Browsed by
Category: Kesehatan

Mengulas informasi kesehatan dari pengalaman penulis

Tingkatkan Imun saat Pandemi dengan Imunomodulator

Tingkatkan Imun saat Pandemi dengan Imunomodulator

“Mama, Nene Pica bilang kalo kita rajin minum jamu nanti gak bakal kena virus corona Ma..”

“Ah, masa.. Memangnya Pica suka minum jamu kayak Nene?”

“Bukan, yang minum jamu Mama aja. Pica asal rajin minum susu sama makan aja katanya. Kan jamu itu buat orang dewasa. Pica masih kecil.”

“Ah Pica, bilang aja gak suka pahit..” Ledekku kemudian. 

Obrolan itu, kembali terngiang ketika kemarin aku belajar tentang Imunomodulator pada sabuah acara webinar.

Apa Itu Imunomodulator? 

Jujur sih aku bukan tipikal yang percaya begitu saja kalau rerempahan seperti kunyit, jahe, serai dsb adalah obat untuk menangkal virus corona. Bagiku, jamu ya jamu saja. Sifatnya menjaga sistem imun. Bukan untuk mengobati. Jadi, aku tidak terlalu kental menerapkan rajin minum jamu layaknya Mama. 

Tapi kemudian, aku berkenalan dengan istilah imunomodulator ketika mengikuti webinar bersama Imugard di hari Senin, tanggal 22 Maret 2021. Webinar ini mengundang Dr. (Cand.) dr. Inggrid Tania, M.Si.(Herbal) yang merupakan Ketua Umum PDPOTJI (Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia). Dan disitulah aku berkenalan dengan istilah imunomodulator dan manfaatnya. 

Imunomodulator adalah zat atau substansi yang dapat memodifikasi respon imun, mengaktifkan mekanisme pertahanan alamiah maupun adaptif →mengembalikan ketidakseimbangan sistem imun yang terganggu. 

Dr. (Cand.) dr. Inggrid Tania, M.Si

“Jadi, dengan adanya imunomodulator maka sistem imun kita dapat ditingkatkan. Karena virus sejenis corona tidak memiliki obat spesifik. Ia bisa dilawan dengan imun yang kuat. Bahkan, vaksin bukanlah obat untuk virus corona. Vaksin hanya akan mendorong pembentukan kekebalan tubuh.”

Hmm.. Sesungguhnya kadang perkataan orang tua itu memiliki sisi benarnya juga. Dokter saja membenarkan khasiat imunomodulator untuk mengaktifkan mekanisme pertahanan tubuh loh. Akan tetapi, ingat.. bukan berarti kita hanya mengandalkan imun di masa pandemi ini. Ingat juga untuk iman dan aman dengan tak lupa berdoa dan menerapkan protokol kesehatan. 

Herbal dengan Kandungan Imunomodulator yang Ada di Indonesia

Ternyata,  Banyak Herbal Indonesia yang punya peranan sebagai imunomodulator yang dapat dikombinasikan untuk mendapatkan efek modulasi respon imun yang lebih optimal. Tentunya dengan tetap mengutamakan pertimbangan keamanan pemakaian jangka panjang ya. Beberapa tanaman itu antara lain adalah:

Meniran (Phyllanthus niruri)

Meniran ini bersifat Imunostimulasi. Ia dapat Mempercepat penyembuhan infeksi virus cacar air. Dan aman untuk pemakaian jangka panjang. 

Dulu, aku bingung ketika salah seorang tetangga mencari tanaman ini untuk cacar air anaknya. Oh ternyata, begini manfaatnya. Aku sendiri belum pernah cacar air dan memanfaatkan meniran ini sih. Jadi, belum tau khasiat aslinya. 

Kunyit (Curcuma longa / Curcuma domestica)

Kunyit juga bersifat imunostimulasi. Selain itu ia juga bersifat anti-radang. Kunyit dapat memelihara dan memperbaiki sistem pencernaan. Kunyit juga dikenal aman untuk pemakaian jangka panjang.

Hmm.. Thats why inilah jamu yang sering diminum orang tua jaman dulu hingga sekarang. Iya. Akupun suka kok. Haha

Daun Kelor (Moringa oleifera)

Jangan salah. Daun kelor pun bersifat imunostimulasi. Sumber nutrisinya banyak yaitu: kalsium, zat besi, fosfor, kalium, zinc, protein, vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin D, vitamin E, vitamin K, asam folat dan biotin. Daun kelor juga aman untuk pemakaian jangka panjang

Kalau aku pulang ke rumah Mama, aku hampir setiap hari memakan sayur daun kelor loh. Dan selain untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas ASI daun kelor ini juga imunomodulator yang punya manfaat wow. Hmm.. Kudu banyak nanam daun kelor ini di rumah. 

Imugard, Kombinasi dari 3 Herbal Imunomodulator

Kalian bertanya-tanya bukan ketiga herbal imunomodulator ini kalau bersatu bakal begimana ya jadinya? 

Apa perlu kita coba bereksperimen dengan membuat sayur bening daun kelor dengan ekstra kunyit dan meniran supaya imun tubuh tetap terjaga? Maaf, aku imajinasikan sebentar. Kok belum apa-apa sayurnya terasa bau jamu ya.. 😂

Kenapa musti dikombinasikan? Kenapa gak konsumsi salah satunya aja? Nah, kalau dikombinasikan jadi punya manfaat ekstra yaitu jadi anti-peradangan yang bersinergis dengan keunggulan kunyit dalam memperbaiki sistem pencernaan juga keunggulan daun kelor sebagai sumber nutrisi yang cukup seimbang. Jadi, semacam kombinasi yang yahud banget buat jaga sistem imun. 

Tapi gak perlu juga kali bikin sayur bening kelor campur kunyit plus meniran. Karena, hari gini udah ada Imugard loh. 

Imugard ini udah 3 in 1, jadi dalam satu kapsul sudah mengandung 3 bahan imunomodulator tadi. Gak perlu lah ya kita  sayur bening kelor campur kunyit dan meniran. Hihi. Dan Imugard juga sudah ada standar ISO. 

Konsumsi cukup 1 kaplet Imugard setiap hari untuk menjaga daya tahan tubuh.

Nah,  saat kondisi tubuh dirasa sedang turun / drop maka konsumsi 2 kaplet Imugard setiap hari sampai membaik, lalu kalau sudah mendingan lanjutkan dengan 1 kaplet setiap hari.

Imugard dapat diminum oleh anak diatas 12 tahun, dewasa, dan lansia. 

Imugard bisa dibeli di Tokopedia, lazada, blibli dan shopee. Imugard juga tersedia di offline store seperti di Century, Watson, Apotek dan Toko Obat Retail. 

Nah temans, usaha apa aja yang kalian lakukan untuk jaga Imun? Yuk, coba Imugard juga! 

7 Cara Meminimalisir Masalah Gigi Keluarga Saat Pandemi

7 Cara Meminimalisir Masalah Gigi Keluarga Saat Pandemi

“Ma, Gusi Pica kayaknya bengkak deh Ma..” Pica masuk ke kamarku dan mengeluhkan gusinya yang bengkak. 

“Coba sini mama lihat..”

Dan kulihat gusi dibagian gerahamnya membengkak. Akupun langsung sok mendiagnosa instan dan berkata, “Ini gigi yang mau tumbuh.. Musti sering-sering gosok gigi supaya gak masuk kotoran..”

“Jadi gak perlu ke dokter gigi ya Ma?”

“Memangnya Pica berani ke dokter gigi pas kek gini?” Ucapku sambil bercanda menantang.. 

“Gak deh ma.. “

Dan dia langsung berlari untuk sikat gigi. 

***

Yah.. Masalah gigi dan gusi memang kerap hadir di keluarga. Dari masalah gigi berlubang, karang gigi, gusi bengkak hingga kecelakaan gigi. Hal-hal demikian menyadarkan kita bahwa menjaga kebersihan gigi dan mulut tidak bisa diabaikan. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang. 

Masih ingat rasanya awal pandemi melanda di indonesia. Beberapa praktik dokter gigi tutup dan terpaksa kami menunda schedule rutin. Bahkan untuk mencabut gigi susu anak kami mengusahakan untuk melakukan teknik kuno saja. Alih-alih membawa ke dokter gigi yang mungkin saat itu kami nilai berisiko tinggi. 

Apakah selama pandemi kami tidak pernah ke dokter gigi? 

Tentu tidak bisa begitu.. Ferguso.. 

Ada beberapa ‘drama’ yang menyebabkan kami harus ke dokter gigi. Dan salah satunya adalah musibah kecelakaan gigi yang menyebabkan aku harus kesana. Dan saat melihat kerusakan gigi yang terjadi padaku sekarang, aku sangat melek dan sadar bahwa kerusakan gigi itu tidak bisa dikembalikan seperti normal. Hiks. 

Aku kembali disadarkan tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut ketika mengikuti webinar bersama pepsodent hari Jum’at, tanggal 19 Maret kemarin. Ya.. Jadi, dalam rangka hari kesehatan gigi dan mulut sedunia pada tanggal 20 Maret maka pepsodent menghadirkan tokoh yg concern dg kesehatan gigi untuk mengisi acara tersebut, yaitu:

– Ira Noviarti: Presdir Unilever Indonesia

– Dr. Gerhard Seebergers: Presiden FDI World Destal Federation

– drg. Oscar Primadi, MPH: Sekjen Kemenkes RI

-drg. Ratu Mirah Afifah: Head of Sustainable Living Beauty and Personality and Hine Care Unilever Indonesia Fondation

-Dr. drg.R.M. Sri Hananto Seno, Sp.BM : Ketua Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia

-Duma Riris : Selebritis dan Ibu dari dua anak

Acara yang berlangsung dari jam 14.00 hingga 16.30 WIB itu membuka banyak pemahamanku tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Dan akupun menarik benang merah bahwa ada beberapa hal yang harus kita lakukan untuk meminimalisir masalah gigi dan mulut saat pandemi. 

Cara meminimalisir masalah gigi pada keluarga saat pandemi

Sangat banyak materi yang bisa aku dapatkan pada webinar kali ini. Akan tetapi, aku akan membahas hal spesifik khusus pada cara meminimalisir masalah gigi dan mulut seperti diatas saja. Hal itu antara lain:

1. Mengubah Pola Jadwal Sikat Gigi

Ada hal menarik yang aku ingat pada webinar kemarin bahwa kebanyakan dari kita memiliki jadwal sikat gigi yang sama yaitu pagi dan sore hari. Dan itu dilakukan ketika sesudah mandi. 

Sebenarnya, hal itu tidak salah sepenuhnya. Hanya saja, sebenarnya yang lebih baik adalah menyikat gigi setelah selesai makan. Contohnya ketika di pagi hari, lakukanlah sikat gigi setelah selesai sarapan. Bukan sebelum sarapan. 

Begitupun juga jadwal sikat gigi di sore hari. Hal ini tentu baik. Namun, jangan lupa bahwa yang tidak kalah penting adalah menyikat gigi sebelum tidur. 

2. Menyeimbangkan Porsi Kesehatan Fisik dan Mental 

Apa hubungannya ya? Hmm.. Ada kok. 

Ada tidak yang selama pandemi ini merasa parno dan takut? Kemudian mulai memborong suplemen dan beberapa keperluan pangan untuk bisa berlama-lama di rumah saja? 

Tidak salah sebenarnya, asalkan nutrisi dari makanan yang distok di rumah tetap baik. Bukan sekedar makanan instan dan rutin mengonsumsi suplemen kesehatan saja. Karena kadang, rasa takut dan habit yang demikian justru menurunkan imun dan mengabaikan kebiasaan baik yang lain. Termasuk itu menggosok gigi. 

Khawatir berlebihan pada hal yang belum terjadi menyebabkan habit yang baik menjadi berkurang porsinya karena terdistraksi oleh kecemasan yang lain sehingga tidak menjadi skala prioritas lagi. Survei menunjukkan bahwa 70% masyarakat mengalami hal ini. 

Maka, sebaiknya seimbangkan antara kekhawatiran dan prioritas yang baik termasuk itu rutin menggosok gigi

3. Berkonsultasi Secara Online

Beberapa orang menghindari pergi ke dokter gigi saat pandemi. Hal ini bukanlah hal yang salah. Karena risiko penularan virus corona merupakan faktor yang harus dipertimbangkan. 

Namun, sebenarnya banyak cara lain untuk tetap memperhatikan kesehatan gigi. Salah satunya dengan berkonsultasi secara online terlebih dahulu. 

Aku sudah beberapa kali memanfaatkan konsultasi online saat pandemi. Namun, saat situasi mendesak maka aku tidak akan menunda untuk ke dokter gigi. Contohnya saat aku kecelakaan kemarin. Meski aku tahu risikonya namun kerusakan pada gigi akan semakin parah jika aku terlambat menanganinya. 

Pada kasus Pica di atas pun aku mencoba berkonsultasi secara online terlebih dahulu sebelum memutuskan memeriksa gusi Pica ke dokter. Jadi, pandemi bukan menjadi alasan untuk tidak memeriksa gigi apalagi mengabaikan kebersihannya

4. Menghindari Makanan ‘Sensitif’

Bagiku yang sudah mengalami kerusakan gigi saat kecelakaan kemarin, maka hampir segala makanan dingin dan manis adalah hal yang harus kuhindari. Karena jika menyentuh itu semua maka gigiku akan berangsur ngilu. 

Begitupun anakku, mereka yang masih memiliki gigi susu akan sangat aku batasi makanan manis. Karena makanan manis rentan menimbulkan karies pada gigi. 

5. Jadilah Role Model yang Baik untuk Anak

“Anak itu bener-bener dah peniru ulung orang tuanya. Pokoknya kalo dibilangin mereka biasa aja. Tapi kalo mereka liat aku begini, mereka langsung ikutan”-Duma Riris

Children See.. Children Do. 

Benar layaknya kata-kata tersebut, termasuk soal habit menggosok gigi. Karena sesungguhnya bukan hanya Duma Riris yang mengalaminya tapi aku juga. Anak-anak itu suka sekali meniru kebiasaan orang tuanya. Kadang kala, kebiasaan buruk lebih nyaman ditiru. Hiks.. 

Seperti aku yang terbiasa tidur larut malam untuk melakukan beberapa pekerjaan yang tak sempat dikerjakan di siang hari. Akhirnya, aku juga sikat gigi larut malam karena kadang suka mengemil saat mengerjakan tugas. 

Diam-diam, si kecil Pica meniru kebiasaan itu di kamarnya sendiri. Bahkan kadang ikut lupa menggosok gigi. Sampai akhirnya giginya berlubang dan aku merasa berdosa sekali.. 

Lambat laun aku menggandeng suami sebagai partner untuk menciptakan kebiasaan baik di keluarga kami. Karena suami lelah bekerja di siang hari jadi saat malam dia selalu tertidur tepat waktu. Akhirnya, dia selalu mengajak anakku sikat gigi bersama. 

6. Sikat Gigi Sekarang! 

Kapan harus sikat gigi? Apakah cukup hanya 2 kali sehari? 

Tidak usah menunggu waktu yang tepat sekali. Sudah seberapa sering makan dan mengemil? Segera sikat gigi sebelum sisa-sisa makanan tersebut menjadi plak yang akan merusak gigi. Karena ketika gigi sudah terlanjur rusak maka akan sangat terlambat untuk memperbaikinya. Begitulah pembelajaran berharga yang aku dapat dari webinar kemarin.

Dan lagi, memperbaiki gigi yang rusak itu MAHAL loh. 

Jadi, untukmu yang masih memiliki gigi yang bagus jagalah kebersihannya. Apalagi untukmu yang sudah mengalami kerusakan gigi, jagalah jangan sampai kerusakannya bertambah luas. 

7. Memakai Pasta Gigi yang Cocok untuk semua Anggota Keluarga

“Tapi win, gigiku ini sensitif. Gak mempan pasta biasa”

Nah, sama dong. Gigiku juga sensitif sejak kecelakaan kemarin. Dan kemarin aku selalu memakai varian pasta gigi untuk gigi sensitif. Anakku Pica juga memakai pasta gigi untuk mencegah gigi berlubang. Sedangkan suami, memilih memakai varian charcoal karena lebih nyaman di mulut. 

Beda masalah, beda varian pasta giginya. Jadi gimana dong.. 😅

Ya kadang kami memakai varian pasta gigi yang berbeda. Untungnya, pepsodent memberikan kemudahan pada kami. Masing-masing variannya sesuai dengan yang kami butuhkan. Hihi. 

Dan sekarang gigiku sudah tidak terlalu sensitif lagi. Aku sekarang memakai varian pepsodent herbal karena terasa segar dan nyaman di mulut. Kebetulan semua anggota keluarga cocok memakainya. 

***

Jadi, masalah gigi apa yang sering terjadi di keluarga kalian? Cerita denganku yuk! 

Pengalaman terkena Anemia Saat Menyusui

Pengalaman terkena Anemia Saat Menyusui

“Semenjak punya bayi, kalo gak bobok siang tuh rasanya kepala berat banget..”

“Ya iya dong, kan malam dipake begadang. Yakan?”

“Gak juga, anakku sudah berhenti begadang umur segini. Tapi seriusan sering banget pusing.”

“Jangan-jangan hamil lagi nih”

Eeeh? Masa? 

Dung trak kadung dung dung.. 

Bisakah Ibu Menyusui Terkena Anemia? 

Gaes.. Kalau udah jadi emak-emak, tapi kepala sering pusing itu banyak faktornya. Pertama, mungkin sedang butuh piknik karena jenuh di rumah. Kedua mungkin keadaan ekonomi bermasalah, jadi berefek ke sumber pangan dan kebutuhan lainnya berbuntut kepala yang turut pusing. Ketiga, eh.. Jangan-jangan hamil. Hihi.. Nah, yang terakhir nih.. Sudah rutinkah cek kesehatan? Terutama cek tekanan darah dan HB. Karena jangan-jangan nih.. Ibu sedang terkena anemia

Anemia bisa menyerang siapa saja, termasuk itu ibu hamil dan menyusui. Gejalanya antara lain sering mengalami pusing, kulit pucat, sulit berkonsentrasi, dan kelelahan. Untuk tes akurat bisa dilakukan pengecekan kadar HB atau haemoglobin pada puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya. Dan ingat, anemia jangan dianggap sepele loh. 

Pada Ibu Hamil, kondisi anemia bisa menyebabkan preklamsia. Pada Ibu menyusui, kondisi anemia dapat berefek pada pertumbuhan anak dan kesehatan ibu sendiri. aku beberapa kali membaca pengalaman para ibu yang memiliki anak anemia. Dan itu terjadi karena kebutuhan zat besi di 1000 hari pertama si kecil tidak terpenuhi dengan benar. 

Sebagai Ibu menyusui, Alhamdulillah anakku tidak mengalami anemia. Tetapi, efek negatif anemia itu aku alami sendiri. Puncaknya saat aku pada fase menyusui anak keduaku, yaitu Humaira. Saat itu, usianya masih 1 tahun. Dan aku sedang dalam fase parno berlebihan dengan covid. 

Iya, aku sempat kecelakaan kecil parah hanya karena mengabaikan gejala anemia.

Kecelakaan Terparah Akibat Mengabaikan Gejala Anemia

Hari itu adalah bulan ke 4 covid ada di indonesia, aku yang baru berbelanja keluar rumah untuk keperluan mingguan langsung bebersih diri sambil masuk ke kamar mandi. Dan langsung keramas, karena konon kalau habis dari luar rumah harus mandi sebersih-bersihnya. aku tidak terlalu peduli efek samping mandi sehabis panas-panasan dari luar rumah. Yang aku pedulikan saat itu adalah Humaira yang menangis dan dia ingin menyusu melihat mamanya datang. Dan sang mama harus mandi bersih karena takut terpapar virus dari luar. 

Usai mandi dan menyusui hingga Humaira tertidur, aku ingin membereskan hasil belanjaan. Sambil membuka handphone, aku bangkit dari tempat tidur dan membalas beberapa WA temanku. Lanjut handphoneku berbunyi ‘tit tut’ karena kehabisan baterai. Aku pun langsung meraih charger hp yang ada di meja dekat ranjang. Tiba-tiba saja, kepalaku sontak oleng dan jatuh begitu saja. Dan daerah yang jatuh pertama kali adalah bagian bibir. Bisa bayangkan bagaimana luka saat itu? Bibir aku harus dijahit dan gigi seri kesayanganku patah di bagian ujung. Sampai sekarang, aku masih terbayang rasa nyeri jahitan bibir dan ngilunya gigi patah. Hiks. 

Keadaan lelah karena berpanasan belanja di luar, kemudian asupan zat besi yang tidak memadai, ternyata membuat aku terkena anemia parah saat menyusui. aku sering lelah dan pusing namun aku sering abai dengan kondisi tersebut.

“Toh, tinggal dibawa tidur aja kan. Dan pusingnya pasti hilang”

Itulah pemikiran sempit yang membuat aku menyesal berkepanjangan. Andai saja aku peka lebih awal dan rutin mengonsumsi suplemen zat besi mungkin tidak akan seperti ini. 

Tahukah? kecelakaan itu berefek permanen. Sejak saat itu, aku mulai concern untuk memperbaiki asupan zat besi diriku sendiri. 

Kiat Mengatasi Anemia Pada Ibu Menyusui

Untukmu yang memiliki gejala anemia, bahkan gejala ringan sekalipun maka tidak pernah ada salahnya untuk mengatasi hal itu. Terutama nih untuk ibu hamil dan menyusui. Atasilah anemia sebelum nantinya menyesal. 

Berikut beberapa tips dariku untuk mengatasi Anemia saat menyusui:

1.Rutin Konsumsi Makanan yang Mengandung Zat Besi

“Aku tuh gak suka makan hati ayam, katanya kudu makan hati gitu ya buat nambah darah?”

Sering gak kita mendapatkan pertanyaan demikian? Seakan kalau anemia harus konsumsi berbagai jeroan hati dsb. Padahal, gak melulu kok makanan yang mengandung zat besi itu pada hati. 

Ada banyak makanan yang mengandung zat besi. Diantaranya adalah daging sapi, ayam, ikan, hingga sayur bayam. Tapi memang secara kandungan, hati ayam memiliki kadar zat besi yang tinggi. 

Penderita anemia memerlukan asupan zat besi 25% lebih tinggi dibandingkan asupan zat gizi normal. Terutama untuk ibu hamil dan menyusui nih. Karena zat besi yang kita konsumsi juga terserap oleh bayi. Jadi, usahakan untuk mengonsumsi zat besi yang melebihi rata-rata ya. 

Dan satu lagi, kesalahan umum yang sering kita lakukan adalah.. Ketika pusing langsung minum teh panas. Ini mungkin akan manjur jika pusing karena masuk angin. Akan tetapi, jika pusing karena anemia maka meminum secangkir teh panas hanya akan memperparah keadaannya. Teh tidak dianjurkan dikonsumsi oleh penderita anemia karena akan mengurangi kadar zat besi dalam darah. 

2. Rutin Cek Kadar Hb

Biasanya, kita sebagai ibu menyusui selalu rutin ke posyandu setiap bulan bukan? Nah, usahakan untuk memeriksa kadar HB juga ya. Setahuku, pemeriksaan seperti ini gratis loh. 

Hemoglobin normal untuk wanita dewasa berkisar antara 12-16 g/dL. Sedangkan pada ibu hamil, kadar Hb dapat turun menjadi 10,5 g/dL. Akan tetapi masih dianggap normal jika tidak terdapat keluhan atau gejala anemia. Untukku sendiri saat menyusui pernah Hb hanya 8 g/dL. Meski tidak mengalami pusing tapi aku juga jaga-jaga karena kalau sudah pusing dan kambuh bisa gawat.

Dengan rutin memeriksa hb begini, paling tidak kita tahu apakah pusing berkelanjutan ini murni karena anemia atau disebabkan hal yang lain juga. Pemeriksaan rutin juga membuat kita lebih peka akan cukup tidaknya kandungan zat besi yang sudah kita konsumsi. 

3. Sedia Suplemen Penambah Darah di rumah

Kalau kita rutin ke fasilitas kesehatan setiap bulan dan cenderung memiliki hb yang rendah, biasanya faskes akan menyediakan suplemen penambah darah untuk kita konsumsi loh. Selain itu, kita juga bisa membeli sendiri suplemen penambah darah di apotik. 

Setahuku, suplemen penambah darah ini bermacam-macam. Dan tidak semua suplemen cocok untuk tubuh kita. Maka, tidak ada salahnya untuk berkonsultasi dengan dokter terkait suplemen penambah darah yang cocok ya.

4. Sedia Obat Penghilang Nyeri di rumah

Nah, biasanya penderita anemia cenderung lebih sering mengalami nyeri pada kepala. Dan ini berangsur dalam waktu yang cukup lama sehingga paling tidak kita membutuhkan obat penghilang nyeri di rumah. 

Tapi, sebelum mengonsumsi obat penghilang nyeri akan lebih baik jika sebelumnya kita berkonsultasi dulu dengan dokter ya.

5. Rutin Konsultasi dengan Dokter di HaloDoc

Solusi terakhir adalah.. Rutin konsultasi dengan dokter di aplikasi HaloDoc. Karena di masa pandemi seperti ini, tidak semua dari kita bisa leluasa ke fasilitas kesehatan terdekat bukan? Ngaku deh siapa yang bolak balik konsul online karena parno sama flu pada pandemi covid ini. Haha. 

Aku sendiri biasanya juga konsultasi terkait dengan kondisi anemia. Kalau hanya mengalami gejala ringan, biasanya aku hanya bertanya tentang obat yang pas untuk aku konsumsi karena aku sedang menyusui. Begitupun untuk suplemen penambah darah, aku tidak asal konsumsi. Perlu konsultasi dengan dokter sebelum memutuskan membeli suplemen yang cocok. 

Aplikasi HaloDoc juga sangat membantuku ketika aku mengalami kecelakaan kemarin. Itu adalah kali pertama aku menginstall aplikasi HaloDoc di smartphoneku. Karena saat pandemi tidak ada dokter gigi yang buka di sekitarku maka aku melakukan konsultasi online untuk menangani nyeri gigi. Ternyata, pelayanannya memuaskan. Pembayaran pun sangat mudah. Terlebih lagi, ada diskon juga. 

Pada aplikasi HaloDoc kita juga dapat memilih dokter yang kita inginkan. Dan sungguh, bagi orang cenderung introvert sepertiku konsultasi online begini sangat amat menolong. 

Jadi, sering pusing saat menyusui? Waspada anemia ya. Jangan sampai terjadi penyesalan sepertiku. Dan yuk mulai rajin konsultasikan kesehatan! 

Gigi Susu Seri Anak 20 Bulan Patah? Aku Harus Bagaimana?

Gigi Susu Seri Anak 20 Bulan Patah? Aku Harus Bagaimana?

BRAK

Humaira jatuh dibelakangku ketika hendak menaiki kursi kerja Ayahnya. Biasanya, ia tidak pernah jatuh. Tapi lihatlah hari itu? 

Rupanya ia menaiki kursi itu dari atas kasur. Karena si kursi memiliki roda, maka kursinya maju ke depan saat ia naiki. Berakhir dengan suara bruk dan tangisan Humaira yang kencang. 

Aku langsung menghampiri Humaira sambil melihat kearah wajahnya. Ia memegang mulutnya. Tidak ada darah waktu itu. 

Tapi saat kubuka mulut Humaira. Aku shock. 

Gigi serinya patah. Patah membentuk huruf V dengan pola membelah giginya. Gusinya berdarah. Patahan gigi itu langsung aku amati, kemudian aku lihat lagi kearah giginya yang patah. 

Ya Allah. Goyang. 

Sebuah Penyesalan: “Kenapa Kamu Harus Jatuh Humaira?”

*tak kusangka ini adalah foto kecil Humaira dengan gigi seri cantik dan sehat yg terakhir..hiks*

Akupun langsung berteriak memanggil suamiku. Ayah Humaira langsung datang dan melihat kearah gigi Humaira. Melihat ekspresi panikku, ia lantas berkata, “Gakpapa.. Gigi susu juga. Nanti bakal tumbuh lagi..”

“Tapi giginya goyang pah, Humaira masih belum 2 tahun bahkan. Masa sudah ompong. Gigi susu ini jangan dianggap remeh. Bakal ngaruh ke pertumbuhan gigi permanennya nanti.”

“Enggak papalah.. Udah gak usah panik. Kan cuma patah doang.”

“Harus ke dokter pokoknya..”

“Kalau kedokter bisa diapain juga? Anak kek Humaira gini paling ngamuk-ngamuk kalau disuruh buka mulut..”

Akupun mencoba berpikir logis. Benar juga, kalau dibawa ke dokter memangnya bisa diapakan? Toh tidak bisa ditambal. Paling-paling hanya dibersihkan. 

Sambil memeluk Humaira erat dan menyusuinya. Aku menyesali kelengahanku dalam menjaganya hari itu. Andai saja aku tidak lengah. Andai aku melihat. Andai.. Andai.. Andai.. 

Mungkin Humaira tidak akan jatuh andai saja aku saat itu tidak memegang handphone. 😭

Baca juga: Ketika Gigi Seri Emak Patah

Pertolongan Pertama Ketika Gigi Susu Anak Patah

Saat hatiku ingin sekali melempar smartphoneku demi menyalahkannya maka aku menatapnya kembali. Pikiran logisku masih bekerja. 

Aku langsung menghubungi dokter gigi langgananku, memoto gigi Humaira dan meminta saran darinya. Kalau harus ke dokter maka aku akan bersiap dan segera ke dokter. Aku tidak peduli dengan pandemi, yang jelas ini urgent. 

Akan tetapi.. 

Yah, begitulah balasan dari Dokter. Satu sisi aku sedikit lega karena mungkin trauma gigi Humaira tidak seserius yang aku pikirkan. Tapi disisi lain, aku merasa harus banyak confirm pada dokter selain ini. Maka, akupun menanyakan pada temanku yang kebetulan suaminya adalah seorang Dr Gigi. Dan.. jawabannya seperti sebelah kiri gambar diatas. Hiks

Ya.. Tak cukup hanya bertanya kepada 2 Dokter Gigi, aku juga bertanya pada google. Membuka berbagai artikel yang related. Dan tentu saja mencari artikel blogger dengan pengalaman serupa. Namun hasilnya nihil. 

Sepertinya memang harus aku blogger yang menuliskan pengalaman pertama agar menjadi pembelajaran bagi yang bernasib sama. 

Sebagai pertolongan pertama saat anak jatuh dan cedera pada gigi. Maka rincian hal yang aku lakukan adalah:

-Segera menyusui anak untuk meredakan tangisan dan rasa sakitnya

-Konsultasi dengan Dr Gigi secara online. Bisa melalui WA atau aplikasi Halodoc. 

-Tidak memberikan makanan bertekstur keras, hanya memberikan susu dan bubur

-Membersihkan gusi dan gigi anak dengan cotton bud dan air garam saat ia tertidur. Jangan ditanya bagaimana caranya. Sulit sekali. Tapi harus berjuang. 

-Mengobati luka pada gusi (jika ada) dengan aloclair

-Kontrol kondisi gigi dan gusi anak dari hari ke hari. 

3 Hari Pasca Gigi Patah, Anakku terkena Radang Gusi

Hari kedua pasca jatuh, aku merasakan ada yang lain pada bau mulut Humaira. Terasa berbeda. Dan bau itu lengket pada payudaraku pasca ia menyusu. Akupun menepis kekhawatiranku. 

“Ah.. Namanya juga pasca jatuh.. ” Pikirku mencoba rileks. 

Aku selalu rutin membersihkan gigi Humaira. Walau jujur saja, pasca jatuh Humaira sangat takut disentuh bagian bibirnya. Termasuk adegan sikat gigi. Dulu, dia sangat suka sikat gigi. Karena itu giginya putih dan bersih. Pasca jatuh, dia jadi trauma kalau ada makanan atau benda yang menyentuh giginya. Akhirnya, segalanya penuh dengan tangisan. Hiks. 

Akupun tidak mau menyerah. Saat Humaira tertidur, aku sigap menyiapkan cotton bud dan larutan listerin+air untuk membersihkan giginya. Kadang ia terbangun karena sadar, kalau sudah begitu aku hanya bisa menyusui lagi lalu mengulanginya lagi saat dia tertidur. Sungguh sebuah perjuangan. Heu. 

Dan sedihnya, diatas semua perjuangan itu. Dihari ketiga pasca jatuh aku mendapati Gusi Humaira yang bengkak, bau mulutnya tambah parah. Dan sedihnya lagi, dia tidak mau makan.. 😭

Aku langsung sigap menghubungi Dokter langganganku, juga temanku. Menanyakan kepada mereka apakah anakku terkena radang Gusi? Karena dari gejalanya sangat mirip sekali. Gusinya bengkak, disentuh sedikit saja langsung berdarah, mulutnya bau, bahkan gigi sisanya terlihat mengecil saking besarnya bengkak digusinya. Gusinya sudah sebesar gigi disebelahnya. Mengerikan. 

Aku sangat sedih saat aku ingin ke dokter langgananku ternyata beliau tidak bisa. Saat sedang pandemi seperti ini rasanya aku tidak tega kalau membawa Humaira ke puskesmas atau ke RS dengan mengantri. Aku juga tidak mau hanya membawanya ke dokter anak karena toh dokter anak tidak bisa menangani giginya. Jangan tanya kenapa tidak dibawa ke dokter gigi yang lain. Karena sedihnya, praktik dokter gigi lain yang dekat dengan rumahku tutup selama pandemi. 

I feel so hopeless. Haruskah aku membawa ke dokter yang jauh dari rumah dan mengantri disana? Ditengah pandemi ke dokter gigi? Sendirian berkendara? 

Ketika Anak Terkena Radang Gusi di tengah Pandemi

Entah kenapa, saat sedang kalut begitu aku malah membuka instagram. Tidak sengaja aku melihat ig live tentang perawatan gigi susu pada anak. Nara sumbernya adalah seorang Dokter Gigi. 

Tanpa ba bi bu.. Aku langsung bertanya pada dokter tersebut tentang kondisi anakku. 

Saat mendengarkan penjelasanku sekaligus melihat foto gigi Humaira, Dokter tersebut langsung menyarankanku untuk segera ke dokter gigi. Akupun langsung menceritakan keadaanku. 

“Anaknya harus diberi antibiotik bu..”

“Boleh gak saya minta resep antibiotiknya saja dok?”

“Wah, harus dengan resep dokter langsung bu.. Soalnya saya tidak melihat kondisinya secara langsung.”

“Tapi dok, ini urgent. Dan dokter gigi saya tidak bisa menangani. Saya takut antri di RS kalau dengan bayi, kalau saya sendiri tidak papa. Praktik didekat sini tidak ada yang buka dok..”

Akhirnya, dengan segala rayuanku.. dokter tersebut mau memberikan resep antibiotik. 

I know.. I know cara aku ‘salah’. 

Tapi setelah berdiskusi cukup panjang tentang efek samping dsb. Aku yakin bahwa memberikan antibiotik pada Humaira adalah jalan satu-satunya agar ia bisa sembuh. Karena radang gusi hanya bisa sembuh dengan antibiotik. Dan jika terlambat dan dibiarkan maka akan menyebabkan intrusi gigi. Hal ini bisa membuat gigi sisanya lepas begitu saja hingga terubahnya struktur gusi. Dan of course mempengaruhi tumbuhnya gigi permanen. 

Aku sangat beruntung dipertemukan lewat instagram dengan seorang dokter gigi yang sangat komunikatif. Ditengah kekalutanku begini. Saking komunikatifnya, aku jadi punya banyak ilmu baru tentang gigi anak. Dan Dokter ini luar biasa sekali, dia bahkan rutin menanyakan kondisi anakku lewat DM Instagram. Hiks, speechless kan? 

Siapakah dokternya win? Aku jadi mau kepoin ignya. 

Aku tidak akan memberikan nama dokternya, karena terkait dengan pemberian resep ya. Takut niat baik malah jadi buruk nantinya. Hehe

Tapi serius, gimana kondisi Humaira setelah diberi antibiotik? 

Drama Memberikan Antibiotik pada Bayi dibawah 2 tahun

Gimana kondisinya Humaira?

Aku tidak akan bercerita seinstan itu. Karena cerita selanjutnya bukan seperti dongeng begini.. 

Beberapa hari setelah Humaira menghabiskan antibiotik, maka bengkaknya sembuh dan mengecil. Bau mulutnya hilang dan ia hidup bahagia selamanya.. 

Oh ferguso, hidup bahagia tidak seinstan itu. Tentu ada drama didalamnya. 

Hal yang lebih sulit dibanding membersihkan gigi Humaira pasca jatuh adalah meminumkan obat. Sungguh ini perjuangan sekali. 

Ditambah dengan sifat obat antibiotik yang horor. Yaitu harus dihabiskan dan sesuai dosis, kalau tidak maka bakterinya akan resisten. Artinya bakal makin parah. Horor kan? Orang gede aja susah on time minum obat. Yang ini bayi woy.. Bisa dimuntahin pula. Hiks. 

Hari pertama pemberian antibiotik sirup, Humaira langsung sigap memuntahkannya. Untungnya tanganku sudah bersiap menengadah muntahannya. Untungnya tidak ada makanan disana. Pure hanya obat. Sehingga bisa diminumkan lagi. 

Aku lalu bersiasat untuk mencampur obatnya dengan air putih di gelas. Namun percuma, Humaira tau rasa airnya berbeda. 

Trik terakhir, ya memang mau tidak mau bayi harus dipaksa. Apalah itu ilmu parenting yang bilang bla bla.. Aku tidak peduli. Ini urgent. 

Saat meminumkan obat aku perlu bantuan suami untuk membuka mulut Humaira dan menahan tangannya. Sedih jika mengingat adegan itu. Tapi bagaimana lagi, sebagai orang tua kami hanya ingin anak sembuh dari sakitnya. 

Hari kedua pasca minum antibiotik, bengkak gusi Humaira sudah berkurang, begitupun bau mulutnya. Ia juga sudah mulai mau makan. Meski masih sangat amat sulit untuk menggosok gigi. Gusinya masih sensitif ketika dibersihkan, terkena cotton bud saja langsung berdarah. 

Gigi Patah Pada Bayi hingga Radang Gusi? Bisa sembuh kok! 

Oke langsung lanjut hari terakhir pemberian antibiotik saja ya. Karena kalau drama terlalu panjang nanti jadi ‘terjatuh 1,terjatuh 2,terjatuh 7..’ kan panjang kayak sinetron. Jadi loncat aja. 😌

Pasca antibiotik sudah habis, bengkaknya sudah hilang. Hanya menyisakan sedikit benjolan gusi. Dan aku berharap ini tidak akan mempengaruhi pertumbuhan gigi permanennya. Amiin. Dan berikut bisa dilihat proses perubahan pada gusi dan giginya.

Seiring dengan hilangnya radang gusi, gigi Humaira yang patah dan goyang sebelumnya juga menjadi sedikit menguat. Awalnya goyang sekali loh. 

Walau giginya tidak bisa dipakai untuk menggigit tapi aku bersyukur sekali karena bau mulut Humaira sudah hilang. Yang menjadi peer sekarang ini adalah bagaimana cara merawat giginya yang patah itu? 

Iya, karena tidak bisa digosok. Aku takut goyangnya tambah parah. Dan hanya bisa dioles lembut memakai cotton bud. Dan itu tidak maksimal membersihkan. 

Akhirnya, kami hanya bisa menjaga saja. Dengan tidak memberikan Humaira makanan yang manis-manis hingga sering-sering menyuruhnya minum air putih. 

Giginya yang goyang itu, sekarang warnanya sedikit coklat dibanding gigi yang satunya. Tetapi, ah yang namanya bayi.. Tetap saja senyumnya lucu sekali. 

Semoga gigi permanenmu akan baik-baik saja ya Humaira. 

Maafkan mama. 

PS: Kalian tau? Humaira tidak jera-jeranya naik kursi kerja Ayahnya. Bahkan sekarang lanjut menaiki meja kerjanya. Ajaibnya anak kecil itu.. Mereka tidak mengenal trauma dan terus mencoba menjawab rasa ingin tahunya. 

Kulit Wajah Cantik dan Sehat di Era Pandemi

Kulit Wajah Cantik dan Sehat di Era Pandemi

“Gak usah pake make up. Toh pake masker juga. Gak ada yang liat muka kita juga kan?”

“Iya, gak usah pake skincare komplit. Toh ditutup masker juga. Kan udah terlindungi jadinya..”

“Mending beli masker-masker cantik ajaa.. Cantik deh jadinya.. “

Emm.. Cantik sih dari luar.. Tapi, sehat gak? 

Pentingnya memakai skincare rutin di era pandemi

Memakai masker kain dengan motif yang cantik-cantik sekarang sudah menjadi trend tersendiri. Akan tetapi, tahukah kalian trend yang lebih jauh terjadi akibat trend mamakai masker cantik ini? 

Yaitu trend malas memakai skincare rutin dan pakai make up. 

Jika ditanya alasannya jawabannya pasti sangat simple. “Kan pake masker juga. Ngapain pakai sunscreen? Ngapain pakai make up? Gak ada yang liat kan? Duh, ngapain pakai double cleansing? Kan gak kotor juga mukanya. Kan pake masker.. Bla bla.. “

Setidaknya, aku juga salah satu penganut ‘tim malas’ itu beberapa waktu lalu. Tim yang ‘mendewakan’ masker. Bukan hanya sebagai pelindung dari virus, tetapi juga pelindung wajah dari semua kekurangannya. Masker seakan diklaim memiliki banyak fungsi di masa pandemi. Tapi sungguh, sekarang aku menyesal atas sikap itu. Hiks

***

Sekitar pertengahan april, aku dikejutkan dengan jerawat di hidungku. Tepat di puncak hidung. Naik-naik ke puncak hidung tinggi-tinggi sekali. *loh kok jadi nyanyi. 

Tapi serius, aku kaget dong. Soalnya kulitku ini cenderung normal dan jarang berjerawat. Walau malas memakai skincare sekalipun kulit wajahku baik-baik saja.

Lalu, kenapa tiba-tiba jerawat jelek itu datang? Pikirku. Setelah aku pikir-pikir lagi. Oh ternyata, hal ini mungkin karena aku tidak melakukan double cleansing ketika habis dari keluar rumah. Aku terlalu malas untuk ke kamar sejenak mengambil kapas dan micellar water. Aku hanya mandi biasa saja sambil mencuci muka dengan facial wash. Akhirnya, jerawat itu muncul. 

Ya salah aku juga sih karena menganggap remeh pentingnya double cleansing. 

Padahal, di masa pandemi begini kemungkinan kulit berjerawat itu jadi 2 kali lipat. Karena masker yang kita pakai menyentuh bagian atas hidung dalam waktu yang cukup lama. Beberapa bakteri jahat bisa saja nongkrong dan kencan dengan komedo sehingga membuahkan jerawat. Ya kan? Nih, jerawat aku buktinya. Hiks

Sejak itu, aku tidak pernah meninggalkan siklus skincare rutin aku. Nah, skincare rutin yang setidaknya harus kita lakukan itu ada 4 yaitu:

Cleansing: Biasakan melakukan double cleansing agar kulit wajah bersih sempurna. Dapat dilakukan dengan milk cleanser dan kapas terlebih dahulu ataupun micellar water. Setelah itu lanjutkan dengan facial wash. 

Toner: Basahi kapas dengan toner lalu tepuk lembut di wajah. Lakukan setelah mengeringkan kulit wajah pasca cleansing. 

Moisturizing: Gunakan moisturizer yang cocok untuk jenis kulit. Aku sendiri menggunakan produk wardah perfect bright. 

Protecting: Jangan lupa selalu pakai sunscreen baik di dalam rumah maupun di luar rumah. Karena sinar UVA dan UVB itu sangat buruk efeknya bagi kulit. 

Nah, di masa pandemi ini jangan ketinggalan untuk selalu memakai skincare rutin diatas ya. Karena saat memakai masker, kulit kita belum tentu terlindungi dan tidak butuh sunscreen. Kulit kita juga harus dibersihkan maksimal untuk mengurangi kemungkinan timbulnya jerawat. 

Pastinya saat pandemi berakhir nanti kita tentu ingin keluar rumah dengan kulit wajah yang sehat bersinar bukan? So, rajin-rajinlah memakai skincare dari sekarang! Jadi, jangan lengah hanya karena masker ya! 

Apakah era new normal juga harus pakai make up? 

Di era new normal ini, ada dua tipe cewek saat keluar rumah. 

Yang satu adalah no make up karena pakai masker. Sedangkan yang satunya adalah selalu pakai make up. 

Aku sendiri bagaimana? 

((Make up’in mata dan alis aja. Kan cuma mata dan alis aja yang keliatan. Hahaha.. 🤣)) 

Tapi serius lah. Masa kalau jalan-jalan sama suami ke wilayah sunyi senyap buat kencan cuma make up’in mata doang? Kan gak asik. Kan gimana mau dapet foto bagus kalau yang di make’up in cuma mata doang? *tuh kan ujung-ujungnya minta fotoin suami ternyata.. 🤭

Thats why.. Aku tim make up! 

Karena aku gak pede banget kalau no make up pas di dekat suami. Apalagi kalau keluar rumah. Biarpun sedang pandemi aku selalu berusaha agar nampak cantik. Disamping itu, make up itu merupakan pelindung kedua setelah skincare loh. Yah paling enggak kulit kita tidak terkena debu dan polusi secara langsung kalau memakai make up. 

Nah, Beberapa make up yang aku pakai saat era new normal ini diantaranya adalah:

Foundation

Two Way Cake

Eyeshadow

Eyeliner

Maskara

Pensil alis

Lipstik

Blush on

Beberapa make up diatas aku pakai tipis-tipis supaya tetap terlihat cantik dan tidak menimbulkan bekas make up pada masker. 

Sehat dan cantik di era pandemi bersama Wardah

Berhubung aku termasuk newbie soal memelihara kulit wajah dan memakai make up, maka tanggal 20 September 2020 kemarin aku menyempatkan diri untuk mengikuti Virtual Beauty Class bersama Wardah dan teman-teman dari Female Blogger Banjarmasin. Duh, jujur sejak pandemi corona baru kali ini aku ikut kelas zoom bersama member FBB. Rasanya bagaimana? Senang dong! 

*Walau pada realitanya.. aku mengikuti virtual class ini bersama Humaira, anakku yang masih berumur 19 bulan.. 🤣

Pada virtual class ini aku belajar banyak hal dari Kak Annisa yang merupakan mentor kami saat virtual class. Beliau mengajarkan teknik double cleansing, menggunakan toner yang baik hingga pentingnya penggunaan moisturizer ber-SPF. Dan yang lebih seru lagi adalah.. Kami belajar make up. Yeay! 

Make up bagaimana win? 

*yang jelas bukan make up’in mata aja.. 🤭

Make’up minimalis lah ya! Dan aku sudah prepare perlengkapan make up aku sejak pagi di samping laptop. Senang sekali karena memang sebagian besar make up yang aku miliki dari Wardah. 

Berikut adalah step by step make up minimalisnya:

Foundation dan Concealer

Aku memakai wardah exclusive liquid foundation no. 05 (Coffe Beige). Sebenarnya, aku salah pilih shade saat beli foundation ini di flash sale. Akhirnya, warna foundation ini kegelapan di kulit aku. But no worry.. Aku mencampur foundation ini dengan BB cream wardah yang light sehingga warnanya pas di kulit aku. Selanjutnya, tak lupa memakai concealer di bagian bawah mata dan beberapa jerawat.

Kak Annisa sendiri memakai foundation wardah yang terbaru. Waw, kalau saja beauty class ini tidak berlangsung secara virtual rasanya ingin sekali aku ikut mencoba foundation wardah yang terbaru ini. Karena kulihat saat Kak Annisa mengaplikasikan di wajahnya langsung terlihat soft dan menyatunya. 

Two Way Cake

Bagi pemilik kulit normal to dry maka setelah mengaplikasikan foundation langsung saja memakai two way cake. Namun untuk pemilik kulit berminyak akan lebih baik kalau memakai loose powder terlebih dahulu. Pasalnya, jika langsung memakai two way cake hasilnya akan sedikit berminyak. 

Aku sendiri memilih langsung memakai two way cake. Karena kulitku normal. Aku memakai Wardah lightening powder foundation ber-SPF 15. Hasilnya matte dan sangat long lasting. 

Eyeshadow

Aku memakai seri eyeshadow classic brown dari wardah. Hanya terdiri dari 3 shade. Rasanya ingin sekali mencolek eyeshadow versi lengkap milik Kak Annisa. Jujur aku tidak terlalu bisa rapi dalam mengaplikasikan eyeshadow. Apalagi jika diganggu bayi disampingku. Hiks. 

Sedikit tips nih, bagi yang ingin warna eyeshadow lebih pigmented mungkin bisa mencoba base eyeshadow. Tapi, karena aku bukan tipe yang suka dengan eye shadow yang long lasting aku skip ini.

Eyeliner

Aku memilih menggunakan liquid eyeliner karena tampilannya lebih terlihat jelas. Bagi pemula, bisa menggunakan jenis eyeliner pensil saja ya.

Pensil Alis

Jujur, ini adalah tahapan tersulit. Karena alisku tebal dan berantakan. Kak Annisa pun sharing kalau bagi pemilik alis yang berantakan bisa menggunakan concealer agar terlihat sedikit rapi. 

Dan Alhamdulillah aku bisa sedikit mengaplikasikannya. Senang! Ini ilmu baru. 

Maskara

Inget ya.. Stepnya adalah eyeshadow dulu, lalu eyeliner dan pensil alis. Maskara adalah finishing make up mata yang terakhir. Kalau tidak maka akan berantakan apalagi kalo pake acara *ku menangiiiiiissss

Blush On

Aku mau curhat sedikit deh ya. Kalau blush on Wardah milikku pecah. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Humaira. 🤣

Akhirnya, berbekal blush on dari lipstik pallete wardah aku berhasil juga membuat pipi sedikit merona dengan natural look. Sedikit berbeda dengan tutorial Kak Annisa tapi aku senang. 

Lipstik

Aku memakai varian lipcream wardah yang terbaru. Yaitu velvet matte lip mouse no 1. Jujur menurutku ini varian lipcream wardah yang paling oke buat aku. Teksturnya ringan di bibir. Dan hasilnya juga matte finish dan tentunya langsung secara instan menutupi pinggiran bibirku yang sedikit hitam. 

Dan yang paling aku suka sekali dari lipcream ini adalah… dia tidak transfer! Jadi, sangat aman dipakai walaupun memakai masker. Perfect sekali bukan? 

Dan inilah hasil dari beauty virtual class hari itu. Yup, tidak hanya aku yang asik ber make up.. Tapi juga Humaira. Sibuk sekali dia ikut memilah milih kuas make up. Jadi sekalian saja aku make up’i sedikit wajahnya. Haha.

*Jangan khawatir, habis ini make up di wajah Humaira langsung dihapus kok.. 🤭

So, Punya kulit wajah cantik dan sehat di era Pandemi? Kenapa tidak? 

Syaratnya toh tidak muluk-muluk. Rajin-rajinlah memakai skincare, gunakan make up pada timing yang tepat dan jangan lupa selalu memakai masker saat keluar rumah. 

***

Tambahan nih, berhubung indonesia sedang memasuki tahap resesi ekonomi maka kalian juga harus pandai dalam mengatur keuangan ya. Dimulai dari hal sederhana saja. Misalnya dengan menggunakan masker kain yang memiliki 3 lapisan sesuai dengan rekomendasi WHO. Selain hemat budget juga dapat menjaga bumi. 

Dan yang terakhir, pakailah produk lokal. Ini adalah hal yang simple dan sederhana sekali untuk membantu ekonomi indonesia. Dimulai dari skincare dan make up harian misalnya. Produk lokal itu bagus loh, halal juga dan yang paling penting lagi juga ramah di dompet. 🙂 

Kalau aku sih setia jadi #TimWardah sejak dulu. 

Kalian bagaimana? 

Yuk, sharing denganku tentang skincare dan make up kala pandemi di kolom komentar.. 😀

IBX598B146B8E64A