Hal Menakjubkan Yang Telah Berubah Sejak Aku Menjadi Ibu
“Setiap orang akan berubah, lihatlah.. Pohon saja tumbuh.. Rumput saja selalu tumbuh seberapapun seringnya ia dipotong..” Kata seseorang padaku.
“Ya, tapi kurasa perubahan itu bukan hanya jenis pertumbuhan saja. Kadang memang ada sesuatu yang cukup berubah dari segi warna dan bentuk lalu selesailah urusannya..” Sahutku membela diri.
“Tapi biarpun begitu, semuanya berjalan. Tidak pernah sesuatu hal berguna akan tamat begitu saja. Seperti halnya buku. Bagi penulisnya, buku itu mungkin sudah tamat. Tapi manfaatnya akan terus mengalir. Kurasa tidak mungkin ada sesuatu di dunia ini yang diciptakan tanpa perubahan sedikitpun hingga tak ada manfaat sedikitpun.”
Aku menatap dua mata penuh yang penuh optimis itu. Tak pernah sebelumnya aku merasakan aura sedemikian nyaman saat aku mulai cengeng. Saat itulah aku memutuskan hal yang terbesar dalam hidupku.
Aku ingin menjadi energi dalam setiap langkahmu..
Karena di dunia ini.. Hanya kamu satu-satunya orang yang percaya dengan kemampuanku..
***
Menjadi Ibu adalah fase perubahan terbesar nomor 3 dalam hidupku. Untuk nomor 1 dan 2 adalah rahasia. Karena kedua perubahan masa lalu itu adalah perubahan termanis sekaligus terburuk. Tak apa, tiap orang tentu punya masa kelamnya masing-masing. Dan aku ingin bercerita tentang perubahanku sekarang. Ya, perubahan sejak menjadi Ibu.
Awalnya aku mengira sejak awal menyandang status Ibu maka aku akan menjadi wanita paling sempurna. Ya, seakan lengkap sudah tujuan hidup ini. Ah, ternyata menjadi Ibu itu sulit. Aku kira awalnya, suatu saat aku akan menjadi Ibu yang sempurna. Ternyata, aku merasakan hal sebaliknya dalam prosesku menjadi Ibu.
Hmm.. Inikah titik terendah dalam hidupku?
Ya, seharusnya titik kebahagiaan seorang wanita itu ketika ia sudah menjadi Ibu. Ternyata tidak, justru itu awal dari konflik kehidupan sesungguhnya. Banyak cerita yang telah aku alami sejak menjadi Ibu.
Baca juga: Baby Blues, aku mengalaminya
Baca juga: Sepenggal Cerita tentang Ibu yang mencari kebahagiaan
Baca juga: Please, aku bosan jadi IRT
Baca juga: Revolusi 2018, Menjadi Pribadi yang seimbang
Sudah membaca semuanya? *ah, ga penting.. Hahaha 😂
Percayalah, jika kalian melihat judul blog shezahome dengan mengernyitkan dahi maka tidak denganku..
Blog shezahome aku buat sebagai tuangan wadah untuk berevolusi, karena itu judulnya “Proyek Evolusi Mamah Muda”. Blog ini berisi segala tuangan ekspresi dengan harapan suatu hari nanti aku dapat berubah menjadi pribadi yang lebih baik.
Dan hari ini, aku ingin membuat penghargaan kecil untuk diriku sendiri. Ya, sebuah tulisan “curcolan lagi” yang merupakan hasil dari gabungan-gabungan pujian dari sang suami tercinta. *mana gayung? Lebay amat yah.. 😂
Kurasa hal ini perlu ya. Mengukur sudah sejauh mana sebenarnya perubahan diri? Nah, berikut adalah perubahan-perubahan positif yang aku rasakan sejak menjadi Ibu:
1. Aku menjadi Mandiri
Sejak menjadi Ibu, aku belajar untuk mengerjakan sesuatu tanpa bantuan siapapun. Mungkin hanya hal kecil tapi ini adalah perubahan besar untukku yang dulunya merupakan anak perempuan satu-satunya diantara 4 bersaudara. Perubahan kecil ini dimulai dari menyingkirkan rasa takutku akan dunia sosial dan ketergantunganku dengan sosok Mama.
Dulu, aku sangat mengekor pada mama. Ya, hingga remaja. Hal ini mungkin karena aku merasa mama adalah satu-satunya teman untukku di rumah. Hmm, ya aku tidak terlalu akrab dengan saudara laki-lakiku. Hingga hal sepele seperti mendaftar les dan bla bla mama selalu mendampingiku. Aku tidak peduli di cap sebagai anak mama. Tapi karena hal negatif yang terus berkelanjutan ini maka aku sedikit takut dengan dunia sosial.
Tapi sejak memiliki anak? Entah kenapa rasa malu itu langsung muncul. Aku malu jika kemana-mana harus bersama mama. Sampai membawa anak Imunisasi saja dengan mama? Hallo? Haha..
Memutuskan Ikatan yang tidak biasa dengan mama telah membuatku berubah menjadi sosok yang mandiri.
2. Aku belajar arti Memberi tak hanya menerima
Kasih Ibu kepada Beta..
Tak terhingga sepanjang masa..
Hanya memberi.. Tak harap kembali..
Bagai Sang surya menyinari dunia..
Dulu, aku hanya bisa menyanyikan lagu ini sambil tersenyum melihat wajah lelah Mama. Tentu saja lagu ini tak aku nyanyikan hingga besar. Aku sewaktu kecil begitu jujur dan polos dalam mengungkapkan perasaanku. Namun menginjak usia dewasa, aku mulai malu mengungkapkan perasaan sayang pada Mama dengan ekspresi berupa nyanyian atau pujian. Entahlah sejak kapan aku begitu berubah menjadi non ekspresif seperti itu.
Kini, aku telah merasakan bagaimana rasanya menjadi Ibu. Menjadi orang yang ‘hanya memberi’ dan tak mengharapkan balasan apapun. Ya, itu betul.. Menjadi Ibu itu tak mengharapkan imbalan berupa materi atau hal yang prestise. Tapi, kiranya aku salah..
Saat anakku mulai besar dan dapat bernyanyi serta memujiku, aku merasakan betapa besar energi rasa sayang dari pujian itu mengalir pada semangatku. Aku senang sekali sekaligus merasa menyesal.
Menyesal kenapa saat beranjak dewasa aku tak semanis wujud kecilku dulu. Betapa lelah mama telah membesarkanku namun balasannya hanyalah wujud flat dari ekspresiku yang merupakan kebalikan dari perasaanku.
Kini, sejak menjadi Ibu. Aku mengerti perasaan itu. “Hanya memberi.. tak harap kembali..”
3. Aku menjadi serba bisa
Sewaktu remaja dulu, apakah aku pandai memasak?
Tidak, masakanku hancur rasa dan hancur segalanya.
Sewaktu remaja dulu, apakah aku jijik melihat pup n pee bayi?
Ya, walau dulu aku memiliki adik saat umur 8 tahun. Tapi setiap melihat adikku pi*is aku selalu bergumam ‘hiiiiiiy.. Jijik’
Sewaktu remaja dulu, bisakah aku membersihkan rumah sambil mencuci dan memasak dalam waktu bersamaan?
Tidak bisa, karena tanganku sibuk dengan chit chat dunia maya dan tugas. Bahkan menyapu kamar saja malas. Haha
Tapi sejak menjadi Ibu?
Aku bisa melakukan semuanya..
Aku bisa memasak dengan kayu bakar. Aku bisa menyediakan kue hingga makan siang para tukang saat rumah direnovasi dengan anak yang masih kecil dan menyusu. Aku bahkan bisa membersihkan rumah sambil mengerjakan 2-3 pekerjaan lainnya. Aku bahkan sempat berjualan. Kusadari, semua hal yang dulu tak bisa kukerjakan sendirian kini telah serba bisa kukerjakan.
Kiranya benar bahwa setiap wanita itu sebenarnya punya kekuatan super jika ia sudah memiliki hal yang benar-benar dicintainya.
4. Aku tidak se-melankolis dulu
Ini adalah perubahan besar dalam hidupku. Aku mulai menunjukkan pribadi yang lain selain dari sisi melankolisku yang terbilang akut.
Baca juga: Susahnya jadi Cewek Melankolis Akut
Awalnya aku mengira bahwa sikap baruku yang muncul itu hanyalah wujud dari ‘kepura-puraan’ ku saja. Ternyata, lambat laun aku menyadari bahwa aku menikmatinya.
Aku mulai menikmati munculnya sisi-sisi sanguinis dalam kepribadianku. Bukan hanya itu, aku kini merasa bahwa terkadang aku bisa sangat bersemangat jika menemukan hal baru. Jika sudah begitu maka aku dapat bercerita dan tertawa dengan lancar hingga berjam-jam lamanya. Dulu, aku tidak pernah seekspresif ini.
Apakah aku menikmatinya?
Ya, aku sangat menikmatinya.
5. Aku tidak pemalu lagi
Dulu, aku sangat pemalu. Bahkan teman-teman sekelasku dulu mengelariku ‘siput pais’ karena sifatku yang selalu diam apapun yang terjadi. (FYI: Pais adalah sebutan bahasa banjar untuk masakan pepes. Siput pais adalah sebuah majas sarkasme yang artinya sudah dari sananya pendiam seperti siput lalu kemudian dimasak pepes jadilah benar-benar diam.. Haha)
Sewaktu sekolah dulu, aku sangat anti dalam mengacungkan jari. Jika Guru bertanya tentang jawaban maka aku selalu diam biarpun aku tau jawaban yang tepat. Jika Guru bertanya adakah yang tidak dimengerti maka aku tidak akan bertanya walaupun aku sangat ingin bertanya. Jika kemudian Guru iseng bertanya padaku maka aku akan mengeluarkan keringat dingin karena gugup, walaupun aku bisa dan aku tau jawaban yang benar tapi kata-kata yang keluar dari mulutku sangat berantakan.
Sekarang? Ku akui aku berubah.
Aku tidak terlalu mengerti kapan lebih tepatnya perubahan ini muncul. Dalam acara event blogger beberapa bulan dan minggu yang lalu aku tidak sungkan mengangkat tangan dan bertanya. Kurasa, pertanyaan yang aku lontarkan pun tidak ada nada gugup didalamnya. Ada sebuah dorongan semangat yang tidak jelas asalnya menyuruhku untuk melakukan itu.
Saat sudah melakukan itu, ada perasaan bangga yang muncul pada diriku. Seakan-akan hal yang selama ini tertanam dalam hati dan tertimbun bertahun-tahun baru bisa keluar semenjak aku menjadi Ibu. Ya, sejak menjadi Ibu aku telah menjadi pribadi yang lebih berani dan percaya diri.
Kenapa Hal ini Bisa Terjadi?
Salah seorang temanku berkata padaku ketika sekian lama kami tidak bertemu..
“Kenapa kamu bisa sedemikian berubah? Aku senang dengan kamu yang sekarang win..”
Ya, kadang kita tak sadar bahwa kita sudah berubah kecuali kita bertemu dengan teman lama yang benar-benar mengenal kita. Betul?
Kupikir, ada dua hal dominan yang telah menyebabkan perubahan ini.
1. Acting Ibu yang kebablasan
Sejak memiliki anak, aku membuat prinsip baru dalam parenting versiku sendiri. Kalian mau tau bagaimana prinsip parenting versiku dulu?
Menjadi Ibu adalah seni berpura-pura.
Jika melihatnya menangis, berpura-pura lah untuk tertawa maka ia akan ikut tertawa..
Jika ia marah dan berontak berpura-pura lah untuk sabar dan lihatlah ia sebagaimana kita berkaca dengan masa lalu kita..
Jika kita bosan menghadapinya, berpura-pura lah untuk tidak bosan. Jangan pernah memasang mode flat face pada anak kecil atau ia akan menirunya saat besar nanti.
Aku memang bukanlah ibu yang baik. Tapi aku selalu berusaha untuk berpura-pura baik atau berakting menjadi tokoh terbaik di depan anakku. Karena aku tau bahwa ia adalah peniru ulung. Aku adalah role mode pertama dalam hidupnya.
Tanpa kusadari, karena sifat dan prinsip parenting versiku ini maka aku telah memiliki kepribadian yang.. Hmm.. Bisakah dibilang berkepribadian ganda?
Sejak menjadi Ibu, aku telah membuat senyum dan tawa yang ikhlas untuk membuatnya tersenyum. Dulu, aku hanya bisa memasang mode flat face dimanapun berada. Oh, kurasa hal ini dialami semua ibu yang awalnya merupakan orang yang dingin. Betul? Ibu macam mana yang bisa mengaplikasikan mode flat didepan anak kecil nan lucu.
Bagaimana bisa seorang lulusan akuntansi yang dulunya hanya mengenal seonggok kertas membosankan kini harus pura-pura senang dengan setumpuk mainan yang berantakan? Dan setumpuk boneka? Serta crayon warna-warni?
Kini aku tau kenapa dulu aku sempat ingin menjadi Guru TK. Ternyata hal itu karena aku senang memiliki 4 varian suara yang berbeda. Dari 4 varian suara itu, aku berpura-pura untuk menjadi 4 teman Farisha melalui bonekanya. Finally, aku ketagihan untuk bermain dengannya. Aku baru menyadari bahwa teman sejatiku yang benar-benar lucu adalah dia.. Ya.. Anak ini.. Anak ini benar-benar merubahku menjadi karakter warna-warni.
Nak, Acting Mama kini sudah kebablasan. Mama benar-benar merasa bukan diri mama yang dulu lagi. Mama merasa menjadi pribadi yang jauh lebih baik. Hal itu salah satunya adalah karenamu…
2. Dorongan semangat dari Suami
Dibalik istri yang cemerlang itu_Selalu ada suami luar biasa, betul? He
Eh, emang aku sudah cemerlang? 😂
Belum yah, tapi lumayan sudah mau berubah sedikit.. Eh banyak..😜
Sedikit curcol, blog shezahome dibuat oleh suamiku yang merupakan seorang programmer sekaligus konsultan IT dari Sharesystem. Belum tau sharesystem? Kenalan dulu dong yah sebagai blogger. Mba langit amaravati aja udah kenalan kok.. Hehe.. *numpang tenar dari mba langit saya.. 😂
Terus kenapa? Blog ini bisa bikin berevolusi ternyata?
Oh bukan sekedar berevolusi, blog ini sudah menjadi salah satu semangat hidup aku. Dari blog shezahome aku kini dapat menuangkan ekspresi lebih baik selain itu aku juga mendapat banyak teman di dunia blogging. Salah satu komunitas yang dekat denganku adalah Female Blogger of Banjarmasin (FBB).
Tanpa dorongan suami untuk ngeblog? Kehidupanku hanyalah seperti IRT pada umumnya. Kini, sejak menjadi Blogger, kehidupan warna-warni mulai menghampiriku dan mengubah diriku yang dulu.
Ya, Proyek Evolusiku dapat dibilang 70% telah berhasil..
Jadi, siapa bilang jadi Ibu itu hidupnya malah ga seru?
Semuanya punya jalan perubahan masing-masing.. Apa perubahanmu? Sharing yuk! 😊