentuhnya juga. Karena bagi generasi alpha, teknologi adalah sebuah kebutuhan. Bahkan mungkin kelak ia bisa saja bekerja di rumah sepertiku hanya dengan bermodal teknologi. 

Dari situpun aku sadar bahwa teknologi dan risikonya hanya bisa dikontrol dengan cakap digital. Kebijakan dalam berinteraksi di dunia digital adalah kunci seorang anak bisa cakap digital. Memang, ada risiko bahwa anak akan tergelincir pada hal yang tidak baik di dunia digital. Tapi, itu tergantung dari bagaimana orang tua mengontrol dan mengawasi mereka. Mulai dari bagaimana ia bersosial media hingga bagaimana ia berkembang. Sebagai orang tua sudah barang tentu menginginkan hal-hal positif bagi anggota keluarganya.

Aman dan Cakap Di dunia Digital untuk Anak

Anj*r cakep banget karya lo

P

P

Aku mengernyitkan dahi membaca chat Pica dan komentarnya pada konten temannya. Ya ampun, anak zaman sekarang gak bisa ya luput dari kata sembarangan.. 😭

Perlahan, akupun mulai bertanya pada Pica.

“Kenapa sih suka banget ngomong bahasa gitu sama temen-temen?“

“Teman-teman Pica juga gitu Ma..”

“Ya masa kamu harus ikut-ikutan begitu juga. Mereka ya mereka. Kamu ya kamu. Mulai kecil kayak kamu ini yang harus dibiasakan berkomunikasi dengan baik. Kalau sudah dewasa, sudah telat.”

Pica menunduk lesu. Baginya, mungkin bahasa itu seru dan kekinian. Ah, kamu belum tau aja nak. Kalau tulisan negatif itu jejak digitalnya akan terekam selamanya. Beda dengan halnya kamu bicara. Ucapanmu mungkin hanya akan menguap sebentar saja. 

Ini benar loh. Saat aku mengikuti acara Makin Cakap Digital 2022, Bang Awan Ruang Ide juga menyampaikan hal serupa. Mungkin, anak memang merasa nyaman dengan bahasanya sekarang di sosial media. Anak bahkan bisa berkreatifitas disana. Tapi, rambu rambu bersosial media bukanlah hal yang bisa diremehkan. Karena jejak digital lebih abadi dan tak akan hilang. 

“Akan lebih baik, dibanding komentar dengan bahasa yang tak baik mending Pica bikin adalah konten yang inspiratif atau bisa membantu orang lain.. Karena komentar dengan kata-kata demikian, mungkin biasa saja bagi yang lain. Tapi mungkin sebagian lagi tidak merasa demikian” Kataku pada Pica

Karena bagiku, sosial media adalah salah satu yang bisa membangun diriku dari keterpurukan. Konten inspiratif dari orang lain, membuatku bangkit ingin bercerita dan menulis juga. Konten tentang semangat hidup, membuatku merasakan syukur tak terhingga. Tak heran jika I Wayan Adi Karnawa memberikan edukasi bahwa cakap digital adalah kunci dari kita bertumbuh di era yang sekarang. Lihatlah konten yang baik, dan buatlah karya digital yang baik itulah kunci untuk bertumbuh.

Hal ini dibenarkan oleh Irwa Rochimah Darkasi, bahwa Creativity is a Key Skill for Success. Maka, dibanding untuk membiarkan anak berkomentar dengan bahasa anehnya di konten orang lain. Akan lebih baik jika ia memanfaatkan dunia digital untuk mengasah kreativitasnya. 

Bikin Anak Makin Kreatif di Rumah bersama Wifi

Awal nikah, sebenarnya aku termasuk salah satu Ibu yang gaptek. Tak paham tentang teknologi. Hanya tau dengan BBM ria saja. Pasang status receh, upload foto makanan. 

Tak paham dengan blog, apalagi aktif di sosial media yang lain. Aku menyibukkan diri di dunia nyata dan sempat berjualan kue. Namun, semuanya terasa tak produktif. Terasa hambar. 

Keadaan justru berubah sejak aku kenal sosial media. Facebook dan instagram mendorongku terjun ke dunia blogging. Dunia blogging dan bisnis IT suami mendorong kami untuk memiliki Wifi di rumah. Dan Kepercayaan kami jatuh pada IndiHome. 

IndiHome adalah bagian dari Telkom Grup yang jangkauannya sudah luas. Bahkan, di desa tempatku tinggal sewaktu kecil dulu juga sudah ada. IndiHome juga memiliki fitur Internet Positif yang membantu kita agar dapat mengakses internet dengan aman. 

Menurutku, dunia digital sangat mendukung diri sendiri untuk menjadi manusia yang kreatif. Dan aku ingin menyalurkan mindset sendiri pada anak. Bahwa, dunia digital itu seru. Dan kita punya peluang untuk berdaya di dalamnya. 

Aku sangat bersyukur, sejak adanya wifi di rumah Pica begitu semangat mengikuti kelas komik. Ia juga mulai menjadikan kegiatan membuat komik sebagai hobi di rumah. Kadang, aku menyumbang sedikit ide pada komiknya dari beberapa drakor yang aku tonton. 

Terima kasih Internet, Terima kasih IndiHome. Tanpa kalian mungkin kami sekeluarga tak akan bisa menjadi kreatif di dunia digital. 

Belajar Bikin Komik Bersama Kreasa Comic Class

Belajar Bikin Komik Bersama Kreasa Comic Class

Bagi sebagian orang tua zaman dulu, apakah pernah terpikir bahwa hobi menggambar adalah sebuah bakat? Mungkin ada yang berpikir demikian, tapi juga tak jarang hobi menggambar dianggap sebelah mata dibanding nilai sempurna pada pelajaran. Padahal, hobi menggambar itu jika disalurkan melalui belajar membuat komik maka mungkin saja dimasa depan anak bisa menjadi komikus atau ilustrator hebat. 

Itulah yang aku pikirkan pada anakku Pica sekarang. Dari TK suka mewarnai, lanjut saat SD dia suka sekali menggambar. Namun, kadang ia tak lagi mendapatkan ruang untuk menyalurkan hobinya. Di sekolah, pelajaran matematika sungguh membuat pusing. Tak ada lagi perlombaan mewarnai seperti layaknya saat ia TK dulu. Kemampuan bisa menggambar pun seperti dianggap tak berarti. 

Anak Visual yang Tak Mendapat Ruang Belajar

Sekitar sebulan yang lalu, aku pernah bertanya pada Pica. 

“Di sekolah apa enggak ada ya ekstrakurikuler menggambar. Atau membuat mading gitu?”

“Gak ada ma.” Jawab Pica pendek. 

Aku bisa maklum. Memang Pica hanya sekolah di SD Negeri biasa. Dan selama covid, tidak ada ekstrakurikuler disana. Ada bagian kosong yang rasanya tak bisa diisi sejak Pica masuk SD. 

Ia suka menggambar, tapi rasanya tak pernah ikut berkompetisi seperti dulu lagi. Karena memang tidak ada lomba. Mungkin juga karena pandemo covid. Mungkin juga aku sebagai Ibu kurang tau pada lomba sehingga ketinggalan informasi. Tapi yang jelas, aku sebagai ibu sedikit merasa bersalah karena memaksakan Pica untuk mengubah kesenangannya selama ulangan. 

Jujur saja, aku sedih saat tau Pica remedial matematika. Kupikir, aku sudah begitu jelas mengajarinya. Nyatanya, dia masih kesulitan setiap kali ulangan. 

Akhirnya, setiap ada waktu luang aku memutuskan mengajarinya matematika. Karena menurutku, kalau anak tidak bisa itu harus diajarkan sampai bisa. Bukan dibiarkan. 

Lambat laun, Pica mulai kehilangan keseruannya menggambar. Dulu, Pica sering aku suruh untuk membuat cerita melalui gambar. Aku suka menulis, Pica suka menggambar. Siapa tau kami kelak bisa membuat buku cerita anak. Itulah pikiranku dulu. Tapi semua aktivitas itu hilang sejak Pica remedial matematika. 

Matematika menjadi topik utama pada ruang belajarnya. Ia mulai kehilangan sedikit kesenangan yang dulu. 

Akhirnya Kami berkenalan dengan Kreasa

Sebagai seorang Ibu, aku cukup aktif di media sosial. Selain karena itu memang sebagian dari pekerjaanku, sosial media juga membuat pola pikirmu meluas. Informasi yang aku dapatkan pun menjadi jauh lebih banyak. 

Iseng, aku mencari kelas belajar dengan hastag #kelaskomikanak di instagram. Dan aku menemukan akun kreasa. Aku melihat feed tentang kelas komik disana dengan foto melalui zoom. Waw, ini online. Pikirku. 

Aku lalu kepo dan membuka profilnya. Ternyata, tidak hanya ada kelas komik di Kreasa tapi juga berbagai kelas lainnya. Kita bisa belajar membuat animasi dan mengikuti kelas lain yang sesuai dengan minat dan bakat anak kita. 

Aku sungguh senang ada pusat kreativitas anak begini. Tak berpikir dia kali lagi, akupun langsung registrasi untuk mendaftarkan Pica mengikuti comic class. 

Pengalaman Mengikuti Comic Class bersama Kreasa

Ada 2 hal kenangan yang akan selalu kita ingat pada masa dewasa kelak. Yang pertama adalah ketika kita merasa didukung dan diapresiasi dan yang kedua adalah sebaliknya. Pica mungkin akan selalu ingat akan kenangan ia memperoleh piala pada lomba-lomba mewarnai yang ia ikuti. Pica mungkin juga akan selalu ingat pada begitu kerasnya ibunya mengajari matematika agar ia tak remedial lagi. Setidaknya, mendaftarkannya pada comic class akan membuat Pica merasakan bakatnya didukung kembali. 

Comic Class bersama kreasa berlangsung dari tanggal 17 sampai 21 Oktober 2022. Dan selama mengikuti Comic Class bersama Kreasa Pica mendapatkan 5 pengalaman seru dari berbagai karakter yang digambarnya. 

Mengikuti comic class bukan hanya sekedar tentang serunya menggambar. Tapi juga tentang menumbuhkan ide cerita dalam pikiran anak. Sering Pica bertanya padaku tentang ide komiknya di esok harinya. Aku hanya bilang padanya, jika ingin punya banyak ide. Banyak-banyaklah membaca buku. Hihi. 

Kelas membuat komik bersama Kreasa ini cukup seru menurutku. Gurunya begitu sabar dalam membimbing anak-anak. Ia juga suka memuji anak. Sehingga Pica merasa sangat cocok ikut kelas itu. Kelasnya berlangsung selama 1 jam. Selama 30 menit anak dipaparkan pada materi dan cara menggambar. 15 menit berikutnya, anak disuruh untuk membuat komiknya sendiri. Dan 15 menit berikutnya adalah satu per satu anak disuruh bercerita tentang komik yang dibuatnya. 

Pada hari pertama, anak disuruh membuat komik dengan gambar karakter manusia. Dan ini adalah hasil dari komik Pica. 

Pada hari kedua, materinya adalah tentang benda. Pica bertanya bingung padaku harus menggambar benda apa. Kubilang, ingat saja tentang buku yang Pica baca. Eh ternyata dia menggambar tong sampah. Hihi

Hari ketiga, materinya adalah tentang Hewan Air. Lagi-lagi, Pica bertanya padaku sebaiknya menggambar hewan apa. Kubilang, ya terserah ikan apa.. Kan Pica sudah sering nonton Nemo. 

Dan ternyata, Pica menggambar Paus. Mungkin dia ingat dengan drakor yang aku tonton. Yup, Extraordinary Attorney Woo. Bahkan komiknya soo relate. Haha

Hari keempat, kupikir temanya adalah menggambar hewan darat. Aku sudah mempersiapkan kucing Pica untuk menjadi gambar modelnya. Eh, ternyata temanya adalah menggambar buah. Lagi-lagi, Pica bertanya idenya padaku. Dan aku cuek padanya karena asik bermain dengan Humaira kemudian spontan mengomelinya karena menaruh baju sembarangan. Mungkin, karena ingat tentang omelanku. Ia juga ingat moment ketika ia sakit karena tak mau makan buah dan sayur. 

Hari terakhir, aku sudah optimis bahwa temanya pasti tentang menggambar hewan darat. Lagi-lagi aku menyuruh kucing kami menjadi modelnya. Tetapi aku salah, ternyata temanya adalah benda langit. Haha. 

Saat itu, aku meninggalkan Pica dengan laptopnya karena aku juga punya kesibukan dengan Humaira. Ternyata ia menggambar Awan dan Bintang. Aku kemudian tertawa karena keduanya kok bisa bertemu pada malam hari. Wkwk

Tapi itulah imajinasi anak-anak. Lambat laun akan berkembang sesuai umurnya. Aku percaya, anak yang didukung bakat dan minatnya maka kelak akan tumbuh percaya diri dengan potensi yang ia miliki. 

Terima Kasih Kreasa, Telah Membuat Anakku Semangat Menggambar lagi

Kurasa bulan ini aku harus banyak berterima kasih pada Kreasa. Karena ia telah membuat Pica tersenyum kembali. Pica juga mulai kembali sibuk dengan kertas dan spidolnya. Bulan ini, aku sengaja meliburkannya belajar matematika demi kewarasanku dan kewarasannya sendiri. Haha

Kupikir ada mindset yang perlu kuubah tentang cara mendidik anak seusianya. Bahwa mungkin mencapai standar memang perlu. Tapi mencapainya dengan cara yang menyenangkan akan jauh lebih baik lagi. Dan aku pribadi tak bisa mengajari anak dengan cara yang menyenangkan. Apalagi pelajaran anak kelas 4 SD zaman sekarang sudah canggih sekali. Mungkin anak memang perlu ruang untuk merasa ia jauh lebih berharga dengan satu bakat yang terus diasah. 

Saat aku bertanya, apakah Pica ingin terus ikut kelasnya. Pica dengan semangat menjawab, “Iyaaa Ma.. Mau ikuttt lagii” 

Aduh, aku jadi gak sampai hati ingin menolaknya. Sepertinya, aku akan mendaftar lagi kelas komik untuk bulan November. Kurasa, itu akan sangat menyenangkan buat Pica. 

Nah, kalian ada yang bernasib sama sepertiku? Merasa bakat anak ingin diasah pada tempatnya? Yuk, ikut kelas kreatif bersama kreasa aja. ❤

Website : www.kreasa.id

Instagram : @kreasa.id

KISUBO: Rekomendasi Kolam Renang Kuat dan Aman Untuk Anak

KISUBO: Rekomendasi Kolam Renang Kuat dan Aman Untuk Anak

Anak lagi suka main air? Trus jadi pengen nyari kolam  untuk Anak? Jangan pilih produk sembarangan ya gaes. Karena ternyata, gak semua produk kolam anak di pasaran itu kuat dan nyaman dipakai. 

Eh, iya serius. 

Jadi, temen aku pernah beli kolam anak kan di marketplace. Kebetulan tuh kolam nongol di flash sale. Auto checkout dan jeng jeng.. 

Pas dateng ternyata kolamnya cm bisa buat sekali pake. Pasalnya, anaknya tuh aktif banget. Jadi dasar kolamnya itu agak sobek pas anaknya loncat-loncat di atasnya. Gak bisa dipakai lagi deh. Aduh, biarpun harganya murah tapi kalau ujung-ujungnya begini kan sayang juga yak. Hiks. 

Memilih Kolam Renang Aman & Nyaman untuk Anak & Keluarga

Atas dasar cerita temen aku tadi, aku tuh jadi gak mau deh beli kolam anak di market place. Liatnya udah parno duluan. Padahal, anak aku keduanya itu kalo liat kolam renang pada jingkrak-jingkrak. Langsung merengek minta beliin. 

Anak aku hobi berenang? 

Enggak sih. Cuma mereka suka main air. Mereka berdua yang waktu kecil suka nangis kalo disuruh mandi, eh pas udah gede suka banget main air. Sampai lantai kamar mandi tuh jadi licin banget karena sabun yang dipake melimpah. Langsung deh kepalaku bertanduk. Jadi, say no banget sih beliin anak kolam renang gitu. Udah lah mungkin bakal rusak, ngabisin sabun pula. Haha

Eh tapi, dasar mamak-mamak labil yang susah banget otaknya konsisten. Ketika liat ig temen aku main air di kolam anak sama anaknya kok jadi pengen. Dah gitu kolamnya kek kokoh banget gitu. Kuliat sekeluarga pada nyemplung disitu. Anaknya loncat-loncat pula. Tapi kolamnya kayak kokoh gitu. 

Kepo, akhirnya nanya juga deh. Katanya, milih kolam buat anak tuh bahannya jangan sembarangan. Pilih bahan PVC yang kualitasnya tinggi. Jadi gak masalah kalo anak-anak pada aktif diatasnya. Asal… ya jauhkanlah benda-benda tajam. Sebangsa peniti kerudung yang ditaroh sembarangan sampai tulang ikan bekas kucing makan. Eh, iya.. Kucing jangan disuruh mandi di kolam yee. Camkan tuh. 

Aku akhirnya mupeng juga kan beli kolam begini. Kasian anak-anak pada nagih jalan-jalan ke waterbom sebelum pandemi sampe sekarang belum juga bisa terealisasi. Positifnya, emak punya alasan kuat pandemi belum berakhir dan dompet emak aman. Negatifnya, eeh anak pada nelangsa sekali di rumah. Sampai baskom gede buat emak nyuci baju turut dihakimi. Mereka jadiin kolam renang mini. Pecahnya tuh baskom. Grrrrrr…

Aduh lah kenapa jadi curhat. 

Jadi, atas saran temen aku tadi aku nyari deh kolam renang yang bahannya terbuat dari PVC yang berkualitas tinggi. Dan yang terpenting harganya terjangkau. Plus enak juga dipandang. Duh, susah juga ya nyari kolam dengan kriteria demikian

Review Kolam Kisubo, Kolam Anak yang Kuat dengan Harga Bersahabat

Bertemulah aku dengan kolam kisubo di kisubo official. Saat kolamnya datang ke rumah, anak-anak pada teriak kegirangan. Langsung norak sekali sambil membawa gunting. Sinyal bahaya langsung terdeteksi. Haha

Kolam ini terbuat dari PVC yang berkualitas tinggi, Japan Quality. Hal yang pertama aku periksa saat membukanya adalah bagian bawah kolam. Waw, terasa kuat. Lebih tebal dengan permukaan yang tetap terasa halus. Aku yakin dengan kualitas demikian kolam jadi tidak mudah bocor. 

“Win, mompa kolam tuh gimana sih? Ditiup atau bisa pake pompa gymball?”

Salah seorang temanku bertanya ketika aku update status yang memperlihatkan kolam pada WA story. 

Ya, capek atuh kalo ditiup. Habislah nafas emak. Haha. 

Kalo pake pompa gymball juga susah banget lah kebayang capeknya. 

Beli kolam di Kisubo Official ini udah termasuk dengan set pompa Kisubo elektrik. Jadi tinggal colokan saja pompa nya kelistrikan dan alirkan ke kolam. Hanya memakan waktu 5 menit kolam langsung siap dipakai. 

Pompa ini juga bisa dipakai untuk mengempiskan kolam. Jadi, kita gak perlu mengeluarkan angin dari kolam secara manual. Cara pakainya juga sangat mudah. 

See? Warnanya menarik banget kan. Seperti di laut. Tinggal masukkan  saja berbagai jenis ikan. Haha. 

Warna dari kolam Kisubo ini ada 3 varian. Yaitu Pink, Biru dan Tosca. Tiga warna yang sangat cantik untuk kolam renang di rumah. Ukurannya pun tersedia dalam berbagai ukuran. Nah, untuk milik kami ini ukuran 200 x 150 x 50 cm. 

Serunya Bermain Air di Kolam Anak Kisubo

Aish.. Kamu ngapaiiin ikut nyebur ke kolam wiin? 

Seru soalnya! Haha. 

Aku lagi libur memasak makan siang. Gatal sekali rasanya ikut nyemplung dan bermain bersama anak. Aduh, anak-anakku senang sekali. Mereka berkata Terima kasih berulang-ulang. Katanya, ini lebih menyenangkan daripada di waterbom. 

Ya iya dong lebih menyenangkan. Karena sifatnya lebih privasi. Dan tentunya jauh lebih aman. Kita tak perlu mengawasi karena takut tenggelam. Anak pun senang karena bisa membawa mainan ke dalamnya dan bisa bermain gelembung sesuka hati. 

Mungkin terlihat receh, tapi kalian harus tau bahwa bermain air begini begitu banyak manfaatnya bagi masa kecil anak. 

Saat bermain air, Humaira anakku yang masih begitu terbatas dalam bicara langsung spontan berkata “Aiill”

Ini bikin aku seneng banget karena Humaira tuh kadang ngomongnya masih bahasa suka-suka dia. Mungkin karena ada rasa senang berpadu dengan rasa ingin berterima kasih dan dimengerti. Dia mulai bisa berkata benda-benda yang ada di dalam air, termasuk warna kolamnya.. 

“Inih.. Biyuuu..” Humaira berteriak riang

Pica pun tak kalah senang. Satu jam lebih di dalam kolam ia mengamati daun kecil yang jatuh dari pohon. Mengapung diatas air. Lalu, begitu Humaira melemparkan setumpuk mainan. Beberapa mainannya tenggelam. Mainan Humaira yang transparan pun berubah warna menjadi biru seperti warna kolam. Pun gelembung sabun yang ada diatas kolam terlihat bagai bola biru yang berkilauan. 

“Kenapa kita tidak coba membuat perahu kertas?” Kata Pica

“Ya, lalu kita buat rumah diatas sungai” Balasku bersemangat. 

“Wow, seperti kota Banjarmasin diatas kolam ya Ma”

Dan Humaira pun datang mengacaukan imajinasi itu dengan suara ‘Byur’

Kami tertawa bersama. Ternyata, bermain air itu seru! Aku gak nyesal sudah mempercayakan Kolam Kisubo untuk anak. 

Nah, kalian mau membeli kolam anak? Yuk, ke Kisubo Official aja! 

Asah Otak Anak Dengan Bermain Game Solitaire

Asah Otak Anak Dengan Bermain Game Solitaire

Game Solitaire atau terkenal juga dengan sebutan game kartu. Aku pernah memainkan game ini di komputer jadulku dahulu. Saking sukanya. Aku sering mempraktikkannya di dunia nyata. Permainan itu benar-benar mengasah otakku sewaktu masih anak-anak dulu. 

Time flies, aku menjadi Ibu dengan dua anak. Iseng berselancar di google. Siapa sangka aku bertemu dengan game Solitaire lagi? 

Bukan pada aplikasi di komputerku, tapi aku menemukan websitenya. Dan wow.. Ini free! 

Berkenalan dengan Web Game Solitaire, Kini Bermain Kartu Bisa Segampang Ini! 

Aku membuka web www.solitaire.org . Waw, aku menemukan Ace of Heart. Game yang waktu SMA dulu sering aku mainkan sampai bosan saat praktik komputer di sekolah. Haha. 

Ada rasa kangen ketika membuka game ini. Apalagi di web Solitaire, game ini tidak memiliki opsi hint. Sehingga dahiku berkerut-kerut berpikir. Oh astaga, berpuluh tahun tidak memainkan game ini membuatku tak bisa memecahkan bahkan satu barispun. *seketika sadar bahwa otak mulai tumpul. Huh! 

Kecewa dengan kemampuan sendiri akhirnya aku membuka game lainnya. Astaga, banyak sekali pilihan permainan kartu yang ada. Aku membuka satu demi satu. Kepalaku sukses dibuat berpikir begitu lama. 

Cobalah kalian membuka solitaire.org . Kalian akan menemukan berbagai jenis permainan kartu. Yang aku tampilkan hanya sebagian saja. Masih banyak kategori permainan kartu yang lain. Jangan khawatir, semua permainannya bisa dimainkan secara gratis. Aku sangat merekomendasikan bermain game ini untuk kalian yang sedang jenuh dengan aktivitas monoton. Game ini membuatmu bisa mengasah otak. 

Dan bukan cuma buat kamu, anakmu pun bisa bermain. Bahkan belajar. Ya, belajar. 

Asah Otak Anak Dengan Card Game Solitaire

Tahukah kalian bahwa sudah 2 bulan belakangan ini aku begitu kesal dengan Pica? Ya, anak pertamaku yang sekolah di bangku kelas 3 itu kini mulai membuat otakku panas. 

Pasalnya, mengajarinya perkalian dan pembagian sudah begitu sulit dilalui. Tetapi, alamak.. Dia sering lupa begitu saja. Apalagi ketika pelajaran baru sudah harus dikuasai. Pelajaran lama hilang seketika. Bu ibuk.. Apakah kalian ada yang senasib denganku? Hiks hiks. 

Aku pernah curhat di instagram story tentang hal ini. Dan salah seorang followerku berkata padaku bahwa anaknya sangat mirip dengan Pica. Akhirnya, dia pun memasukkan anaknya pada kelas belajar di sore hari. Dan kalian tau? Ternyata di kelas belajar pun anak hanyalah disuruh bermain. Ya, bermain! 

Bermain berulang-ulang tentang penjumlahan berulang. Sehingga, ketika diberi latihan soal perkalian.. Anak sudah hapal di luar kepala. Karena saking seringnya bermain tentang hal serupa. 

Game Solitaire menjawab masalahku. Aku menemukan game Blackjack 21 Cards yang membuat anak ambisius untuk belajar berhitung. 

“Wah, apa hubungannya game ini dengan berhitung? Terlihat seperti game biasa win?”

Mungkin itu pertanyaan yang ada dibenak kalian bukan? Karena kalau dilihat sekilas, ini seperti susunan kartu biasa saja. 

Padahal, tidak begitu. 

Dalam setiap susunan menurun pada kartu, kita harus menghitung jumlahnya agar tak lebih dari 21. FYI.. kartu King, Queen, dan J bernilai 10. Sedangkan kartu As bernilai 1. Jadi, jika lebih dari itu akan ada warning. Dan jumlah keseluruhan itu deal terbaiknya adalah 100. 

Dengan memainkan ini, anak otomatis terbiasa berhitung dengan mindset yang menyenangkan. Karena setiap game itu selalu punya tantangan level. Setiap naik level kesulitannya meningkat. 

Pica juga bisa menyimpan scorenya sendiri. Jadi, andai membuka game lagi dia bisa melanjutkan dan membandingkan dengan game sebelumnya. 

Bosan bermain Blackjack 21 Cards, Pica pun mencoba permainan Blackjack yang lain. Yaitu Blackjack Chain

Aww, permainan ini seru sekali untuk anak seumur Pica. 

Permainan ini masih tak jauh-jauh dari permainan sebelumnya. Masih berhubungan dengan angka 21. Tapi bedanya, kita disuruh untuk mencari kartu yang hasil penjumlahannya 21 dan berada pada garis atau kolom yang berdekatan. Jika jumlahnya benar maka kartunya akan hilang dan scoremu akan bertambah. Mudahnya, game ini juga memiliki opsi hint dan shuffle. Tapi, jika opsi ini digunakan maka score kita akan berkurang atau bahkan bisa minus. Sebuah pelajaran unik sih buat anak bahwa ketika ia memilih sesuatu, ia harus siap dengan konsekuensinya. 

Setelah Main Game Solitaire, Anakku Mulai bisa.. 

Menjawab hasil pembagian apa saja dari 21. Hahaha. 

Receh ya? Tapi aku senang. 

Sebenarnya, kalau dilihat mungkin seperti tak ada hubungannya dengan perkalian dan pembagian. Tapi, dengan memainkan game ini secara berulang. Skill berhitung anak akan meningkat. Dimana tentu saja berhubungan dengan perkalian ya. Karena perkalian adalah penambahan berulang. 

Anak-anak memang selalu berada dalam fase bermain. Mereka menyukai tantangan. Ah, jangankan anak-anak. Kita yang sudah tua pun demikian bukan? 

Menang dan mendapatkan apresiasi, itu adalah surga bagi anak-anak. Makanya mereka selalu suka bermain. 

Kadang, ketika sudah menyelesaikan misi.. Pica tertegun melihat nominal bonus dari game. Lantas bertanya padaku, “Ma, kalau bonusnya terkumpul itu bisa jadi duit gak ya?”

Omo, hidup tak sesederhana itu Pica. Tapi, percayalah jika kamu konsisten belajar, bermain dan berdoa dengan seimbang maka Insya Allah money will follow.. Yang penting, teruslah berusaha menjadi baik. 

Mengasah otak anak itu penting. Tapi hal yang lebih penting adalah menikmati prosesnya. 

Jadi, asah otak anak dengan bermain game Solitaire? Kenapa enggak! 

Rekomendasi Tontonan Lagu Anak Indonesia dengan Nilai Moral dan Animasi Menarik

Rekomendasi Tontonan Lagu Anak Indonesia dengan Nilai Moral dan Animasi Menarik

Si Kancil anak nakal, suka mencuri ketimun.. 

Ayo lekas dikurung, jangan diberi ampun.. 

Lagu tersebut sayup-sayup terdengar di kamar sebelah. Memecah keheningan saat aku melihat hasil pekerjaan sekolah Pica. Sehingga, membuat Pica bertanya iseng padaku.. 

“Ma, kenapa sih si kancil mencuri timun aja kok gak diberi ampun.”

“Siapa yang enggak memberi ampun Pica?” Sahutku bingung. 

“Itu, lagu si kancil mencuri timun.”

Aku pun mengulang lirik senandung lagu si kancil di dalam hati. Lantas tersenyum. 

“Iya ya.. Harusnya dimaafkan aja. Bisa jadi kancilnya lapar.”

“Iya kan, bisa jadi kancilnya lapar. Kayak kucing Pica kemarin yang ngambil sarapannya mama… Eee.. Mama langsung marah ngomel panjang..”

Errrrr… 

Lirik-Lirik Lagu Anak Indonesia yang Memiliki Nilai Moral

Atas sanggahan Pica pada lagu si Kancil, akupun akhirnya ‘curhat’ pada suami. 

“Kenapa ya lirik lagu si kancil kok gitu? Bikin anak-anak bertanya-tanya. Mana sering pula langsung main gitu aja di youtube.”

“Tiap lagu ada latar belakangnya. Misal seperti si kancil, mungkin aja nilai moralnya adalah untuk menegaskan bahwa mencuri tanpa izin itu tidak baik. Lagi pula, bukan hanya lagu. Cerita-cerita anak pun selalu ada sudut empati yang lain juga. Jadi, tergantung kita yang bisa menilai.”

Aku pun langsung teringat tentang dongeng penggembala domba yang selalu berteriak “Serigala” untuk mencari perhatian. Sehingga seluruh penduduk desa tak ada lagi yang percaya padanya. Dongeng tersebut sebenarnya menegaskan tentang nilai sebuah kepercayaan. Akan tetapi, jika dilihat dari sudut yang berbeda selalu ada hal yang lain bukan? Layaknya Ko Mon Young di drama Its okay to be not okay yang berkata bahwa sang penggembala mungkin merasa kesepian. 

Yah, sebenarnya.. selalu ada nilai moral yang bisa kita ambil dalam setiap lirik lagu. 

Teringat masa kecil, bahwa aku termasuk anak yang sangat suka menyanyi. Menyanyi membuatku merasa didengarkan. Lirik-lirik lagu membuatku merasa bersemangat. Aku ingat sekali saat seumur Farisha, aku suka sekali dengan lagu Nenek Moyangku karya Ibu Sud. Kalian yang seumur denganku (generasi 90an) mungkin sudah sering mendengar lagu ini.. 

Nenek moyangku seorang pelaut

Gemar mengarung luas samudra

Menerjang ombak tiada takut

Menempuh badai sudah biasa

Lagu tersebut mengingatkanku pada tempat rekreasi yang paling sering kukunjungi waktu kecil. Pantai takisung namanya. Kapal-kapal para nelayan mewakili imajinasiku saat menyanyikan lagu itu. Diiringi dengan kisah Mama dan Abah tentang nelayan di zaman dahulu. Kisah nenek kakek yang naik haji dengan kapal. Hingga kisah ombak ganas yang menelan nasib nelayan selamanya. Imajinasiku melayang dibuatnya. Dan lagu itu, entah kenapa saat itu menjadi lagu favorit saat bermain. 

Huft, kenapa ya lagu ini tidak populer di zaman sekarang? 

Malah kadang, Pica jadi ikut-ikutan bersenandung lagu korea yang aku putar. Kadang juga menyanyi tak karuan meniru lagu barat yang diputar oleh suami. 

“Pica gak tau artinya, tapi lagunya bagus jadi Pica suka..”

Tidak cuma Pica yang merasa hal demikian. Humaira pun tak kalah ‘ngaco’. Anakku yang masih berusia 2 tahun itu kadang suka menyenandungkan lagu Masha and The Bear, Baby Shark dll. Kadang, aku merasa ‘ngehe’ sendiri karena lirik yang mereka ucapkan ngaco semua. Haha.. 

“Ya.. Gimana anak-anak gak suka lagu yang demikian. Memang yang mereka tonton itu punya nilai lebih. Humaira suka karena animasi lagu kesukaannya menarik. Sementara, Pica suka karena lagunya enak didengar.” Kataku sambil tertawa. 

Membuka Channel Hoala & Koala Di Youtube, Ternyata Lagunya Punya Nilai Moral

Lalu, aku pun mencoba mencari channel lagu yang menarik untuk ditonton oleh kedua anakku. 

Dan, bertemulah aku pada lirik lagu baru yang unik ini di Youtube Lagu dan Animasi Anak Hoala & Koala.

Judulnya adalah Rubah yang baik. 

Aku adalah rubah yang baik, janganlah engkau takut kepadaku.. 

Aku tak pernah berbuat buruk pada orang lain..

Jangan menilai orang dari penampilannya.. 

Coba kenali dulu lebih dalam lagi.. 

Jangan mudah menilai dari yang kamu lihat.. 

Coba kenali dulu lebih dalam lagi.. 

Aku adalah rubah yang patuh kepada kedua orang tuaku.. 

Aku tak pernah mengingkari janji yang aku ucapkan.. 

Wah, aku sebagai orang dewasa manggut-manggut menyenandungkan liriknya. Lagu ini nilai moralnya bagus sekali. Aku jadi teringat tentang dongeng Kucing dan Ayam dari sudut pandang tikus yang aku bacakan pada Pica kemarin. Bahwa sungguh, kita tidak bisa menilai orang hanya dari penampilannya. 

Terkesima pada satu lagu, akupun akhirnya membuka channel Hoala & Koala. Wah, apakah ini channel baru? Sepertinya aku baru melihatnya. Aku mendengarkan 2-3 lagi lagu-lagunya. Waw, channel ini merupakan Lagu Anak Indonesia yang harus didengar oleh anak-anak. Lagunya seru dan musiknya juga unik. 

Mengenal Hoala & Koala, Karakter Musikal Animasi 3D di Youtube

Akhir tahun 2020, karakter musikal yang bernama Hoala & Koala diciptakan. Karakter Hoala & Koala ini diciptakan dengan visualisasi 3D layaknya kesukaan anak-anak zaman sekarang. Seperti Pica dan Humaira yang tumbuh berkembang di era digital.

Hoala & Koala adalah sepasang sahabat yang sangat gemar menyanyi. Selain Hoala & Koala, seluruh karakter yang ada di dalam animasi musik juga mampu bernyanyi, contohnya seperti tokoh Ayah, Ibu, Miss Jeruk, dan lainnya. Iya, berarti kita gak cuma mendengar suara Hoala & Koala saja, tapi juga ragam suara yang lain. 

FYI, sekarang Hoala & Koala sudah memiliki 5 album dan lebih dari 45 lagu anak-anak baru yang bisa dilihat di Youtube, Spotify hingga iTunes.

Dalam menggarap seluruh musiknya, banyak musisi internasional yang terlibat di dalam pembuatan aransemen dari musik Hoala & Koala. Tak hanya itu, banyak sekali alat musik yang tak lazim digunakan untuk lagu anak yang dipakai dalam penggarapan album-album Hoala & Koala, seperti saxophone, terompet, double bass, trombon, klarinet, cello, harpa, hingga instrumen etnik Indonesia seperti gamelan dan angklung.

Aku sangat merasakan perbedaan musik Hoala & Koala dibanding yang lain. Keunikan yang khas juga dalam pemilihan genre. Tak hanya satu genre children pop yang diangkat oleh Hoala & Koala, namun terdapat variasi genre lainnya seperti jazz, big band, swing, jpop, hingga etnik.

Pica pun mulai menyukai beberapa lagunya. Seperti Lagu Saling Bantu dan Car Free Day. 

Dan syukurlah Humaira juga suka dengan animasi Koala. Menurutnya, itu tidak kalah lucu dengan boneka beruang favoritnya. Bisa bernyanyi pula. Uh, gemes. 

Untuk lagu kesukaan mereke kompak dengan lagu cuci tangan. Lihat saja, keduanya langsung memperagakan mencuci tangan sambil menonton video Hoala & Koala. 

Waw, dengan kehadiran Hoala & Koala. Lagu Anak Indonesia mulai berwarna. Dan aku sangat suka lirik-liriknya yang berbeda dan punya nilai moral. 

Nah, masih bingung mencari tontonan buat anak kala kita sedang sibuk? Yuk, intip Hoala & Koala aja! 

IBX598B146B8E64A