Browsed by
Category: Parenting

Ajarkan Anak untuk Merasakan 5 Hal yang tidak Menyenangkan

Ajarkan Anak untuk Merasakan 5 Hal yang tidak Menyenangkan

Adakah emak yang mengernyitkan dahi sebagai ekspresi bingung melihat judul diatas?

Kok bisa hal yang tidak menyenangkan diajarkan?

Bukannya kita harus menanamkan memory kebahagiaan pada anak kita?

Tunggu.. Memangnya hal yang tidak menyenangkan itu apa sih?

Sadar tidak sih, kalau sebenarnya tidak semua kenangan bahagia dapat membentuk mental kuat pada si kecil. Kadang kala sedikit luka mungkin saja membuat si kecil tumbuh dengan lebih kuat. Masa kecil yang sangat bahagia bukan menjadi jaminan bahwa si kecil akan tumbuh menjadi anak yang kuat mental di masa dewasanya.

Tidak percaya?

Aku mengenalnya dengan sebutan Pendidikan Mental Baja. Sebut saja begitu karena aku hanya mengambil kasus pada leluhur zaman dahulu. Zaman dimana para emak zaman dahulu dikenal dengan pola asuh yang mana mungkin saja pada zaman sekarang dianggap otoriter. Pola asuh tersebut terbukti dapat menghasilkan anak yang berkualitas dimasa depannya.

Baca juga: Kenapa emak sih emak zaman dulu selalu bisa?

Memang, tidak semua pola asuh orang zaman dulu sempurna. Sebagian lagi juga dapat menyisakan luka innerchild yang sulit untuk disembuhkan. Tapi, dari sebuah cerita inspiratif aku belajar bahwa kenangan sulit pun dapat berdampak positif terhadap mental anak.

Baca juga: Berdamai dengan Innerchild, Mungkinkah?

Sebagai emak pembelajar, ada baiknya agar kita juga mengajarkan beberapa hal yang tidak menyenangkan untuk membuat pribadi anak menjadi lebih kuat, teguh dan percaya diri. Nah hal apa saja itu?

1. Ajarkan anak merasa kecewa

source: today’sparent. com

Pastinya setiap orang tua akan merasa senang jika segala permintaan anak dapat dituruti. Melihat kepuasan dalam diri anak akan menimbulkan sensasi menyenangkan pada batin orang tua. Namun, sebenarnya apakah itu adalah hal yang baik?

Hati-hati jika hal ini terjadi berkelanjutan hingga besar, maka anak akan cenderung dimanjakan oleh pola asuh permisif. Anak akan merasa bahwa hidupnya harus selalu sempurna. Bahwa segala keinginannya harus selalu dapat terpenuhi. Sudah banyak bukan beberapa kasus tentang anak yang tidak dapat move on saat menghadapi kesulitan. Bunuh diri hanya gara-gara skripsi ditolak. Besar kemungkinan penyebabnya adalah anak tersebut tak pernah merasakan tahap kekecewaan.

Merasa kecewa itu perlu. Ajarkan anak untuk merasakan perasaan itu sejak kecil. Sebagai orang tua kita tidak perlu menuruti segala permintaannya. Kita perlu menghentikan tangisan anak dengan sesuatu yang lebih baik. Apakah itu?

Empati..

Ajarkan anak untuk mengerti dengan keadaan dan kesulitan kita. Tidak perlu malu untuk mengakuinya didepan anak. Jika hal itu akan menumbuhkan rasa empatinya, kenapa tidak?

2. Ajarkan anak menerima kekalahan

source: parents.com

Anak yang sudah bersosialisasi di lingkungan tentu akan mengenal menang dan kalah. Baik itu dalam dunia bermain kecil-kecilan hingga berkompetisi pada lomba. Apa jadinya jika anak selalu menang?

Ia akan merasa bahwa dirinya lah yang terhebat, sehingga ia tidak perlu belajar lebih baik. Betul?

Aku mengalaminya sendiri saat melihat anakku. Ketika suatu hari ia mendapatkan juara 1 lomba mewarna tingkat TK di Trio Motor, ia sangat senang. Hal ini membuatnya sedikit malas untuk belajar pada lomba berikutnya karena ia yakin bahwa ia pasti menang.

Pada lomba mewarna kedua yang diadakan Biolysin di sekolah, ia juga mendapat juara 1. Ia sangat senang dan sangat percaya diri bahwa ialah yang terbaik diantara semua temannya.

Lalu suatu hari, aku mengajaknya untuk mengikuti lomba yang diadakan oleh Faber Castel. Dengan percaya diri, ia yakin bahwa ia pasti akan menang lagi. Ternyata, ia kalah. Dan saat itu ia menyadari bahwa masih banyak anak-anak yang lebih baik di bandingkan dengan dirinya.

Kecewa? Pastinya…

Tapi dari kekalahan ia belajar bahwa ia harus lebih baik. Malam harinya, ia langsung berlatih teknik gradasi seperti para pemenang. Aku tidak memaksanya, tapi ia bersemangat untuk dapat lebih baik lagi. Ia bahkan hanya meminta dibelikan pewarna untuk ulang tahunnya.

Kekalahan telah banyak mengajarinya untuk belajar lebih baik lagi.

3. Ajarkan anak merasakan sendirian

Maksudnya? Mengunci anak sendirian di kamar? Sementara emaknya jalan-jalan?

Jangan ya, itu terlalu kejam.. 😂

Maksud dari sendirian ini adalah ajari anak untuk tak membuntuti segala aktivitas kita. Ya, kita memang role mode baginya. Tapi apa jadinya jika ia terus bersama kita dari bangun tidur hingga tidur lagi?

Ia jadi tidak mandiri dan kurang kreatifitas.. Betul?

Hal ini aku rasakan sendiri dengan anakku. Sangat berbeda rasanya ketika aku terus menemaninya bermain dengan membiarkannya bereksplorasi sesuka hatinya dalam keadaan sendirian.

Ketika aku terus menemaninya, maka aktivitasnya terpaku padaku. Ia menjadi malas untuk melakukan hal-hal ringan. Sebaliknya, jika ia ditinggalkan sendirian maka berbagai eksplorasi akan muncul. Mulai dari menggambar, membuat buku kecil, belajar menulis dll.

Ya, itu anakku.. Bagaimana dengan anakmu?

4. Ajarkan anak tidak memiliki pilihan

source: inliv.com

“Mama, hari ini makan ayam goreng tepung ya..”

“Ayam goreng enggak ada hari ini, adanya ikan goreng aja..”

“Tapi aku tidak suka ma..”

“Ya sudah, gak usah makan..”

Ada yang begini? 😂

Itu aku, haha. Terus terang ini adalah kebiasaan turunan dari keluargaku. Hal ini juga yang membuatku tidak memiliki makanan yang tidak disukai. Karena aku harus memilih antara menahan lapar demi lauk kesukaan atau mengganjal perut seadanya. 😅

Kebiasan ini menurutku adalah hal yang baik dan aku harus berhasil menurunkannya pada anakku. Awalnya sangat sulit mengingat si kecil memang picky eater sejak 6 bulan. Tapi, sejak ia sekolah aku mulai tegas dalam mengatur menu makan siangnya. Sejauh ini, ia tidak pernah melewatkan makan siang apapun lauknya karena ia sangat lapar sehabis pulang sekolah.

Bukan hanya dalam hal makanan saja, aku juga mengaturnya memilih dalam mengelola uang jajannya yang sebesar 4000 rupiah. Kami sepakat untuk menabung 2000 rupiah dari uang jajannya sementara sisanya sebesar 2000 lagi untuk jajannya di sekolah.

“Mama, Farisha mau beli Pukis”

“Tapi kalau beli Pukis gak boleh beli mainan ya”

“Tapi Farisha mau beli mainan juga”

“Ya udah, ga usah pulang..”

Dan konflik berakhir. Ya, sesederhana itu.. 😂

Apa sih manfaatnya hal ini?

Tentu hal ini bermanfaat sekali jika suatu hari nanti kehidupan anak kita dihadapkan pada pilihan yang sulit. Ia harus siap memilih hal yang terbaik untuknya dan lingkungannya. Karena itu, sejak kecil kita harus mengajarinya untuk berada diposisi terdesak dengan pilihan.

5. Ajarkan anak merasa kehilangan

Kehilangan?

Bukan kehilangan sejauh itu ya.. Maksud kehilangan dalam hal ini adalah masih dalam kehilangan hal yang wajar. *Jangan galau dulu mak sampai mikir mau bunuh diri segala.. 😂

Contoh simplenya adalah kehilangan barang berharga miliknya. Entah itu boneka kesayangannya hingga hal lainnya seperti buku gambarnya dll. Apa yang akan terjadi?

Tentunya anak akan sedih sekali. Tapi dibalik kesedihan itu ia akan belajar menjadi pribadi yang lebih berhati-hati dalam menjaga barang miliknya. Selain itu, dengan kehilangan anak juga akan belajar arti dari ‘tidak ada yang abadi di dunia ini’. *Eaa..

Ya, demikian tulisan singkat ini dibuat oleh emak yang baru saja mendapat pelajaran berharga dari anaknya. Semoga hal ini dapat berguna bagi emak lainnya.

Happy Parenting.. 😊

Yuk, Tanamkan Nilai Islami pada Anak Sejak Dini bersama Game Anak Sholeh

Yuk, Tanamkan Nilai Islami pada Anak Sejak Dini bersama Game Anak Sholeh

Rasulullah SAW bersabda: “Apabila manusia mati, terputuslah amalannya kecuali dari tiga perkara: Shadaqah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakan untuk orang tuanya” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)

Tidak dipungkiri, salah satu impian utama para Ibu adalah dapat menumbuhkan buah hatinya menjadi pribadi yang sholeh dan berakhlak mulia. Bukan hanya itu saja, kita pasti menginginkan agar kelak buah hati kita dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Karena ia adalah salah satu bekal kita di akhirat nanti. Ya, Doa darinya sangatlah berharga bagi kita.

Karena itu, Pendidikan Dini tentang nilai-nilai Agama harus ditanamkan sejak kecil

Ketika anak masih kecil adalah waktu yang sangat tepat untuk mulai menanamkannya dengan nilai-nilai agama dan kebaikan. Karena sudah dibuktikan bahwa edukasi yang diberikan secara konsisten kepada anak sejak kecil akan terus melekat di ingatannya hingga besar. Sehingga suatu hari nanti anak akan tumbuh dengan bekal nilai-nilai agama yang kuat.

Untuk membimbing anak perempuan saya menjadi pribadi yang sholehah, tentu banyak berbagai cara yang sudah saya lakukan. Cara-cara tersebut antara lain dengan menjadi role mode baginya, mengajari mengaji dan berdoa, memberikan edukasi mengenai Islam hingga menceritakan kisah nabi dan rasul sebelum ia tidur.

Ternyata, cara menanamkan nilai-nilai agama pada si kecil tak cukup sampai disitu. Sebagai Ibu, saya sangat merasakan bahwa anak-anak zaman sekarang lebih suka belajar dengan cara bermain. Ia tidak terlalu bersemangat jika dalam belajar tidak ada permainan didalamnya. Bagi saya, menemukan permainan yang mengasyikkan untuk mengedukasi anak tentang nilai-nilai agama adalah hal yang sangat saya butuhkan saat ini.

Untungnya, sekarang ada Game Anak Sholeh..

Apa sih Game Anak Sholeh itu?

Game Anak Sholeh adalah aplikasi pendidikan Islam melalui game online yang bisa di download di Google Playstore.

Game Anak Sholeh ini adalah produksi dari Agate Internasional. Semua konten di game ini sudah dirancang khusus untuk anak-anak. Tidak hanya itu, kita sebagai orang tua juga dapat memantau secara langsung melalui aplikasi pendamping anak sholeh.

Bagaimana cara memainkan game anak sholeh?

1. Ketik keyword ‘game anak sholeh’ di pencarian Google Playstore maka akan muncul aplikasinya. Lalu, install aplikasinya.

2. Login dengan email dan password maka anak kita sudah dapat memainkan game keren ini.

Apa aja sih yang ada di Game anak Sholeh?

Ada berbagai permainan dalam game anak sholeh diantaranya:

1. Petualangan

Ini adalah bentuk permainan yang paling disukai oleh anak saya. Pada dasarnya, anak saya sangat suka dengan cerita. Saya tau bahwa dia ingin sekali mengalami kejadian yang sama dengan buku-buku ceritanya. Nah, Fitur Petualangan pada game ini telah mewujudkan imajinasinya dengan menjadi Ali sebagai tokoh utama game ini.

Uniknya, reward dalam game ini sangat mendidik bagi anak. Tidak hanya mendapatkan bintang, tapi anak juga akan mendapatkan nilai kebaikan. Tantangan dalam game juga sangat unik yaitu mencari kartu kebaikan. Tentu hal ini akan membuat anak secara tidak langsung mengingat akhlak baik dan mengamalkannya.

Cerita petualangan adalah tentang anak bernama Ali dalam mencari kartu kebaikan bersama temannya Muza, makhluk ajaib yang berwujud seperti kucing.

Dalam satu tema petualangan ada 5 cerita yang dikemas dengan permainan interaktif, pengenalan akhlak dan berbagai pelajaran positif.

Perlu diingat bahwa setelah tamat memainkan sesi petualangan pada perkenalan. Kita tidak dapat membuka season 1 petualangan jika tidak menjadi VIP member dan memiliki voucher.

Anak saya masih berusia 5 tahun dan belum terlalu lancar membaca. Sehingga saya harus mendampinginya karena pada game ini tidak ada intruksi audiovisual. Saya berharap suatu hari Game ini dapat diupgrade agar memiliki intruksi audiovisual agar anak saya dapat belajar sendiri.

2. Games

Pada games ini tersedia berbagai games menantang untuk anak. Anak juga dapat bermain permainan favoritenya. Ini juga merupakan hal yang sangat anak saya sukai setelah fitur petualangan. Games terbagi kedalam beberapa kategori seperti ibadahku, Al Qura, kecermatan, nabiku dll.

3. Ensiklopedia

Nah, untuk yang satu ini sangat bermanfaat buat anak-anak yang rasa ingin tahunya sangat tinggi. Ini adalah fitur urutan ketiga yang paling anak saya sukai karena dari sini ia dapat mengetahui banyak hal. Menu Ensiklopedia ini terdiri dari pengetahuan umum dan ensiklopedia islam

4. AR Mewarnai

Farisha sangat menyukai mewarna sehingga fitur ini juga salah satu favoritenya. Fungsi AR mewarnai dapat digunakan jika kita memiliki buku aktivitas dari VIP member box. Contoh gambar dibawah ini adalah hasil dari mewarna anak saya yang ada di buku aktivitas loh. Bagaimana? Mesjidnya sudah terlihat 3 dimensi bukan?

5. AR (Augmented Reality)

Seru tidak sih kalau permainan kartu si kecil dapat terlihat nyata di smartphone. Pastinya anak senang banget ya melihat fenomena ini. Sayangnya, kartu keren ini hanya bisa didapatkan dengan memiliki VIP member box.

6. Koleksi

Melalui fitur koleksi anak saya dapat melihat apa saja yang sudah dia dapatkan selama menjalankan petualangan. Segala moment berharga tersimpan disini.

6. Kisah Teladan

Terakhir nih yang paling anak saya suka adalah versi cerita buku yang dia miliki juga ada versi ceritanya di game ini. Ia lalu membanding-bandingkan cerita yang ia ketahui dengan versi game anak sholeh. Ajaibnya, si kecil akhirnya lebih mengingat versi game anak sholeh. Mungkin karena versi game anak sholeh penggambarannya lebih menarik.

Sayangnya, hanya satu cerita game anak sholeh yang terbuka yaitu cerita Nabi Muhammad di Gua Hira. Cerita lainnya masih terkunci dan hanya dapat dibuka dengan menyelesaikan season 1 petualangan yanh mana hanya dapat dinikmati jika menjadi member VIP.

Apa sih keuntungan jadi VIP Member Card?

Dari penjelasan mengenai isi dari game anak sholeh tadi tentu anda mengerti bahwa beberapa fitur dari game anak sholeh masih terkunci dan tidak dapat dibuka jika kita bukan member VIP. Dengan menjadi member VIP kita dapat mengakses game secara keseluruhan. Seru banget kan?

Jika ingin menjadi member VIP anda harus menginstall aplikasi ‘pendamping anak sholeh’ di Playstore kemudian melakukan Redeem kode VIP.

Cara Redeem Kode VIP member Card adalah:

1. Setelah register sukses, pilih menu account. Lalu pilih ‘beli akses premium’

2. Gosok bagian belakang kartu VIP Member Card hingga muncul kombinasi huruf dan angka dikartunya.

3. Masukkan kombinasi huruf dan angka sesuai dengan kode yang tertera dibagian belakang kartu VIP, kemudian klik submit.

4. Kini kita dapat memgakses seluruh fitur VIP dan pendamping anak sholeh.

VIP member card ini ada didalam VIP Member Box yang saya miliki. Kebetulan saya memiliki VIP member Box dari Al Battani.

Nah, penasaran bukan apa saja sih isi VIP Member Box?

Berikut ini adalah berbagai macam isi dari VIP member Box Al Battani yang saya miliki.

1. VIP Member Card

Kartu VIP ini berisi voucher senilai 150.000 rupiah. Dengan kartu ini anak dapat memainkan game dengan menjadi member VIP dan dapat membuka berbagai fitur yang terkunci.

2. Kartu Koleksi Sahabat Sholeh

Apa sih fungsinya? Ini berguna di fitur AR pada game, jadi anak dapat memainkan kartu ini dengan menghubungkannya dengan aplikasi dan membuatnya terlihat hidup. Nah, dalam satu pack ini aku mendapatkan 10 kartu koleksi sahabat anak sholeh.

3. Board Game anak Sholeh beserta Kartunya

Bosan bermain online dengan smartphone? Yuk, main offline aja! Jangan khawatir tidak bisa karena petunjuk untuk memainkan permainan ini juga tersedia. Permainan ini keren banget loh, kita bisa membentuk keceriaan keluarga dengan memainkan permainan ini bersama.

4. Buku Aktivitas Sahabat Sholeh

Nah, yang satu ini juga tidak kalah keren. Buku aktivitas dengan segudang kreativitas.

Selain itu, didalamnya juga ada aktivitas mewarnai yang dapat dihidupkan dengan fungsi AR pada aplikasi Game Anak Sholeh.

5. Stiker Anak Sholeh

Senang banget anak saya dapat ini. Dia memang stiker collector. Hati-hati saja bunda persiapkan space di dinding rumah anda. Hihihi

6. Poster Edukatif Anak Sholeh

Nah, akhirnya memiliki poster edukasi wudhu dan sholat yang menggemaskan. Bagaimana tidak? Poster ini di olah dengan karakter anak dan bacaan yang sangat lengkap.

Apa Kelebihan Game Anak Sholeh dibanding yang lain?

Saya dan anak saya sudah memainkan game anak sholeh selama lebih dari satu minggu. Menurut saya banyak sekali kelebihan game anak sholeh dibanding aplikasi edukasi anak yang lain, diantaranya adalah:

1. Saat menunggu proses loading game, selalu ada pesan baik yang muncul.

Apa saja pesan baiknya? Yang selalu aku ingat adalah “Sabar ya..orang, sabar disayang Allah”

“Selalu minta izin dengan orang tua dulu ya sebelum bermain keluar”

“Awali segala aktivitas dengan bismillah”

2. Edukasi Doa dan Tata Cara Ibadah dengan cara yang menyenangkan

Menarik tidak sih kalau kita disuruh menghapal doa melalui game potongan puzzle doa seperti dibawah ini? Bukan hanya puzzle doa saja, ada juga game tentang tata cara urutan sholat yang benar beserta bacaannya. Pokoknya sangat menyenangkan dan edukatif.

3. Nilai-nilai kebaikan selalu ada di setiap bagian game ini

Tidak percaya? Ayo Install dan buktikan. Setiap bagian permainan selalu menyimpan nilai kebaikan yang mudah melekat pada pola pikir si kecil. Misi dan reward dari game ini juga bukanlah sesuatu yang bernilai material, melainkan nilai kebaikan, kartu kebaikan, petualangan baru, pengetahuan baru, koleksi baru dll. Pokoknya sangat mendidik.

4. Tokoh Karakter Game yang spesial

Tokoh dari permainan ini bagaikan diambil dari kehidupan nyata loh. Dan ini membuat kesan tersendiri bagi anak yang memainkannya. Seperti Ali yang pemberani, Abro yang menjadi saingan Ali, Danis yang suka jajan, Jana yang suka membaca dan ditambah lagi dengan Muza, si Kucing lucu dari Agatha yang menggemaskan.

Saat memainkan game ini karakter dari Ali dan teman-teman sangat hidup. Hal ini membuat anak sangat senang memainkannya. Selain itu, secara tidak langsung anak juga belajar mengenal karakter dan bersosialisasi.

Bagaimana? Game Anak Sholeh Menarik sekali bukan?

Tentu menarik sekali. Jika anda ingin mencobanya anda dapat mendownload aplikasinya seperti instruksi diatas. Setelah itu, dijamin anda pasti merasakan betapa kerennya game ini untuk edukasi nilai agama dan kebaikan kepada si kecil sejak dini.

Saran saya, jika ingin menikmati game ini secara full maka anda lebih baik menjadi member VIP dan memiliki VIP member box. Bagaimana mendapatkannya? Yuk, untuk selengkapnya kunjungi www.sahabatsholeh.com. Disana sudah tersedia informasi lengkap tentang game ini.

Happy Parenting Mom.. 😊

Anak Pemilih dalam Berteman? Wajarkah? Apa Dampaknya?

Anak Pemilih dalam Berteman? Wajarkah? Apa Dampaknya?

Ada tidak sih emak-emak yang suka bertanya-tanya, “Kok anak saya mainnya sama itu itu melulu ya?”

“Kok kalau ditempat ramai dia nempel sama aku aja?”

“Kok kalau disuruh deket sama si anu dan si anu dia ga mau ya?”

“Wajar tidak ya jika anak saya pemilih dalam berteman?”

“Apa sifatnya itu tidak akan mempengaruhi adaptasinya nanti di lingkungan yang baru?”

Ada ga sih mom yang nanya hal beginian?

Kalau ada, yuk kita kompak dulu.. 😂

Galau ya mom, apalagi nih kalo anak kita yang tadinya TK mau pindah ke SD, yang tadinya SD mau pindah ke SMP, yang tiba-tiba mau pindah rumah karena bapaknya pindah kerja. Tiba-tiba khawatir gimana kalau anak kita galau tingkat dewa sampai ga bisa move on lama kayak film inside out. Saking galaunya malah ngajak emak-emak lain ikutan pindah juga khususnya sih yang anaknya dekat sama kita. Bener ga? Ngaku aja lah.. Hahaha..

Padahal nih ya.. Padahal sang emak perfeksionis sudah mencari-cari dan meneliti kira-kira sekolah mana yang bagus buat si kecil? Eh, pas ditanya temen akrabnya sekolah dimana dan tau ternyata tidak satu sekolah malah galau lagi.. 😂

Kenapa sih?

Kenapa sih terjadi kekhawatian tentang hal beginian? Khawatir kalau sifat pemilih yang ada pada anak kita akan terbawa dengan dampak psikologis jika terjadi perubahan teman dan lingkungan. Sebagai pembuka, berikut beberapa sebabnya yang saya analisis:

1. Mama terkenang masa lalu

Mama terkenang masa lalu bahwa perubahan lingkungan dengan sifat pemilih demikian pernah terjadi pada masa kecilnya dan berefek jangka panjang. Entah itu menjadi bersifat pendiam secara mendadak maupun merasa dikucilkan dilingkungannya yang baru karena hilangnya teman dan lingkungan yang lama. Dan tentu saja, mama khawatir nasib anaknya akan seperti dia kelak yang sulit atau bahkan tidak bisa move on.

2. Mama memiliki kepribadian melankolis maupun plegmatis.

Tidak dipungkiri bahwa mama yang memiliki kepribadian melankolis memiliki kekhawatiran yang lebih tinggi dibanding mama sanguinis. Biasanya anak akan menurun dari orang tuanya yang menyebabkan anak bersifat selektif dalam berteman.

Selain mama melankolis, ada mama plegmatis yang suka merasa nyaman menjadi ‘pengikut’. Sehingga jika teman akrab mama ataupun teman akrab anak tidak deal dalam skema perubahan maka mama plegmatis akan membuntut pada pribadi yang dominan.

***

Kedua alasan diatas merupakan penyebab kekhawatiran berlebihan pada orang tua ke anak mereka akan sifat selektif anak dalam berteman. Hmm.. Sebenarnya wajar tidak sih jika anak pemilih dalam berteman? Haruskan kita membuatnya dan mengaturnya bahwa ia harus berteman akrab dengan semua anak?

Bagaimana kalau mereka tidak dapat seperti itu?

Pemilih itu wajar, moms..

Moms, tentu wajar jika anak kita memiliki satu atau dua tiga teman akrab bahkan membuat kelompok dengan temannya. Hal itu merupakan bentuk pembelajaran nyata mereka tentang mengenal populasi. Tahap ini pasti akan terjadi ketika anak sudah mengenal lingkungan, khususnya sekolah. Mereka akan berteman dengan yang mereka rasa ‘sejenis’ dengannya.

Pada tahap ini sangat jarang ada anak yang mau berteman dengan siapa saja, dalam artian mereka tidak memiliki ikatan yang dominan. Karena mereka berada dalam tahap belajar berteman.

Karena anak memerlukan ikatan dominan..

Secara psikologis, anak kecil lebih menyukai berteman dengan teman yang membuat mereka diterima dan merasa nyaman. Karena itu mereka memerlukan ikatan yang dominan dengan memiliki satu-dua atau tiga teman akrab untuk berbagi perasaan dan saling bermain.

Dampak dari ikatan dominan inilah yang menyebabkan anak kita lebih suka berteman dengan itu-itu saja. Karena ia merasa terlalu nyaman sehingga timbul perasaan baru yang dinamakan ‘setia’. Namun, masing-masing anak memiliki pribadi yang unik dalam memandang arti setia.

Kebanyakan anak yang melankolis menganggap kesetiaan adalah hal mutlak, dia konsisten untuk hanya berteman dengan ‘dia saja’

Kebanyakan anak yang sanguinis menganggap kesetiaan adalah keramaian bermain. Jika membosankan maka ‘jangan ditemani’.

Kebanyakan anak yang koleris menganggap kesetiaan adalah kepercayaan. Jika ada yang berkhianat maka ‘dia bukan pengikut yang baik’

Kebanyakan anak yang plegmatis mengganggap kesetiaan adalah mengikuti yang menyenangkan. Maka berusahalah terlihat menyenangkan untuk ‘dapat ditemani’

Sifat dan kepribadian yang unik pada anak inilah yang membuat ia memilig untuk memiliki ikatan dominan terhadap siapa yang ia inginkan. Nah moms, anakmu pribadi yang mana?

Mereka memilih ikatan yang membuatnya merasa nyaman..

Dalam beberapa kasus, ada anak kecil berjenis kelamin perempuan yang dekat dengan teman laki-laki. Kenapa? Karena ia merasa nyaman saat dekat dengan ayahnya dirumah. Hal ini juga dapat terjadi jika didalam lingkungan sekolah ia merasa memerlukan ‘perlindungan’. Namun, kasus ini termasuk jarang. Kebanyakan anak kecil lebih suka bergaul dengan sesama laki-laki maupun sesama perempuan.

Anak yang selektif dalam berteman itu ada positifnya loh..

Iya, serius lah.. Banyak dampak positif dari anak yang selektif dalam berteman. Apa aja sih?

1. Anak memiliki rasa setia

Ini tentu sudah jelas ya. Anak yang pemilih dalam berteman dan hanya suka menempel dengan itu-itu saja pastinya punya rasa setia.

Kebaikannya apa? Pastinya baik buat dijadiin calon mantu idaman karena pantang mendua… *loooh.. 😂

2. Anak memiliki rasa persahabatan

Sahabat itu beda loh dengan teman biasa. Karena teman biasa ibarat tokoh figuran dan sahabat itu ibarat pemeran utama juga. Boleh ga sih beda-bedain gini? Kok kesannya pilih pilih? *lah kok nanya lagi? Udah jelas kan diatas jawabannya? He

Rasa persahabatan ini adalah awal dari koneksi baik untuk anak. Persahabatan yang baik akan mengajarkan anak untuk memahami nilai kebersamaan seperti kerja sama, mengalah, rela berkorban, dan lain-lain.

3. Anak belajar berhati-hati

Setuju ga sih kalau anak pemilih itu cenderung lebih hati-hati? Seakan ada lampu warning langsung menyala saat melihat orang yang tak dia sukai. Dan dia menjauh.

Mungkin ini adalah hasil dari didikan orang tua dirumah yang menyuruhnya untuk selalu berhati-hati. Mungkin pula ini bawaan dari psikologis anak yang sudah dari sononya dia suka curiga. Kalau aku melihat anak yang begini sih selalu salut. Pastinya dia anak cerdas yang punya tingkat waspada yang tinggi.

Positifnya apa? Anak begini susah diculik buu.. Hahhaha.. Bawaannya curiga terus. 😂

4. Anak belajar mengembangkan potensi khususnya

Pernah tidak kita mengamati bahwa anak yang suka bermain dengan berkelompok itu dia memiliki potensi khusus yang terorganisir loh.

Iya, soalnya ini bentuk adaptasi psikologisnya juga. Saat berteman ia akan melihat bahwa temannya memiliki kemampuan begini dan begitu. Lalu, sebagai anak yang ingin diakui kelompoknya tentu ia akan mengembangkan salah satu bakatnya untuk dapat dilihat. Ini kalau anak melankolis, sanguinis dan koleris ya.. Kalau plegmatis biasanya lebih suka meniru kemampuan temannya.

Jadi, siapa bilang anak yang pemilih dan suka bermain dengan yang itu-itu saja adalah perilaku negatif? Banyak segi positifnya juga loh..

Tapi, selektif juga ada negatifnya loh..

Kapan sih perilaku selektif dapat berdampak negatif? Berikut ulasannya:

1. Saat ia berteman dengan yang tidak seharusnya

Berteman bagaikan memilih parfum, jika kita salah memilih maka kita akan memiliki bau yang sama.

Setuju?

Selektif dalam berteman akan berdampak sangat negatif jika anak salah memilih teman. Kebanyakan anak yang memiliki pribadi plegmatis biasanya tidak sadar bahwa ia memilih teman yang salah karena ia adalah peniru ulung. Sangat dibutuhkan perhatian orang tua dalam melihat pergaulan anaknya apalagi diusia dini.

2. Saat kelompoknya sangat dominan dilingkungannya sehingga dapat merendahkan teman lainnya dan mengakibatkan kesenjangan

Pernah tidak sih sewaktu kita sekolah dulu kita melihat beberapa ‘genk’ yang terkesan ‘tinggi’?

Pasti pernah dong ya.. Genk kumpulan ‘Anak orang Kayah’, genk kumpulan ‘Anak berwajah Artis’ hingga ‘Genk Anak Culun dan Pintar’. Negatif tidak sih?

Negatif kalau anak kita termasuk kedalam sana.. 😂

Anak kita masuk genk artis, kita yang rempong memodali mereka.

Anak kita masuk genk Culun, kita yang rempong menumbuhkan rasa percaya dirinya dari ‘bully’ sang genk artis.

Haduh, rempong ya emang kalau sudah ketahap ini. 😂

Intinya, sebagai orang tua kita harus peka dengan teman akrab anak kita. Jangan sampai ia salah masuk genk dan membawa dampak negatif dengan kesenjangan sosial dilingkungannya.

3. Over-setia yang menyebabkan dia sulit beradaptasi dilingkungan lain

Ini? Anak emak banget atau emak waktu kecil banget sih? 😂

Iya, memang ada loh anak yang sukanya dekat dan menempel dengan pribadi yang itu saja. Ia terlalu merasa nyaman dengan temannya tersebut sehingga sulit berteman dengan yang lain. Biasanya anak berkepribadian melankolis dan plegmatis turunan akan seperti ini. Negatifnya dia akan sulit bergaul dilingkungan berbeda dan teman yang sepenuhnya berbeda pula.

Lantas, Bagaimana cara adaptasi anak selektif dilingkungan baru?

Tentunya kita sebagai orang tua harus berperan aktif dalam memantau lingkungan anak. Sebelum kita memutuskan ingin berpindah kelingkungan yang baru dan berhadapan dengan dilematis anak maka kita harus mencari tahu sebab dari sifat pemilhnya itu. Kebanyakan anak pemilih dalam berteman pasti memiliki kriteria khusus untuk teman akrabnya. Jadi, hal yang harus kita lakukan adalah:

1. Jadilah teman baginya

Beberapa anak yang berpindah lingkungan tentu akan merasa asing dengan lingkungan barunya. Maka, jadilah teman untuknya sementara waktu. Dengan begitu ia tidak akan terlalu merasa sendirian. Namun, tentu tidak baik juga kalau dia harus membuntuti kita kemana saja karena rasa asing itu, maka..

2. Carilah teman yang baik untuknya

Pelajarilah kriteria teman akrabnya dahulu lalu carilah teman yang mirip seperti temannya dahulu di lingkungan yang baru. Tidak ada? Pasti ada. Jika kita merasa temannya yang mirip sudah tergabung dalam ‘genk khusus’ maka bergabunglah sejenak.

3. Bertemanlah bersama dengan ia dan temannya

Ya, ini mungkin agak kekanakan. Tapi punya jiwa sedikit childish itu kadang penting juga. Dengan begitu kita akan tau karakter dari teman-temannya. Kadang, keterlibatan orang tua juga memiliki dampak positif loh asalkan kita benar-benar bisa menjadi teman bagi mereka.

Point ini harus dikerjakan dengan benar. Karena jika point ini berlebihan mungkin anak akan semakin dijauhi karena kita ikut campur dalam urusan pembelaan dsb.

4. Buatlah hoby yang menyenangkan untuknya

Yes, the last thing is a hoby..

Jika anak masih dirasakan sulit beradaptasi karena sifat selektifnya maka carilah hoby untuknya. Hoby dapat membuat passion pada anak loh bunda. Jika hobynya berkembang menjadi sebuah keterampilan khusus maka teman akan datang dengan sendirinya dan anak akan merasa dihargai di lingkungannya.

Artikelnya panjang?

Anggap emak sedang semangat menulis setelah beberapa hari gak update. Hihi..

Happy Parenting Moms!

Mengembangkan Karakter Positif Anak: PR Besar untuk setiap Orang Tua di Dunia

Mengembangkan Karakter Positif Anak: PR Besar untuk setiap Orang Tua di Dunia

“Orang tua mana yang tidak ingin melihat anaknya sukses?” 

Ya, kata-kata itu sering kali muncul setiap kali aku bertemu dengan para orang tua. Mulai dari Ibuku sendiri, tetanggaku, hingga akhirnya lubuk hatiku membenarkan kata-kata itu. Namun lambat laun aku mulai bertanya lagi,”Sebenarnya bagaimana definisi sukses itu?”

Apakah ketika ia tumbuh besar dengan memiliki segala materi sehingga hidupnya terjamin? 

Apakah ketika ia tumbuh besar dengan membawaku turut menemaninya tanda ia telah berbakti?

Apakah ketika ia tumbuh besar dan terus dapat menuruti segala perintahku tanpa protes?

Dengan begitu, Apakah aku termasuk dalam golongan orang tua yang sukses?

Ilmu parenting memang rumit, pikirku. Bagaimana bisa segala sesuatu ditulis sedemikian rupa namun praktiknya hanya dapat sekian persen diterapkan. Belum lagi alasan kewarasan yang selalu menghambat pembenaran ilmu parenting.

Baca juga: “6 hal yang perlu emak tau sebelum belajar parenting”

Atas dasar pertanyaan mendesak itulah aku berpikir bahwa sepertinya aku perlu mendapat ilmu parenting baru. Apapun itu walau hanya sekedar seminar kecil. Alhamdulillah doaku terjawab ketika dapat mengikuti “Mother’s Day Gathering with Wardah” dengan gratis. Tidak hanya mendapat ilmu beauty class gratis namun aku juga dapat mengikuti seminar parenting tentang “Pengembangan Karakter Anak” dengan nara sumber Psikolog Emma Yuniarrahmah.

Wow, How Lucky! 

Para Ibu di acara Mother’s Day Gathering with Wardah

Pada dasarnya orang tua ingin anaknya sukses. Untuk mewujudkan hal itu maka para orang tua sering kali berusaha maksimal agar anaknya dapat berprestasi. Namun kurangnya pengetahuan dari orang tua menyebabkan ketidakseimbangan porsi IQ dan EQ untuk menunjang keberhasilan anak. Sudah Sering bukan kita melihat ada anak yang sangat pintar dalam pelajaran sekolah namun tidak memiliki sopan santun. Sering pula kita melihat anak yang tidak dapat berekspresi dengan benar diluar namun sangat aktif didunia maya.

Hal ini yang membuatku kadang kala sering berpikir bahwa karakter introvert dan ekstrovert itu adalah pengaruh lingkungan dan gaya pendidikan bukan bawaan genetik. Ya, sebenarnya sejak kecil jika anak kita dididik untuk berkarakter positif dengan teladan positif pula maka ia akan menjadi pribadi yang luar biasa.

Bunda emma menjelaskan pendidikan karakter

Harapan terbaik orang tua adalah anaknya dapat menjadi pribadi yang mandiri, santun, berperilaku baik, mampu mengambil keputusan, percaya diri, cerdas, bertanggung jawab serta optimis. Untuk mewujudkan karakter positif itu, kita memerlukan pola pengasuhan yang tepat dengan turut memahami perkembangan anak.

Kesempatan kita untuk mendidik anak hanya terjadi satu kali. Maka, jangan sia-siakan kesempatan emas itu. Karena ia tidak akan terulang. Didik anak untuk mematangkan karakternya diusia dini karena jika ia sudah besar hal ini akan sedikit terlambat. Berikut ini merupakan alasan mengapa karakter anak harus dibentuk sejak kecil:

1. Masa anak merupakan periode perkembangan yang cepat dan terjadi perubahan. 

2. Pengalaman masa kecil berpengaruh kuat terhadap perkembangan berikutnya

3. Membantu anak dalam mengembangkan diri dan memecahkan masalah.

4. Upaya Pencegahan jika suatu hari nanti anak di hadapkan pada pilihan yang buruk. 

Dalam persentase perkembangan manusia dijelaskan bahwa pada umur 0-4 tahun karakter anak dapat berkembang hingga 50%. Pada umur 4-8 tahun karakter dapat berkembang hingga 30%. Sementara pada umur 8-18 tahun karakter dapat berkembang hingga 20%.

Jadi, sudah tau alasan kenapa kalau anak kecil itu polos sekali sementara anak remaja itu suka protes?

Sudah tau alasan kenapa kita sulit menghilangkan innerchild kita saat kita sudah besar?

Kesimpulannya, gaya asuh yang orang tua terapkan sejak kecil sangat berpengaruh terhadap perkembangan karakter anak. Begitu pula segala aturan dan interaksi yang orang tua bentuk. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap pola perkembangan anak.

Bagaimana pola asuh yang sering diterapkan oleh orang tua?

Seringkali pola asuh dibawah ini sangat familiar di sekeliling kita:

  • Orang tua memberikan fasilitas tanpa tahu dampaknya
  • Orang tua overprotective sehingga tidak percaya dengan anaknya
  • Orang tua menerapkan disiplin yang ketat dan penuh aturan

Sebenarnya, pola asuh yang disarankan adalah:

  • Tidak terlalu keras, namun juga tidak terlalu lunak tanpa aturan
  • Pola hubungan sejajar (bersahabat) bukan top down (pada moment tertentu)
  • Minimalkan tekanan
  • Jadilah contoh/teladan yang baik, bukan hanya bisa mengucapkan
  • Tunjukkan perhatian dan kasih sayang
  • Hadirlah dalam kehidupan anak, bukan hanya ada secara fisik tapi sibuk sendiri dan tidak ada artinya bagi anak
  • Pola asuh Ibu dan Bapak harus Konsisten

Jika pola asuh diatas dapat diterapkan dengan baik maka kemungkinan besar anak akan memiliki karakter yang positif. Karakter positif pada anak dapat bersifat universal yang dapat diterima diberbagai budaya. Hal ini mencakup cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak (semuanya harus sejalan). Karakter positif akan tercipta dari pembiasaan yang tentunya tidak cukup dengan diajarkan saja. 

Memang, butuh waktu untuk berhasil dan menanamkan karakter positif pada anak. Untuk itu kita perlu mengenalkan, melatih, serta membiasakan anak sejak kecil. Berikut adalah cara-cara detail membentuk karakter pada anak:

1. Bersikap konsisten dan berkelanjutan

Sepertinya sikap konsisten berlaku untuk resolusi apa saja. Setiap ingin melakukan perubahan kita harus menetapkan hati dan tujuan. Ketetapan yang kuat inilah yang akan menciptakan konsisten berkelanjutan. 

Sebagai contoh, kita ingin anak kita berhenti kecanduan gadget. Maka kita harus membuat jadwal batasan untuknya. Kita juga tidak boleh ingkar terhadap jadwal tersebut karena pola pikir anak sudah terbentuk untuk membedakan boleh dan tidak. Apa jadinya jika kita sendiri saja tidak konsisten dalam memberikan aturan? 

Baca juga: “Mendidik anak generasi milenial dengan CERDIK”

2. Jangan lupa beri pendidikan keagamaan

Pendidikan agama harus diberikan sejak kecil. Hal yang harus dijadikan dasar diantaranya adalah Iman. 

Aku sendiri belum mengajarkan hal lebih detail tentang agama seperti hapalan surah dan lainnya. Bagiku, dia mengerti Allah dan Nabi Muhammad saja rasanya sudah syukur sekali. Basicnya, kalimat syahadat adalah dua hal yang harus dia pahami. Selebihnya adalah metode santai. 

Baca juga: “Ketika anakku bertanya Nabi Muhammad yang tak boleh digambar” 

Selain Iman hal yang lebih penting diterapkan adalah takwa. Yah, tidak dipungkiri bahwa pendidikan agama adalah dasar bahwa anak harus mengenal istilah takwa. Dalam praktik pembelajarannya biasanya aku menerapkan malaikat kiri kanan sebagai pengawas tindakannya. Hal ini akan membuat anak merasa berdosa jika ia telah melakukan kesalahan dan akan berusaha memperbaikinya. Ia juga akan lebih bersemangat dalam mengerjakan kebaikan.

3. Berikan penjelasan dan diskusi tentang karakter positif 

Nah, kelanjutan dari point no. 2 adalah penjelasan tentang karakter positif. Kenapa karakter positif harus diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari. Dalam pendekatan agama aku mengajaknya untuk mengenal Surga. 

Anak-anak senang berimajinasi tentang surga. Di imajinasi mereka surga bagaikan tempat indah yang luas yang dipenuhi dengan permen, coklat dan mainan. Sebagai orang tua tugas kita adalah mengarahkan mereka bagaimana cara untuk mencapai surga. Ya, kedengarannya simple. Tapi percayalah, mereka akan tetap tergoda untuk mencoba berbuat kejelekan. Maka, tugas kita untuk membimbing mereka.

4. Memberikan contoh

Semua pasti setuju jika anak kecil itu senang protes. 

“Mama ini bilangin ga boleh main hape tapi mama sendiri main hape terus” 

😅

Sejatinya anak adalah peniru ulung dari orang tuanya. Karena itu istilah ‘buah tak jatuh jauh dari pohonnya’ terkenal sekali. Maka, ketika ingin membuat aturan untuk buah hati sebaiknya perbaiki diri sendiri terlebih dahulu. Jika kita belum sanggup menjadi contoh maka berikan aturan kecil yang kita sudah sanggup melakukannya.

5. Tidak memanjakan

Aturan yang dibuat tidak boleh terlalu ketat namun juga tidak boleh terlalu longgar, setuju? 

Khawatirnya, jika kita melonggarkan aturan anak kita akan cenderung manja. Nah, tanpa sadar kita malah terbawa pada pola asuh permisif. Efek negatif dari pola asuh ini adalah anak menjadi lambat dalam kemandirian, cenderung mengandalkan orang lain hingga takut akan kegagalan dan kekalahan. 

6. Lakukan hal-hal kecil yang positif

Mendidik anak itu tidak perlu dimulai dengan hal besar sekaligus, setuju? 

Anak kecil lebih senang memperhatikan hal-hal kecil yang dilakukan oleh orang tuanya. Ia akan mencontoh semua hal detail yang dilakukan oleh orang tuanya. Maka, berilah contoh yang terpuji. 

source: kar4kids.org

Membuang sampah pada tempatnya, memberi makan binatang, menyiram tanaman, menyapa teman adalah contoh hal kecil positif yang dapat kita lakukan untuk membuat si kecil meniru kita. 

7. Lakukan pengulangan dan pembiasaan 

Hal apa yang biasanya selalu terlupa untuk di ucapkan si kecil? 

Banyak, tapi jangan sampai si kecil lupa untuk berkata ‘Terima Kasih’ saat diberi, berkata ‘Maaf’ saat berbuat kesalahan, dan berkata ‘Tolong’ saat ingin meminta tolong. Tiga hal ini adalah hal dasar untuk mengembangkan karakter anak. 

Untuk terbiasa mengucapkan hal tersebut maka kita harus tidak bosan mengulangnya. Terkadang, anak kecil bukannya lupa mengucapkan hal tersebut tapi perasaannya masih sedikit malu dan mereka sering merasa terburu-buru sehingga sulit mengucapkan kata tersebut. Maka, jangan bosan untuk terus membiasakan mereka. 

8. Nyatakan salah jika memang salah

Sering melihat anak yang senang mengadu? 

Apa yang kita lakukan jika si kecil mulai mengadu dan mencurahkan konflik dengan temannya? 

Ada sebagian orang tua yang senang membela anaknya. Bagaimanapun sudut pandang cerita konflik tapi orang tua tersebut tidak mau tau dan sering membela anaknya bagimanapun keadaannya. Padahal jika hal itu terus berkelanjutan maka anak akan merasa bahwa dirinya selalu benar. 

Sebagai orang tua kita harus menjadi pendengar dan penasehat yang baik bukan sebagai pelindung egonya. Nasehatilah ia jika memang ia melakukan hal yang salah. Jika ia menangis dan membela diri maka biarkan saja. Lambat laun ia akan menyadari kesalahannya dan berani meminta maaf. 

9. Lakukan tindakan koreksi jika ada yang tidak sesuai 

Sebagai orang tua hal yang perlu kita lakukan diantaranya adalah evaluasi. Kita perlu memantau sejauh mana anak kita telah berkembang dan memahami pola asuh mana yang tidak sesuai dengannya. Karena sejatinya, tidak semua anak berkepribadian dasar yang sama. 

Sebagai contoh, kadang kala anak perempuan terlahir jauh lebih sensitif dibanding anak laki-laki sehingga ia lebih sering protes dan mengeluarkan air mata. Maka kita sebaiknya tidak menerapkan pola asuh yang sama untuknya. Akan lebih baik jika Ibu dan Ayah bekerja sama dalam pengembangan kepribadian anak. 

source: elderlaw-solution.com

Membentuk karakter positif pada anak bukanlah hal mudah. Terlihat mudah sekali menonton dan menuliskannya disini. Percayalah praktiknya sangatlah sulit.

Namun, seperti prinsipku dahulu. Jika aku tak menulisnya, maka aku tak akan bisa belajar apa-apa. Kuharap tulisan ini berguna bagi pembacanya juga dapat menjadi pengingat untuk diriku sendiri, seorang Ibu baru dengan satu anak.

Happy Parenting.. 😊

Mendidik Anak Generasi Milenial dengan CERDIK bersama So Good

Mendidik Anak Generasi Milenial dengan CERDIK bersama So Good

Suatu hari aku berkumpul dipojok ceria ’emak-emak’ saat menjemput anakku pulang sekolah. Biasanya aku jarang sekali mengikuti pembicaraan emak-emak yang berkumpul ria seperti ini. Tapi untuk kali ini aku sengaja mengikuti pembicaraannya dengan cukup lama karena topik dari pembicaraan bukanlah tentang gosip. Ya, mereka berbicara perkara anak-anak zaman now. 

“Seharian main handphone mulu si Kaka, ya adeknya ikut-ikutan jadinya”

“Iya, beda banget sama zaman kita kecil dulu ya.. Kalo kita dulu ga kayak mereka”

“Apalagi anakku, kalau udah buka youtube ga bisa dipanggil-panggil. Asik sendiri”

Terus aku ikut nyurcol, “Kok sama yah, suami aku kerjaannya dirumah ‘enemy has been slayed’ dan itu jadi bahan ejekan anakku” 😂

Bisa ditebak betapa konyolnya wajah para ibu-ibu itu mendengar kata-kataku yang ‘sok nyambung’. Hahaha..

Tapi serius, aku mengerti sekali perasaan mereka. Mengasuh anak generasi milenial seperti sekarang itu tidak gampang. Hal ini ditambah dengan situasi lingkungan perkotaan yang menuntut para ibu-ibu menjadi individualis dirumah. Apa efeknya? Ibu-ibu sekarang haus akan kewarasan dan membiarkan anaknya berlama-lama bermain gadget ‘tanpa’ didampingi olehnya.

Salahkah?

Tidak bisa dipungkiri di zaman sekarang adalah hal yang mustahil jika ingin menjauhkan total gadget dengan anak. Kenapa? Karena emaknya sendiri juga beraktivitas dengan gadget. 😂

Ya bagaimana tidak? Emak-emak zaman now ya.. Masa ga ngerti gadget alias gaptek? 😅

Emak melihat anak sakit langsung browsing. Emak kehabisan inspirasi buat masak langsung berburu resep di internet. Emak kurang piknik tapi enggak punya waktu piknik, akhirnya main sosmed. Emak kurang sosialisasi dirumah tapi tetangga pada enggak suka keluar rumah, akhirnya main WA dan BBM. Emak kekurangan duit sementara anak masih kecil-kecil, akhirnya memilih jualan online. Ya, semua aktivitas emak sekarang butuh gadget!

Sebagai rule mode pertama dari anak maka sangat tidak mungkin emak yang hidup dengan gadget menjauhkan anak dari gadget. Tidak mungkin, karena generasi dimana emak hidup sekarang adalah generasi milenial. Karena itu, apa solusi terbaik untuk anak pada generasi milenial?

Yaitu dengan mencukupi kebutuhannya dengan CERDIK sesuai zamannya. Ya, kita tahu bahwa gadget bagi anak memiliki dampak negatif tapi ada pula dampak positif yang didapat dari gadget. Asalkan kita sebagai orang tua dapat mengawasi, membimbing serta mengajarkan nilai kebaikan dari gadget.

Jujur saja dulu aku juga anti gadget. Sewaktu anakku Farisha masih berumur 2 tahun aku sering sekali membacakannya buku cerita sebelum tidur. Buku cerita sangat membantuku untuk menidurkannya yang saat itu dalam proses menyapih. Tadinya, aku berpikir bahwa dengan membacakan buku cerita maka aku telah mencukupi kebutuhan hiburannya setiap hari. Ternyata aku salah, lambat laun aku pun lengah dengan turut menyodorkan gadget padanya.

Awalnya menyenangkan. Ia tak lagi mengganggu aktivitasku. Aku dapat mengerjakan pekerjaan rumah dengan bebas tanpa gangguannya. Namun lama kelamaan aku merasa menjadi nomor dua baginya. Ia mulai mengacuhkan panggilanku. Ia asik dengan ‘mainan’ barunya. Ia tidak perduli lagi dengan asiknya kegiatan membentuk dough roti dengan tangannya. Parahnya, ia lebih suka melihat video di youtube dibanding dibacakan dongeng olehku.

Ini salah.. Ini salah.. Pikirku.

Saat itu aku memutuskan untuk menjauhkan gadget dari hidupku. Dia harus meniruku yang dapat survive tanpa gadget. Kebiasaan ini berhasil tapi mulai pudar saat Farisha mulai kenal arti berteman diluar.

Ya, kupikir dengan mengajaknya bermain diluar bersama teman dia akan senang dan melupakan gadget. Ternyata sejak berteman dia malah menjadi iri dengan temannya yang asik dengan gadgetnya dan tidak memperdulikannya. Dia berkata padaku, “Ma, Farisha jua mau main hape seperti teman Farisha” 😑

Kejadian ini memberiku pembelajaran bahwa menjauhkan anak dari gadget sepenuhnya bukanlah tindakan bijak. Aku akhirnya mulai menerapkan 3 aturan dalam memberikan pinjaman gadget bagi anakku. Tiga aturan itu antara lain:

  1. Tidak membiarkan anak meminjam gadget dalam kondisi online.
  2. Tidak boleh bermain gadget lebih dari 15 menit.
  3. Hanya permainan edukatif yang boleh dilakukan anak dalam bermain gadget.

Tiga aturan tersebut telah sukses aku terapkan selama ini. Sejak itu aku merasa kehidupanku normal kembali. Farisha mulai senang membantuku didapur untuk membuat kue maupun memasak, senang setiap kali aku bacakan buku cerita, dan hadiah dari sikapnya baik tersebut aku memberinya kepercayaan untuk meminjam smartphone-ku dalam waktu 15 menit sebanyak 3x sehari.

***

Bicara tentang hoby anakku dalam memasak, ia paling menyukai kegiatan membentuk. Baik itu membentuk dough roti, membentuk cookies, hingga menata persentasi makanannya sendiri. Aku membiarkan imajinasinya berkembang dari kegiatan itu. Dan yang terpenting, ia bangga dengan karyanya sendiri dan dapat dengan lahap memakan hasil dari olahan tangannya.

Namun kini Farisha sudah sekolah. Ia tidak memiliki banyak waktu didapur seperti dahulu. Ia kini memiliki lingkungan baru, teman baru dan pola hidup yang baru. Aku sebagai Ibunya pun kini memiliki rutinitas baru setiap pagi untuknya. Yaitu membuat bekal.

Membuat bekal itu sebenarnya mudah. Tapi membuat bekal yang terlihat menarik itu sulit. Sementara anakku sendiri sudah terbiasa dimanjakan lidahnya oleh masakanku. Aku tidak bisa membuat imajinasinya mulai pudar dengan bentuk bekal yang itu-itu saja. Ditambah lagi, aku tidak punya waktu cukup untuk menyiapkan semuanya serba sempurna dipagi hari yang sibuk.

Akhirnya suatu malam aku memutuskan untuk membeli makanan praktis disupermarket. Kebetulan besok aku punya banyak kegiatan dan tidak ingin berlama-lama dalam membuat bekal sekolah anakku. Aku akhirnya memutuskan untuk membeli Nugget karena Farisha suka sekali dengan Nugget. Dan pilihanku jatuh pada Nugget So Good.

Kenapa So Good ya? Karena aku termasuk mommy yang suka pilih-pilih dalam membeli makanan. Sebenarnya merk nugget lain juga banyak. Tapi So Good ini sudah terjamin kualitasnya dan paling enak rasanya. Dan nilai plus lagi dari So Good ini adalah bentuknya bervariasi sekali. Anakku pasti suka bentuk-bentuk makanan yang lucu untuk bekalnya disekolah.

Aku akhirnya memilih So Good Nugget Ayam Dino Bites. So Good varian ini adalah nugget yang berbentuk dinosaurus. Aku memilihnya karena Dinosaurus adalah binatang yang hanya hidup di imajinasi Farisha dan aku ingin membuatnya terlihat nyata. Hal ini karena dia sering sekali bertanya tentang dinosaurus seolah-olah ingin benar-benar melihatnya.

Aku pun pulang dan langsung bertanya padanya.

“Farisha mau lihat Dinosaurus?”

“Bukannya Dinosaurus sudah musnah ma? ditabrak batu besar? ” Katanya

“Dinosaurus sudah musnah sayang, sekarang cuma ada fosil dinosaurus daaan Dinosaurus Goreng” Kataku

“Dinosaurus goreng?” Farisha bertanya heran.

Aku lalu mengeluarkan So Good Nugget Ayam Dino Bites berukuran 400 gr yang aku beli lalu membuka isinya. Dan aku terkejut, ternyata didalamnya ada hadiah kartu So Good Cerdik dengan Framenya. Wow, ini keren. Pikirku.

Sementara aku menginstal aplikasi So Good Cerdik di Playstore, Farisha mulai memilih dinosaurus apa yang akan digoreng. Dia memilih Brontosaurus dan T-Rex untuk makan malamnya nanti. Dan menyisakan Dua T-Rex untuk bekal sekolahnya besok. Saat melihatku asik mengutak atik kartu dan smartphoneku akhirnya dia bertanya, “Apa itu ma? Mainan baru?”

Aku tersenyum dan mengajaknya masuk kekamar. Ya, aku senang sekali malam itu. Aku punya dongeng baru untuk Farisha. Siapa kira smartphone begitu berguna untuk dongeng kita malam ini.

Dongeng? Dengan kartu itu?

Ya, ternyata kartu ini bukan kartu sembarangan. Kartu ini adalah kartu ajaib yang dapat berbicara dan mendongeng dengan aplikasi So Good Cerdik. Kartu ini di olah dengan teknologi Augmented Reality atau AR. Hanya dengan melakukan scan pada kartu ini di kamera smartphone maka akan terjadi keajaiban.

Mau tau cara lebih lanjutnya? Yuk, aku kasih tau.. 😊

Pertama, kita harus install aplikasi So Good Cerdik di Playstore.

Dan mari kita buka aplikasinya.

Pilih cerita yang tersedia. Karena aku mendapatkan seri Chika dan Chiko part 2 maka aku memilih gambar Chika dan Chiko part 2.

Kemudian klik mulai dan arahkan kamera smartphone pada kartu So Good Cerdik berhadiah tadi. Lalu klik mulai cerita. Dan lihatlah, smartphone juga bisa bercerita loh. Seperti aku. Tapi aku tidak bisa membuat tampilannya sekeren ini. Serius, tampilannya tiga dimensi dan tokohnya dapat bergerak. 😆

Bisa dibayangkan betapa senangnya anakku melihat keajaiban dari aplikasi So Good Cerdik ini. Dia langsung bilang, “Lagi ma.. Lagi…”

Dan sampai sekarang cerita ini diulang-ulang hingga tiada bosannya. Kemudian dia berbisik padaku, “Ma, nanti beli lagi ya.. Aku mau cerita yang lain juga”

“Hihi.. Baiklah, tapi nanti minta belikan so good dengan papamu saja ya sayang..” 😝

***

Bercerita bersama aplikasi So Good Cerdik membuatku tersadar. Bahwa mendidik anak generasi sekarang tidak bisa disamakan dengan generasi sebelumnya. Kita harus peka dengan teknologi, bukan melarang perkembangan teknologi masuk kedalam keluarga kita. Karena teknologi yang dipergunakan secara positif maka akan menghasilkan output yang positif pula.

Berbagai permainan digital edukatif seperti aplikasi So Good Cerdik dengan cerita pengantar tidurnya telah mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada anakku. Diantaranya untuk bisa berbagi, kreatif, dan tidak berprasangka buruk dengan orang lain.

Aku kini dapat membangun bonding lebih erat dengan anakku berkat So Good Cerdik ini. Bentuk Dinosaurus dari Nugget So Good benar-benar membangkitkan imajinasinya sehingga kami dapat bermain bersama. Setelah lelah bermain, kami menonton dongeng bersama. Benar-benar moment yang menyenangkan.

Keesokan harinya, Farisha langsung mengajak temannya bermain dirumah. Ya, dia semangat sekali mengajak temannya. Awalnya, temannya tidak menghiraukannya dan asik dengan gadgetnya. Namun akhirnya ia tertarik mendekat ketika melihat Farisha bermain So Good Cerdik dengan Kartu Augmented Reality milik Farisha. Saat melihat keduanya, hatiku senang. Kini Farisha mulai meniru gaya cerita sang story teller di aplikasi itu.

Ya, siapa tau ketika besar kamu biasa jadi pendongeng hebat berkat So Good Cerdik ya nak!

***

Pagi harinya aku membuka kulkas untuk membuatkan Farisha ‘Dinosaurus Goreng’ lagi. Namun, secara iseng aku membuka aplikasi So Good Cerdik lagi. Karena aku pernah melihat kata-kata resep pada menu utamanya. Dan benar saja, ternyata banyak resep kreasi nugget disana. Wow.. 😱

Saat asik membaca aku baru sadar kalau bahan-bahan untuk membuatnya tidak ada dikulkas. Sepertinya aku perlu resep yang lain. Eh, sayangnya kategori resep yang sudah di unlock cuma satu. Hiks..

“Baiklah, mungkin aku akan membeli So Good lagi besok” Pikirku.

*loh, kok emaknya jadi ikut keracunan.. 😂

Ya, ini ceritaku saat bangkit membangun semangat mendidik anakku di generasi milenial dengan CERDIK. Mana ceritamu?

Happy Parenting! 😊

IBX598B146B8E64A