“Jangan pernah menganggap remeh orang yang kau lihat sekarang. Karena kau tidak pernah tau akan seperti apa ia di masa depan..”
Ya, dunia ini penuh dengan pekerjaan membolak balik keadaan. Setiap orang bisa berubah.
#Hijrah, dapat mengubah segalanya..
Dan Ini adalah Kisah Hijrahku
Aku masih ingat dengan jelas moment yang terjadi 10 tahun yang lalu. Aku dengan seragam putih abu-abu mengisi formulir pendaftaran SBMPTN. Saat itu, dengan separuh semangat yang masih ada aku menyemangati diriku sendiri sembari berkata dalam hati, “Masih ada kesempatan win. Kamu pasti bisa..”
Yah, tidak ku pungkiri.. Semangatku saat itu bukanlah semangat yang penuh. Separuh dariku masih sangat merasa terpukul karena tidak lulus pada PMDK dan STAN. Melihat teman-temanku yang satu persatu sudah mendapatkan bangku kuliah sungguh membuatku sangat iri. Apalagi jika melihat teman yang saat itu toh kupikir ‘tidak pintar-pintar amat’ kok bisa lulus di kampus idamanku? Ah, keberuntungan macam apa itu.. Pikirku nyinyir saat itu. Sungguh, kampus macam mana yang berani sekali tidak meluluskanku sang juara kelas berkali-kali ini. Ya, seangkuh itu pemikiranku.
Dan hari pengumuman SBMPTN pun tiba. Betapa kecewanya aku saat aku tak melihat namaku lagi di pengumuman kelulusan. Kesalnya, teman-temanku sudah mendapatkan kampus idamannya masing-masing. Ya.. Mereka dengan keberuntungan yang mereka miliki. Aku? Mengutuk nasib sialku. Menjerit dan menangis dalam hati.. Oh, Sebegitu gelapnya masa depanku. Kenapa Allah begitu kepadaku? Apa salahku? Tidak bisakah Allah meluluskanku pada salah satu kampus negeri?
Allah tidak adil! Teriakku saat itu. Lihatlah, aku dengan segala kerja kerasku. Berusaha untuk selalu juara kelas, belajar dan belajar. Tidak pernah tergoda untuk berpacaran, hanya les demi les yang menemaniku setiap sore. Impianku hanya satu saat itu. Aku ingin lebih kaya dibanding kakakku. Jika kakakku lulus di Fakultas Kedokteran, maka aku yang memiliki otak biasa saja ini paling tidak dapat berusaha untuk bisa lulus di Fakultas Ekonomi Akuntansi.
Dan inilah akhir dari obsesiku. Terdampar tidak tau arah. Setelah SBMPTN berakhir, maka aku hanya memiliki 3 pilihan. Pertama, mendaftar pada jalur mandiri di Fakultas Ekonomi UNLAM. Kedua, mendaftar di Kampus Swasta. Ketiga, mendaftar pada tes gelombang kedua di Politeknik Negeri Banjarmasin. Oh ya, aku masih punya pilihan lain untuk bisa kuliah di kampus yang aku inginkan.. Yaitu mencobanya lagi ditahun berikutnya. Tapi tentu saja aku terlalu gengsi untuk mencobanya.
Dan kalian tau aku berakhir dimana?
Aku melawan gengsiku. Aku mendaftarkan diri untuk mengikuti tes gelombang kedua di Politeknik Negeri Banjarmasin. Aku tak boleh lepas dari cita-cita menjadi Sarjana Akuntansi. Politeknik memang bukanlah seperti Fakultas Ekonomi di UNLAM. Kampus yang konon katanya mencetak generasi lulusan siap kerja ini tidak menyediakan program S1. Program yang ada hanyalah D3 Akuntansi, D3 Komputer Akuntansi dan.. Hei apa ini?
Aku membaca daftar tulisan pilihan jurusan di dinding itu untuk meyakinkan diri. Dan mataku tertuju pada pilihan terakhir. Masih sangat unik dan asing namanya ditelingaku. Lihatlah, D4 Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah (ALKS). Jurusan unik macam apa ini? Pikirku.
ALKS adalah program studi baru di Jurusan Akuntansi Poliban. Terhitung baru 2 tahun berdiri. Aku memberanikan diri untuk bertanya lebih lanjut tentang prodi itu pada salah seorang petugas di Politeknik. Setelah mendengarkan jawaban sekaligus membolak-balik membaca brosur dari prodi baru itu maka aku memantapkan diri. Ya, aku akan mendaftar disini.
Hal yang membuatku tertarik dengan prodi ALKS ini sungguh banyak. Prodi Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah ini menjawab masalah dunia kerja diluar sana. Ya, saat itu lembaga-lembaga keuangan syariah sedang menjamur. Dimulai dari Bank Syariah, Asuransi Syariah, Pegadaian Syariah, Pembiayaan Syariah. Sayangnya, menjamurnya lembaga-lembaga syariah ini tidak diimbangi dengan sumber daya manusia yang ahli dibidang tersebut. Kebanyakan pekerja di lembaga keuangan syariah tersebut adalah lulusan akuntansi yang tidak memahami proses pencatatan akuntansi syariah. Bahkan kebanyakan sumber daya manusia di lembaga keuangan syariah tidak begitu tau dengan dasar dari konsep syariah.
Tahukah? Sebelum aku melakukan tes di Poliban aku berdoa dan bersujud di malam harinya. Aku memohon pada Allah agar aku diterima di prodi tersebut. Tak puas hanya sampai disitu.. Aku mengucapkan nazar. Nazar yang akan membuat duniaku berubah 180 derajat.
“Jika aku diluluskan di sini.. Maka aku berjanji akan memakai Jilbab..”
***
Singkat cerita, hari pengumuman kelulusan pun tiba. Alhamdulillah, aku diterima di Prodi ALKS. Prodi yang benar-benar aku inginkan. Maka sejak adanya pengumuman itu, aku mulai memakai jilbab.
Sungguh ini adalah hal yang sangat tidak biasa. Aku adalah remaja yang dikenal jarang memakai jilbab diluar saat itu. Bukannya apa, jujur saja wajahku ini jauh lebih cantik ketika tidak memakai jilbab (ya.. Dalam sudut pandangku dan teman-teman dekatku). Apalagi di zaman itu, belum ada yang namanya jilbab ‘ala ala hijabers’. Kalau tidak salah, saat itu adalah musim film ayat-ayat cinta. Jilbab yang ngetrend saat itu ya.. Cadar. Haha..
Tentu saja yang namanya perubahan itu selalu menuai tantangan. Dimulai dari teman-teman terdekat yang bilang, “Duh, winda sekarang masuk islam aliran apa sih?”
Hingga kritik konyol seperti.. “Lucu win kamu pakai jilbab lebar gini.. Kayak Ustadzah anu..”
Sampai hal yang paling tidak aku sukai saat itu. Yaitu jika aku lewat di gerombolan laki-laki mereka akan berkata, “Assalamualaikum Ustadzah..” atau “Assalamualaikum Ukhti..”
Sungguh, aku tidak merasa pantas dipanggil seperti itu. Toh, aku belum alim-alim amat. Ini barulah langkah awal perubahanku. Selanjutnya rasa penasaranku akan ilmu akuntansi syariah adalah jalan baru menuju hijrahku.
***
Aku yang pantang menyerah untuk dapat lulus di jurusan akuntansi sebenarnya memiliki tujuan yang sama dengan rata-rata cewek pada umumnya. Apa itu? Ya, Aku ingin kaya.
Lihatlah profesi para lulusan akuntansi. Bekerja di Bank, kantor pajak, perusahaan keren, hingga memiliki usaha mandiri yang keren. Pastilah ilmu akuntansi itu akan membawa pada kesuksesan bukan? Itulah alasan kenapa aku terobsesi sekali dengan akuntansi. Aku harus lebih keren dibanding kakakku yang lulus di fakultas kedokteran. Seragam dokter itu sih biasa saja dibanding seragam kerja kantoran milikku kelak.
Dan ternyata, selama belajar di ALKS pandanganku tentang akuntansi berubah 180 derajat lagi.
Lihatlah aku yang dahulu begitu meterialistis. Menilai segala sesuatu hanya dalam bentuk uang dan benda berharga lainnya. Terdampar disini dan berkutat pada pelajaran Ekonomi Islam, Akuntansi Syariah, Manajemen Syariah, hingga Akuntansi Perbankan dan Akuntansi Lembaga Non Bank syariah. Dunia meterialisku mulai diwarnai dengan nilai-nilai islami. Aku mulai merubah mindset. Bahwa begitu pentingnya nilai-nilai islam diterapkan dalam kehidupan ekonomi termasuk pada pencatatannya. Akuntansi Syariah telah meracuni pola pikirku.
Inilah tahapan Hijrah yang telah mengubahku hampir 360 derajat..
***
“Ngapain sih win yang beginian aja di jurnal?” kata temanku saat itu. Ia adalah temanku yang kuliah di Jurusan Akuntansi di Kampus dambaanku.
“Iya, memang dalam akuntansi syariah.. Jurnal dimulai bahkan saat awal kita memulai akad. Bukan hanya itu, coba lihat.. Bagi Hasil pun berbeda perhitungannya dengan margin..”
“Sepertinya catatan jurnalmu jadi 2x lebih panjang dibanding catatan jurnal biasa jadinya deh. Belum lagi.. Duh.. Murabahah.. Mudharabah.. Musyarakah.. Hapal banget kamu beginian ya? Aku mungkin bakal kebolak balik.. Haha..”
“Iya, memang dari segi pencatatan.. akuntansi Syariah lebih ribet ya. Tapi, dari segi kesehatan ekonomi.. Sistem non riba ini bakal besar dampaknya kalau benar-benar diterapkan. Bayangkan, jika saja ya seluruh lembaga keuangan bank dan non bank memakai sistem ekonomi islam hingga memakai sistem pencatatan akuntansi syariah. Tentunya Perekonomian kita lebih baik.. ”
Temanku pun mengangguk setuju. Kemudian berkata,” Apa daya win.. Aku aja nabung masih di bank konvensional.. ”
Aku tertawa kemudian berkata,” Ah, aku juga gitu kok kemarin. Sama aja kita. Aku saja baru semester 2 kemarin baru pindah ke Bank Syariah..”
“Memangnya beda ya win? Lebih gede mana bunganya?”
“Wah, disini gak pakai bunga. Tapi pakai bagi hasil..”
“Ahh.. Bunga sama bagi hasil sama aja kok..”
“Beda laah. Mereka bukan cuma beda nama. Bagi Hasil itu jelas Halal. Kenapa? Karena diperoleh dari penyaluran kredit yang halal juga. Bank Syariah tidak asal asalan dalam menyalurkan kreditnya. Tapi berdasarkan akad-akad yang halal. Nah, kita sebagai si penabung disini diberikan bagi hasil kalau ada keuntungan dari itu. Makanya, kadang bagi hasil dari bank syariah lebih besar dibanding bank konvensional.. Dan tentunya hati jadi lebih terjaga dengan menabung di Bank Syariah. Karena pihak bank enggak mungkin menggunakan duit kita ke penyaluran kredit yang non halal.. ”
Dan temanku pun mengangguk setuju.
“Kamu punya rekomendasi Bank Syariah yang bagus buat aku nabung win?”
“Yakin mau Hijrah Bank?”
“Yakin aja lah. Supaya hati tenang..”
#Ayo Hijrah, Karena Menabung di tempat yang Benar Memberikan Ketenangan..
Selain Hijrah dari segi penampilan dan pola pikir, hijrahku juga merambah ke halal dan haram. Dan menabung ditempat yang benar merupakan salah satu hijrah terbaruku saat itu. Aku mulai berpindah pada bank syariah karena ingin merasakan ketenangan. Ketenangan yang sederhana, aku ingin menjauhi riba dimulai dari diri sendiri dulu.
Tak puas hanya dengan hijrah pada diri sendiri, aku juga tanpa sengaja menularkan semangatku pada teman-teman disekitarku. Ya, teman-teman yang tadinya mengatakan padaku, “kamu masuk islam aliran apa sih?”
Awalnya, proses hijrahku penuh air mata. Aku sempat merasa berbeda. Tidak mendapatkan banyak teman seperti dahulu lagi. Lama-kelamaan aku merasa bangga dengan perubahanku. Bahwa sepertinya prodi ALKS memang ditakdirkan untukku.
Sejak kuliah di ALKS, aku dan teman-temanku mulai gencar menularkan semangat syariah yang kami dapatkan. Organisasi Islam di kampusku juga merupakan salah satu komunitas yang membuatku senang dalam proses Hijrah ini. Organisasi itu bernama KSEI (Kelompok Studi Ekonomi Islam).
Sejak bergabung dengan KSEI, aku akhirnya merasakan percaya diri lagi. Aku mulai menularkan semangat Hijrah pada teman-temanku saat SMA dulu. Beberapa teman meminta rekomendasi Bank Syariah yang tepat, seperti percakapan sebelumnya. Saat itu, aku menceritakan pada mereka tentang Bank Muamalat Indonesia-Bank Syariah Pertama di indonesia.
Ya, Bank Muamalat Indonesia (BMI) adalah Bank Umum pertama yang menerapkan Prinsip Syariah Islam sejak tahun 1992, Bank Syariah Murni yang memiliki Captive market kuat dengan jumlah penduduk Muslim Indonesia terbesar. Perlu diketahui bahwa Bank Muamalat tidak menginduk ke Bank Lain sehingga terjaga kemurnian syariahnya.
Kenapa aku bercerita tentang Bank Muamalat? Karena, Sejarah Bank Muamalat inilah yang membuat teman-temanku tergerak untuk hijrah bank. Bank Muamalat terbukti sebagai bank yang bertahan saat krisis moneter tahun 1998. Sistem non riba yang muamalat pakai telah terbukti tahan dari badai inflasi kala itu. Bank Muamalat mengharamkan aksi spekulasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan kala itu dan cenderung bergerak pada sektor riil, karena itulah kredit dari Bank Muamalat masih tergolong stabil.
BMI juga sering meraih penghargaan, salah satunya yaitu sebagai Best Islamic Bank in Indonesia dari Islamic Finance News (IFN) Best Bank Poll di Kuala Lumpur tahun 2016. Bank Muamalat juga memiliki produk dan layanan keuangan lengkap yang ditunjang dengan berbagai fasilitas seperti Mobile Banking, Internet Banking Muamalat dan jaringan ATM dan Kantor Cabang hingga ke luar negeri. Maka, tidak heran jika Bank Muamalat juga pernah diganjar penghargaan Mobile Application Best Choice Award – Infobrand 2018.
Muamalat memiliki terobosan baru yaitu gerakan #AyoHijrah. Hijrah disini bermakna “lebih baik”. Secara keseluruhan #AyoHijrah adalah gerakan yang mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk bersama-sama selalu meningkatkan diri ke arah yang lebih baik dalam segala hal.
Karena Islam bukan hanya agama yang mengatur hubungan kita dengan Sang Pencipta bukan? tapi juga merupakan jalan hidup (way of life). Gerakan #AyoHijrah dilakukan untuk mengajak kita menjalani hidup sesuai tuntunan Islam yang baik dan berkah.
Dengan gerakan #AyoHijrah ini Bank Muamalat mengajak masyarakat untuk berhijrah dalam hal layanan perbankan (pengelolaan keuangan) dengan memanfaatkan layanan perbankan Syariah untuk hidup yang lebih berkah.
Keberkahan Hidup Berkat Rasa Syukur dan Berhijrah
Hanya hijrah kecil yang aku lakukan. Ya, aku tau.. Aku bukanlah orang yang sempurna. Untuk hijrah kecil saja kadang aku belum konsisten. Masih suka malu jika memakai jilbab secara ‘benar’, terkadang juga masih ikut-ikutan dengan teman, terkadang trend sangat mempengaruhiku. Tapi satu hal yang aku tau bahwa berubah itu harus dimulai. Karena, kegagalan utama bagiku bukan gagal karena mencoba berubah tapi gagal karena tidak pernah mencoba sama sekali.
Meski jatuh bangun dalam proses hijrah, namun aku selalu bersyukur. Sejak berhijrah, rasanya hati menjadi lebih tenang. Penampilanku yang berubah, pola pikirku yang mulai sedikit agamis, hingga materialistisku yang mulai memudar. Selama 4 tahun kuliah di ALKS aku bukanlah diriku yang sama dengan waktu SMA lagi.
Aku menatap diriku di kaca. Hmm.. Masihkah ada yang ingin menikah denganku walau aku tidak seperti perempuan pada umumnya lagi? Aku sadar sekali diriku toh tidak secantik waktu SMA dan hubunganku dengan laki-laki sepertinya sudah hilang sepenuhnya sejak masuk di ALKS. Apalah itu laki-laki yang dulu menghubungiku terus sewaktu SMA. Nyatanya, sejak aku berhijrah.. Hubungan kami putus total.
Yah, itu pikiran konyolku sewaktu kuliah di semester 7. Mungkin, kalian berpikir aku ingin segera menikah. Sebenarnya tidak, jalanku masih amat sangat panjang. Aku saat itu bercita-cita ingin menjadi Dosen di kampusku. Setelah selesai kuliah D4 ALKS, aku ingin sekali meneruskan S2 di STIE TAZKIA. Bagiku, ekonomi islam adalah ilmu yang harus disebar-luaskan. Dan aku ingin menjadi salah seorang pelaku terbesarnya. Cita-citaku saat itu.. Seperti itu.
Tapi ternyata, Allah menjawabnya dengan berbeda.
Aku menikah pada bulan Juni 2018. Saat itu aku masih membuat Tugas Akhir atau Skripsi.
Mungkin, kalian bertanya-tanya. Siapa gerangan laki-laki yang mau dengan wanita sepertiku?
Yah, siapa sangka aku menikah dengan asisten dosenku sendiri saat di kampus. Seorang PNS baru yang beberapa kali menyusup ke kelas kami saat salah seorang dosen sedang tidak masuk. Mulai semester 5 lalu aku telah berhubungan dengannya. Yah, sekedar saling sapa di sosial media yang sebenarnya tidak disengaja.
Dan siapa sangka aku langsung hamil begitu menikah? Ya, cita-cita untuk kuliah lagi pun gagal. Begitulah manusia, ia hanya bisa berkehendak. Allah yang menentukan segalanya.
Tapi, sejak menikah aku mulai merasakan keberkahan pada hidup. Dan aku merasa keberkahan ini mulai ada sejak kami memutuskan untuk menjauhi riba secara totalitas.
Saat itu, aku yang masih dalam kondisi hamil dan sudah lulus kuliah sangat ingin bekerja. Hal ini karena kondisi perekonomian kami saat awal pernikahan tidaklah terlalu bagus. Namun, suamiku tidak memperbolehkan. Ia berkata bahwa aku harus menunggu hingga anakku lahir dan berumur 6 bulan. Jika aku mematuhinya maka aku boleh bekerja dimana saja yang aku suka.
Ketika anakku berumur 6 bulan, aku diam-diam mendaftar bekerja pada bank konvensional. Putus asa, stress, dan himpitan ekonomi membuatku melupakan prinsip hidupku untuk menjauhi riba. Namun, keputusanku yang diam-diam itu ketahuan juga oleh suami. Tentu saja ia menolak mentah-mentah. Dia berkata, “Lebih baik pemasukan yang sedikit namun berkah dibanding banyak tapi tidak berkah..”
Sebagai istri, aku hanya bisa berpura-pura patuh saat itu. Hatiku penuh dengan perasaan ingin melawan. Aku dan segala ilmu tentang ekonomi islam yang aku punya tidak memiliki penyaluran positif untuk dituangkan. Paling tidak, aku dapat membantu perekonomian rumah tangga dengan bekerja. Apalah itu berkah? Aku sudah lupa.
Dalam tangis aku selalu berdoa supaya dipilihkan oleh Allah jalan terbaik. Dan doaku tersebut diijabah beberapa bulan kemudian.
Suamiku memutuskan untuk mendirikan CV. Share system. Ia memutuskan untuk memiliki usaha sampingan, yaitu menjadi Programmer. Dan Alhamdulillah, sejak itu rejeki keluarga kami terus mengalir pada pintu yang tidak disangka-sangka.
Aku Yakin #Hijrahku Sudah Mencapai Balasannya
Inilah aku yang sekarang. Aku dengan segala lika liku hidupku yang dahulu selalu dipenuhi dengan kebimbangan. Aku kini memutuskan untuk menyalurkan kemampuanku pada dunia menulis. Blog ini adalah salah satunya. Menjadi Full Time Mother dan penulis sampingan adalah pilihanku.
Perjalanan hidupku dari remaja biasa yang labil hingga memasuki ALKS dan menikah bukanlah kebetulan. Segalanya sudah diatur oleh Allah. Ketidaklulusanku di beberapa universitas idamanku hingga bertemu jodoh di kampus adalah sebuah takdir. Dan takdir yang baik akan terjadi ketika kita ikhlas dalam rencananya disertai dengan usaha untuk peningkatan kualitas diri dengan berhijrah kejalan yang lebih baik.
Jika kalian bertanya, Apa kunci utama untuk keberkahan rumah tangga? Maka, mengikuti jalan yang halal adalah jawabannya. Yah, Mencari rejeki yang halal, menyalurkannya ke yang halal pula dan tentu saja.. Menabung di tempat yang halal.
Kalian tau? hijrah itu harus totalitas. Tidak separo-separo. Menjalankan syariat islam dalam kehidupan sehari-hari haruslah secara kaffah. Karena itulah berkali-kali aku menekankan pada tulisan ini untuk menyimpan dan menyalurkan rejeki pada tempat yang halal.
Sebagai muslim, aku ingin turut serta dalam mewujudkan cita-cita Bank Muamalat, yaitu sebagai pusat dari Ekosistem Ekonomi Syariah yang menyetarakan pertumbuhan nasabah bank syariah agar setara dengan kondisi rakyat Indonesia yang mayoritas muslim. Selain itu Bank Muamalat bercita-cita untuk turut membangun industri halal di Indonesia dengan memanfaatkan perkembangan teknologi. Karena itu aku mendukung gerakan #AyoHijrah Bank Muamalat.
Beberapa produk Bank Muamalat memiliki nama baru dalam #AyoHijrah loh, diantaranya sebagai berikut:
- Tabungan iB Hijrah
- Tabungan iB Hijrah Haji dan Umrah
- Tabungan iB Hijrah Rencana
- Tabungan iB Hijrah Prima
- Tabungan iB Hijrah Prima Berhadiah
- Deposito iB Hijrah
- Giro iB Hijrah
- Pembiayaan Rumah iB Hijrah Angsuran Super Ringan dan Fix and Fix (masih dalam proses pengajuan kepada Regulator/OJK)
Yuk, Carl tau lebih banyak tentang gerakan #AyoHijrah Bank Muamalat melalui sosial medianya:
Facebook : BankMuamalatIndonesia
Instagram : Bank.Muamalat
Twitter : BankMuamalat
Youtube : Bank Muamalat
Websites : www.bankmuamalat.co.id
Tunggu apalagi? #AyoHijrah!