Browsed by
Category: Motherhood

9 Topik Obrolan Sensitif yang berpotensi menyebabkan Mommy War

9 Topik Obrolan Sensitif yang berpotensi menyebabkan Mommy War

Berekspresi memang merupakan salah satu kebutuhan batin seorang perempuan. Tanpa berekspresi, hidup perempuan tentu akan terasa hampa. Wujud dari ekspresi itu sangat bervariatif. Sebagian berekspresi melalui foto, sebagian dengan bernyanyi, sebagian melalui tulisan, sebagian lagi lebih menyukai berbicara.

Untuk menuangkan ekspresinya biasanya seorang perempuan lebih menyukai keberadaan pendapatnya di sebuah komunitas. Adapun sebagian lain juga lebih menyukai tuangan ekspresi melalui media sosial saja. Ruang obrolan merupakan kebutuhan yang hampir tak mungkin dihindari oleh seorang perempuan.

Topik Obrolan dari Perempuan Single, married, maupun seorang ‘Mommy‘ tentu berbeda. Sebagai seorang perempuan yang sudah menyandang gelar ‘Mommy’ beranak satu tentu aku lebih menyukai ruang obrolan dengan komunitas sesama mommy pula. Ya, segalanya berubah sejak menjadi seorang ibu. Status fb, galeri instaram, hingga curcolan kecil di ruang obrolan WA dan bbm sekarang dipenuhi dengan komunitas sesama ’emak-emak’.

Obrolan yang sehat adalah saat para anggota menghindari terjadinya konflik antar individu. Untuk menciptakan keakraban dan persahabatan antar komunitas maka sebaiknya kita menghindari topik ‘sensitif’ dalam obrolan.

Tidak sedikit lho, para emak-emak zaman now bertengkar diruang obrolan yang kemudian berlanjut dengan saling sindir menyindir di sosial media masing-masing. Efek selanjutnya yang terjadi adalah komunitas para emak menjadi tidak asik dan tidak nyaman lagi bagi anggotanya.

Nah, buat kamu yang berstatus emak-emak. Sebaiknya berhati-hati dengan 9 topik sensitif yang dapat memicu Mommy War seperti dibawah ini:

1. Topik ASI atau Sufor

“Anaknya kok dikasih sufor? kalo anakku sih kemaren ASI ekslusif loh sampai 6 tahun. Lanjut lagi deh minum ASI sampai 2 tahun”

“Anu Bund.. Ini anak adopsi, saya belum dapet Ibu Susuan buat ngasih dia ASI” 😅😅

“Ooooh…”

Eh, mending sih ya kalo ceritanya kayak diatas. Obrolan usai. Nah, gimana coba kalau ceritanya beda-beda?

Ada Ibu yang melahirkan secara caesar dan galau dengan ASI yang tak kunjung keluar, sementara Ibu tersebut terancam dengan gangguan psikologis babyblues. Trus kita nengok dia ceramah-ceramah ASI. Apa jadinya bun? Makin stress dia.

Ada Ibu yang memang sudah berusaha jungkir balik banting tulang rusuk sampai beli berbagai obat pelancar ASI tapi ASI tak kunjung keluar. Ada? Ada bunda..

Ada Ibu Pekerja yang dilanda dilema dengan pekerja rumah tangga ataupun ibu dan mertua yang tidak mau bekerja sama dengan program ASI ekslusif. Terus dia curhat. Eh, malah di ceramahin “berhenti kerja aja bun, perempuan itu harusnya bla bla bla” tanpa tahu cerita dibalik layar ibu tersebut.

Terus, salah ga komunitas pejuang ASI selama ini?

Enggak, ga salah. Komunitas itu bagus banget. Tapi perlu diingat bahwa sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Termasuk pemaksaan keadaan ideal terhadap kondisi seseorang. Akan lebih baik jika suatu komunitas membimbing para membernya dengan perkataan yang halus tanpa bully.

2. Topik Pekerjaan

“Ibu kerja dimana?”

“Anu, saya cuma Ibu Rumah Tangga”

Selanjutnya si Ibu melipir menjauh. Takut tersinggung kalau-kalau si ibu ditanya lagi tentang jenjang pendidikannya. Padahal yang nanya? Petugas kesehatan.. 😂

Ada ya begini. Baper aja kalo ditanya soal pekerjaan..😂

Sementara serangan bagi Ibu Pekerja lebih gencar disosial media. Maklum, emak rumahan sepertinya komunitasnya lebih besar kalau menyangkut komunitas sosmed.

Drama biasanya dimulai dengan cerita-cerita tragis tentang anak yang dititipkan pada pengasuhnya. Siapa yang paling banyak share? Emak rumahan tentunya. Sharing pertanda rasa syukur bahwa dia tidak bekerja dan dapat menjaga anaknya sendiri. Biasanya sebelum sharing, postingan dibumbui dengan kata-kata bijak perihal betapa mulianya emak rumahan yang mengabdikan hidupnya pada rumah tangga saja tanpa bekerja.

Bagus ga sih begini?

Ini sensitif loh bun.. 😅

Jika kita berada diposisi ibu pekerja tentu kita akan merasa galau sekali melihat postingan tersebut. Perasaan bersalah akan muncul bertubi-tubi. Padahal, setiap ibu itu punya pilihan masing-masing. Mau sebagai Full Time Mom maupun Working Mom. Mereka sama, tetaplah seorang ibu yang mencintai anaknya dan butuh dihargai bukan direndahkan pilihannya.

Maka, bersahabatlah kalian hei working mom dan full time mother. Kalian sama-sama luar biasa.

3. Topik Perkembangan Anak

“Anak saya umur 9 bulan kemaren udah bisa jalan loh bunda”

“Wah itu sih biasa, anak saya 9 bulan udah hapal pancasila”

“Anak saya bun, umur 9 bulan sudah bisa maen game edukasi marbel belajar huruf loh”

Dst.. Dst..

Anak saya apa kabar? Yang jalan belum bisa, pancasila ga hapal bahkan ga kenal huruf satu pun. Bisanya cuma berantakin rumah. Kok anak mereka pinter betul ya? Apa anak saya nurun saya semua ya jadi kayak gini? Apa mesti dibawa ke dokter anak?

😂

Familiar ya sama yang beginian. Kalau udah begini langsung deh si emak browsing tentang tumbuh kembang anak sesuai umurnya. Belum puas juga? Cari emak yang senasib atau bahkan dibawah standar perkembangan anak kita supaya hati lega.

Topik perkembangan anak ini juga termasuk topik sensitif loh. Banyak para bunda yang galau dengan pertumbuhan anaknya yang mungkin terlambat. Padahal, tiap anak itu spesial. Keterlambatan merupakan hal wajar dan merupakan keunikan tersendiri. Tidak perlu baper dan sensitif berlebihan dengan topik obrolan seperti ini.

4. Topik Homemade dan Instan

“Aku ga mau anakku jajan diluar, pokoknya semua makanannya aku yang bikinin. Soalnya jajan diluar itu bla bla bla”

“Aku juga, soalnya mereka suka over kalau nambahin vetsin. Itu kan ga baik. Mending pakai bla bla”

“Aku beli mie instan aja ga pernah. Beli ini itu di super market ga pernah.. Ssst.. Katanya itu bikin kanker loh”

Trus apa kabar emak yang dipojokan ngederin ini?

Yang ga punya waktu buat masak ini itu karena banyak kegiatan, yang malam-malam suka makan mie instan trus dipalakin anaknya, yang ga bisa denger bakso lewat bawaannya laper ajah. 😂

Apakah dia termasuk emak pemalas?

Apa jadinya kalau emak yang terlihat pemalas itu ternyata punya banyak kegiatan mulia? Yang karena padatnya jadwal kegiatannya maka ia terpaksa membeli bahan makanan instan. Yang karena rasa capeknya ia memanfaatkan jasa antar makanan saja.

Dilihat dari sisi kesehatan hal ini memang tidak baik. Tapi, jika saja kita dapat melihat ke sisi yang lebih luas..

Emak yang instan mungkin saja telah memutar roda perekonomian lebih baik. Karena ‘ketidakberdayaannya’ ia membeli makanan dari jualan makanan para emak yang membutuhkan uang, ia membeli makanan pada jasa antar yang membutuhkan uang. Apakah kadar usahanya sama dengan emak homemade? Sama saja..

Jadi, please jangan berlebihan saling merendahkan satu sama lain ya homemade mom and instan mom.. Kalian sama luar biasanya.. 😊

5. Topik Finansial

Ada tidak sih emak kepo yang suka nanya berapa pengeluaran sebulan? 😅

Ini kepo udah kebangetan ya menurutku.. Kalau mama atau mertua yang bertanya sih mungkin wajar. Tapi kalau yang nanya sesama emak-emak? Kenapa?

Alasan kuatnya adalah dia ingin tahu seberapa hemat sebenarnya dirinya dibanding orang lain. Sebenarnya jika pertanyaan tak berbuntut panjang, tentu ini adalah hal biasa. Tapi, yang namanya emak-emak pasti pertanyaannya beranak pinak. 😂

Pertanyaan ini sangat memicu mommy war jika sang penanya dan penjawab adalah working mom dan full time mom, pertanyaan ini juga sangat memicu mommy war jika tingkat ekonomi ibu berbeda. Sebisa mungkin batasi pertanyaan berbau finansial, kecuali para ibu memang berada pada seminar ekonomi maupun kegiatan lain yang berhubungan.

6. Topik Cara Melahirkan

“Kamu kemarin melahirkan normal atau caesar sih?

“Caesar Bun, anu…”

“Wah enak ya ga sakit, aku kemarin loh bla bla bla”

😅

Sering denger begini?

Padahal setiap ibu yang sudah melahirkan itu sama saja. Sama-sama ga utuh lagi. Yang satu perutnya punya bekas jahitan, yang satunya punya juga di letak yang berbeda. Sakitnya? Ya sama aja lah. Yang satu ketika proses melahirkan tidak merasa sakit tapi tahap selanjutnya sakitnya jangka panjang. Yang satu ketika proses melahirkan sangat sakit tapi tahap selanjutnya penyembuhan rasa sakit tergolong mudah. Ya sama aja lah.. 😂

Tapi topik ini termasuk topik sensitif juga loh kalau dibahas berkepanjangan. Bisa kelahi juga? Bisaa.. Makanya hati-hati.. 😅

7. Topik Kecantikan

Tau kenapa produk kecantikan itu tidak ada matinya?

Karena sejak single sampai menikah topik kecantikan memang topik hangat dikalangan wanita. 😂

Nah, jika saat remaja para cewek bersaing untuk mendapatkan kulit mulus dan wajah cantik. Maka saat menjadi emak-emak, percayalah persaingan selanjutnya adalah lomba kelangsingan tubuh pasca melahirkan. 😅

Emak-emak yang sudah dari sononya sulit untuk langsing pastinya ngiri tingkat langit dong kalau emak awet kurus bilang, “Aku udah punya anak 3 tapi berat badanku ya segini-gini aja”

Terus si emak gendut bilang, “kamu makan emang dikit kali”

Keselnya nih emak kurus malah bilang, “Aku banyak makan tapi ga gendut-gendut, kenapa ya?” *ditambah muka sok polos.. 😂

Jangan ya.. Jangan sekali-sekali singgung tentang fisik seorang emak-emak yang berubah drastis. Itu menyakitkan. Percayalah.. 😂

8. Topik Pilihan Pendidikan Anak

Belakangan ini mulai tercipta kalangan emak generasi baru. Namanya emak homeschooler. Itu tuh, emak yang milih anaknya buat homeschooling aja dan say no untuk sekolah diluar. Katanya sekolah diluar itu ga terlalu penting dan efeknya bla bla bla (bisa cari sendiri ya)

Aku sih tidak mengalami konflik ini didunia nyata karena disini metode homeschooling masih sedikit digunakan. Tapi, aku cukup baper melihat metode homeschooling yang dilancarkan para emak-emak penggiat homeschooling didunia maya. Kesannya, salah banget nyekolahin anak disini. 😂

Ya apa boleh buat. Homeschooling itu berat bagi emak-emak yang punya banyak pertimbangan khususnya pertimbangan ekonomi. Tapi tiap emak punya pilihan. Bagi emak sepertiku sekolah tetap hal yang penting, ijazah? Penting, terlepas itu kertas nanti berguna atau tidak. Masa-masa sekolah bagi emak sepertiku adalah masa yang penting.

9. Topik Vaksin

The Last.. Is… Yes.. Vaksin.. 😂

Mommy vaksin vs mommy antivaksin. Peperangan yang tiada ujungnya hingga sekarang. Masing-masing kuat dengan argumennya sendiri. Para antivaksin bersikeras bahwa vaksin itu haram dan mommy vaksin bersikeras bahwa vaksin itu wajib. Dan jika mereka bertemu diruang obrolan vaksin disosial media… Jreng jreng..

Walau termasuk sebagai mommy vaksin tapi aku sangat menjauhi jenis obrolan yang satu ini. Karena apa? Karena penjelasan apapun akan berputar putar tak berguna. 😅

Ah.. Sudahlah.. Emak lelah.. 😂

Ada yang lelah juga baca artikel ini? 😅

Ada yang punya pendapat “Ah, ini sih kalau dari sononya emaknya udah sensitif ya semuanya bikin tersinggung apapun jenis obrolannya”

Ya, memang tiap orang punya sisi sensitifnya masing-masing. Karena itu, sebagai makhluk sosial kita harus saling menghargai, menghormati dan tidak merendahkan pilihan yang lain. Artikel ini dibuat agar setiap ibu lebih berhati-hati saat berada dalam pembicaraan 9 topik sensitif diatas. 😊

Valentine Remaja vs Valentine Emak-Emak

Valentine Remaja vs Valentine Emak-Emak

“Mama, kenapa di super market sekarang banyak Coklat berbentuk hati?” celoteh anak saya sore itu.

Tentu saya tidak memperdulikannya. Yah, untuk apa dijelaskan jika samping kiri kanan ada kasir dan pengunjung lain. Jikapun pertanyaan itu di jawab sudah tentu pertanyaannya akan beranak pinak. Tidak ada habisnya meladeni pertanyaan anak berumur 4 tahun dengan rasa ingin tahu yang menggebu-gebu. Diam adalah pilihan terbaik jika pertanyaan diajukan di tempat umum.

Satu..

Dua..

Tiga..

Kasir dan pengunjung lain mulai cekikikan mendengar suara ‘cempreng’ anakku bertanya tiada habisnya. Dalam hati aku bergumam, “Tidak dijawab saja pertanyaannya beranak, kalian sih belum tau pertanyaan lanjutan yang bakal dia tanyakan kalau yang ini saja sudah kujawab, ah biarlah mereka bingung melihat dan menilai ‘Bagaimana bisa Ibu berwajah datar punya anak seekspresif itu?’

Sampai akhirnya anakku berkata,”Ma, Coklat itu enak loh.. Farisha suka makan coklat”

😑

***

Apa harus kuterangkan pada si kecil bahwa didunia ini ada tanggal di kalender yang berbentuk hati dan berwarna pink? Ah, dulu aku senang sekali mewarnai tanggal itu. Mengkhayal, kira-kira tanggal itu aku akan dapat coklat tidak ya? 😂

Mereka menyebutnya Hari Kasih Sayang. Sebuah hari dimana coklat-coklat bertebaran dimuka bumi. Ya, aku yang dikenal sebagai anak yang cukup pelit untuk mengeluarkan uang tentu sangat jarang membeli coklat. Seingatku dulu coklat dibawah ini adalah coklat yang paling sering aku konsumsi. Maklum, edisi anak tahun 90an. Haha

Coklat jadul era tahun 90’an

Sementara coklat silver queen termasuk salah satu coklat elite dimana aku hanya membelinya selama setahun sekali untuk kumakan sendiri. 😂

Coklat elite era tahun 90-an

Tapi, menginjak umur 14 tahun aku mulai memakan coklat Silver Queen 2x dalam setahun. Silver Queen bagaikan lambang kasih sayang para remaja saat itu. Sehingga sempat terdengar lelucon konyol seperti..

“Barang siapa mendapatkan coklat silver queen dihari valentine maka berbahagialah, seseungguhnya anda termasuk orang yang laku” 😂

Siapa yang dapat? Aku? Ah enggak kok.. (malu) 😝

Ah biarlah.. Sebenarnya saya malu loh cerita hal konyol begini. Tapi biarlah ini menjadi semangat pembuka romantisme dibulan Februari dimana tulisan ini kupersembahkan sebagai kode_eh, maksudku kupersembahkan sebagai tulisan collaboration bareng Female Blogger of Banjarmasin (FBB) dengan tema Kisah Romantis. *Ciyeee… Uhuk

Emak punya kisah romantis?

Serius pasangan introvert punya sisi romantis juga? 😂

Jangan salah, begini-begini dulu dia pernah ngasih coklat loh. Packaging bentuk hati pula. Dibungkus pakai kotak yang dipenuhi dengan kertas-kertas kecil berbentuk hati layaknya salah satu scene cerita film the proposal itu pula. Perlu aku review disini? Jangan, terlalu sulit bagi para jomblo untuk membacanya. Kalian ga akan sanggup mblo.. 😂

Baca juga: Ketika Introvert Menikahi Introvert Pula

Saat remaja hingga pra nikah setidaknya coklat itu adalah coklat terindah yang pernah kuterima.. Coklat berbentuk hati berbungkus kotak berwarna pink dengan taburan kertas hati didalamnya. Tahun itu adalah tahun valentine terakhir bagi tahun ‘lajang’ ku.

***

Apa valentine itu perlu?

Perlukah sebuah hari kasih sayang?

Perlukah hari special untuk kasih sayang ditujukan maksimal pada hari itu saja?

Dan terakhir, bolehkah kita merayakan hari kasih sayang aka valentine?

Tak dipungkiri kita pasti senang dengan hal yang berbau spesial, termasuk diantaranya hari valentine. Ya, kapan lagi harga coklat mencapai titip terendah dengan packaging yang lucu-lucu? Kita pasti sangat menikmati hal itu bukan? Bahkan pasti ingin ikut membelinya.

Bagiku sendiri sangat penting mengungkapkan rasa kasih sayang ditanggal-tanggal yang spesial. Diantaranya adalah hari ulang tahun suami, hari ulang tahun anak, hari ulang tahunku hingga hari ulang tahun pernikahan. Rasanya seakan-akan rasa sayang pada hari itu menjadi berlipat-lipat banyaknya. Kita memerlukan semangat kasih sayang itu dengan adanya tanggal spesial berbentuk hati dikalender kita. Kita? Atau aku saja?

Ya, sampai suatu hari ketika masa remajaku sedang menggebu-gebu sebuah lembaran berita itu datang. Tentang asal usul hari valentine dan berbagai fakta dibalik hari valentine. Terus terang, bagi remaja polos pecinta coklat, warna pink dan kalender hati hal itu cukup membuat shock. Tapi, sebagai anak baik, tidak sombong dan rajin menabung maka aku menelan fakta valentine bulat bulat dan ikut meneriakkan, “Say No to Valentine!” dengan mata berapi-api. 😂

Saat Musim Remaja aku tak memiliki Kisah Romantis tapi..

Tapi valentine menyimpan sejuta kenangan bagiku. Ya, bulan Februari ini. Mungkin aku pernah bercerita bahwa sejak SMP aku mempunyai pergaulan yang tidak kusukai yang menyebabkan aku pernah pacaran tanpa sedikitpun rasa cinta didalamnya karena memang pikiranku saat itu masih polos.

Tapi di tahun pertamaku di SMP, aku mendapatkan coklat valentine pertamaku. Begitupun di tahun ke dua dan ketiga. Dan tahun ketiga adalah tahun terakhir kalinya aku bertekad tidak mau berhubungan apapun dengan valentine.

Karena pada tahun ketiga setelah seorang laki-laki memberiku coklat dan cincin itu, ia tidak ada lagi dimuka bumi ini.

Maksudnya? Ya, meninggal.

Tidak, ini tidak seperti sinetron pada umumnya itu. Sebab dan kronologis dari kejadian itu bahkan simpang siur. Dan yang melelahkan adalah aku harus menyandang status mantan arwah. Seakan-akan hal itu menyedihkan sekali. Status menyedihkan ini berlanjut hingga SMA yang membuatku terkesan seperti sang jomblo menyedihkan yang tidak bisa move on.

Aku tak punya kisah romantis di tahun remajaku yang berbunga-bunga. Saat rasa cinta mulai tumbuh, aku tak pernah mendapatkan coklat lagi. Ah, bukan.. Aku tidak berharap kok. Bukankah coklat di hari valentine itu haram? 😅

Menginjak Dewasa Coklat berbentuk hati itu Datang..

Ya, inilah lanjutan cerita tentang datangnya coklat hati dengan packaging ala scene film ‘the proposal’ yang dibintangi Sandra Bullock. Apakah aku harus mengatakan coklat itu ‘haram’ seperti ideologi yang masuk keotakku selama ini?

Ah tentu saja tidak, aku meloncat kegirangan. Setelah sekian lama, akhirnya aku dapat coklat lagi. 😂

Lanjutan dari kisah coklat ini berlanjut hingga tanggal pink selanjutnya dikalenderku. Diantaranya adalah ulang tahunku dan terakhir hari pernikahanku.

Aku mendapatkan buku dan buku lagi hingga akhirnya ‘hantaran’ dan ‘jujuran’ itu datang.

Valentine versi emak sekarang..

Tanggal berwarna pink saat remaja dan saat emak-emak itu sekarang sangat berbeda. Bagi remaja, hari valentine adalah hari curahan kasih sayang dengan simbolis hati, pink dan coklat. Jika saat remaja hari kasih sayang sangat dinantikan, maka bagi emak-emak hari valentine adalah hari biasa, bukanlah hari yang spesial.

Kecuali saat emak ke super market dan melihat harga coklat yang mulai diskon.. 😂

Karena emak punya banyak warna pink di kalender sekarang..

Hari Ulang Tahun Suami
Hari Ulang Tahun Anak
Hari Ulang Tahun Mama
Hari Ulang Tahun Pernikahan
Dan Hari-hari week end dimana kami dapat menikmati family time yang sebenar-benarnya..

Sudah berapa kali valentine yang berlalu begitu saja tanpa coklat? Lebih tepatnya kami sama-sama lupa dengan hari itu. Bahkan baru tahun ini aku ‘ngeh’ dengan valentine karena teguran Farisha di supermarket.

Masih suka bertanya-tanya, “Apa gerangan yang menyebabkannya dulu memberiku coklat dengan packaging semanis itu ya?”

Kupikir dia sama sepertiku yang menganggap tanggal 14 adalah hari spesial. Dan hari ini kuberanikan diri untuk bertanya padanya. Ehm, sebuah pertanyaan yang terinspirasi dari Farisha.

“Bah.. Di supermarket banyak coklat diskon loh”

“Oh ya? Ada apa emang?”

“Oh gapapa.. Coklat itu enak, apalagi yang bentuk hati”

Eaaa… Serangan blak blakan.. 😂

Tau dia bilang apa?

“Udah nikah ga musim lagi beli coklat hati.. Mending beli coklat batangan.. Rasanya sama aja”

Ah.. Ya sudahlah.. 😅

Sedih? Enggak, ga sedih seperti beberapa tahun silam dengan februari tanpa coklat. Karena remaja haus kasih sayang dan udah emak-emak itu kekenyangan. *sok teguh😝

Ya, sejak 2 Juni 2012 hidupku sudah berubah.

Setiap hari adalah hari kasih sayang..

Setiap hari adalah spesial walau tanpa sekotak coklat..

Tapi, bolehkah sesekali coklat berbentuk hati itu datang lagi? *eh..

Dear January.. Maafkan aku.. 

Dear January.. Maafkan aku.. 

Saat baru saja aku merasakan kehidupan baru diawal tahun yang menggebu-gebu, tapi siapa sangka ia akan hilang begitu cepat?

Aku tau, tak seharusnya aku mengawali 2018 dengan kesedihan. 

Aku tau tak seharusnya aku menuliskan kesedihan di Bulan Januari yang baru. 

Tapi kesedihan itu datang begitu saja menghapus semangat baruku. 

Dan jika aku tak menulisnya. Maka aku tidak bisa melangkah dengan lebih baik. 

Maka.. biarkanlah aku menulisnya…

***

30 Desember 2017 aku berloncat kegirangan melihat hasil testpack dipagi hari. Bergegas memoto hasilnya dan menanyakan keakuratannya. Yah, bagaimanapun juga aku tidak boleh kegeeran dulu dong. Siapa tau alatnya salah? Terlebih aku adalah salah satu penganut paham ‘jangan terlalu bersemangat dengan kegeeran palsu’. Namun, memang hal itu sangat membahagiakan hingga membuatku langsung memberitahu suamiku.

Bagaimana responnya?

Ibarat bertemu dengan anak kecil yang baru saja mendapat doorprize piala dan mainan. Seperti itulah ia membuat ekspresi senang melihat kelakuanku. Bertepuk tangan sambil bilang ‘Yeaay!! Hebaaat!’

Ah, begitulah suamiku. Jangan pernah mengharapkan hal romantis keluar dari mulutnya. 

Bagaimanapun juga itu moment yang menyenangkan. Terlebih saat satu-dua-tiga-empat teman-temanku meng’iya’kan keakuratannya sambil mengucapkan selamat. Aku senang sekali, sudah setahun yang lalu aku ingin hamil. 

***

Setahun lalu aku sudah memantapkan diri melepas KB. Walau sebenarnya suamiku masih ingin menundanya. Yah, aku tak tau jelas kenapa ia tidak terlalu suka dengan kehamilan. Mungkin dia trauma melihat aku dulu terkena babyblues. Takut anak berikutnya akan menimbulkan dampak psikologis yang sama untukku. Maka, walaupun aku melepas kb tapi ia bersikeras masih ingin menundanya. Kesepakatannya, kami melakukan kb alami saja. 

Bulan September dihari ulang tahunku. Akhirnya ia menyetujui proposal program hamilku. Senang rasanya. Bagaimana tidak? Farisha sekarang sudah berumur 4 tahun dan sudah sekolah. Perlahan-lahan ia menjadi anak yang mandiri. Walau ia masih tergolong menggemaskan dengan seribu pertanyaan anehnya tapi aku tau masa-masa romantis ini sebentar lagi akan hilang. Saat ia beranjak SD mungkin ia sudah tidak terlalu menggemaskan lagi. Aku butuh sosok mungil baru yang harus membuatku tetap sibuk. 

Baru kali ini aku merasakan ingin benar-benar hamil. Ironis rasanya mengingat kehamilan pertamaku terlalu banyak diisi dengan air mata karena ketidak-siapanku menjadi seorang Ibu. Aku sempat meminum pil tuntas dengan kebodohanku, saat mengetahui hamil aku bahkan mengatakan “Oh, kenapa ini terjadi terlalu cepat?” dan hingga ia lahir aku bahkan sempat berpikir begitu tak pantas bayi ini berada dipangkuanku. Namun, siapa sangka aku merindukan masa-masa itu lagi? Masa yang dulu sering kuisi dengan tangisan sambil menyusuinya? Betapa rindu dengan sosok mungil dengan bau minyak telon berada lagi dipangkuanku. Aku rindu masa-masa itu. 

Bayi baru.. Cepatlah datang.. 

September.. Oktober.. November.. 

Sayangnya promil kedua tidak selancar kehamilan anak pertama. Tadinya aku berpikir bahwa aku ini makhluk paling subur didunia. Ternyata tidak, kehamilan pertama memang sudah takdir-Nya. Begitupun yang kedua. 

***

30 Desember hatiku dipenuhi dengan perasaan berbunga-bunga. Ucapan selamat datang silih berganti. Seakan tak cukup dengan ucapan itu akhirnya pada tanggal 31 Desember 2017 aku mempublikasikan kabar gembira itu di instagram.

Katakanlah aku pamer.. Ya katakan saja.. 

Sepertinya aku memang punya sifat senang saat mempublikasikan hal yang menyenangkan. Mungkin aku harus mengakui bahwa aku punya pribadi yang agak narsis. Aku tak tau persis bagaimana membedakan benang tipis antara rasa percaya diri-semangat-bangga-sombong-narsis-hingga riya. Jadi maklumi saja jika kalian mungkin salah tafsir dengan postingan instagramku @aswindautari. Tapi serius, aku sepertinya perlu dukungan lagi dan lagi. Dan lebih utamanya, aku perlu Doa. 

Mungkin ini bawaan innerchild yang kumiliki. Sejak kecil aku tidak terlalu ekspresif dalam menggambarkan gembira-senang-sedih-kecewa. Mungkin karena lingkungan keluargaku begitu hingga terbawa keteman-temanku. Namun sejak remaja aku mulai belajar bagaimana berekspresi dengan benar. Dan ekspresi sedih adalah keahlianku. Aku hanya mengenal mengungkapkan ekspresi senang disosial media. Jadi, yah.. Katakanlah aku narsis dengan foto tersebut. 

Katakan aku terlalu ekspresif sehingga Tuhan mengujiku. 

Sebenarnya aku pun tak tau kenapa kehamilan kedua tak pantas kumiliki sekarang, Tuhan? 

***

Beberapa hari yang lalu suamiku sempat mengirimkanku sebuah artikel. Tentang betapa tidak berartinya Susu Hamil. Yah, aku mempercayainya. Toh, Kehamilan pertama dulu juga aku cuma kadang-kadang saja minum susu. Dan bayiku lahir dengan cukup besar dan sehat. 

Sudah beberapa minggu yang lalu aku batuk. Saat belum tahu dengan kehamilanku aku meminum obat batuk biasa beserta obat langganan untuk rhinitis. Namun, ketika mengetahui bahwa aku hamil maka aku berhenti meminum obat dan hanya meminum jeruk nipis dan air hangat untuk mengurangi batuk. 

Tanggal 31 Januari aku memutuskan untuk mudik ke Pelaihari, kampung halamanku. Aku bahkan berencana ingin jalan-jalan. Bagaimanapun juga aku perlu semangat baru bukan untuk mengawali tahun 2018? Aku perlu berfoto dengan keluargaku dengan background yabg menyenangkan untuk kukenang di Banjarmasin nanti. 

Senang rasanya bertemu dan berkumpul dengan keluarga besar. Farisha dapat bermain dengan sepupunya Muthia sembari bertanya seribu pertanyaan dengan Neneknya. Aku bahkan menikmati kecemburuannya dengan Hanzo sepupu kecilnya saat kuasuh. Kok rasanya senang sekali membuatnya menangis begitu? 

Kami menikmati 1 Januari 2018 dirumah Mama dengan kesenangan berkumpul bersama.. 

“Sebentar lagi cucu nenek ada empaat” ucap kakakku bercanda

“Hah? Siapa hamil?” kata Mamaku. 

Aku nyengir. Memang sih, aku sengaja tidak memberi tahu Mama. Ingin surprised. Dan keceriaan keluarga kami berlanjut malam itu. 

Aku lalu merasakan perutku sedikit mengeras saat batuk berkali-kali. Aku kemudian langsung menanyakan Obat Batuk dengan Kakakku yang kebetulan adalah Dokter. Dengan sigap ia langsung memberiku Obat yang aman untuk Ibu Hamil. 

Tapi malam itu aku masih batuk. Air hangat, obat dan jeruk nipis sepertinya tidak mempan untuk batukku. Aku melihat diriku dicermin besar dikamarku. Membuka perutku sembari bergumam, “Kenapa ya.. Kok rasanya besar sekali.. Padahal baru 1 bulan” 

***

Paginya aku terbangun dan kaget melihat bercak coklat dicelanaku. 

“Kok aku M ya?” Tanyaku panik pada kakakku

“Banyak kah?” Tanyanya.. 

“Dikit sih” Kataku cemas. 

“Mungkin flek saat plasentanya melekatkan diri dirahim win,” kata Iparku, Fika

“Fika pernah begini waktu hamil?” tanyaku

“Enggak pernah sih.. Tapi katanya bisa begitu aku pernah baca di artikel” Kata Fika. 

Sinyal di kampungku sangat payah. Namun aku berusaha untuk browsing mengenai flek saat hamil. Alhamdulillah aku mendapatkan artikel yang bisa menenangkanku. Seingatku dahulu, kehamilan pertamaku juga pernah flek 2-5 hari. Tapi, itu saat aku meminum pil tuntas. 

Aku memutuskan untuk tidak memeriksa diri lebih lanjut. Dan menyenangkan hatiku dengan berjalan-jalan hingga berfoto bersama ditempat kuliner dan rekreasi Bon Sawit yang tidak jauh dari rumahku. Pulangnya aku langsung tertidur. 

Sore hari aku tidak mendapati flek keluar lagi dan aku sangat lega. Sepertinya artikel yang aku baca benar. Akhirnya, malam itu pikiranku tenang. Walau aku tak berhenti batuk malam itu padahal sudah minum obat. Aneh, mengingat biasanya obat dari Kakakku langsung manjur. 

Paginya aku dikejutkan dengan begitu banyak darah yang keluar. Ya, Darah segar. Dengan sigap kakakku langsung membawaku ke UGD. 

Pikiranku tidak karuan. Aku tau ini hal buruk. Banyak sekali darahnya. Oleh pihak UGD aku langsung diberi obat penenang Rahim. Tapi aku tidak optimis. Aku tau ini tidak baik-baik saja. 

“Kantung Hamilnya sudah Kosong Bu.. Ini Abortus Complete” Kata Dokter. 

Aku langsung terdiam. Yah, padahal begitu banyak pertanyaan yang muncul tapi aku tidak bisa berkata apa-apa. Karena setiap pertanyaanku diawali dengan “Kenapa?? ” 

“Ibu kecapean mungkin nih? Tahun baruan?”

Aku mengelak “Tahun baru dirumah aja Dok saya enggak jalan” *memang begitukan kenyataannya bukan? 

“Tapi pasti kecapean ini” Kata Dokter menegaskan. 

Aku mengingat aktivitasku 3 hari ini. Tidak ada sedikitpun aktivitas yang membuatku lelah. 

“Nanti seminggu lagi kontrol disini ya.. Obatnya dihabiskan” Kata Dokter lagi

“Oh iya Dok.. Nanti saya Kontrol di Rumah Sakit Banjarmasin saja, kebetulan saya tinggal di Banjarmasin” Ucapku

“Nah, iyakan.. Ibunya kecapean.. Harusnya bulan awal itu ga boleh jalan Bu.. Banjarmasin-Pelaihari itu jauh loh bu” Kata Pak Dokter membenarkan pernyataannya. 

Aku tak tau harus berkata apa, hancur rasanya. Bagaimana bisa aku dikatakan kelelahan? Aku tidak kelelahan! 

Tapi kandunganku? Ya Allah.. Aku ceroboh sekali.. Egois sekali.. 

***

Tiga hari yang lalu aku mengabarkan berita itu, namun tiga hari kemudian aku kehilangannya. 

Siapa sangka? Titipan memang tak sama.. 

Atau mungkin inilah Takdir-Nya.. 

Mungkin sesekali aku harus merasakan bagaimana perasaan kehilangan. Mungkin Ia menyuruhku untuk belajar menghargai bentuk titipan. Dan rasa kehilangan akan membuatku mampu untuk bersyukur dengan cara yang lebih baik. Manusia memang hanya bisa berharap. 

Tapi tak semua harapan akan sesuai dengan kehendak-Nya. 

La Tahzan.. 

Jangan Bersedih.. 

Karena banyak hal yang harus disyukuri dibanding ditangisi. 

Aku pulang dan mendapati anakku menemukanku dalam kondisi remuk. Ia bertanya, “Mama kenapa? Mama Sakit?”  

Aku memandang matanya dengan penuh syukur. 

Ialah Bidadariku..

Hal yang harus kujaga dan kurawat dengan baik..

Bersyukurlah masih memiliki seseorang yang dapat kau peluk..



Banjarmasin, 3 Januari 2018

Ditulis oleh Ibu yang merindukan.. 

Berdamai dengan Innerchild? Mungkinkah? 

Berdamai dengan Innerchild? Mungkinkah? 

source: berkoztrukdeviantart.com

Mereka menyebutnya dejavu, tapi tidak_ itu terlalu keren. Mimpi buruk dimasa kecil yang saat kita lakukan sekarang seakan-akan terasa pernah mengalaminya bukanlah dejavu yang keren.

Akhirnya aku tau, itu adalah bisikan trauma Inner Child.. 

***

Masa lalu adalah Pembentuk 50% karakter manusia. Jika ingin tau bagaimana karakter manusia itu maka lihatlah masa lalunya. *Kata-nya

Sebagian besar manusia menganggap masa lalunya adalah sebuah pembelajaran. Mereka berkata jika melakukan kesalahan maka hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah bangkit dari kesalahan tersebut. Namun, bagaimana jika kesalahan itu terjadi pada masa kecilnya yang masih ‘putih’? 

Mereka menyebutnya Inner Child. Inner Child adalah  Ego Personality. Secara sederhana inner child adalah sosok anak kecil yang berada di dalam diri kita. Inner Child merupakan suatu entitas besar yang membentuk kita sejak kecil terhitung dari dalam kandungan hingga semakin bertambahnya usia. Usia yang dimaksud terdiri dari Inner Child- Adult- Parent. Inner Child terbagi menjadi dua kondisi yaitu baik dan bermasalah.

Ya, tidak semua anak memiliki masa kecil yang bahagia. Sebagian mungkin saja melewati masa kecilnya dengan trauma. Anak kecil sejatinya adalah pribadi putih yang polos. Bagaikan kertas fotocopy yang menurut dengan apa dan bagaimana tingkah polah Ibu, keluarga dan sekitarnya. Ia dengan segala keluguannya belajar bagaimana hal yang seharusnya dilakukan dan hal yang salah. Lingkungannya seharusnya membentuk kebaikan untuknya bukan sebaliknya. 

Hentakan..

Teriakan..

Kurungan..

Tangisan..

Benturan..

Perasaan sendirian.. 

Kejadian menyakitkan ini terjadi di masa kecil anak yang masih putih dan polos. Tahu apa dia? 

Jika kalian pikir segala hal diatas akan hilang dengan sendirinya ketika sudah besar.. Itu salah. Hal diatas akan tertanam. Terus, terus dan terus.. Inner Child adalah sebuah pondasi dalam membentuk Inner Adult hingga Inner Parent. Tak peduli bagaimana lingkungan berusaha merubahnya. Parahnya, hal yang ia lakukan selanjutnya adalah hal yang lebih jahat. Yaitu menularkan masa kecilnya dengan anaknya sendiri. 

***

Berdamai dengan Inner Child Mungkinkah? 

Katakan tidak untuk ‘Bentakan’ namun kenyataannya itu terulang.. 

Katakan tidak untuk ‘Teriakan’ namun kenyataannya itu terulang.. 

Katakan tidak untuk ‘membuatnya kesepian’ namun kenyataannya itu terulang.. 

Katakan tidak untuk ‘membuatnya menangis’ namun kenyataannya itulah yang terjadi. Ia menangis bukan karena jatuh, sakit, atau karena keusilan temannya. Ia menangis karenamu. Ya, karenamu. Kau bilang itu tidak apa-apa. Tapi kau salah, pada akhirnya dia hanya akan menjadi makhluk yang tidak jauh berbeda denganmu kelak. 

Dampak buruk dari trauma inner child yang terus dibiarkan bukan hanya pada psikologis anak. Tapi juga tidak terkontrolnya emosi Ibu. Sudah tau bahwa penyakit psikologis itu menurun? Sudah tau bahwa Post Partum Depression bisa saja terjadi karena trauma inner child? Sudah tau bahwa Post Partum Depression yang dibiarkan telah mengakibatkan berbagai kasus pembunuhan anak oleh Ibunya sendiri

Harus diakui berdamai dengan Innerchild itu sulit. Benar-benar sulit. Kita tidak bisa menjadi makhluk suci dihadapan anak kita karena kenyataannya sejak kecil saja kita sudah dinodai perasaannya. Kita telah membuat lubang-lubang dihatinya yang sejatinya kita sendiri tidak tau, “Apakah itu bisa disembuhkan?” 

Namun, sejak menjadi Ibu aku mulai belajar. Mengulang dan terus mengulang kesalahan dari inner child hanya akan memperburuk keadaan. Menghapus trauma Inner Child dan berdamai dengan semua perasaan sedih masa kecil itu sulit. Tapi mungkinkah? 

Sekali lagi.. Mungkinkah? 

Berikut adalah beberapa cara untuk berdamai dengan innerchild yang telah aku rangkum. 

1. Marah? Berwudhulah

Trauma Inner Child biasanya terjadi jika anak kita mengalami kejadian yang hampir serupa dengan masa kecil kita saat mengalami trauma. Kemarahan, bentakan, hingga hentakan itu dapat muncul begitu saja ketika kondisi ibu sedang tidak stabil. 

Akhirnya hanya bisa berkata, “Menjadi Ibu itu harus sabar” Ya, enak sekali ya kata sabar itu. Seolah-olah hanya dengan mengatakannya praktiknya akan gampang dilakukan. Kenyataannya sudah berapa kali kebobolan sabar bu? 😂

Sudah di Riwayatkan oleh Hadist Nabi Muhammad SAW, bahwa wudhu adalah salah satu cara untuk meredam kemarahan. Jika diingat-ingat memang benar, jika terlepas dari wudhu rata-rata marah jadi tidak terkontrol. Bayangan godaan untuk berteriak dan mencaci anak langsung muncul jika pikiran lelah dan rumah berantakan. Cara sederhana yang dapat dilakukan adalah Istighfar dan menjaga wudhu. 

Apah? Takut make up luntur? *kurangi standar kecantikan dirumah bu.. 😂

2. ‎Jangan salahkan figur utama masa lalu kita  

Lupakan segala kesalahan tokoh utama masa lalu kita. Bagaimanapun juga, mereka yang telah membuat kita tumbuh. Jika kita terus menyalahkan figur masa lalu maka tanyakan kepada diri kita, apakah sebenarnya kita sudah dewasa? Kita tidak bisa meniru kelakuan masa kecil kita terus menerus yang menunjuk nyamuk atas dasar kesalahan rasa gatal tanpa berpikir bagaimana mengobatinya. 

Sadarlah bahwa orang tua kita bukanlah datang dari kalangan yang sempurna. Kepahitan yang kita rasakan dahulu mungkin saja sudah dikurangi kadar rasa pahitnya dibanding dengan kepahitan masa kecil mereka. Kita tidak tau usaha apa yang mereka lakukan untuk berusaha membesarkan kita dengan sempurna. Sadarlah, mereka juga telah berusaha. 

Hidup itu bagai sinetron. Tokoh baik dan buruk datang bergantian. Mereka tidak memilih untuk menjadi buruk. Mereka telah dibentuk sejak dulu dan mereka akan berubah seiring berjalan waktu.  Selalu ada rasa manis dibalik kepahitan. 

Dan kadang, rasa sayang berada dibalik rasa pahit itu. 

3. ‎Ingatlah segala kebaikan masa lalu, syukuri semuanya 

Ingatlah kebaikan kami dan buang keburukannya” 

Itu adalah kata-kata sederhana dari Mama. Aku selalu mengingatnya. Sederhananya, semua orang tua ingin agar anaknya mewarisi segala kebaikannya dan membuang keburukannya. Itu berarti, melupakannya. Ya, lupakan segala keburukannya.

Ingatlah bahwa banyak masa menyenangkan yang lebih indah untuk diingat. Masa ketika ia memelukmu disaat tidur, memasak untukmu, menyanyi untukmu, ia bahkan berbisik meminta maaf dan mencium pipimu sehabis memarahimu. Ingatlah itu.. 

Menjadi orang tua adalah seni untuk selalu terlihat baik didepannya. Perlihatkanlah segala hal baik dan ia akan meniru segalanya. 

source: favim.com

4. ‎Berkaca dengan kondisi anak kita 

Inner Child tidak sepenuhnya dapat dilupakan. Karena inner child sejatinya adalah pembelajaran. Inner child baik maupun buruk adalah sebuah pembelajaran. Ia adalah tahap pertama dari pembelajaran kita tentang kehidupan. Maka, mengingat inner child merupakan anugerah. 

Karena dari situ kita dapat ‘berkaca’ 

Ingatlah perasaan sedih saat kita dibentak dahulu. Jangan tularkan perasaan sedih itu pada anak kita. Ingatlah bahwa itu akan menimbulkan luka yang membuat kita takut bersuara. Selagi ia masih kecil, bebaskan pendapatnya. Kita tak perlu membentaknya, ingatlah bahwa saat itu kita hanya butuh pelukan dan pembicaraan. 

5. ‎Buatlah pikiran menyenangkan dengan me time 

Tidak diragukan lagi, me time adalah solusi dari segala masalah psikologis Ibu. Pikiran menyenangkan akan menghapus segala kepedihan kenangan masa lalu. Maka, jangan lupa membuat dirimu merasa senang. 

Baca juga: “baby blues dan postpartum hingga cara menghindarinya” 

6. ‎Bulatkan tekat “Akhiri Disini”

Rantai trauma harus berakhir. Ingatlah bahwa jika kita tidak mengakhirinya, maka rantai itu akan terus berlanjut. Belajarlah untuk merangkul inner child kita. Belajar dari trauma dan kebaikannya. Setiap kita ingin melakukan hal negatif yang sama dengan inner child kita, ingatlah dampak negatif yang akan ditimbulkannya.

Orang tua yang baik kadang bukanlah orang tua yang over ekspresif. Orang tua yang baik adalah ia yang dapat berpura-pura baik, bagaimanapun perasaannya yang sebenarnya. 

Semoga kita semua dapat berdamai dengan Innerchild kita…😊

Gini Gaya Mommy Introvert ngasuh anak! Masalah?? 

Gini Gaya Mommy Introvert ngasuh anak! Masalah?? 

“Ih.. Mommy Farisha itu kerjaannya mencet handphone mulu.. Ketawa ketiwi.. Anaknya gimana tuh?”

Familiar deh ya sama beginian.. 😂

Apalagi buat mereka yang temenan sama aku di bbm. Udah pasti tau betapa seringnya aku update status. 😅

Terussss…? Masalah? 😛

Iya masalah banget win soalnya disini kamu yang ngakunya ‘Mom Blogger’ dan terkadang suka nulis ‘Parenting’ sok perfectionist tapi faktanya kerjaan kamu mencet-mencet hape sambil ketawa ketiwi doang.. 😂

Audience kamu mulai curiga jangan-jangan praktiknya ga sebagus tulisannya. 😅

Jangan-jangan blog ini tujuannya cuma buat pamerrrr… 

Oke, First buat kamu yang mulai mikir begitu aku sediain air putih dimeja sambil aku senyumin manis-manis ya. 😊 *ga usah nanya kenapa tiba-tiba air putihnya jadi berasa manis ya.. 😝

Second, aku mau cerita sama kamu kalau mommy yang satu ini punya kepribadian yang ‘mungkin’  beda sama kamu. 

Suka sendirian, tapi juga butuh piknik..

Ngaku punya dunia sendiri tapi juga butuh diakui..

Pendiam didunia nyata tapi kalau sama kelompoknya dia bisa ceriwis bukan main.. 

Yes, I’m Introvert.. 70% maybe..

Semua orang mungkin udah tau kalau ‘masalah’ terbesar orang introvert itu adalah dia tidak bisa berekspresi dengan baik dan benar. Orang introvert kebanyakan adalah pemalu dan tidak suka melakukan hal yang ‘nothing’. That’s why Handphone is Everything for me on the outside! 

Apa yang aku lakukan ketika mendengar para mommy ekstrovert ngumpul dan membicarakan kelebihan anak masing-masing? Yes, aku diam. 

Apa yang aku lakukan ketika mendengar para mommy ekstrovert ngegosip dan membicarakan orang lain? Yes, aku diam. 

Kenapa aku jadi diam? Sekali lagi, orang introvert punya masalah dengan gaya ekspresinya yang unik. Mommy ekstrovert akan berpikir bahwa itu antisosial. Kenyataannya? Mommy Introvert berpikir, memang kalau ngikut disana aku ngomong apaaaa???  

Karena itu mommy introvert lebih suka berekspresi dengan menulis, jeprat-jepret, bermusik, dan pamer disosial media. 

Terus anaknya gimana??? Masa kerjaannya main hape sama nulis blog aja? 

Percayalah mommy introvert tidak seekstrem ‘kelihatannya’. Dia punya gaya sendiri dalam mendidik anak walau terkesan cuek diluar. Seperti apa? Yuk.. Simak..

1. Mommy Introvert ga suka Ngegosip ngumpul rame sembari nunggu anak main

Para emak-emak asik ngegosip? Mommy Introvert ngapain selagi anaknya bermain? 

Lebih milih asyik dengan handphonenya sambil sembari jeprat jepret anaknya main. 

Kok segitunya? Ga suka bergaul? 

Bukan, mommy introvert itu selektif, bukan antisosial. 😛

2. Mommy Introvert ga suka terlihat ekspresif diluar dengan anaknya 

“Ihh.. Mommynya cuek amat.. Anaknya padahal cerewet nanya-nanya mulu” 

Kalian pikir anak cerewet berasal dari mana? Kosa katanya dari mana? 

Ya dari mommynya yang aslinya cerewet ini.. 😛

Kalian sih ga tau gimana asli dan hebohnya si emak kalau lagi mendongeng.. Semua boneka keluar lengkap dengan vokal berbeda. 😂

Kalian sih ga tau gimana hebohnya si emak kalau liat anaknya pinter bikin kreatifitas. Udah muji-muji kebangetan terus cuss foto-foto.. Hahahaha.. 😂

“Anaknya nyanyi pinter amat tapi emaknya ngomong aja datar..”

Ya kalian ga tau aja gimana aslinya emak dan anak ini kalau udah dikamar mandi.. 

Lengkap satu kaset dinyanyiin sampe tangan keriput.. 😂

3. Mommy Introvert lebih suka menulis dibanding ngomong

Nah, suka bingung kenapa ada mommy yang dikit dikit update status panjaaaang tapi aslinya diluar diem. 

Yes, the answer is “her hand talk better” 😂

Jika pernah mendengar istilah ‘diam itu emas’ maka istilah ini berlaku buat para orang introvert yang kalau ngomong kadang suka aneh. Tapi percayalah, tulisannya mungkin jauh lebih baik. 

4. Mommy Introvert itu diluar kikuk tapi didalem dia jago akting 

Mommy Introvert itu punya dunia kotak. Yang artinya, tiap berada disebuah ruangan dimana hanya ada dia dan anaknya maka dia bisa berekspresi dengan benar. 😂

Jangan ditanya kenapa karena dari sononya sudah begitu.. 😛

6. Mommy Introvert emang serem tapi mendidik. 

Terakhir, mommy introvert itu seram. Serius.

Dia punya bejibun aturan buat anaknya. Ga boleh ini, ga boleh itu, kalau begini nanti dihukum. Bahkan ada loh, mommy introvert yang bikin surat perjanjian bernomor puluhan hanya untuk mendidik anaknya. 

Sekilas ini memang terlihat kejam. Tapi mommy introvert tau bahwa dibalik setiap kekejaman ada pembelajaran. Jika para mommy lain memperlakukan anaknya sebagai raja saat kecil maka mommy introvert lebih memilih konsisten untuk membuat anaknya belajar sehingga saat dewasa nanti sang anak lebih belajar mandiri.

Nah, kalau kalian type mommy introvert juga? Sharing yuk!

Happy Mommy.. 😊

IBX598B146B8E64A